Pages - Menu

Friday, May 09, 2014

Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 47 Part 2

Ki Moon terkejut menerima telpon dari nenek yang bicara sambil menangis. Chae Won dan Do Hee yang ikut mendengar dari dapur segera berlari ke ruang tengah. Dan mereka semakin terkejut ketika mendengar kakek berada di ruang UGD. 

Di ruang UGD, nenek tak bisa berhenti menangis. Ki Moon, Chae Won dan Do Hee datang. Ki Moon ingin tahu apa yang terjadi, kenapa kakek tiba-tiba pingsan.

"Bagaimana ini bisa terjadi?...Ayahmu...ayahmu... mereka bilang dia  mengindap kanker"

"Hah?". 

Nenek seolah menyalahkan diri sendiri yang baru mengetahuinya disaat kondisi kakek sudah parah. Do Hee dan Ki Moon syok, mereka seakan tak percaya mungkin nenek salah mendengar. Nenek menjawab tentu saja tidak, dokter mengatakannya dengan jelas penyakit yang diderita kakek. 

"Kakek ingin merahasiakannya untuk saat ini", kata Chae Won 

"Kau sudah mengetahuinya?", tanya Do Hee

Chae Won menagis dan mengangguk, "Sebelumnya kakek pernah pingsan di pabrik . Jadi kami membawanya ke rumah sakit". 

Nenek marah, "Jika sesuatu seperti hal itu terjadi, seharusnya kau mengatakannya pada kami. Kenapa kau menutup mulutmu".  

(Baru kali ini nenek marah pada Chae Won).
 
 "Jangan memarahi Chae Won. Aku yang memintanya untuk diam", bela kakek terbangun dari tidurnya. 

"Yobo"

"Ayah". 

Kakek minta Ki Moon membantunya untuk bangun, ia ingin pulang. Nenek tidak setuju, kakek harus tetap berada di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Kakek tetap bersikeras ingin pulang, "Aku yang paling tahu penyakitku. Jika aku beristirahat di rumah, aku akan baik-baik saja". 

Perkataan kakek itu membuat anggota keluarga semakin sedih. 

Sol Joo termenung sedih di kamar rawat tanpa ada keluarga yang menemani. Tak lama presdir Lee datang. Sedikit terkejut, Sol Joo bertanya apa yang di lakukan suaminya itu disini. Presdir Lee berkata ia mendengar dari Se Yoon dan bertanya bagaimana keadaan Sol Joo sekarang.

"Dokter bilang, aku boleh keluar besok", jawab Sol Joo tanpa memandang wajah presdir Lee.

"Lalu saat kau keluar dari rumah sakit. Aku akan kembali pulang ke rumah".

Tanpa di tanya presdir Lee bilang kalau Se Yoon memutuskan untuk ditugaskan dikantor cabang di Amerika. Penjelasan itu membuat Sol Joo terkejut. Presdir Lee tahu pasti ini keputusan yang sulit, tapi tampakanya Se Yoon menyadari ini adalah solusi terbaik untuk semua orang.

Barulah saat itu Sol Joo memandang wajah suaminya. Sol Joo tidak memperbolehkan Se Yoon pergi, sebelum dia menikahi Chae Won. 

"Apa yang kau katakan?. Apa kau waras?", presdir Lee mulai marah

"Tentu saja tidak, itu sebabnya aku meminum pil-pil itu", jawab Sol Joo, "Choon Hee pergi dari rumah. Jadi tidak ada masalah jika mereka menikah. Tapi teganya kau mempertahankan keserakahanmu sampai akhir!

Presdir Lee tidak terima di sebut serakah, "Apa yang kau lakukan ini terlihat seperti sebuah keserakahan di matamu", bentak presdir Lee. 

Se Yoon masuk, ia minta kedua orang tuanya untuk berhenti berdebat. Sol Joo dan presdir Lee saling memandang dengan kemarahan. Presdir Lee pergi dengan marah. Se Yoon menjelaskan pada Sol Joo kepergiannya ke Amerika atas keinginannya sendiri. 

Sol Joo tahu Se Yoon melakukan hal itu demi dirinya. Tak bisakah Se Yoon melakukan hal yang lain, selain pergi ke Amerika, "Ibu hanya menjadi beban untukmu. Maafkan ibu Se Yoon". 

Se Yoon menggenggam tangan Sol Joo, seakan berkata "Aku baik-baik saja, ibu"

Keluarga berkumpul di kamar kakek. Kakek berusaha menenangkan mereka yang bersedih. Datang dan pergi adalah bagian dari kehidupan. Saat masih muda, kematian terasa lebih berat dari gunung yang tinggi. Sekarang karena kakek sudah berusai setua ini, ia merasa kematian lebih ringan dari pada bulu burung. 

Kecuali kakek, tidak ada orang yang tidak menangis diruangan itu. Kakek berkata dulu ia merasa khawatir pada usaha keluarga yang terbelengkalai. Tapi rasa kekhawatiran itu lenyap setelah anak-anaknya bersedia mewarisi usaha mie tersebut. 

Ki Ok membujuk kakek untuk pergi kerumah sakit dan mendapatkan perawatan. Kang Jin ikut membujuk. Kakek menagih janji Kang Jin yang akan tetap hidup hingga 50 tahun lagi. Jika Kang Jin ingkar janji, maka ia akan menghukum Kang Jin di surga. 

Ki Choon masih tidak percaya dengan penyakit yang kakek derita, mungkin saja dokter salah mendiagnosa. Do Hee dan Ki Moon mengajak kakek pergi ke rumah sakit lain dan mencari pendapat kedua. Kakek menggeleng, ia sudah pernah melakukannya tidak ada yang akan berubah. 

"Ayah, bagaimanapun pergilah ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Dengan cara itu ayah bisa hidup lebih lama", pinta Do Hee. 

Kakek tidak ingin meninggal di rumah sakit. Ia adalah pembuat mie yang harus mati dengan berbau tepung. Tangis Ki Ok makin deras, "Kenapa ayah terus berbicara soal kematian. Aku tidak akan pernah membiarkan ayah pergi".

Ki Ok merangkul kakek dan menangis tersedu-sedu, "Ayah...ayah...".

Kakek minta Hyo Dong menghubungi Choon Hee. Sebelum ajal menjemput kakek ingin dan harus bertemu dengan Choon Hee sekali lagi. Katakan padanya untuk cepat pulang. Hyo Dong mengiyakan permintaan kakek. 

Di tempat persembunyiannya, Choon Hee menerima pesan suara begitu mengaktifkan ponselnya. 

"Ibu, ini aku", suara Se Yoon. "Aku sudah mendengar semuanya dari Chae Won. Ibu sudah menderita dan sakit hati sepanjang hidup ibu, jadi aku tidak bisa menyakiti ibu lagi. Jika pernikahan kami membuat ibu menderita, pernikahan itu tidak akan bisa bahagia. Kami akan berpisah. Jadi pulanglah, ibu"

Choon Hee menangis terisak. Sebagai ibu, Choon Hee merasa belum pernah memberikan apapun untuk Se Yoon. Bahkan jika Se Yoon memutuskan berpisah dengan Chae Won. Satu-satunya hal yang bisa Choon Hee lakukan adalah melindungi kebahagiaan Se Yoon dengan tidak kembali kerumah mie. 
Young Ja terduduk lemas di dalam rumahnya yang telah kosong. Hari ini Young Ja sekeluarga harus pergi dari rumah yang telah mereka tinggali selama bertahun-tahun. Chul Goo mengucapkan terima kasih pada bibi yang ahjuma yang telah berkerja dirumah mereka. Ahjuma menolak saat Chul Goo memberinya uang, tapi Chul Goo berharap ahjuma mau menerimnya, karena pemberian itu tulus dari dalam hatinya.

Perabotan rumah telah di pindahkan, Chul Goo mengajak ibunya pergi. Young Ja menangis meraung-raung, "Apa kau tahu apa yang ibu lakukan untuk mendapatkan rumah ini, "Ibu membangun usaha kita, mendengar orang menyebutku lintah darat, tidak makan yang kuinginkan, tidak memakai yang kuingin pakai, dan aku menyerahkan hidupku untuk mendapatkan rumah ini. Ibu tidak bisa meninggalkan rumah ini". 

Chul Goo berusaha menenangkan ibunya, ia berjanji dalam waktu 3 tahun akan mendapatkan rumah ini kembali, "Jadi percaya saja padaku". 

"Jika aku menemukan pengacara Hong atau si musang itu, aku akan mencakar matanya sampai keluar". 

Joo Ri datang, "Apa yang kalian lakukan?", tanyanya tidak memiliki perasaan peka sedikit pun.

 "Hei", teriak Young Ja marah, "Jika kau tidak membuat mie, atau apapun itu maka kita tidak akanv berakhir seperti pengemis. Kau tidak berbeda dari seorang musuh". 

Joo Ri menunduk, "Bagaimanapun itu masa lalu. Tolong hentikan ibu". 

"Apa? Itu masa lalu? Jadi ibu harus berhenti?", Young Ja berdiri dan menghardik Joo Ri, 

"Hei. Kau menghabiskan seluruh harta senilai seumur hidupku dalam sekejap. Bagaimana kau bisa berkata seperti itu?". 

Joo Ri ikut teriak, "Lalu ibu ingin aku melakukan apa?. Haruskah aku mati saja di hadapan ibu". 

(Ck..ck..ck..bener-bener ini anak...udah salah juga, masih aja bisa membentak ibunya). 

Chul Goo yang tidak terima memarahi Joo Ri. Prilaku macam apa ini, bicara dengan kasar pada ibu mereka, padahal jelas-jelas Joo Ri lah yang menyebabkan kekacauan semacam ini. 

"Aku benar-benar akan jadi gila", teriak Joo Ri lalu lari keluar.

Karena semua sudah terjadi, Chul Goo minta pada ibunya untuk jangan terlalu memarahi Joo Ri. Young Ja tak berhenti menangis, saat ini ia merasa sangat marah dan dirugikan. Chul Goo kembali berjanji, dalam waktu 3 tahun putra akan mendapatkan kembali rumah ini dan juga perusahaan. Lalu menuntun ibunya keluar dari rumah. 

Young Ja sekeluarga tiba di tempat tinggal mereka yang baru, sebuah rumah sewaan yang kecil (seperti rumah susun). Joo Ri seakan tak percaya, inikah tempat tinggal kita. Kita bertiga harus tinggal di tempat seperti ini?. 

Chul Goo berusaha menutupi rasa terkejutnya, seakan semunya baik-baik saja, "Yah, tempat yang bagus". 

Membayangkan harus tinggal di rumah sekecil itu membuat Young Ja kembali menangis. Ia meninggalkan rumahnya yang bagus dan sempurna, dan kini lihat apa yang ia dapatkan, "Bagaimana bisa kita bangkrut secara tiba-tiba?". 

Tetangga sekitar berkumpul melihat Young Ja yang menangis berjongkok. Joo Ri menegur ibunya, "Orang-orang memperhatikan kita. Ini memalukan".

"Apa yang memalukan, kita hanya menjadi miskin. Dapatkah kau sehat jiwa dan raga pada saat seperti ini", bentak Young Ja kesal bukan main. 

Joo Ri yang merasa malu masuk ke dalam rumah. Chul Goo menarik Young Ja berdiri, "Wah. Ibuku melalukan pengumuman pindahan", ujarnya bercanda, lalu menyapa para tentangga. 

Supir truk yang menganggut barang-barang Young Ja berkata rumah ini terlalu kecil untuk memasukan semua perabotan Young Ja. Jika menawarkan jasa penyimpanan barang-barang di dalam kontainer, uang sewanya bisa di bayar perbulan. 

Young Ja tidak mau. Bagiamana bisa ia menjejalkan perbotan yang ia dapatkan dengan bekerja keras di tempat penyimpanan seperti itu. Tidak..tidak akan pernah. 

"Bagaimanapun kita coba, rumahmu ini hanya bisa muat kurang dari setengahnya. Dengar, Nyonya. Jika kau tidak melakukan dengan benar, hidupmu akan berakhir dengan perabotan ada di atas kepalamu", kata supir

"Aku hidup dengan perabotan di atas kepalaku ataupun aku memakainya di punggungku, kenapa kau banyak bicara?. Jika kau datang untuk memindahkan barang-barang kami, fokus saja dengan itu, kenapa kau bawel sekali?", Young Ja mengomel sembari menunjuk-nunjuk wajah supir. (Woah..ngajak berantem nich). 

Supir yang tidak terima memanggi Young Ja dengan sebutan nenek yang malang (hahaha). Tentu saja Young Ja tidak akan diam begitu saja. Ia bergerak hendak menyerang, untungnya aja Chul Goo yang memegangi sehingga tidak terjadi pertumpahan darah. Jika tidak pasti Young Ja akan mengamuk seperti orang gila. 

Chae Won pergi ke perusahaan untuk menghadiri rapat produksi. Di lobby, ia bertemu dengan manager Kim dan Se Yoon. Dari manager Kim, Chae Won mengetahui kalau Se Yoon akan pergi ke Amerika, hari ini akan di adakan pesta perpisahan untuk Se Yoon. 

Chae Won terkejut. Se Yoon melihat Chae Won sekilas dengan sorot mata redup, lalu pamit pergi lebih dulu dengan alasan ada janji lain. Setelah Se Yoon pergi, manager Kim tanya apa Chae Won benar-benar tidak tahu, "Direktur tidak memberitahumu". Chae Won tak menjawab, menatap punggung Se Yoon yang menjauh. 

Se Yoon menjemput Sol Joo yang akan keluar dari rumah sakit hari ini. Ia juga sudah menyelesaikan urusan administrasi. Sol Joo berkata seharusnya Se Yoon tak perlu repot-repot menjemput, ia masih bisa pulang sendiri. Se Yoon ingin melakukannya, hanya tinggal beberapa hari sebelum ia pergi ke Amerika. 

"Ibumu...belum menghubungimu?", tanya Sol Joo

"Belum". 

Sol Joo menelpon panti asuhan beberapa waktu lalu, tapi mereka bilang Choon Hee tidak ada disana. Ia tak tahu lagi kemana Choon Hee pergi. Ponsel Se Yoon berdering, ia mengangkatnya dan terdengarlah suara kakek. 

Kakek menelpon dalam kondisi badan lemas. Karena ia tak mempunyai tenaga, kakek akan langsung bicara ke inti. 

"Aku..tidak pernah memikiran orang lain untuk cucu perempuanku. Kau harus berada di samping Chae Won". 

"Kakek"

"Aku akan memintamu untuk terkahir kali. Kau harus bertanggung jawab atas Chae Won. Dengan cara itu aku bisa menutup mataku dengan tenang". 

Choon Hee memetik kecambah. Ia menghentikan kegiatannaya saat teringat pesan yang ditinggalkan Hyo Dong. Pesan tentang kesehatan kakek yang semakin menurun. Dan keinginan kakek yang ingin melihat wajah Choon Hee untuk terakhir kali. Hyo Dong minta Choon Hee pulang setelah menerima pesan itu, berhenti menyiksa orang lain. 

(Melihat Choon Hee yang sekarang, membuatku sedih...).

Choon Hee menghela napas panjang, bimbang menentukan pilihan. 

Ki Choon bercerita tentang masa kecilnya pada Kang Sook. Saat kecil ia menyebabkan banyak masalah. Saat seharusnya ia belajar, Ki Choon malah pergi bermain dengan anak-anak nakal, "Aku menolak mengambil alih usaha keluarga. Aku berlari kesana kemari. Di dunia ini, tidak ada anak yang seburuk aku". 

Kang Sook berkata pada akhirnya Ki Choon memutuskan meneruskan usaha keluarga dan bekerja tekun di pabrik. Ki Choon bersyukur, disaat seperti masih bisa berbagi cerita dengan Choon Hee. Ia mengucapkan terima kasih karena Kang Sook tetap menyimpan rahasia kalau mereka telah bercerai. Sehingga kakek bisa pergi tanpa mengetahui perceraian mereka. 

Ki Choon akan memutuskan sesuatu dalam waktu dekat. Kang Sook tak mengerti, memutuskan apa?. Ki Choon keluar kamar tanpa menjawab pertanyaan Kang Sook. 

Hyo Dong keluar dari kamar kakek dan berpapasan dengan Ki Choon. Hyo Dong sibuk mengumpulkan anggota keluarga, atas permintaan kakek yang ingin membuat foto keluarga. Ki Choon merasa takut dan gugup, kenapa kakek tiba-tiba ingin membuat foto keluarga. 

Saat pulang, Chae Won kembali berpapasan dengan Se Yoon. Mereka jalan berlainan arah. Chae Won jalan menunduk. Sekilas mereka hendak saling melewati, tapi Se Yoon memanggil Chae Won. 

"Jika kau berkata "jangan pergi", maka aku tidak akan pergi. Jika kau menyuruhku untuk tidak pergi ke kantor cabang di Amerika...aku tidak akan pergi. Haruskah aku tidak pergi?", tanya se Yoon sungguh-sungguh.

Terdiam cukup lama, Chae Won memberikan jawaban yang membuat Se Yoon terluka, "Maafkan aku". Hanya jawaban itu yang Chae Won berikan, lalu melangkah pergi. 

Se Yoon menghela napas kecewa. Perlahan air matanya turun tanpa diminta. Chae Won berbalik menatap punggung Se Yoon dengan sedih. Air matanya yang mengalir sudah cukup melukiskan perasaannya, karena tidak bisa mempertahankan pria yang ia cintai untuk tetap di sisinya.

Keluarga Uhm berkumpul untuk berfoto keluarga. Hanya kakek yang tersenyum, anggota lainya bersedih seakan ini adalah firasat kakek akan pergi. Fotografer meminta mereka untuk tersenyum, "Kimchi...Cheese...Smile". 

Kakek menyuruh mereka untuk tersenyum dan meminta pada Hyo Dong untuk duduk di sampingnya (yang lain tetap berdiri). Kakek mengenggam tangan menantu kesayangannya itu sekaligus mengucapkan terima kasih untuk segalanya, "Kau bukan menantuku, tapi putraku". 

"Ya..terima kasih...abeoji*", jawab Hyo Dong terisak. 

*abeoji = ayah (kandung)
"abeonim = ayah mertua

(Selama ini Hyo Dong memanggil kakek dengan panggilan "abeonim"

Fotografer mulai menghitung dan mengambil foto. Hanya kakek yang tersenyum cerah, yang lain berusaha tersenyum menahan kesedihan. Sayang tidak Choon Hee disana.

Foto keluarga itu adalah sebagai firasat. Selang beberapa hari kemudian, kakek telah berpulang untuk selamanya. Kelurarga Uhm di rundung duka. Nenek terus terus menangis meratapi kepergian kakek. 

Di luar para wanita sibuk bekerja, memberikan makan pada orang-orang yang datang melayat. Menu yang mereka suguhkan adalah mie, sesuai dengan permintaan terakhir kakek. 

Chul Goo datang melayat, meski hubungan mereka tidak baik ia harus datang untuk memberikan salam terakhir pada kakek. Chae Won menyuruh Chul Goo masuk ke dalam dan segera pergi. 

Chul Goo yang juga merasa sedih meminta Chae Won menghiburnya. Sejujurnya ia benar-benar takut. Perusahaan hancur dan terusir dari rumah. Terpaksa mereka harus pindah ke tempat seperti sarang bawah tanah tikus.

"Di depan Joo Ri dan ibuku, aku berpura-pura kalau itu tidak apa-apa. Tapi beberapa kali sehari aku punya pikiran-pikiran lemah. Terkadang aku merasa seperti di hukum oleh tuhan, karena semau kesalahan terhadapmu yang pernah di lakukan oleh ibu dan aku dulu. Setiap hari seperti hidup di neraka. Tapi jika kau memberiku dorongan. Aku bisa mendapatkan sedikit kekuatan saat ini". 

Chae Won menujukan sikap prihatin, dan mengatakan hal-hal yang menyejukan hati Chul Goo. "Kau orang yang kuat. Kau dapat mengatasinya dengan baik". 

Chul Goo menangis, "Terima kasih, Chae Won-ah", lalu merengkuh Chae Won ke dalam pelukannya, "Aku sangat merindukanmu. Karena kau menyemangatiku, aku sungguh akan menjadi berani". 

Chae Won  melepaskan pelukan, bertepatan saat itu Se Yoon datang dan melihat mereka. Cemburu?. Marah?. Terpancar jelas di mata Se Yoon. 
 
Perasaan itu masih ada. Perasaan cinta yang tidak mungkin bisa hilang dengan mudah.


END

5 comments:

  1. Tinggal 3 episode lagi, fighting!!!

    ReplyDelete
  2. Episod Ɣάηƍ sgat sdihhhh skaliiiii saat kakek berpulang .... Smagatt utk lanjutannya Ɣ㪪 ..

    ReplyDelete
  3. Big cry huhuuhuhu semangat nuri 3eps lagi ni

    ReplyDelete
  4. gomawo eonni...Lanjut y..:))

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)