Pages - Menu

Wednesday, May 07, 2014

Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 47 Part 1

Chae Won menemui Se Yoon di perusahaan untuk memberitahu tentang kepergian Choon Hee dari rumah secara mendadak. Ponselnya di matikan sehingga tak ada cara untuk menghubunginya. Chae won ingin tahu apakah Choon Hee menghubungi Se Yoon.

Awalnya Se Yoon terkejut mendengar kabar itu, lalu wajahnya berubah dingin. Se Yoon berkata jika Choon Hee menghubungi, ia akan memberitahu Chae Won melalui sekertarisnya. Dan juga di luar urusan kerjasama bisnis, ia tak ingin bertemu dengan Chae Won lagi untuk alasan pribadi.

Ucapan dingin itu membuat Chae Won terpaku terkejut. Se Yoon berbalik hendak melangkah ke dalam. Saat itulah Chae Won memintaa maaf. Ia tahu Se Yoon pasti terluka, tapi ia tak mempunyai pilihan lain. Setelah mengetahui ibu Se Yoon berada di UGD, Chae Won tidak bisa melajutkan pernikahan. Itulah alasan kenapa ia meninggalkan Se Yoon.

“Meski begitu, bukannya aku tak mengerti perasaanmu”, balas Se Yoon tanpa membalikan badan, “Aku  terlalu lelah untuk melanjutkannya sekarang. Tadinya aku yakin akan terus berada di sampingmu untuk waktu yang lama hingga akhir. Sekarang kupikir aku terlalu berlebihan sendiri”.

Se Yoon akhirnya berbalik dan melihat Chae Won yang hampir menangis. Ia terdiam sejenak menelan sedih sebelum akhirnya berkata akan menghubungi Chae Won jika ada kabar tentang Choon Hee. Se Yoon bersikap formal dengan menundukan kepala,(salam hormat) lalu masuk ke dalam lobby.

Chae Won hanya bisa menangis tanpa bisa berbuat apa-apa. Ia sangat mengerti maksud dari perkataan Se Yoon barusan.  Inilah akhir dari kisah cinta mereka.

Setibanya di ruangan, Se Yoon mencoba menghubungi nomor Choon Hee. Seperti yang dikatakan Chae Won, nomor Choon Hee tidak aktif sehingga tidak bisa di hubungi. Pernkahannya yang gagal, Sol Joo yang berada di rumah sakit dan kepergian ibu kandungya memberikan beban pikiran Se Yoo. 

Dan beban Se Yoon semakin bertambah tak kala presdir Lee masuk ke ruangannya, “Kau pikir perusahaan ini tempat bermainmu?”, hardiknya penuh kemarahan, “Bukankah kau mengajukan surat pengunduran diri dan kabur?. Sekarang kau memutuskan kembali bekerja sesukamu?. Sudah kukatakan dengan jelas, jika kau menikahi Chae Won maka hubungan kita akan berakhir, begitu juga dengan posisimu di perusahaan ini”.

“Aku tidak menikah”, jawab Se Yoon, “Ibu dibawa ke UGD dengan ambulance kemarin”.

“UGD?. Kenapa?”.

“Mereka berkata ibu berlebihan dalam menggunakan obat penenang (anti depresi). Ibu merahasiakan ini dari keluarga. Selama in ibu menjalani perawatan kejiwaan.”.

Presdir Lee kaget. Se Yoon bertanya jika ia memutuskan untuk pergi ke kantor cabang Amerika, apa Presdir Lee akan kembali berbaikan dengan Sol  Joo, “Jika ayah mau berjanji aku akan pergi secepatnya minggu depan.

Anggota keluarga Uhm berkumpul di kamar kakek, menunggui ayah mereka yang sakit. Jelas sekali kepergiaan Choon Hee membuat kesehatan kakek menurun. Nenek tak mengira Choon Hee bisa bertindak dingin dan kejam seperti ini. Tanpa berkata apa-apa, teganya dia meninggalkan rumah dengan meninggalkan sepucuk surat perceraian. 

"Kalian tidak pernah bertengkar. Apa dia bena-benar tidak pernah mengatakan apa-apa soal (perceraian) itu padamu?", tanya nenek pada Hyo Dong. 

"Tidak", jawab Hyo Dong bermuram durja. 

Do Hee khawatir, Choon Hee tidak mempunyai keluarga lain. Dan karena Choon Hee lama tinggal di luar negeri, dia mungkin tidak punya teman di Korea, "Kemana dia pergi?". Kang Sook bertanya dia tidak akan kembali ke Amerika, kan?. 

"Lalu, apa benar-benar tidak ada cara untk menemukannya", Ki Choon ikut bicara.

Hyo Dong yang sepertinya ingin menangis memilih keluar dari kamar kakek dan menangis di halaman belakang. Ia ingat perkatannya saat bertengkar dengan Choon Hee tempo hari (karena Chae Won yang kabur dari rumah). Hyo Dong yang merasa kecewa karena mengira Choon Hee tidak menganggap Chae Won sebagai putrinya sendiri. 

"Aku salah Choon Hee. Seharusnya aku tidak mengatakan hal itu padamu. Karena aku menyesal, tolong kembalilah". 

Ponsel Hyo Dong berdering dan itu panggilan dari Choon Hee. Hyo Dong bereaksi cepat dengan segera mengangkatnya, "Dimana kau sekarang?".

Choon Hee yang saat ini berada di halte bus mengucapkan kata maaf. Pasti Hyo Dong sangat terkejut dengan kepergiannya yang mendadak. Hyo Dong bertanya dimana Choon Hee sekarang, ia akan segera datang menjemput. 

Tapi Choon Hee berpikiran lain, "Jika aku tidak mengakhirinya sekarang, maka tidak akan jalan untuk mengakhirinya nanti. Semua ini bisa berakhir dengan mengorbankan diriku sendiri. Tolong hormati keputusanku". 

"Lalu bagaimana denganku" tuntut Hyo Dong, "Jika kau pergi sepert ini, tidak kah kau berpikir bagaimana jadinya aku?. Apa kau tidak peduli aku hidup atau mati?". 

Choon Hee sedih, ia tahu Hyo Dong mengalami masa-masa sulit. "Demi masa depan anak-anak, kita tidak punya pilihan". Kita harus melakukannya. 

Hyo Dong tidak melakukannya, dan tidak akan melakukan itu, "Aku tidak bisa berpisah darimu satu menit pun ataupun satu detik pun".

"Jika aku tidak ada disana maka Chae Won dan Se Yoon bisa menikah. Tidak akan ada masalah". 

Hyo Dong bersikeras tidak mengerti apa yang Choon Hee bicarakan. Apa Choon Hee hanya peduli pada anak-anak dan tidak menganggapnya siapa-siapa. Jika Choon Hee pergi seperti ini. Hyo Dong bisa saja menjadii gila. 

"Jangan menyiksaku lagi. Katakan kau ada di mana. Pertama-tama kita bertemu dan bicara. Jika kau meninggalkanku seperti ini satu-satunya pilihanku adalah dengan menggigit lidah dan membunuh diriku sendiri"

Choon Hee menahan pedih, yang bisa ia lakukan hanyalah meminta maaf. Hyo Dong tetap berusaha membujuk dan merengek, teganya Choon Hee melukainya seperti ini. Jika Choon Hee memang merasa bersalah cepatlah pulang kerumah. 

Choon Hee berusaha tersenyum diantara rasa sakitnya, "Meskipun belum begitu lama bertemu denganmu membuatku sangat bahagia. Aku menghabiskan seluruh hidupku  sebagai yatim piatu. Aku sangat beruntung bisa tinggal di sebuah keluarga besar bersama ayah dan ibu.  Dan aku mendapatkan putri yang cantik seperti Chae Won. Setelah bertemu denganmu aku bisa hidup seperti manusia". 

Kata-kata itu membuat tangis Hyo Dong semakin menjadi-jadi. Choon Hee berkata tidak bisa membiarkan putra dan putri yang ia sayangi menderita, "Kita akhiri saja sampai disini, kumohon. Aku akan menelponmu saat kau sudah melupakanku". 

Hyo Dong meminta Choon Hee untuk tidak menutup telepon. Tapi sambungan telepon telah terputus. Ia mencoba menghubunginya lagi, tidak aktif. Hyo Dong terduduk lemas menangis tak berdaya. Istri yang ia cintai, benar-benar pergi meninggalkanya. 

Choon Hee menguatkan hatinya dan masuk ke dalam bis yang akan membawanya pergi jauh dari kota Paju.

Young Ja dalam konfrensi press mengatakan telah berupaya membawa Golden Dragon Foods untuk dapat memberikan kontribusi makanan sehat bagi masyarakat. Namun kurangnya pengetahuan dari manajemen dan produksi makanan di bawah standar membuat perusahaan tidak mampu memenuhi harapan konsumen.

Karena itu Young Ja memohon maaf yang sebesar-besarnya. Demi mengubah image perusahaan yang telah buruk. Baik CEO, Presdir dan seluruh anggota dewan eksekutif akan mengundurkan diri. 

Usai mengumumkan pengunduran dirinya, Young Ja kembali ke ruangan dengan perasaan berat. Chul Goo memberikan obat penenang. 

"Perusahaan yang kubangun dengan seluruh hidupku sekarang ada di tangan penjahat hina!", kata Young Ja tidak ikhlas.

"Maafkan aku ibu, ini semua karena aku".

"Seharusnya aku sadar sejak awal. Ini kesalahanku", tambah Chul Goo penuh penyesalan

Young Ja berkata Chul Goo sering menyebutnya mengerikan. Mereka hidup di dunia yang mengerikan dimana orang akan mencuri hidung mereka disaat kau menutup matamu. Dengan berkeringat darah Young Ja membangun perusahaan ini. Kini perusahaan itu di bawa pergi disaat matanya terbuka lebar.

Karena dibesarkan seperti tanaman rumah, Chul Goo tidak tahu dengan baik bagaimana kerjanya dunia ini. Dengan melalui cobaan ini, ia baru menyadari banyak hal. Mengutip kata kiasan, Young Ja berkata kenapa Chul Goo baru sadar sekarang disaat sup sudah tumpah dan mangkuk sudah pecah. Kenapa tidak sadar sedikit lebih awal. 

Young Ja bertanya kenapa hari ia tidak melihat batang hidung pengacara Hong. Ia meraih telpon menghubungi sekertaris, minta pengacara Hong untuk datang ke ruangannya. Chul Goo mulai berpikir apa yang akan terjadi pada mereka mulai sekarang.

Young Ja mengatakan, "Kita harus berlayar mengikuti arah mata angin dan harus mengikuti kemana air mengalir".

Terdengar suara pintu di ketuk. Sekertaris memberitahu nomor ponsel pengacara Hong tidak bisa di hubungi. Mungkin nomornya sudah diganti. 

"Nomornya diganti?. Kau ini bicara apa?. Apa kau menekan nomor yang salah. Aku berbicara dengannya semalam", ujar Young Ja kesal. 

Tak percaya, Young Ja menelpon pengacara Hong menggunakan ponselnya sendiri. Bener saja nomornya tidak bisa dihubungi. Young Ja heran apa yang terjadi. Lalu sebuah firasat buruk melintas di benaknya. Young Ja bangkit dari duduknya dengan wajah was-was. Lalu berlari keluar di ikuti Chul Goo dan Joo Ri. 

Young Ja dan ke dua anaknya pergi ke kantor pengacara Hong. Dari petugas keamanan mereka mengetahui bahwa kantor ini itu sudah di tutup. Karena pengacara Hong sekeluarga harus pindah secepatnya ke luar negeri. 

Young Ja syok, "Dia pergi ke luar negeri?". Chul Goo yang ada di sebelahnya memegangi tubuh Young Ja agar tidak jatuh. 

"Kapan kantornya mulai di tutup?"

"3 atau 4 hari yang lalu".

Young Ja syok tak percaya. Ia sempat bicara dengan pengacara Hong semalam, dan pria itu tidak mengatakan apa-apa soal ini. 

"Berapa banyak ibu memberi uang pada pengacara Hong?", tanya Joo Ri.

Young Ja tak segera menjawab. Joo Ri bertanya lagi dengan suara yang lebih nyaring, "Kutanya berapa banyak ibu memberikan uang padanya?". (Pengen getok kepalanya Joo Ri. Disaat seperti ini masih bisa-bisanya membentak ibunya yang kebingungan).

"Semuanya..ibu memberikan semuanya. Real estate, tabungan dan lain-lain. Semuanya...semua ibu serahkan di bawah pengawasannya", ucap Young Ja dengan wajah pias, "Tidak mungkin...tidak mungkin..bagaimana dia bisa mengkhianatiku". 

"Baji**** itu kita harus melaporkan dia ke polisi", kata Chul Goo

Young Ja menangis putus asa, sekarang apa yang harus kini lakukan. Tak hanya perusahaan, kini uangnya juga di bawa pergi. Terlalu syok membuat darah tinggi Young Ja kambuh, Chul Goo segera tanggap mengendong ibunya untuk membawanya pulang. 

Kondisi Sol Joo kian membaik. Do Hee yang merasa khawatir dengan Sol Joo kembali datang menjenguk. Sol Joo mengucapkan terima kasih atas jasa Do Hee yang telah membawanya ke rumah sakit. 

Do Hee berkata itu bukanlah hal yang sulit di lakukan bagi seorang teman. Ia minta Sol Joo memakan bubur yang dia bawa. Sol Joo bilang belum di perbolehkan makan saat ini karean luka di bagian dalam. 

"Maafkan aku Sol Joo", ucap Do Hee dengan mata berkaca-kaca, "Sejujurnya dulu aku sangat iri padamu. Bukan hanya mendapatkan suami yang kaya, kau juga mendapatkan putra yang baik. Kau tidak kekurangan atau kehilangan satu hal pun. Melihat kehidupanmu yang sempura. Aku merasa iri padamu sampai mati". 

Do Hee ingin selalu menyenangkan hati Sol Joo karena dia adalah istri dari atasan Ki Moon (sebelum Ki Moon mengundurkan diri dari perusahaan Presdir Lee). Do Hee selalu merasa rendah diri di hadapan Sol Joo, dan sering kali berpikiran buruk. Do Hee mengaku merayakan lagu kemenangan di dalam hati ketika mengetahui bahwa Sol Joo bukanlah ibu kandung Se Yoon, "Artinya Sol Joo yang angkuh dan sombong itu akan di jatuhkan tanpa ampun. Aku jahat, kan?". 

Sol Joo menggeleng, "Kau punya hak untuk membenciku. Karena aku terlalu rewel dan sensitif". 

"Saat berada dalam ambulan untuk menuju UGD, aku memikirkannya. Saat kau sudah membaik, aku harus meminta ampunan". 

"Ampunan apa...tidak perlu", Sol Joo mendekat memeluk Do Hee dan mengucapkan terima kasih.

Ucapan terima kasih yang tulus dari Sol Joo membuat Do Hee menangis tersedu-sedu di bahu Sol Joo. 

Sol Joo menghapus air mata Do Hee memintanya berhenti menangis. Kemudian bertanya bagaimana nasib Choon Hee. Do Hee memberitahu Choon Hee pergi meninggalkan rumah pagi ini. 

Sol Joo terkejut, "Choon Hee meninggalkan rumah. Apa artinya ini?". 

Tidak mempunyai kelaurga dan tempat tinggal, kemana Choon Hee pergi. Langkah kaki membawanya pergi ke rumah salah satu kerabat yang Choon Hee kenal. Hubungan mereka tampak dekat karena Choon Hee memanggil wanita pemilik kedai makan dengan panggilan "Onnie". 

Kakek mengelus kain kafan pemberian Choon Hee yang membuatnya terinagat pda janji yang mereka buat saat membeli kain itu. Kakek mengerti sekarang kenapa Choon Hee membelikannya kain ini. Kakek yang mempunyai firasat akan melakukan perjalanan jauh, berharap Choon Hee bisa mengantar kepergiannya. 

Kakek menyimpan kain itu ketika mendengar suara nenek. Nenek masuk ke kamar sembari memegangi bibinya. Nenek berkata kepergian Choon Hee membuatnya sakit dan lelah, ditambah sakit gigi ini yang membuatnya semakin menderita. 

Kakek mengambil kaca mata, meminta nenek membuka mulutnya lebar-lebar. Setelah diamati ternyata gigi geraham nenek berlubang. Kakek menyankan nenek harus pergi ke dokter gigi untuk mendapatkan perawatan. 

Nenek sudah pergi kesana dan dokter berkata ia harus memasang gigi palsu, "Kedengarannya itu akan menghabiskan banyak uang". 

Kakek mengambil dompet mengajak nenek pergi ke dokter gigi bersama-sama. Nenek sumringah, "Untuk memperbaiki gigiku?. Tapi biayanya banyak". 

"Ayo berdiri", ajak kakek keluar dari kamar terlebih dahulu. 

Nenek senang sekaligus heran, kakek yang biasa selalu hemat mau mengeluarkan uang dalam jumlah sebesar itu tanpa mengeluh sedikit pun. 

Sembari menunggu giliran, nenek menyarankan lebih baik kakek memeriksakan giginya juga, "Karena gigimu kau bahkan tidak bisa minum air dingin". Kakek merasa baik-baik saja. "Khawatirkan saja dirimu sendiri". 

Perawat memanggil nama nenek untuk masuk keruangan dokter. Pada kakek, nenek mengaku merasa takut. Bisakah kakek menemaninya masuk ke dalam dan menggenggam tangannya. 

Seperti permintaan nenek, kakek ikut serta masuk ke dalam ruang gigi. Kehadiran kekek membuat dokter kagum pada pasangan suami istri yang terlihat rukun di usia mereka yang lanjut ini.

Kakek berpesan agar dokter memeriksa nenek dengan hati-hati agar tidak kesakitan.  Dokter mengerti dan mulai memeriksa. Nenek yang takut menggenggam tangan kakek erat saat dokter mulai memeriksa gigi.

2 pria tak di kenal datang kerumah Young Ja, mereka datang atas permintaan pemilik baru rumah. Nyonya pemilik rumah yang baru akan pindah bulan depan dan minta rumah di renovasi. 2 pria itu meminta Young Ja untuk segera pindah minggu depan sehingga mereka bisa mulai merenovasi.

“Ibu menjual rumah?”, tanya Joo Ri keget

“Dan uang penjualan rumah juga ibu berikan pada pengacara Hong?”, tebak Chul Goo. ‘’

Young Ja mengangguk lemah, dengan terbata ia berkata berencana mencari rumah baru setelah masalah perusahaan selesai. Jika sudah begini apa yang harus kita lakukan. Young Ja menangis tersedu-sedu menyadari kebodohanya.

Kang Jin grogi menjelang wawancara radio. Bong Soo berusaha menenangkan, yang perlu Kang Jin lakukan hanyalah menjawab jawaban. Ki Ok yang selalu menemani Kang Jin memberikan semangat. 

Lampu On Air menyala, menadakan acara telah dimulai. Pembawa acara memperkenakan Kang Jin sebagai penyanyi musik trot. Meski berusaha tidak gugup, suara Kang Jin tetap terdengar bergetar saat memberikan salam pembuka kepada para pendengar. 

Pembaca acara bertanya apa alasan Kang Jin baru sekarang mengeluarkan album setelah vakum selama 10 tahun. Bukannya menjawab, Kang Jin malah menangis. Bong Soo yang menunggu di luar studio bersama Bong Soo memberi kode pembawa acara untuk meng-cut acara. Tapi karena ini wawancara langsung sehingga tidak bisa di cut.

Pembawa acara bingung karena Kang Jin tidak berhenti menangis. Mereka berinisiatif untuk menghentikan wawancara dan meminta Kang Jin untuk menyanyi saja. Bujukan mereka tepat, seketika itu tangis langsung berhenti dan menyanyi dengan penuh semangat. Tapi, hanya satu bait Kang Jin kembali menangis.

Dalam tangisnya Kang Jin meminta maaf. Ia terus memikirkan betapa sedih dan menderitanya dia saat masih tidak dikenal dulu.  Kang Jin yang terlalu terbawa suasana membuat siaran itu menjadi kacau.


Kang Sook kegenitan saat mendapat telpon dari Bong Soo. Bong Soo tanya apa Kang Sook mendengar siaran Kang Jin di radio. Kang Sook mendengarnya, pasti saat ini Bong Soo merasa sangat kecewa. 

Bong Soo merasa marah dan stres. Ini adalah kesempatan wawancara yang sulit di peroleh tapi Kang Jin malah mengacaukanya. Untuk menghilangkan penat Bong Sook mengajak Kang Sook makan malam yang langsung di iyakan dengan cepat oleh Kang Sook.

Usai bertelpon ria dengan Bong Soo, Kang Sook membuka lemari memilih-milih baju apa kira-kira yang akan ia pakai malam ini. Tanpa kang Sook ketahui, Ki Choon mengintip dari celah pintu. Firasatnya semakin benar, Kang Sook berselingkuh di belakangnya.


Menjelang sore Kang Sook keluar rumah dengan langkah riang. Ia sempat menoleh ke belakang merasa ada seseorang yang mengikuti. Kang Sook kembali jalan setelah memastikan tidak ada siapa-siapa di belakangnya. Padahal sejak tadi Ki Choon mengikutinya dari belakang. Siap menjadi penguntit Kang Sook hari ini. 

Kang Sook dan Bong Soo janjian bertemu di sebuah cafe. Saat Kang Sook datang, Bong Soo sedang menyumbangkan sebuah lagu. Tentu saja, suara bagus Bong Soo membuat Kang Sook semakin tergila-gila.

Ki Choon duduk tepat di belakang Kang Sook, menutupi wajahnya dengan koran. Ia nyedumel kesal, beraninya Kang Sook selingkuh di tengah siang bolong. Dan pria itu pasti akan ia beri pelajaran saat pulag. Tak puas di situ, Ki Choon mengumpat Bong Soo terlihat licin seperti wijen. Hanya dengan sekali lihat ia bisa langsung mengenali wajah gigilo sejati Bong Soo.

Selesai bernyanyi, Bong Soo menghampiri Kang Sook. Dengan wajah berseri Kang  Sook bertanya kenapa Bong  Soo selesai bernanyi, seharusnya kau bernyanyi satu dua lagu lagi. Bong Soo berkata setelah melihat wajah Kang Soo, rasa stresnya benar-benar hilang. Pujian itu membuat Kang Sook melayang ke langit ke tujuh.

Bong Soo berkata ini adalah tempat dimana para penyanyi biasanya sesekali melakukan pertunjukan. Sebenarnya ia ingin membawa Kang Sook ke suatu tempat.

“Kesuatu tempat?. Kemana?”, tanya Kang Sook antusias.

Bong Soo membawa Kang Sook ke toko. Kang Sook mengetahui ini adalah toko tempat di jual barang-barang mewah. 

“Kang Sook kau menyukai merk-merk mewah?”, tanya Bong Soo

“Bagaimana bisa dalam situasiku begini?”, jawab Kang Sook.

“Barang mewah apa yang kau butuhkan, saat kau sendiri adalah barang mewah”, puji Bong Soo setinggi langit.

Ki Choon, sang pengintai dadakan bersembunyi di tempat strategis agar bisa mendengar dan melihat apa yang tengah dilakukan 2 orang itu.

Pegawai toko menyapa Bong Soo. Bong Soo minta pegawai toko mengeluarkan barang yang ia pilih dan tunjukan pada Kang Sook.

Pegawai toko mengeluarkan 4 cincin bermata berlian. Bong Soo bertanya model mana yang Kang Sook suka.

Kenyataan kalau dia belum pernah berkencan terlihat dengan jelas. Bagaimana bisa kau meminta wanita untuk memilih cincin lamaran”, batin Kang Sook menatap Bong Soo penuh cinta.

Bong Soo mengajak Kang Sook pergi ke tempat lain jika tidak ada model cincin yang Kang Sook suka.

“Tidak..tidak...”, Kang Sook menunjuk cincin nomor 2 dari sebelah kanan.

Bong Soo berkata cincin itu sesuai dengan pilihannya. Bong Soo memesan cincin pilihan Kang Sook. Dalam waktu seminggu ia akan datang lagi untk mengambilnya.

Selesai memilih cincin, Bong Soo mengajak Kang Sook pergi.

“Jadi kita sudah selesai?”, tanya Kang Soo mengira cincin itu akan dibeli hari ini.

“Kenapa?. Apa ada yang lain yang kau sukai?. Aku akan membelikannya untukmu, jadi katakan. Kau ingin kalung? Atau gelang?”, tanya Bong Soo.

Kang Sook berkata dalam hati harga cincin itu saja pasti sudah sangat mahal, tak pantas rasanya jika ia meminta kalung atau gelang juga. Kalau begitu, Bong Soo mengajak Kang Sook pergi.

Ki Choon yang sejak tadi mengintai menghampiri pegawai toko begitu 2 orang itu pergi. Ia bertanya berapa harga cincin yang di pilih Bong Soo. Pegawai menjawab 50 juta won. Mata Ki Choon terbelalak lebar mendengarnya. Tak mungkin ia sanggup cincin seperti itu. 


Nenek dan kakek berjalan pulang dari rumah sakit. Hari ini nenek merasa sangat senang. Dulu ia pikir kakek adalah orang yang kikir yang akan bisa gemetar hanya dengan membayangkan menghabiskan uang satu sen saja. Tapi kini pemikiran nenek berubah. 

Kekek menyahut memasangkan gigi nenek, bukan untuk membuat nenek terlihat cantik. kata orang, jika lansia tidak bisa mengunyah dengan baik tingkat kepikunannya semakin tinggi, yang hanya akan menyusahkan anak-anak saja. Kakek hanya membuat persiapan di awal.

"Jika aku pikun. Kau akan menyerahkanku pada anak-anak?", tanya nenek, "Jika aku pikun, kau harus menyuapiku dan mengganti popok ku. Kenapa kau harus membuat anak-anakmu bekerja keras ". 

Kakek tak menjawab, tiba-tiba ia merasakan sakit di bagian perut. Nenek panik melihat kakek mengeluarkan banyak keringat. Sembari menahan sakit, kakek berkata baik-baik saja. Tapi kenyataanya tidak seperti itu, kakek pingsan. Nenek berteriak meminta bantuan. Untung saja ada seorang pemuda yang kebetulan lewat dan mau membawa kakek ke rumah sakit. 


Lanjut Ke Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 47 Part 2

3 comments:

  1. Ditunggu Ɣ㪪 .. Klanjutnx , walaupun aq sdh slesai nonton ditv xin kong tapi tetap asyik baca sinopsisnya, ᵗʰᵃᶰᵏᵧₒᵤ (ˆںˆʃƪ)

    ReplyDelete
  2. Lanjut Ÿå°˚ kak.......selalu ditunggu........

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)