Pages - Menu

Saturday, December 28, 2013

Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 38 Part 2

Ki Choon dan Kang Sook bersantai di rumah sewaan baru mereka. Ki Choon menoleh keluar jendela dan melihat air hujan yang turun dari langit. Kang Sook dan Ki Choon tertegun seperti mengingat sesuatu.

"Mienya", sontak mereka berdua langsung berlari keluar rumah meninggalkan Bo Reum sendirian. 






Ki Moon dan Do Hee pergi keagen perumahan, untuk mencari informasi rumah yang di jual. Pegawai berkata akan menghubungi merkea jika menemukan rumah yang akan dijual oleh si pemilik. Setelah urusan selesai, mereka keluar dari kantor agen perumahan. 

Sekeluarnya mereka di sambut oleh hujan. Do Hee panik saat mengingat mie yang terjemur dihalaman. Tanpa memperdulikan hujan, Ki Moon dan Do Hee berlari ke rumah mie.




Sementara itu, Choon Hee kalang kabut berusaha memindahkan mie yang terjemur di halaman ke dalam pabrik. Di saat yang tepat, Ki Choon dan Kang Sook datang. Choon Hee bertanya apa yang mereka lakukan disini. Kang Sook berkata tentu saja mereka datang karena mengkhawatirkan mie yang ada di halaman. 




Sedetik kemudian, Ki Moon dan Do Hee datang. Choon Hee kembali bertanya apa yang dilakukan Do Hee disini. Di tutupi rasa gengsi, Do Hee berkata hujan turun saat ia lewat di sekitar sini, karena itu ia mampir. 




Tanpa banyak bercakap lagi, mereka bahu membantu memindahkan mie ke dalam pabrik. Hujan sangat deras, mereka pun bergerak cepat, agar mie tidak menjadi lembek karena tersiram air. 

Tanpa sepengetahuan mereka. Kakek melihat dari jauh. Ia tersenyum bahagia, melihat anak dan menantunya memiliki kepedulian pada mie. Meski mereka saat ini masih marah, karena kakek berbohong tentang warisan. 

Setelah memindahkan semua mie, mereka lalu mengeringkan badan dengan handuk. Choon Hee datang membawa teh untuk menghangatkan badan. Do Hee berguman bagaimana bisa hujan berhenti tepat setelah mereka memasukan semua mienya. Kang Sook berkomentar kakinya berkeringat sampai ketelapak kaki karena berlari kesana kemari. 

Ki Moon menanyakan kabar kakek. Choon Hee berkata kakek menunggu kepulangan mereka. Ki Moon agak sedih. Ki Choon bertanya apa kakek sudah berdamai dengan nenek. Choon Hee mengatakan sebenarnya, nenek terus mengomeli kakek karena membohongi anak-anaknya soal warisan. 

"Sekarang karena kalian datang, masuklah dan beri salam pada Ayah dan Ibu", bujuk Choon Hee. 

"Tidak perlu", ucap Do Hee gengsi, "Silahkan saja kalian mau", ucapnya kemudian pada Kang Sook dan Ki Choon.

Kang Sook pun sama seperti Do Hee, masih merasa gengsi, sekaligus tidak mempunyai keberanian untuk bertemu dengan kakek. Hidung Ki Choon bergerak-gerak, menarik napas dalam. Ia merasa seperti berada di dalam rumah saat mencium bau tepung. 

"Terkadang aku merasa seperti mendengar suara mesin", ujar Ki Moon seraya mendekati mesin penggiling. 

Do Hee lain lagi, tanpa sadar tangannya bergerak memotong mie yang sudah kering. Seperti yang sering kerjakan. Kang Sook yang heran mendekatinya dan bertanya apa yang dilakukan Do Hee. Disaat itulah Do Hee baru sadar dan tidak mengerti dengan apa yang ia lakukan. 

Ki Moon dan Ki Choon tersenyum, menyadari ternyata hati mereka merindukan mie dan kesibukan  yang sering mereka kerjakan di pabrik. Do Hee masih tertegun bingung. 

Choon Hee tersenyum, memandangi mereka bergantian, "Di mataku, sekarang mereka semua menjadi pembuat mie". 

Hong Ju telah selesai berkemas dan siap pergi. Ia telah menetapkan pilihannya untuk meninggalkan rumah keluarga Bang. Ms. Park siap mengantar nona-nya pergi sekarang, "Nona akan pergi ke Ibumu, kan?". 

"Ya. Ibu pasti akan memarahiku tapi apa yang bisa kulakukan?", ucap Hong Joo pasrah, "Aku mengkhawatirkan Ibu. Ms. Park akan kembali ke rumah ayahku, kan?". 

"Ya", jawab Ms. Park tersenyum sedih.

Hong Joo maju memeluk Ms. Park, "Aku selalu bergantung padamu, bukannya pada ibu. Terima kasih untuk segalanya". 

Ms. Park menarik napas panjang. Hong Joo melepas pelukannya. Ms. Park mengangguk lalu membawa tas Hong Joo keluar.

Hong Joo masih terdiam di dalam kamar, memandangi ruangan itu untuk terakhir kalinya. Hong Joo pergi dengan meninggalkan surat di atas meja. 

Dalam perjalanan ke bandara, Hong Joo menyempatkan diri mampir ke rumah mie. Chae Won yang baru pulang terkejut melihat kedatangan Hong Joo. 

"Apa yang membawamu kesini", tanya Chae Won waspada.

"Aku ingin meminta bantuanmu", jawab Hong Joo.

Chae Won membawa Hong Joo ke pabrik, sebagai tuan rumah ia menyuguhkan minuman untuk tamunya itu. Hong Joo mengambil minuman dan tak lupa mengucapkan terima kasih. Ia lalu berkata malam ini akan terbang ke paris menemui ibunya. 

"Chul Goo terus-menerus membicarakan soal perceraian. Aku dulu berencana ingin menempel padanya terus seperti lintah, tapi akhirnya aku menandatangani surat cerai, karena aku benci semua hinaan itu.

"Apa hubungannya denganku?". 

"Bisakah kau membantuku?", tanya Hong Joo. Chae Won tak mengerti, "Membantu?".
 

"Chul Goo sangat mencintaimu dengan begitu dalam. Sejak hari saat kami menikah, dia mencintaimu dengan sepenuh hati. Hati dan tubuhnya tidak pernah menjadi milikku. Dia tidak pernah membuka hatinya untukku. Dia adalah anak mama yang tiada duanya, tapi dia memiliki cinta yang murni. Ini sangat mengejutkan".

Chae Won tanya kenapa Hong Joo mengatakan hal ini padanya. Dengan sungguh-sungguh, Hong Joo minta Chae Won mau menerima Chul Goo kembali dan mulai dari awal, "Kau tahu, meskipun dia anak mama, dia berhati baik. Dia tidak bisa hidup tanpamu. Dia terlihat sangat putus asa sehingga kupikir dia mungkin bisa mati, jadi aku datang menemuimu". 

"Aku tahu apa maksudmu, tapi aku tidak ingin kembali pada Chul Goo. Aku mencintai seseorang". 

Hong Joo menghela napas sedih, "Apa yang akan dia lakukan sekarang?. Chul Goo yang malang?". 


Sepulang kerja, presdir Lee bicara serius dengan Sol Joo. Ia memberitahu bahwa bertemu dengan wanita itu siang ini. Sol Joo langsung bisa menebak wanita yang di maksud oleh suaminya adalah Chae Won. Presdir Lee mengatakan Chae Won masuk ke putaran final kompetisi mie. 

"Aku lihat dia sangat tulus dan pintar. Aku memeriksa latar belakangnya. Dia berbicara dengan baik. Di atas semua itu, Ayahku dulu selalu memuji keluarganya bahwa keluarga mereka membuat mie dengan bersungguh-sungguh". 

Wajah Sol Joo suram, dan semakin suram saat presdir Kim berakta, "Kita harus berhenti menentang Se Yoon". 

Sol Joo ingin mengajukan keberatan. Tapi, presdir Lee langsung menyela. Tidak ada orang tua yang bisa mengalahkan anak-anaknya. Apa yang sudah kita dapat, setelah konflik 3 tahun yang lalu?. Seorang gadis kehilangan nyawanya, dan Se Yoon kehilangan indra pengecapnya. Semua orang terluka, "Kita jangan mengulangi tragedi semacam itu". 

"Tapi nona Min seorang janda", ujar Sol Joo masih keberatan. 


"Tapi Se Yoon mengatakan wanita yang mendampinginya haruslah Min Chae Won. Kita beri Se Yoon kesempatan dan percayalah padanya",

Sol Joo diam tak lagi berkomentar, belum bisa sepenuhnya setuju dengan keputusan presdir Lee. 

Hyo Dong dan Choon Hee berjalan-jalan menikmati udara segar. Hyo Dong merasa mereka sudah lama tidak berkencan seperti ini. Choon Hee membenarkan, sebelum menikah Hyo Dong sering membual seolah-olah akan membuat hidup Choon Hee nyaman, "Uh..dasar pembohong". 

Hyo Dong menawarkan pindah rumah jika Choon Hee mengingikannya. Choon Hee menyambutnya dengan hati senang, "Benarkah?. Kalau begitu aku akan menemui makelar  untuk mencari rumah baru besok". 

"Apa?. Itu?. Aku tidak bermaksud kita harus pindah tapi...", Hyo Dong gelagapan tak menyangka Choon Hee seantusias ini. Pada intinya, ia tidak bisa meninggalkan kakek nenek begitu saja. 

Choon Hee merajuk, Lalu apa?. Apa ucapanmu tadi hanya bercanda?".

"Tidak, bukan begitu. Karena kau selalu mengurusi urusan rumah tangga, jadi aku...". 

"Jadi kau mengatakan kita bisa pindah rumah, tapi aku bereaksi berlebihan, begitu maksudmu, hah?". 

Dengan terbata Hyo Dong berusaha menjelaskan kalau ia tidak bermaksud seperti itu. Ia bukan hanya sekedar bicara. Mereka bisa pindah, tapi tidak untuk saat ini.

Choon Hee tertawa melihat wajah Hyo Dong yang tampak lucu saat salah tingkah seperti sekarang ini. 

"Aku cuma bercanda. Kenapa kau serius sekali?. Oppa, benar-benar lugu?", Choon Hee mengelus rambut Hyo Dong.

"Lelucon apaan", Hyo Dong mencibit hidung Choon Hee dengan gemas. 

Mereka lalu tertawa dan kembali berjalan. Choon Hee mengungkapkan perasaanya yang besar sebagai yatim piatu. Tak memiliki orang tua seperti tinggal di rumah yang tidak beratap. Selalu merasa kosong dan gelisah. Entah itu hujan atau salju, ia merasa kebasahan karenanya.

Choon Hee tersenyum menatap suaminya, "Tapi sekarang aku punya atap yang disebut keluarga. Apakah itu angin, hujan, atau salju, aku tidak takut. Aku benar-benar bahagia dan bersyukur. Jadi, Oppa tidak perlu meminta maaf".

"Setiap kata-kata yang kau ucapkan begitu indah", Hyo Dong yang merasa takjub mencium pipi Choon Hee. 





Choon Hee yang merasa malu, celingukan menoleh ke kanan dan ke kiri. Takut-takut jika ada orang yang melihat mereka. Hyo Dong tak peduli, memangnya siapa yang mau marah saat ia mencium istrinya sendiri. Perkataan Hyo Dong itu memang benar, dan Choon Hee tersenyum geli mendengarnya. 

Kemudian, Choon Hee mengganti topik pembicaraan. Ia minta pada suaminya jangan membenci Se Yoon, "Hanya dengan berpikir dia sebagai menantuku sudah membuatku bahagia. Jangan bersikap kejam padanya. Kau mempermalukannya tadi malam". 

Hyo Dong mengaku kalau sebenarnya ia juga menyukai Se Yoon, dan berharap Chae Won bisa menikah dengan pria sebaik Se Yoon. Tapi masih ada beban pikiran yang membuatnya khawatir, "Bagaimana jika dia mengacaukan Chae Won dan menyerah atas Chae Won karena desakan orang tuanya?". (seperti Chul Goo). 

"Se Yoon bukanlah pria semacam itu. Aku bisa jamin", ucap Choon Hee penuh keyakinan. 



Hyo Dong heran, seberapa banyak Choon Hee mengenal Se Yoon sehingga bisa menjamin hal semacam itu. Choon Hee berkata karena ia sangat mempercayai Se Yoon. Tidak ada gunanya menentang hubungan mereka, "Kita percayakan pada Se Yoon dan dukunglah mereka", pinta Choon Hee sembari menggenggam erat tangan suaminya.

Hyo Dong tak segera menjawab, menarik napas panjang. Choon Hee bertanya kenapa Hyo Dong tidak menjawab. Hyo Dong merajuk dan menarik tangannya, "Aku tidak akan menjawab karena aku cemburu. Kau kelihatannya lebih menyukainya daripada aku, jadi aku cemburu". 

Choon Hee geli, "Oh ayolah. Itu tidak benar. Kau satu-satunya pria bagiku". 


"Benarkah?". 


"Yakin sekali. Tentu saja ya", ucap Choon Hee meyakinkan. 


Choon Hee tertawa, Young Do tak merajuk lagi dan ikut tertawa. Sepasang suami istri yang bahagia ini kembali bergandengan tangan menghabiskan waktu berdua. Seperti pasangan muda-mudi. 

Usaha Ki Ok menahan Kang Jin berhasil. Pria itu tidak jadi pindah, semua barang-barang Kang Jin yang telah di angkut ke atas mobil di kembalikan di rumah sewaannya. Seperti seorang istri, Ki Ok mengatur kembali barang-barang di rumah Kang Jin. 

Kang Jin masih tak mengerti sebenarnya apa yang Ki Ok pikirkan. Ki Ok minta Kang Jin percaya padanya, ia akan mengurus semuanya. Kang Jin tertekan, jika keluarga Ki Ok tahu, pasti ia akan babak belur di pukuli. 

"Tidak seorang pun yang berani memukulimu. Jika mereka menyentuhmu sehelai rambut saja, aku tidak akan menerimanya", janji Ki Ok. 

"Kau benar-benar ingin melakukan sejauh ini?", tanya Kang Jin ragu. 

"Kenapa tidak?. Tidak ada salahnya bagi kita untuk jatuh cinta". 



Kang Jin membenarkan perkataan Ki Ok. Tidak ada yang salah jika mereka saling jatuh cinta, tapi tetap saja. Ki Ok meraih kedua tangan Kang Jin, "Ini akan jadi awal peperangan. Kuatkan dirimu, mengerti?. Berjuanglah!". 


Chae Won menerima telpon yang mengabarkan ia berhasil menjadi juara pertama kompetisi mie. Choon Hee menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat, ia bersorak senang melihat keberhasilan putrinya. Kakek, nenek dan Hyo Dong ikut merasa senang. Kakek merasa sangat bangga pada Chae Won. 

Nenek bertanya apa hadiah pemenang berbentuk uang. Chae Won tersenyum mengiyakan. Nenek minta Chae Won mentraktirnya makanan enak saat menerima hadiah itu. Hyo Dong tak mau ketinggalan minta di traktir. Chae Won dengan senang hati berjanji akan membelikan mereka makanan yang enak-enak. 

Suasana di ruang tengah itu di penuhi canda tawa. Ki Ok pulang dengan wajah berseri. Nenek tanya dari mana saja Ki Ok sepanjang hari. Ki Ok hanya menjawab ada urusan. Nenek memberitahu tentang kemenangan Chae Won. 

"Selamat, Chae Won", ucap Ki Ok pendek lalu pergi ke kamar. 

Nenek bengong dengan sikap Ki Ok yang mendadak berubah. Tadi pagi cemberut, sekarang wajahnya tampak berseri-seri. Choon Hee geleng-geleng kepala. Tak tahu apa yang sedang dikerjakan adik iparnya itu. 

Chae Won mengunjungi paman dan bibinya. Ia mengajukan niatnya yang ingin mengajak kedua pamanya untuk membangun bisnis mie. Chae Won menunjuk Ki Moon sebagai CEO. Tujuannya ialah mencapai target penjualan senilai 1 milyar dalam waktu 2 tahun, "Untuk mencapainya, aku membutuhkan Paman Ki Moon yang memiliki pola pikir pebisnis".

Ki Moon merasa senang ditawari jabatan itu. Tapi Ki Choon merasa mimpi Chae Won itu terlalu mustahil. Chae Won pun menjelaskan, selama 2 tahun, pabrik mie kakek akan terikat kontrak kerja dengan perusahaan Se Yoon.

"Kita akan dijamin oleh saluran distribusi untuk memasok mie kita. Jika kita mengembangkan bisnis kita atas dasar yang kuat, aku yakin kita akan bisa mencapai tujuan kita". 

"Tentu saja. Tidak ada perusahaan yang besar dari awalnya. Beginilah caramu memulai", sahut Ki Moon setuju. 

"Jika kakak ipar menduduki kursi CEO, bagaimana dengan kami?", tanya Kang Sook. 

"Paman dan Bibi, bertanggung jawab atas manajemen pabrik dan jalur produksi. Dengan kata lain,  paman Ki Choon akan menjadi manajer pabrik. Pertama-tama, kita merancang skema tentang cara memperbaiki peralatan dengan hadiah uang 200 juta won. Paman akan menjadi tokoh kunci dari pabrik kita.", jelas Chae Won. 

Mendengar kata manager dan tokoh kunci menerbitkan senyum dan gairah dalam diri Ki Choon. Do Hee yang mata duitan bertanya bagaimana dengan pembagian keuntungan. Chae Won menjelaskan saham dan keuntungan pabrik akan di bagi secara merata. 

Paman dan bibi Chae Won manggut-manggut tanda setuju. Chae Won mendengar Ki Ok paling baik dalam hal penjualan waktu lalu. Ia berniat akan menunjuk Ki Ok sebagai pemasaran dan penjualan. Ki Choon lalu bertanya dimana adik bungsunya itu sekarang. 

Ki Ok yang lagi jatuh cinta tak lama memperdulikan urusan keluarga. Ia semakin berbuat nekad dengan meninggalkan rumah dan pergi ke rumah Kang Jin. Kang Jin tentu saja terbengong-bengong menerima kedatangan Ki Ok. Bagaimana pun ia tidak setuju jika Ki Ok sampai berbuat senekad itu. 

"Apa? Apa kau ingin mengatakan kalau kau akan tinggal bersamaku atau apa?". 

Ki Ok mengangguk dengan pasti. Kang Jin stres, "Apa kau gila?. Bagaimana kalau keluargamu tahu?". Ki Ok tidak peduli dan tidak takut pada apapun lagi. 

"Oh tidak. Ini benar-benar gila", ucap Kang Jin putus asa. 

Chae Won pulang kerumah membawa kedua paman dan bibinya. Anak dan menantu kakek ini bersujud memberikan penghormatan. Ki Moon meminta maaf karena telah membuat kedua orang tuanya khawatir. 




"Meskipun kami meninggalkan rumah dalam keadaan marah, kami merasa sedih karena Ayah dan Ibu selalu muncul dalam pikiran kami", ucap Do Hee memasang wajah sedih (entah tulus atau tidak).

"Kami tidak segila itu mengejar-ngejar uang. Kami cuma tidak bisa tahan merasa di bohongi", Kang Sook unjuk bicara. 

"Ini suatu kehormatan untuk bisa kembali ke usaha keluarga", tambah Do Hee lagi. 

Nenek merasa lega sekaligus berterima kasih karena anak dan menantunya kembali pulang kerumah, malam ini ia bisa tidur nyenyak. Nenek bertanya pada kakek yang sejak tadi diam, kenapa tidak mengatakan apa-apa. 

Kakek yang memang tidak terbiasa menunjukan perasaannya hanya mengucapkan selamat datang pada mereka lalu pergi masuk ke kamar. 

Setelah kakek masuk, Ki Choon bertanya apa kakek sakit. "Ayah menjadi semakin kurus  sejak terakhir kali aku melihatnya". Nenek berkata kakek mengalami demam musim semi, "Ayah kalian bersedih setelah kalian pergi". 

Chae Won dan Choon Hee yang mengetahui penyebab kenapa kakek semakin kurus hanya bisa saling tukar pandang. Perasaan sedih itu kembali merasuk di hati mereka. 


Hyo Dong merasa senang akhirnya ipar-iparnya itu kembali pulang kerumah. Mereka lalu bercakap-cakap. Choon Hee membuatkan minuman dan Chae Won menyusul kakek ke kamar. 

Di dalam kamar, kakek duduk merenung. Chae Won yang melihatnya bertanya perlukah ia menyiapkan kasur untuk kakek, apa kakek ingin berbaring. Kakek meraih tangan Chae Won dan menggenggamnya, "Terima kasih. Kau sudah melakukan perkerjaan bagus". 

"Aku memenangkan kompetisi karena kita mempunyai mie terbaik. Kakeklah yang sudah menyelamatkan usaha keluarga. Terima kasih banyak, Kakek". 

Kakek tersenyum memandangi cucunya. Chae Won juga tersenyum, meski ada gurat sedih di wajahnya. 

*******

"Benarkah itu?", tanya Se Yoon terkejut tidak percaya. 

"Ya. Ayahmu ingin menyetujui hubunganmu dengan Chae Won", jawab Sol Joo dengan wajah kesal.

"Kau juga bilang akan setuju", tuntut Presdir Lee pada istrinya. 

Sol Joo menatap wajah Se Yoon yang penun harap lalu berkata, "Baiklah. Ibu menyerah. Kau menang". 

"Terima kasih ayah. Terima kasih ibu", ucap Se Yoon penuh haru. (Akhirnya.... ^-^). 

Presdir Lee minta Se Yoon mengundang Chae Won kerumah untuk makan malam. Dengan nada girang, Se Yoon mengiyakan permintaan ayahnya.

"Tidakkah kau terlalu bahagia saat ibu merasa kesal di dalam hati?", protes Sol Joo. 

Se Yoon menjamin, Chae Won tidak akan pernah mengecewakan ibunya. Dia adalah wanita yang baik. Sol Joo tersenyum kecil, "Baiklah. Ibu mempercayaimu". 




Chul Goo masuk ke kamar dalam keadaan gelap. Ia menyalakan lampu dan berguman apa Hong Joo sedang keluar. Diatas meja ia menemukan surat cerai yang telah ditandatangani Hong Joo. Disebelahnya ada juga surat perpisahan yang ditinggalkan. Chul Goo terkejut dan membacanya. 

"Seperti yang dikatakan Ibumu, tadinya aku  akan menghisap habis darahmu, tapi aku menjadi lelah dengan hal itu. Aku akan pergi. Semoga beruntung dengan Chae Won-mu. Dan Terima kasih untuk tunjangannya".

Bukan main girangnya Chul Goo. "Terima kasih..terima kasih Hong Joo. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu". 

Serta merta Chul Goo turun kebawah sambil teriak memanggil ibunya. Young Ja ngomel, mendengar teriakan Chul Goo yang ribut. Chul Goo berkata sekarang semuanya sudah berakhir. Young Ja tak mengerti apamnya yang berakhir. 

"Hong Ju menandatanganii surat cerai dan pergi", jelas Chul Goo menunjukan surat yang ia pegang.



Young Ja terkejut, "Benarkah?. Oh, ya tuhan, ini sungguh kejutan. Kupikir dia tidak akan pernah meninggalkanmu tapi dia pergi atas kemauannya sendiri".

"Aku merasa kasihan dengan Hong Joo tapi aku sangat bahagia. Sekarang aku bisa bernapas". 

"Anak nakal. Kau harusnya berterima kasih pada Ibu". 

Chul Goo berterima kasih dan berjanji akan berusaha keras memulai kembali dengan Chae Won. Chul Goo hampir menangis karena terlalu bahagia. Young Ja menepuk pundah putranya, ia ikut bahagia melihat Chul Goo bahagia. (Jiah..kenapa gak dari dulu). 

Chul Goo memeluk ibunya. Ibu dan anak ini bersorak dan berjoget-joget girang. Mengira keinginan mereka akan terwujud. LoL



Malam itu juga, Se Yoon langsung pergi kerumah mie. Chae Won terburu-buru berlari menemui Se Yoon di depan pintu gerbang, "Ada apa?. Ada berita besar apa?. Apa yang terjadi?". 



Sebelum menjawab pertanyaan, ia lebih dulu bertanya apa Chae Won mempunyai obat jantung. Ia khawatir Chae Won akan pingsan setelah mendengar berita yang ingin ia sampaikan. 

"Apa itu?. Katan saja padaku", desak Chae Won penasaran. 

Se Yoon memegang pundak Chae Won. Memasang wajah serius dan berkata, "Jangan terkejut. Dengar baik-baik. Orang tuaku....... menyetujui hubungan kita".

Chae Won tertegun bengong. Blank...tidak terkejut ataupun senang. Se Yoon yag mengira Chae Won akan terkejut merasa kecewa dengan ekspresi Chae Won yang datar. Ia pun protes, "Reaksi macam apa itu?. Apa kau tidak bahagia?".

"Hei. Min Chae Won-shi", tegur Se Yoon lagi, karena Chae Won tak juga tersadar dari rasa tertegunnya. 



Chae Won menghela napas sedih dan berkata pasti Se Yoon sedang bercanda, "Orangtuamu menyetujui hubungan kita. Itu tidak mungkin. Tidak masuk akal". 

Se Yoon nyegir, "Kenapa kau tidak percaya padaku?. Ini kenyataan". 

"Sungguh?", tanya Chae Won masih tidak percaya. 

Se Yoon mengangguk, dengan mantap mengiyakan. Kalau semau ini benar, bukan hanya candaan saja. 

"Apa benar kedua orangtuamu menyetujui hubungan kita?. Jika kau berbohong, aku tidak akan memaafkanmu". 

"Benar. Percaya padaku", jawab Se Yoon tersenyum lembut. 

Chae Won akhirnya tertawa dan menghambur ke pelukan Se Yoon. Memeluk Se Yoon dengan sangat erat. Se Yoon tertawa gembira, "Bagaimana bisa wanita sekuat ini?".

Chae Won masih tidak bisa percaya, "Ini bukan mimpi, kan?. Ini kenyataan?". 

Se Yoon dan Chae Won bersuka ria, pintu restu telah terbuka untuk mereka. 





Keduanya terus berpelukan beberapa saat hingga Choon Hee datang menyusul mereka. Choon Hee melihat wajah keduanya yang tampak bahagia. Ia ingin tahu ada berita baik apa, "Ijinkan Ibu ikut tertawa bersama kalian". 

Sol Joo duduk diruang tengah, menunggu Se Yoon pulang. Ahjuma memberikan surat yang datang hari ini. Ia lupa memberikannya pada Sol Joo siang tadi. Ahjuma memberikan surat itu lalu pergi. 

Alangkah terkejutnya Sol Joo ketika mengetahui alamat pengirimnya dari Panti Asuhan Evergreen. Diserang rasa panik, Sol Joo bertanya-tanya apa lagi sekarang. Sol Joo tegang, merobek amplop dan membaca isi surat, yang ternyata di tulis oleh kepala panti sebelum meninggal dunia.

"Untuk Agnes (nama baptis Sol Joo). Saat kau membaca surat ini, aku sudah berada di Surga. Kuharap kau akan menyesali dosa-dosamu setelah menerima gelang kaki bayi itu, Tapi sepertinya kau belum menyesalinya, karena itu kau mendapatkan surat ini. Seandainya kau bahkan mengabaikan surat ini, aku telah berpesan pada Suster Michaela untuk mengirimkan diary rahasiaku kepada Choon Hee". 

Sol Joo tampak ketakutan luar biasa, napasnya naik turun tak beraturan. Ia bertanya-tanya apa maksudnya kepala panti mengirim diary miliknya kepada Choon Hee?". 



END

Komentar : 
Pejuangan Se Yoon dan Chae Won akhirnya membuathkan hasil. Lampu merah itu telah berganti hijau. Dengan kedua orang tua Se Yoon memberi restu, maka restu Hyo Dong juga akan di berikan tanpa di minta. 

Jika dilihat lagi, penilaian presdir Lee pada Chae Won mulai berubah setelah mengetahui Chae Won ternyata berasal dari keluarga mie. Latar belakang keluarga mie yang baik, membuat presdir Lee yakin bahwa Chae Won adalah wanita yang baik dan pantas untuk mendampingi Chae Won. 

Dan rahasia Sol Joo, apa sebenarnya..mungkingkah rahasia ini bisa menghalangi kebahagian Se Yoon & Chae Won????...

11 comments:

  1. Makasiih mbk nuri, 12 episode lagi ya, semangat ya mbk
    Masihkah ada badai mengingat masih bnayak episodenya

    ReplyDelete
  2. ayoo semangat mbaa nulisnyaa!!! aku setiap hari nge-cek ke blog mba tentang sinopsis ini sekalinya hari ini udah ada lagiii:D ayoo mba !! kutunggu besok yaa sinopsis kelanjutannya:D thx mba:) By.Rika

    ReplyDelete
  3. ye,,,,, akhirnya yang keluar juga sinposis 38 part 2 nya..
    ditunggu sinopsis ep 39 nya ya....

    ReplyDelete
  4. gumawo,,,,
    semangat mbak nuri.....

    ReplyDelete
  5. semangat ya mbak nulis sinopsisnya
    ditunggu kelanjutannya ^_^

    ReplyDelete
  6. Chukkae mbak nuri^^
    selamat buat A HUNDRED YEAR'S INHERITANCE : DRAMA OF THE YEAR MBC DRAMA AWARDS 2013 XD
    semoga bisa memacu semangat buat menamatkan ya mbak :)

    ReplyDelete
  7. makin penasaran macerita kelanjutannya
    semangat ya mbak nuri
    untuk nelanjutin nulisnya
    selalu dinanti :-)

    ReplyDelete
  8. mba episode 39 dongggg:"""""""(

    ReplyDelete
  9. mba episode 39nya mana:/ ????
    By.RIka

    ReplyDelete
  10. makasih mba,episode selanjutny dkebut ya..hwhwhw..

    ReplyDelete
  11. gomawo eonnie... ditunggu sinop selanjutnya :))

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)