Pages - Menu

Sunday, December 15, 2013

Sinopsis The Heirs Episode 18 Part 1

Kim Tan dan Young Do tergelatak di tanah kelelahan setelah berkelahi. Seakan mengetahui yang dirasakan Kim Tan, Young Do pun berkata, "Jika kau sangat merindukan Cha Eun Sang, temuilah dia". 


"Aku tak akan pergi menemuinya. Kau bisa memilikinya", ucap Kim Tan putus asa. 


Young Do tertegun mendengar perkataan Kim Tan. Lalu menoleh dan melihat Kim Tan yang menangis. 

Young Do marah dan menarik kerah jaket Kim Tan, hingga membuat Kim Tan terduduk. 

"Apa katamu barusan?. Kau mau mati?".

Kim Tan diam tak memberi respon. "Apakah kau pantas hancur seperti ini?", ucap Young Do kemudian.

"Tidak pantas", jawab Kim Tan menatap Young Do dengan linangan air mata, "Aku tidak bisa melakukannya lagi. Young Do-ah". 

Young Do terhenyak mendengar Kim Tan memanggilnya dengan sebutan teman/akrab. Ia ikut terluka melihat Kim Tan hancur seperti itu. Ia menghempaskan Kim Tan dan pergi meninggalkannya. 

Kim Tan mencoba bangkit dengan tenaga yang tersisa, tapi tak mampu. Badannya sama lelahnya dengan hatinya saat ini. 

Kim Won dan presdir Kim bicara di ruang tengah. Kim Won yakin presdir Kim telah mendengar laporan tentang Jae Hoo yang kini menduduki posisi wakil presdir Jeguk Konstruksi. Presdir Kim mencemooh Jae Hoo bodah dan tidak mempunyai ambisi besar. 

"Bahkan Red Hare yang melegenda hanyalah seekor kuda tanpa Lu Bu", ujar presdsir Kim.

(Kisah tiga negara. Lu Bu adalah pangima militer umum. Lu Bu memiliki kuda yang dikenal dengan nama Red Hare, kuda tangguh dan kuat dalam medan peperangan)

"Memang benar Lu Bu adalah majikan Red Hare. Tapi, Guan Yu yang lebih sering memakai Red Here dalam pertempuran", balas Kim Won.
(Guan Yu = jendral terkenal dari kisah 3 negara. Setelah Lu Bu wafat, ia yang memiliki Red Hare). 

Dari perkataan Kim Won saya bida di simpulkan. Lu Bu = presdir Kim. Red Hae = Jae Hoo dan Guan Yu = Kim Won. Benar begitu?.

Ny. Han keluar dari kamar berdiri tak jauh dari mereka dan hanya menyimak percakapan antara ayah dan anak itu. Presdir Kim tidak membalas perkataan Kim Won. Sebaliknya ia menyuruh Kim Won pergi. Kim Won berkata ia datang kesini bukan untuk menemui ayahnya. (Jadi ingin melihat siapa???. Kim Tan??). 

Tepat saat itulah, Kim Tan pulang dalam keadaan babak belur dan mulut berlumuran darah. Kim Won terkejut melihatnya, benar-benar terkejut. Ny. Han panik dan menghampiri Kim Tan, 

"Ya Tuhan. Ada apa ini?. Apakah kau terlibat perkelahian lagi?. Apa yang kau lakukan?. Kenapa wajahmu bisa seperti itu?". 

Kim Tan tak merespon dan terus jalan menuju kamarnya. Seperti biasanya, presdir Kim hanya bisa teriak dan marah-marah.

"Dasar Bodoh!. Berapa lama kau akan bersikap seperti itu?. Itu hanya lucu untuk sehari atau dua hari".

Kim Tan seakan tak mendengar cacian ayahnya.
Kim Won menghela napas, matanya terus mengekor mengikuti kemana Kim Tan pergi. Ny. Han terisak pelan, "Tan-ah". 


Kim Won menyusul ke kamar Kim Tan. Ia melihat Kim Tan duduk di lantai, dengan tisu bernoda darah berserakan di sekitarnya. 

Kim Won menghela napas, "Bangunlah. Kita harus pergi ke rumah sakit". 

"Keluar", ucap Kim Tan menyembunyikan wajahnya. 

"Kita sudah sepakat. Kau sudah bilang, kau akan melakukan apa yang aku katakan. Itu artinya kau harus patuh mendengarku. Bangunlah". 

"Keluar", ucap Kim Tan pelan. "Kubilang keluar", teriaknya kemudian. 

"Berapa lama lagi kau akan seperti ini?. Tidak ada yang akan berubah  di keluarga ini meskipun kau begini. Kau tahu betul itu!", bentak Kim Won.


Kim Tan mengangat wajahnya yang tampak pucat dan babak belur. "Hyung. Kapan aku ke Amerika?. Aku rasanya mau mati. Biarkan aku pergi. Tolong selamatkan aku", Kim Tan menangis putus asa.
Kim Won terenyuh melihat adiknya dalam kondisi seperti ini. Ia menatap Kim Tan dengan sorot mata sedih dan khawatir. 


Kim Won kembali ke Hotel Zeus, berjalan setengah melamun memikirkan Kim Tan. Ia berpapasan dengan Young Do. Young Do menunduk, berusaha menghindari Kim Won dan menutupi bibirnya yang berdarah. 

"Choi Young Do, berhenti", ucap Kim Won melihat bibir Young Do yang berdarah. 

Mau tak mau, Young Do berbalik menatap Won. Kim Won bertanya apa Young Do berkelahi lagi dengan Kim Tan. 

"Lebih tepatnya, aku yang memukulnya. Dia pantas menerimanya. Kau bisa menuntutku jika kau mau.", ujar Young Do. 

Kim Won menghembuskan napas, "Kenapa kau memukul adikku?". 


"Ah...Maaf, ucap Young Do sinis mendengar Kim Won menyebut Kim Tan dengan panggilan adik. "Harusnya aku tidak memukuli anak yang punya kakak. Tapi aku lupa kalau Tan mempunyai kakak. Tan bersikap seolah tidak punya kakak". 

Kim Won membalas sindiran Young Do, "Tampaknya Tan juga tak punya teman (seperti Young Do). Pergi obati lukamu, atau itu akan terus membekas". 

Kim Won pergi. Young Do diam ditempatnya. Sindiran mereka itu saling mengena di hati masing-masing. 


Bo Na dan Chan Young belajar bersama di studio Myung Soo. Bo Na membacakan esai dalam bahasa inggris. Chan Young mengulanginya dalam bahasa Korea. Meski jawabannya benar, Chan Young tampak tidak kosentrasi, ia terus memandangi ponselnya. Bo Na protes ujian akhir semester sudah dekat, tapi Chan Young malah sibuk dengan ponselnya.

Bo Na mengira Chan Young sedang memandangi foto-fotonya, "Kenapa kau hanya melihat foto 2D saat versi 3D jelas-jelas ada di sebelahmu?". 

Bo Na lalu melihat ponsel Chan Young, "Heol!. Kau melihat akun SNS Cha Eun Sang saat aku ada disebelahmu?", omel nya lalu merebut ponsel Chan Young. 

Chan Young berkata berusaha mencari petunjuk keberadaan Eun Sang dari akun SNS-nya.

"Oh My God, dia gila", Bo Na mulai membaca satu persatu status Eun Sang, "'Aku harap Jeguk bangkrut' 'Dimana kau?' 'Aku sedang minum air'. 

(Sebenarnya itu adalah percakapan Kim Tan dan Eun Sang. Sepertinya yang kita tahu. Saat di Amerika, Eun Sang pernah login ke akun SNS-nya dengan meminjam ponsel Kim Tan. Dan sampai sekarang pun Kim Tan tidak pernah mau Log out dari akun tersebut).

"Kenapa dia berbicara pada dirinya sendiri?", ujar Bo Na heran. 


Chan Young menduga sepertinya itu bukan Eun Sang. Bo Na bertanya apa maksudnya, siapa lagi jika bukan Eun Sang, inikan akun Eun Sang. Lalu Bo Na melihat foto Kim Tan dengan status, "Kim Tan sangat tampan". 

"Siapa lagi yang menulisnya selain Cha Eun Sang?. Dan ini juga. 'Kau dimana, Cha Eun Sang?'. Kenapa dia mencari dirinya sendiri?", seru Bo Na makin binggung.

Chan Young diam. Sama seperti Bo Na, ia sendiri juga bingung. 

Ditempat lain Eun Sang juga memeriksa akun SNS-nya dan membaca postingan yang ditinggalkan Kim Tan sebelum menemukannya. 

"Kau dimana Cha Eun Sang?. Aku merindukanmu". 

Eun Sang menghela napas, kesedihan mulai tergambar di wajahnya. Ia lalu melihat postingan lain yang baru kali ini di lihatnya. Beberapa foto dirinya yang diambil dari arah belakang, tentu foto itu diambil tanpa sepengetahuan Eun Sang. 

Foto saat Eun Sang belajar di kelas. Foto saat Eun Sang tertidur di kursi halaman rumah Kim Tan, setelah lelah menjemur seprai. Dan beberapa foto saat Eun Sang sedang berjalan dan Kim Tan diam-diam mengikutinya di belakang.

"Aku selalu ada di sana, di mana pun kau berada. Jadi ... tunggulah sebentar. Aku akan datang padamu. Aku akan kesana. Dimanapun kau berada, aku akan selalu dibelakangmu".

Eun Sang mulai menangis, karena ia mengetahui siapa yang memposting foto-foto tersebut. Eun Sang berusaha menguatkan diri. Dengan bercucuran air mata, ia mulai menghapus satu persatu postingan tersebut. 

Disaat yang sama namun di tempat yang beda. Kim Tan juga melihat akun SNS Eun Sang, ia memandang foto profile Eun Sang yang tersenyum cerah. Kemudian Kim Tan melihat semua foto yang ia posting terhapus dari folder. Kim Tan menyadari, Eun Sang lah yang menghapus semua foto-foto itu.

Keesokan harinya, Kim Tan dan Hyo Shin bertemu di cafe tempat dulu Eun Sang bekerja. Hyo Shin membawa 2 minuman dan memberikannya satu untuk Kim Tan. 

"Aku memesan minuman favoritku untukmu. Minumlah, sebelum aku yang meminumkannya untukmu".

Kim Tan melihat minuman yang dibawa Hyo Shin (mango mlik shake), minuman itu mengingatkannya pada Eun Sang. Kim Tan memandang sedih minuman itu, "Eun Sang sering membelikan minuman ini untukku", ucap Kim Tan lalu meminumnya.

"Eun Sang yang membelikannya untukmu?. Kau berasal dari keluarga yang kaya dan kau membiarkan dia yang membayarnya?", tanya Hyo Shin heran. 

"Kupikir aku bisa membayarnya kembali", jawab Kim Tan tak bersemangat. 
"Bukankah ini benar-benar klise kau bersikap ugal-ugalan, dan terlibat perkelahian?. Lihatlah apa yang terjadi pada wajah tampanmu itu", Hyo Shin mencoba bercanda. 

"Bisakah kau berhenti mengajakku keluar?. Kau harus belajar. Kudengar kau harus melakukan yang terbaik agar tidak gagal di ujian akhir.", ujar Kim Tan menanggapi candaan Hyo Shin.

Melihat Kim Tan yang tidak bersemangat, Hyo Shin pun menjadi khawatir, "Kukira aku sudah pernah bilang padamu, kalau makanan rumah sakit tidak enak. Kau tidak akan mau merusak kesehatanmu saat masih muda". 

Kim Tan berkata ia tidak berencana mati. Maka dari itu Hyo Shin minta Kim Tan menghentikan pemberontakannya, "Jika kau benar-benar tidak tahan, culiklah dia. Itu takkan mengubah apapun. Tapi akan lebih mudah bernapas saat kau memberontak seperti itu". 

(Hyo Shin menasehati Kim Tan untuk berhenti menghancurkan diri sendiri. Memberontak dengan cara seperti itu tidak akan mengubah apapun, justru sebaliknya hanya membuat Kim Tan terlihat semakin menyedihkan).

Kim Tan terdiam, meresapi perkataan Hyo Shin. 

Saat Kim Tan masih merenungkan perkataan Hyo Shin, Young Do lebih dulu bergerak. Saat ini, ia berdiri di sekitar rumah Eun Sang. Kebetulan saat itu, Hee Nam baru pulang dari belanja. Young Do membungkuk hormat, mengucapkan salam pada Hee Nam. 

"Halo, ibu". 

Hee Nam mengamati wajah Young Do membuat Young Do merasa canggung. Hee Nam ingat, pernah bertemu dengan Young Do di depan rumah keluarga Kim. Young Do berkata kedatangannya kesini untuk bertemu dengan Eun Sang, apa dia ada dirumah. Hee Nam tampak ketakutan terlebih saat melihat seragam Jeguk yang dikenakan Young Do. 

Hee Nam menggeleng, melambaikan tangan menyuruh Young Do pergi. Lalu jalan meninggalkan Young Do. Tapi hanya beberapa langkah, karena tiba-tiba ia berbalik, memandang Young Do dengan tatapan prihatin. 

Hee Nam mengajak Young Do masuk dan menyiapkan makan untuk Young Do. Young Do tertegun melihat meja penuh makanan di depannya. Hee Nam mengambil sumpit dan memberikannya pada Young Do, menyuruhnya untuk makan. 

Young Do gugup, "Terima kasih. Apakah ibu tidak ingin makan juga?". Hee Nam tersenyum, menyuruh Young Do maka saja, ia lalu menulis di notes dan melihatnya ke Young Do. 

"Eun Sang pergi ke Seoul. Dia harus menyerahkan beberapa formulir ke sekolah".

Young Do tersenyum canggung lalu mulai makan. Satu suapan yang sudah membuatnya merasa terharu. Young Do hanya makan nasi tanpa lauk, melihat itu Hee Nam pun menyodorkan lauk ke arah Young Do. 

Satu demi satu suapan membuat Young Do semakin sedih. Baru kali ini, ia merasakan kehangatan dari masakan seorang ibu yang tidak pernah ia rasakan selama 3 tahun terakhir. Dengan air mata mengenang Young Do memuji masakan Hee Nam yang lezat. 

Hee Nam lalu bertanya menggunakan notesnya, "Kalian teman sekelas?. Kau teman dekatnya Eun Sang?". 

Young Do dengan jujur menjawab, "Aku menyukai Eun Sang", ucapnya sedih lalu kembali makan. Hee Nam memandang Young Do dengan prihatin.


Eun Sang saat ini tidak pergi ke sekolah, melainkan bertemu dengan presdir Kim. Mungkin Eun Sang sengaja berbohong agar ibunya tidak cemas. Eun Sang menunduk takut, menggengam tangannya erat-erat. 

Presdir Kim mengetahui Eun Sang pindah ke tempat dekat pantai yang indah untuk berjalan-jalan. Dan ia juga tahu, Eun Sang masih saja bertemu dengan Kim Tan. Eun Sang mencoba membela diri, ia dan Kim Tan bertemu secara tidak sengaja. 

Presdir Kim berkata itulah sebabnya ia ingin mengirim Eun Sang ketempat yang benar-benar jauh, kebelahan lain dari dunia ini. "Saat kau melanggar janjimu dan melarikan diri. Aku kira kau sudah paham maksudku. Jadi aku tidak akan mengusikmu lagi. Dan sekarang kau mengatakan bahwa kau bertemu Tan di depan mukaku?". 

"Tan..", ucap Eun Sang menekan rasa takutnya.

"Beraninya kau menyebutkan namanya", potong presdir Kim cepat.

"Dia baik, jujur dan hangat. Itu sebabnya aku, sangat menyukainya", 

"Bagaimana bisa kau begitu tak tahu malu?", hardik presdir Kim. 

"Tak ada yang salah jika aku menyukainya", ucap Eun Sang (Bener banget, Go..Go...Eun Sang).

Presdir Kim mengingatkan, Eun Sang sudah meneria uangnya. Mendapatkan semua kemurahannya. Jika Eun Sang sekarang menginginkan Kim Tan, maka itu sebuah kesalahan. 

"Aku pasti akan melunasi hutang yang Anda bayarkan. Tapi karena Anda memberikannya padaku tanpa persetujuan apapun, aku akan melunasinya secepat mungkin tanpa mengulur-ulur waktu". 

Presdir Kim melotot, "Jadi, saat kau sudah bisa membayar semuanya, kau akan menemuinya lagi?. Bagaimana kau bisa seberani ini diusia muda begini?".

"Karena aku menyukai Tan!. Aku masih menyukai Tan. Tidak peduli bagaimana anda mengancamku. Tidak peduli seberapa menakutkanya anda. Aku tidak bisa berbohong bahwa aku tidak menyukai Tan lagi. Tapi karena anda menyuruhku untuk tidak menemuinya, aku tidak akan menemuinya lagi. Jadi kumohon ...Berhenti memanggilku", Eun Sang menangis putus asa. 

Presdir Kim kehilangan kata-kata, hanya bisa berdehem melihat Eun Sang menangis seperti itu. Sudah jelas, Eun Sang mengatakan tidak akan menemui Kim Tan, tidak ada alasan lagi bagi presdir Kim untuk menganggu dan terus menyalahkan Eun Sang.

Mungkin Eun Sang tengah berusaha memantapkan hatinya tidak bertemu dengan Kim Tan lagi. Tapi takdir bicara lain. Sebelum pulang, Eun Sang mampir sebentar ke toko yang menjual dreamcathter. Toko nya sudah tutup dan tempatnya di sewakan. Tapi masih ada beberapa dreamcatcher yang tergantung di elatase toko. Eun Sang menatap sedih benda-benda yang tergantung itu.

Kim Tan juga sedang berada di jalan yang sama, semula ia berjalan dengan melamun. Tapi begitu ia mengangkat wajah. Kim Tan terpaku melihat Eun Sang berdiri tak jauh darinya. Hanya berjarak beberapa langkah. 

Eun Sang berbalik dan melihat Kim Tan dengan wajah penuh luka, membuat Eun Sang sedih. Keduanya bertatapan sesaat, Eun Sang hendak mengatakan sesuatu, tapi ia menahan dirinya. 

Kim Tan jalan menghampiri Eun Sang, begitu pula sebaliknya. Tapi mereka hanya saling melewati seperti tidak saling mengenal. 

Mereka berjalan ke arah yang berlawanan. Eun Sang melewati Kim Tan dengan wajah sedih. Kim Tan tampak dingin. 

Tapi...sanggupkah Kim Tan menahan perasaanya. Membiarkan wanita yang ia cintai pergi begitu saja. Tidak...Kim Tan tidak bisa, ia menghentikan langkahnya dan berbalik mengejar Eun Sang. 



Eun Sang sudah menghilang, namun Kim Tan tak menyerah. Akhirnya naik ke bus yang sama dengan Eun Sang, tepat sebelum bus berangkat. Eun Sang terkejut melihat Kim Tan duduk di seberangnya. Keduanya diam selama dalam perjalanan. 




Kim Tan ikut turun saat Eun Sang turun dari bus. Mengikuti Eun Sang dari belakang, seperti yang sering ia lalukan selama ini. Eun Sang terus melangkah maju menuju rumahnya, dan menyadari kehadiran Kim Tan. Ia mempercepat langkahnya masuk kedalam rumah. Kim Tan berhenti di tempatnya, melihat Eun Sang menghilang di balik pintu. 

Begitu masuk ke dalam rumah, pertahanan Eun Sang seakan jebol. Ia terduduk menahan handle pintu. Seperti menahan perasaanya untuk tidak berlari menghampiri Kim Tan. Tapi..perasaan itu amat kuat, dan terasa menyakitkan. 

Dan Eun Sang tidak sanggup, ia berlari keluar mencari Kim Tan. Sekali lagi, setidaknya ia ingin melihat Kim Tan sekali lagi. Eun Sang berlari hingga ke ujung jalan besar. Tapi Kim Tan sudah menghilang. Eun Sang kecewa dan pulang dengan perasaan sedih. 
Namun siapa yang kini berdiri di depannya kini. Kim Tan...pria yang ia rindukan. Eun Sang hampir menangis saat memandang wajah Kim Tan. 

"Kenapa kau mencariku?", tanya Kim Tan

"Jangan bicara padaku", larang Eun Sang. 

Kim Tan maju selangkah. 

"Jangan mendekat", ucap Eun Sang takut. Takut tidak bisa berpisah dengan Kim Tan. 

Eun Sang berbalik hendak meninggalkan Kim Tan. Kim Tan bergegas memeluk Eun Sang dari belakang. 

"Hentikan", pinta Eun Sang terisak.


 "Cha Eun Sang. Aku tidak bisa melepaskanmu. Apa yang harus aku lakukan?". 

Tangis Eun Sang semakin deras. Ia menguatkan hatinya. Lalu melepaskan diri dari pelukan Kim Tan, dan pergi dengan kesedihan mendalam. 

Kim Tan yang membeku ditempatnya. Merasakan kesedihan yang terasa amat menyakitkan. 

Dirumah, Ny. Han terkejut mendengar perkataan presdir Kim, "Barusan kau bilang apa?".

"Aku bilang, kemana darah itu pergi?. Darah panas dari lobby resepsionis!. Yang memiliki keberanian untuk sampai pada puncak ke kantor presdir", caci presdir Kim.

(Dengan kata lain, presdir Kim menyalahkan Ny. Han. Kim Tan bertindak seperti itu karena menurun dari ibunya). 

Ny. Han tidak percaya teganya presdir Kim berkata seperti itu. Suara presdir Kim meninggi, "Kenapa tidak. Ibu dan anak tidak menghargai kehidupan mewah mereka!. Kau menjalani kehidupan yang orang lain bahkan tidak bisa bayangkan. Kenapa kau tidak bisa melepaskan satu hal saja?". 

"Kau yang memintaku datang. Kau bilang aku boleh datang. Kau bilang padaku bahwa kantormu berada di lantai yang paling atas", ucap Ny. Han terluka. 

Presdir Kim berkata itulah sebabnya ia harus melalui semua ini, "Aku telah tersihir oleh  kilauan berlian murahan. Yang sudah menghancurkan seluruh keluargaku". 

"Presdir".

"Pastikan kau memberitahu Tan. Saat dia tidak yakin apa yang harus di pilih, dia harus memilih apa yang paling mahal. Jangan memilih permata berkilau yang murahan seperti yang ayahnya lakukan. Katakan padanya untuk sadar".

Ny. Han menangis, hati wanita mana yang tidak terluka menerima penghinaan seperti ini. Kesalahan ini tidak seharusnya ditimpakan pada Ny. Han seorang.

"Kau pengecut", ucap Ny. Han terisak. "Bagimu, aku ini apa?". 

"Aku sudah mengatakannya padamu. Untuk apa kau bertanya lagi?", ucap presdir Kim angkuh. 

Ny. Han menangis sedih. Perasaaanya hancur, mengetahui arti dirinya di mata presdir Kim, yang ternyata tak lebih dari perhiasan murahan.


Dikamar, Ny. Han terus menangis. Ia memandang wajahnya dicermin yang tampak menyedihkan. Satu demi satu, Ny. Han melepas seluruh perhiasaannya yang tampak berkilauan.


Rachel pergi ke butik untuk membatalkan pesanan gaun pengantin untuk Esther, sekaligus gaun untuk dirinya. Pada karyawan butik, Rachel berkata pernikahannya dibatalkan, jadi ia juga ingin membatalkan pesanan gaun tersebut. 

Tak lama, Young Do juga datang dan membatalkan pesanan jas atas nama dirinya dan ayahnya, dengan alasan yang sama seperti Rachel.


Young Do duduk di dekat Rachel. Mereka terlihat lebih santai. Young Do berkata, "Pernikahan dibatalkan dan pertunanganmu juga dibatalkan. Dan aku kehilangan adikku yang seksi. Itu melukai hatiku". 

"Jangan khawatir. Aku akan tetap seksi jadi kau takkan merasa terlalu sedih", ucap Rachel. 

Young Do tersenyum, satu-satunya yang ia suka dalam pernikahan ini adalah memiliki adik yang seksi seperti Rachel. Rachel mengajak Young Do merayakan hari ini dan makan bersama, ia tahu tempat sushi yang seksi (enak). 

"Jangan menggodaku. Kau bukan adikku lagi. Kau takkan pernah tahu apa yang akan kulakukan", ujar Young Do membuat Rachel tersenyum. 

Young Do berkata lain kali mereka akan merayakannya, karena hari ini ia harus pergi ke suatu tempat. Rachel ingin tahu Young Do mau kemana. Young Do tak menjawab, hanya melirik Rachel. 

Kemana Young Do pergi?. Kemana lagi kalau bukan pergi ke kedai tteokbokki. Disana ia memandangi tulisan Eun Sang, yang janji akan makan mie bersamanya. Young Do menunduk dan tersenyum tipis.
Tiba-tiba, mata Young Do mata Young Do menangkap sesuatu. Perlahan matanya bergerak menelusuri dinding.

Dibagian bawah ada tulisan yang baru kali ini ia lihat. "Bagaimana kabarmu, Young Do-ah', bunyi tulisan itu yang ternyata adalah tulisan ibunya. 


Young Do terpaku menatap tulisan itu dengan air mata mengenang di pelupuk matanya. 




Kim Won dan Hyun Joo berbaring bersama di ranjang. Kim Won memainkan kalung wishbone yang dipakai Hyun Joo (kalung pemberian Kim Won sepulang dari amerika, menurut penjual kalung itu bisa mengabulkan permohonan). Kim Won bertanya apa Hyun Joo belum memiliki permohonanan. 

Hyun Joo bertanya apa Kim Won bisa membuat keinginannya menjadi kenyataan. Kim Won minta Hyun Joo mengatakannya, ia akan membuatnya jadi kenyataan. 

"Kau tidak akan bisa", ujar Hyun Joo

"Apakah harapanmu itu adalah pernikahan?", tanya Kim Won. Hyun Joo menjawab pernikahan bukanlah hal yang bisa dinggap sepele. Kim Won tersenyum tipis. 

Hyun Joo bertanya apa Kim Won merasa bersalah telah pergi ke kencan buta. Kim Won bertanya, kenapa Hyun Joo tidak menanyakan siapa nama gadis itu, berapa umurnya, apa dia cantik atau tidak.

Hyung Joo tak peduli soal itu. Kim Won tersenyum dan membelai rambut Hyun Joo, "Jadi Kau tahu itu". Tapi Hyun Joo ingin tahu dari keluarga mana gadis itu berasal. 

Wajah Kim Won tampak murung, "Jika aku melakukan apa yang Tan lakukan. Apakah menurutmu, ini tidak akan terjadi pada kita?". 

"Apa yang Tan lakukan?". 

"Dia melakukan semuanya. Dia jatuh dan hancur. Dia kacau". 



 "Oppa tak boleh melakukannya", ujar Hyun Joo. Kim Won bertanya kenapa?. 

"Oppa memimpikan tempat tertinggi di dunia ini. Tapi Tan bermimpi bahwa Eun Sang adalah dunianya. Aku tidak akan menghalangi jalanmu. Sebaliknya, aku akan terus menyemangatimu. Capai apa yang Oppa inginkan", ujar Hyun Joo penuh pengertian. 

"Aku sedang menuju kesana. Bertahanlah sebentar", Kim Won membelai lembut pipi Hyun Joo. 



Sembari menunggui toko buku tempatnya bekerja, Eun Sang membaca petikan kisah dari sebuah novel Wonder Boy karya Yoon Yeon Soo. 

"Saat kita bergandengan tangan di tengah-tengah kerumunan orang banyak kita menggunakan tulang, otot, dan pembuluh darah kita agar peganang kita tidak terlepas. Itulah semua yang kutahu soal cinta. Selain itu ada apa lagi dalam cinta?. Kecuali fakta, bahwa aku tidak bisa melepaskan tangan itu". 

Eun Sang menyalin tulisan itu dan menempelkannya di jendela toko. Ia teringat saat berpegangan tangan dengan Kim Tan di ruang tengah. 

Hari itu juga, Eun Sang mendapat kunjungan tak terduga. Kim Won datang menemui Eun Sang di toko buku. Ia sedikit takut melihat Kim Won. 



Kemudian, mereka berdua bicara di cafe. Kim Won menebak Kim Won pasti sudah datang kesini, apa Eun Sang bertemu dengannya. Kim Tan bilang padanya, akan datang menemui Eun Sang. 

"Jika kau sudah bertemu dengannya, kau pasti tahu dalam keadaan kacau sekarang. Tidakkah menurutmu itu salahmu?. Kurasa sebagian besar memang salahmu. Bagaimana menurutmu?", tanya Kim Won.

Eun Sang diam ditanyai seperti itu. Kim Won bertanya lagi, apa Eun Sang tidak akan kembali kesekolah, "Bagaimana dengan Tan?. Kau tidak merindukannya?. Kau menahan diri atau kau memang sudah melupakannya?". 

Eun Sang masih diam, hanya memandang Kim Won. Kim Won minta Eun Sang mengatakan sesuatu, agar ia bisa mengatakan apa yang harus ia katakan pada Eun Sang.

"Aku tidak akan menemuinya. Aku tidak akan pernah menemuimnya. Aku akan melupakannya! Aku akan mencoba melupakannya!", jawab Eun Sang menguatkan diri, "Apa yang mau kau katakan padaku?. Aku tidak punya banyak waktu". 

"Kapan kau mau kembali dan mengembalikan semua seperti semula?", tanya Kim Won membuat Eun Sang bingung.

Kim Won berkata, Eun Sang berada di sini karena kesalahan ayahnya. Ia dan Tan tahu betul soal itu. Jadi Eun Sang berhak menuntut apapun yang Eun Sang inginkan. Tujuan Kim Won datang kesini untuk melakukan apa yang seharusnya ia lakukan, "Jadi apa yang akan engkau lakukan", tanya Kim Won kemudian. 

Eun Sang bingung mau menjawab apa. 

"Saat kau merasa sulit membuat keputusan, jangan melihat terlalu jauh kedepan. Pikirkan saja hari esok. Pikirkan saja tentang apa yang ingin kau lakukan besok. Dan itu akan memberikan jawaban yang berbeda. Jika kau memerlukan alasan untuk kembali pada Tan....Bagaimana dengan ujian akhir?. Terkadang menemukan alasan dapat membantumu saat kau tidak mempunyai keberanian", ujar Kim Won.

Eun Sang berpikir. Ucapan Kim Won seakan memberinya harapan baru. Just follow your heart, Eun Sang.




Kim Tan duduk melamun di gudang wine dengan wajah sedih. Kim Won datang menemui Kim Tan. Ia berkata bukankah Kim Tan pernah bilang akan melakukan apapun yang ia katakan. 

 Kim Tan mengiyakan, "Aku akan pergi ke Amerika. Kapan aku berangkat?". 


Kim Won melihat wajah Kim Tan yang pucat dan tidak bersemangat. Ia pun berkata, "Hal pertama yang aku ingin kau lakukan adalah berusahalah saat ujian akhir. Pergilah ke sekolah. Jika kali ini kau dapat peringkat terkahir......". 

Kim Won menghela napas panjang dan menghentikan ucapannya. Lalu berjalan menuju deretan anggurnya dan mengambil sepucuk surat yang diselip diantara botol-botol. Ia mengulurkan surat itu pada Kim Tan. 



"Ini surat dari gadis itu. Aku berkata padanya kalau anggur ini punyaku. Dia pasti sengaja meninggalkan surat ini agar aku berikan padamu saat dia pergi. Aku menemukan ini beberapa hari yang lalu. Tadinya aku tidak mau kuberi. Untuk apa?. Tapi kalau ini bisa jadi alasan kau bisa tetap hidup ...Maka hiduplah ...Kau memintaku menyelamatkanmu". 

Kim Tan memandangi surat itu dan menerimanya. Kim Won pergi. 



Saat Kim Tan membaca surat itu, waktu seakan berputar membawa Eun Sang kembali ke ruang anggur. Duduk tak jauh dari Kim Tan dan menangis saat menulis surat perpisahan.



"Dear Kim Tan, Dua musim telah berlalu. Musim panas dimana kita bertemu terlihat jauh seperti sebuah mimpi. Tempat itu terlalu panas pada siang hari dan terlalu dingin pada malam hari. Dan aku menyukaimu". 

"Kita begitu dibutakan oleh cinta. Hubungan kita terlalu panas dan dingin. Mampukah aku melupakan semua itu?. Maafkan aku karena harus melarikan diri seperti ini. Aku minta maaf karena aku berbohong bahwa aku akan menunggumu dirumah".
"Kau adalah satu-satunya hal yang baik yang pernah terjadi dalam hidupku, Kim Tan.  Sekarang aku benar-benar akan menghilang seperti mimpi semalam. Senang bertemu denganmu dalam mimpi itu, Kim Tan"
Kim Tan semakin sedih setelah membaca surat itu.

Sementara itu dirumahnya, Eun Sang memandangi seragam Jeguk. Memikirkan perkataan Kim Won. Ia ingat saat melihat wajah sedih Kim Tan di kebun almond (amerika). Ia juga ingat Kim Tan yang menangis di depan cafe tempatnya bekerja. Dan Eun Sang juga ingat saat Kim Tan berjalan mengikutinya dari belakang. Keputusan apa yang akan Eun Sang ambil?. 

Lanjut ke  Sinopsis The Heirs Episode 18 Part 2


Komentar :
Pemberontakan yang Kim Tan lakukan dengan menghancurkan dirinya sendiri, membuat hati Kim Won luluh. Meski Kim Won selama ini dingin dan jutek pada Kim Tan, tapi pada akhirnya ia tidak bisa membiarkan adiknya hancur seperti itu. 
Kim Won tahu apa yang harus dia lakukan untuk mengembalikan semangat Kim Tan, yaitu dengan mengembalikan Eun Sang ke tempat semula. Yang berarti, ia mendukung hubungan Kim Tan dengan Eun Sang. 

Semoga Eun Sang bisa menemukan keberanian, dan menyadari bahwa pergi dari Kim Tan tidak membuat keadaan lebih baik. Baik bagi dirinya maupun bagi Kim Tan.
Presdir Kim semakin menujukan kekejamannya. Kali ini dia membuat hati Ny. Han terluka, sangat dalam. Memang benar, Ny. Han salah karena menyukai pria yang sudah beristri, tapi jika presdir Kim tidak memberikan harapan, itu semua tidak akan terjadi. 

1 comment:

  1. Gumawo mbak nuri :) akhir nya dtang jg stlah qu tnggu2 berhari2 ;)
    Mbak Nuri ttp Semangat Ya nerusin Sinop The Heirs ampk Keeeelar hehehe... :)

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)