Pages - Menu

Saturday, December 07, 2013

Sinopsis The Heirs Episode 16 Part 1

Kembali saat Eun Sang dan Presdir Kim bicara di ruang kerja. Presdir Kim mempunyai 2 tiket diatas meja. Ia menyodorkan salah satunya dan berkata. 

"Aku akan memberikanmu waktu dua minggu. Selama itu, kau bisa menemui Tan selama yang kau suka dalam dua minggu. Tapi, saat kau putus setelah dua minggu kau akan pergi ke tempat  yang sudah kutentukan. Dan ini sudah pasti bukan di Korea. Dan juga, ini adalah tempat yang sangat berbeda. dari Amerika, Inggris, atau Perancis. Kau bisa memilih salah satu dari dua pilihan yang aku berikan. Tapi satu hal yang pasti, hanya ada 1 tiket yang bisa membawamu naik  ke lantai dua. Ke kamar dimana aku mengurung Tan".

Eun Sang menangis memandangi ke dua tiket itu. Dan 2 pilihan yang diajukan presdir Kim benar-benar merupakan pilihan yang sulit baginya. 

Hee Nam sedang belanja di supermarket ketika menerima sms dari beberapa orang yang berterima kasih, karena Hee Nam sudah meluniasi semua hutanganya berikut bunganya. Tapi wajah Hee Nam tampak bingung saat membaca sms itu. 

Ketika kembali ke rumah, Hee Nam langsung menemui Ny. Han di kamarnya. Hee Nam bertanya apakah Ny. Han sudah membayar uang pesangonnya. Ny. Han kaget, "Ahjumma, kau kan masih belum berhenti. Apa kau segera menginginkannya?. Beginikah caramu meminta bayaranmu?". Ny. Han mengira Hee Nam meminta berhenti sekarang. 

Hee Nam menulis bukan begitu maksudnya. Ny. Han mengeluh, ia tak menyukai semua calon pelayan yang ia wawancarai, "Yang pertama terlalu banyak bicara. Yang kedua tidak berpengalaman. Yang ketiga...".

Ny. Han berhenti bicara melihat karena melihat Hee Nam yang terpaku seperti memikirkan sesuatu. 

"Kenapa kau tidak mendengarkanku?", protes Ny. Han, "Apa yang kau pikirkan?. Mungkinkah, Kau sudah memikirkan orang nyonya lain di depanku?". 

Hee Nam bengong. Ny. Han kembali mengoceh, "Benar! Aku benar. Keluarga seperti apa?. Kalian akan pergi ke mana?. Aku tanya, kalian akan pergi ke mana?".

Hee Nam tersenyum tipis melihat kecemburaan majikannya. Ny. Han pasti akan sangat kesepian jika Hee Nam benar-benar pergi. 

Kemudian Hee Nam masuk ke kamar dan bertanya pada putrinya, apakah tadi presdir Kim mencari Eun Sang. Apakah dia memberitahumu sesuatu. Eun Sang berbohong dengan mengatakan tidak, lalu bertanya kenapa. 

Hee Nam menebak presdir Kim yang sudah melunasi hutang mereka. Ia lalu menunjukan sms yang ia terima hari ini. Ucapan terima kasih dari para pemilik uang. 

"Dalam sekejap mata, dia membuat perempuan yang baru saja mendapat uang jadi bangkrut", guman Eun Sang lirih.

Selama ini Eun Sang dan ibunya bekerja keras dan pelan-pelan mencicil  hutang mereka. Tapi sekarang presdir Kim ingin membuat Eun Sang merasa berhutang budi dengan melunasi semua hutang mereka. 

Hee Nam yang mendengar gumanan Eun Sang menjadi khawatir, ia bertanya apa maksudnya, apakah lunasnya hutang-hutang mereka ada hubungannya dengan Eun Sang, "Apa ini karena putra kedua?. Katakan padaku?. Kenapa dia memberi kita uang sebanyak ini?". 

"Ibu. Sekarang, dengarkan apa yang akan aku katakan, jangan sampai ibu salah paham, ya?. Mungkin ini hal yang sulit untuk ibu mengerti". 

Semula Hee Nam terkejut, tapi ia mengangguk siap mendengarkan penjelasan Eun Sang. 

Penjelasan apa yang diberikan Eun Sang pada ibunya, kita tidak tahu karena sekarang Eun Sang melangkah menaiki tangga lantai 2. Entah pilihan mana yang akan dipilih Eun Sang. Meski awalanya ragu, ia memantapkan hatinya untuk terus melangkah. Yang berarti ia telah membulatkan tekad memilih pilihan ke-2 yang diajukan presdir Kim. 

Kim Tan duduk di kamarnya. Televisi yang menyala di belakangnya, menyiarkan topik hangat hari. Tentang putra Jeguk Group yang selama ini di sembunyikan telah muncul. Berstatus anak tidak sah yang kini menjadi pemegang saham utama Jeguk Holdings. Dipredeksikan akan adanya kemungkinan perebutan kekuasaan perusahaan. Akibatnya, saham Jeguk Konstruksi telah melonjak naik hingga angka maksimal hari ini.

Pandangan Kim Tan menerawang, menunduk sedih mengingat perkataan menyakitkan Kim Won yang menyuruhnya untuk menyerahkan seluruh saham miliknya, lalu pergi ke Amerika dan jangan pernah kembali. Maka dengan begitu Kim Won akan mempercayai Kim Tan.

Terdengar suara ketukan di pintu. Kim Tan mematikan televisi dan berdiri membuka pintu. Alangkah terkejutnya dia melihat Eun Sang berdiri di depan kamar. Tertegun tak percaya, "Bagaimana....?".

Ssstt...Eun Sang meletakan telunjuknya di bibir, memberi isyarat diam dan tersenyum sangat manis, "Apakah aku bisa masuk?". 

Tanpa berpikir panjang, Kim Tan langsung menarik Eun Sang masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Kim Tan bertanya, "Bagaimana dengan bodyguard?. Bagaimana kau bisa ke sini?". 

Eun Sang berusaha bersikap ceria dan berbohong dengan bilang para bodyguard itu pergi sebentar, jadi ia segera ke kamar Kim Tan, "Karena aku rindu padamu". 

Kim Tan menarik Eun Sang dalam pelukannya. Eun Sang berkata ia merindukan Kim Tan, tapi tidak bisa menelpon Kim Tan, dan tidak juga bisa bicara meski mereka jalan berpapasan, "Itulah alasan kenapa aku datang ke sini, bukan?". 

"Rasanya seperti komputer grafis. Bahkan jika kau tepat ada di depan mataku, tapi tak bisa menyentuhmu", ujar Kim Tan. 

"Maafkan aku. Aku yang membuatmu menjadi seperti ini. Ini semua terjadi karena aku", ucap Eun Sang merasa bersalah. 

Kim Tan melepas pelukannya, "Cha Eun Sang, lihat aku!. Ini bukan karenamu. Agar aku tidak terkurung seperti ini lagi. Aku kembali ke rumah dengan sendirinya. Karena cara untuk tetap bersamamu, adalah tidak dengan terkurung bersama. Sebaliknya, apapun keputusan yang aku buat pilih. Kau harus percaya padaku". 

Eun Sang menatap Kim Tan sedih. Kim Tan menyentuh wajah Eun Sang dengan kedua tangannya, "Sekarang kau satu-satunya yang ada di sisiku". 

"Apa yang terjadi padamu, sampai kau begini?", tanya Eun Sang sedih.

"Aku menyukaimu", jawab Kim Tan lirih. 

Eun Sang memeluk Kim Tan. Kim Tan balas memeluk Eun Sang lebih erat, tanpa mengetahui Eun Sang yang diam-diam menangis di bahunya. 
Kim Wo dan Jae Hoo minum di bar. Kim Won cerita tentang Kim Tan yang menantang Kim Won untuk merebut semua sahamnya. Jae Hoo menyindir hal itu pasti akan mudah Kim Won lakukan. Kim Won merasa terganggu dengan perkataan Jae Hoo, "Aku meneraktirmu minum agar kau berada di pihakku". 

"Apakah kau pernah berpikir untuk mencoba mengerti Tan?', tanya Jae Hoo. 

"Setelah Kakek meninggal, Paman, Ayah, bahkan bibiku saling menyerang satu sama lain, saling tarik dan dorong berulang kali. Aku sudah melihat semua peperangan itu. Apa gunanya mengerti dia? Karena pada akhirnya kami akan tetap saling menyerang", jabar Kim Won. 

Jae Hoo berkata untuk mencegah perang presdir Kim melakukan hal itu. Dengan membagi saham sama besarnya untuk kedua putranya. Tapi Kim Won berpendapat lain, perang ini terjadi karena ayahnya ingin membagai saham dengan adil. Kim Won menilai Kim Tan tidak mempunyai keterampilan yang sebanding dengan dirinya. Karena itu ia merasa Kim Tan tidak berhak mendapatkan hak yang sama dengannya. Jika membaginya sama rata, itu namanya tidak adil.  

Kali ini Jae Hoo membenarkan pendapat Kim Won. Kim Won heran pada siapa sebenarnya Jae Hoo berpihak. Jae Hoo menjawab ia selalu berada di pihak Jeguk Group. Kim Won memandang tajam. Jae Hoo tetap bersikap santai, "Mari bersulang". 

"Apakah kau sudah mempertimbangkan tentang posisi wakil Presiden?", tanya Kim Won kemudian. Jae Hoo menjawab akan memberitahukan jawabannya nanti. 
 
Pagi harinya, Kim Tan duduk di depan layar TV, melihat rekaman CCTV yang terpasang di depan pintu gerbang. Sudah jelas, pasti Kim Tan sedang menunggu Eun Sang yang akan keluar dari gerbang untuk berangkat sekolah. Kim Tan melihat jam tangan, sediki resah karena Eun Sang tak juga muncul.

Beberapa detik kemudian, akhirnya Eun Sang keluar dari gerbang dan melangkah pergi. Namun baru beberapa langkah, Eun Sang menghentikan langkahnya lalu berbalik. Ia berdiri tepat di bawah kamera CCTV. 

Ia mengeluarkan buku dan menulis sesuatu di atasnya. Lalu mengangkat buku itu ke arah kamera, agar Kim Tan bisa melihat tulisannya.

"Senang bertemu denganmu di dalam mimpiku".

Lalu Eun Sang berkata, ia tahu Kim Tan akan melihat ini. Eun Sang pamit pergi ke sekolah, melambaikan tangan ke arah kamera CCTV dan tersenyum. Kim Tan terus memperhatikan layar TV, menatap Eun Sang pergi hingga menghilang di persimpangan jalan. 
Eun Sang sedikit menoleh ke belakang, menahan tangis yang seperti ingin jebol dari pertahanannya. 

Setelah Eun Sang tak terlihat lagi. Kim Tan menunduk sedih, menutupi wajah dengan kedua tangannya. Terasa benar-benar sepi terkurung di dalam kamar yang besar ini. 

Eun Sang sampai di sekolah, ia melihat banyak wartawan yang memenuhi halaman sekolah. Para wartawan yang mencari berita tentang Kim Tan. Beruntung siswa yang ditanya tidak ada yang menjawab (jangan coba-coba bermain dengan Jeguk Group, kalau tidak mau di tendang keluar).

Siswa lain yang melihat berkomentar pasti banyak yang ingin wartawan tanyakan tentang status Kim Tan sebagai anak tidak sah dan pemegang saham terbesar. Teman Ye Sol yang rese lewat di belakang Eun Sang. 

"Aku ingin tahu apakah akan ada artikel tentang anak dari Grup Kepedulian Sosial yang berbohong menjadi OKB", sindirnya jutek seraya berlalu pergi. 

Beberapa dari wartawan itu menghampiri Eun Sang, bertanya apakah Kim Tan kesekolah hari ini. Eun Sang kebingungan mau menjawab apa. Eun Sang terselamatkan dengan kedatangan Young Do, yang baru saja tiba bersama Myung Soo. 

"Jangan bertanya tentang hal itu. Dia sedang terluka", ucap Young Do merangkul pundak Eun Sang

"Jadi ini yang daritadi aku dengar, Yellow Journalism (Jurnalis/wartawan gosip)", komentar Myung Soo.

Myung Soo yang selalu membawa kameranya, menggunakan kesempatan ini untuk mengejek wartawan. Ia pun mengarahkan kamera pada mereka. Dengan gaya centil, Myung Soo berkata, "Ayo lihat ke sini". Membuat para wartawan bengong keheranan.

Young Do mendorong Eun Sang untuk terus jalan. Wartawan bertanya apa Young Do dan Myung Soo mengenal Kim Tan, "Kalian siapa?". 

"Aku adalah anak ketiga dari Grup Jeguk, kenapa?", jawab Young Do. 

"Aku putri bungsunya", ujar Myung Soo tak mau kalah, bergaya centil seperti perempuan yang sedang membelai rambutnya.... hahaha... i like Myung Soo...

Ho..ho..ho... (buahahaha).... ngelawak benar dech Myung Soo ini...

Eun Sang tersenyum geli melihat dari kejauhan.

"Ayo pergi, Myong Sook-ah( nama perempuan )", ajak Young Do. 

"Ya, oppa", Myung Soo mengandeng lengan oppa-nya. Jalan berlenggak-lenggok seperti wanita... Hahaha...LOL...

Young Do menepuk pundak Eun Sang. Eun Sang tersenyum dan mereka masuk ke dalam bersama. Meninggalkan para wartawan yang berkomentar banyak siswa aneh bin ajaib di sekolah Jeguk ini.

Eun Sang pergi ke loker. Betapa terkejutnya ia ketika membuka pintu loker dan melihat lokernya dalam keadaan berantakan. Pintu loker penuh coretan, yang bertuliskan, "Pergi mati saja!. Berhenti menggoda Kim Tan". Buku-buku Eun Sang berhamburan dari tempatnya. Dan pakaian olahraganya dikotori dengan tumpahan susu. 

Young Do datang dan melihat loker Eun Sang yang berantakan. Ia ikut prihatin, tapi menutupinya dengan gaya bercanda seperti biasa, "Apakah kau memiliki ternak sapi di dalam sana?". LOL...

"Ini adalah susu keledai", jawab Eun Sang hendak membereskan lokernya. 

Young Do berkomentar kenapa Eun Sang berpacaran dengan Kim Tan dan mencari masalah. Ucapan itu membuat Eun Sang melihat Young Do dengan tatapan menunduh. 

"Aku tahu apa yang akan kau katakan, tapi ini bukan hasil perbuatanku, oke?', kata Young Do sembari menempelkan ponsel ke telinganya. Menghubungi nomor tujuan. Panggilan tersambung, "Ya, bisa aku pesan sesuatu?". Membuat Eun Sang heran. 

Dan keheranan Eun Sang bertambah, karena tak lama kemudian berdus-dus kotak susu berada di hadapannya (Mungkin ini sekaligus promosi, karena Park Shin Hye menjadi bintang iklan produk susu tersebut, Hahaha). 

Young Do menyuruh Eun Sang minggir. Mengambil susu sekotak dan siap melempar susu itu ke deretan loker yang ada di depannya. Tapi sebelum itu terjadi, Eun Sang lebih dulu menahan tangan Young Do. 

"Hei!. Apa yang kau lakukan?". 

"Aku mau membalas dendam untukmu", ujar Young Do enteng. "Aku yakin ini ulah salah satu dari mereka". 

"Apakah kau ingin merusak loker semua orang untuk mencari pelakunya?", tanya Eun Sang tidak percaya. 

Young Do membenarkan. Eun Sang bertanya apa tindakan Young Do ini masuk akal?. Young Do balik tanya, "Kenapa tidak?. Pelakunya pasti salah satu dari mereka", Young Do mengayunkan tangannya siap melempar.

Kembali Eun Sang menahan, "Hentikan. Apa salah siswa yang lainnya?" 

"Memangnya kesalahan apa yang kau lakukan?", ucap Young Do membela Eun Sang. 

Eun Sang tertawa. Young Do tanya kenapa Eun Sang tertawa. Eun Sang berkata sekarang akhirnya ia bisa mulai bisa memahami pemikiran Young Do, "Terima kasih untuk kebaikanmu, tapi jangan lakukan itu. Kau tidak boleh memperlakukan makanan seperti itu". 

"Kau tersenyum saat kau mengucapkan terima kasih", ucap Young Do. 

"Sepertinya sekarang kau juga mengenalku. Ngomong- ngomong, apa yang akan kau lakukan dengan semua ini?", Eun Sang menunjuk tumpukan kardus susu. 

"Aku membeli semua ini untukmu. Makan yang banyak, Cha Eun Sang", Young Do menepuk pundak Eun Sang pelan, lalu pergi melambaikan tangan.

"Hei", protes Eun Sang, tapi Young Do tak peduli, pergi begitu saja menyerahkan tumpukan susu pada Eun Sang. 


Bo Na dan Chan Young membaca buku di perpustakaan. Eun Sang datang dan membagikan 2 kotak susu pada sepasang kekasih itu. Ia berkata Young Do yang membeli susu ini. Chan Young dan Bo Na menerima pemberian susu itu.

Bo Na bertanya apa Eun Sang sudah meminumnya. Eun Sang mengiyakan, ia bahkan sedang meminum susu saat ini. 

"Ada gejala aneh?. Demam, diare, muntah?. Tidak mungkin Choi Young Do tidak melakukan sesuatu yang buruk", komentar Bo Na. 
Eun Sang memberikan selembar foto pada Bo Na, "Ambilah. Ini bayaranku". Bo Na mengambilnya dan berseru senang, "Oh my God! dia sangat lucu. Sangat lucu, benar-benar lucu!". 
Rupanya itu adalah foto masa kecil Chan Young, yang pernah Eun Sang janjikan sebagai ganti bayara Eun Sang menginap di rumah Bo Na. (Kang Min Hyuk imut).

"Hei, kenapa kalian menggunakan foto lama seseorang untuk perdagangan pribadi kalian?" protes Chan Young hendak merebut foto itu. 
Bo Na menyingkirkannya jauh-jauh, ia bertanya apa Eun Sang punya foto lain, foto yang aneh, "Jika kami putus, foto itu akan aku sebarkan dan membuat hidupnya menjadi memalukan". 

"Karena pacarmu itu sangat keren, foto yang seperti itu tidak mungkin ada. Apakah kau mengerti?", ujar Chan Young. 

"Itu benar. Kalian berdua, jangan pernah putus. Mengerti?", kata Eun Sang. 

Bo Na berkata tentu saja tidak. Eun Sang meminta maaf pada Bo Na terlebih dahulu, lalu memeluk Chan Young. 

"Ah..Temanku, Yoon Chan Young". 

"Hei. Cha Eun Sang, apakah kau sudah gila?", protes Bo Na. 

Eun Sang melepas pelukannya, Chan Young heran, "Apakah hari ini? Hari di mana rambutmu di jambak?", ledek Chan Young. 

"Kau juga, ayo ke sini", Eun Sang memeluk Bo Na. 

Bo Na terheran-heran, "Omo, ada apa denganmu?". Eun Sang melepas pelukannya dan tersenyum.

Bo Na berkata Eun Sang menjadi aneh seperti ini karena minum susu pemberian Young Do. Chan Young bertanya, kenapa?, ada apa?. Eun Sang berkata tiba-tiba saja ia ingin melakukannya, memeluk mereka. 

Chan Young dan Bo Na melempar pandangan heran. Eun Sang memaksakan senyum. Senyun Eun Sang pudar, berganti wajah sedih. Huwa..apa Eun Sang baru saja mengucapkan salam perpisahan tanpa mereka sadari. Hiks...

Jae Hoo datang untuk mengajar Kim Tan. Huah, Kim Tan buka pintu sambil pegang buku nich, apa kesepian membuat Kim Tan jadi rajin belajar, hehehehe,...

Jae Hoo tersenyum dan bertanya haruskah ia datang dengan membawakan makanan ringan untuk Kim Tan. 

Kim Tan menimpali kenapa Jae Hoo baru menyadari hal itu sekarang. Jae Hoo kembali tanya, dalam keadaan terkurung di dalam kamar ini, apa yang bisanya Kim Tan lakukan sepanjang hari?. 

"Pikiran yang tidak baik", jawab Kim Tan. 

"Pikiran yang tidak baik yang biasa dipikirkan orang dewasa?", gurau Jae Hoo. 

Kim Tan tersenyum tipis mendengar gurauan Jae Hoo, lalu berkata ia memikirkan hal yang lebih buruk. "Sebuah cara untuk mengacaukan semua hubungan. Sesuatu seperti itu". 

Jae Hoo tidak tahu apakah ini waktu yang tepat atau tidak tepat untuk mengatakan hal ini pada Kim Tan, tapi ada sesuatu yang harus ia beritahukan. Kim Tan tanya apa itu?. 

"Apakah kau sudah dengar Eun Sang akan dikirim sekolah ke luar negeri?". 
Kim Tan yang baru mendengar hal ini tentu saja kaget, "Keluar negeri?. Belajar ke luar negeri apa?". 


Scene berikutnya memperlihatkan Kim Tan yang keluar dari kamar dengan menggunakan seragam sekolah. Ia melangkah menuju ruang kerja ayahnya, di iringi perkataan Jae Hoo saat di dalam kamar tadi. 

"Aku lebih tahu ayahmu dibandingkan dirimu. Dia orang yang lebih kejam melebihi bayanganmu sebagai pebisnis dan seorang ayah". 

Kim Tan masuk keruang kerja ayahnya, tanpa ada ketakutan dalam setiap langkahnya. Kim Tan berkata ingin mengambil ponselnya, tanpa menunggu ijin ia langsung meraih ponsel yang terletak di atas meja. Presdir Kim mengatakan tak akan pernah menginjinkan Kim Tan melakukan hal itu, "Letakkan kembali". 

Tapi Kim Tan tidak mau mendengarkan, ia menghubungi Ny. Ji Sook, meminta pada ibu tirinya itu untuk mengeluarkannya dari rumah, karena ia harus berangkat sekolah. Ny. Ji Sook setuju dan akan datang menjemput. 

"Ya. Aku akan menunggumu", ujar Kim Tan, lalu menutup telepon.

"Apa kau baru saja menelepon ibumu agar kau bisa ke sekolah?", tanya presdir Kim. 

Kim Tan mengiyakan. Presdir Kim mencoba menebak kenapa Kim Tan ingin pergi ke sekolah, "Apa ... karena gadis itu?". Kim Tan mengiyakan tanpa takut. 
"Apakah kau mengubunginya agar kau bisa pergi ke sekolah dan menemui gadis itu?", ulang presdir Kim untuk meyakinkan. 

"Ya", Kim Tan kembali mengiyakan. "Ibu bilang dia segera datang. Ini berkat saham yang Ayah berikan padaku". 

"Apakah kau pikir aku memberikan saham-saham itu padamu agar kau bisa melakukan ini?". 

"Aku juga ingin meminta sesuatu pada, Ayah. Untuk yang selanjutnya, jangan pernah menyentuh Eun Sang". 

"Apakah kau mengancam ayahmu sekarang?", tanya presdir Kim seakan tak percaya. 

"Untuk membuat ancaman ini berhasil, ayah memberiku pedang (sebagai pemeganga saham terbesar). Ini adalah pedang yang ayah berikan kepadaku. Jika ayah menyentuh Eun Sang lagi, Dengan pedang yang aku miliki, aku tidak akan memilih siapa yang akan aku serang", ucap Kim Tan tegas, membungkuk hormat lalu pergi. 

Sebuah langkah berani yang langsung membuat presdir Kim berpikir...

Kim Tan dan Ny. Ji Sook dalam perjalanan menuju sekolah. Ny. Ji Sook benar-benar datang menjumput Kim Tan, meski tidak ikhlas. Mereka bicar tanpa melihat satu sama lain. Dengan suasana dingin dan penuh sindirian. Ny. Ji Sook menyindir betapa menyenangkannya sekarang memiliki uang, kekuasaaan dan gelar. Hingga Kim Tan bisa menyuruhnya datang dan pergi sesuka hati. 

"Ibu, kau juga telah banyak berubah. Kau datang menjemputku segera setelah aku meneleponmu", sindir Kim Tan balik.

Ny. Ji Sook berkata Kim Tan juga harus tahu aturan di dunia ini. Bahwa Kim Tan harus membayar harga untuk membuat orang datang dan pergi sesuka hati. Kim Tan menyahut ia sudah tahu hal itu. 

"Saat aku bicara, dengarkan dengan baik", semprot Ny. Ji Sook, "Apa yang kau lakukan ini padaku, suatu hari kau akan membalasnya padaku. Kau menyadari semuanya saat kau sudah menyesal, bahwa sudah terlambat untuk menyesal". 

"Ibu, tentang penyesalan itu. Ibu pasti merasakannya saat kau mengangkat teleponku. Apakah kau ingat apa saja yang sudah kau lakukan (perlakuan buruk) padaku dan ibu?".

Ny. Ji Sook mengalihkan pembicaraan, ia berkata akan ada banyak wartawan di depan sekolah, "Saat kita keluar dari mobil, kita harus terlihat ramah". Aku tahu, jawab Kim Tan menatap keluar jendela. 

Seperti yang mereka sepakati bersama, begitu keluar dari mobil. Kim Tan dan Ny. Ji Sook bersikap layaknya ibu dan anak yang saling menyayangi. Para wartawan sibuk mengekor dan memotret mereka. 

Ny. Ji Sook merapihkan kerah jas Kim Tan dan berkata akan malam ini mereka akan makan malam bersama. Ny. Ji Sook memaksa tersenyum melirik wartawan dan berkata mereka perlu di foto lebih banyak lagi oleh wartawan. Kim Tan menjawab ya. 

Mereka lalu jalan bersama, Ny. Ji Sook berkata akan datang bersama presdir Kim. Dan Kim Tan janji tidak akan datang terlambat. 

Myung Soo, Bo Na, Chan Young dan Ye Sol melihat tontonan itu dari atas balkon. Myung Soo dibuat takjub dengan pemandangan yang ia lihat, "Wah! Aku sudah bertetangga dan berteman dengan Kim Tan bertahun-tahun, tapi ini adalah pertama kalinya aku melihat mereka bersama!". 

"Dulu, aku pikir mereka tidak akur tapi seperti mereka sudah baikan sekarang", komentar ketua kelas, Chan Young. 

"Bukankah sudah jelas ini hanyalah bualan?. Mereka hanya berakting untuk menunjukkannya ke wartawan", komentar penggosip Ye Sol. 

"Semakin banyak yang kau miliki, semakin banyak orang yang ingin memanfaatkan dan menghancurkanmu. Sama dengan kita", ucap Bo Na berpikir sebagai pewaris. 

"Menjadi pemegang saham utama, dan mendapatkan perlindungan tak terbatas dari Ketua dewan.  Bahkan jika dia hanyalah anak tidak sah, kau tidak bisa mengalahkannya", ujar Myung Soo menyadari bagaimana pengaruhnya Kim Tan saat ini, dengan Jeguk Group di belakangnya. 

Kim Tan jalan di koridor menuju kelas, di iringi tatapan dari para siswa. 

Sesampainya di kelas, tanpa berkata apa-apa, Kim Tan langsung mengambil tas Eun Sang dan mengemasi semua buku-bukunya yang ada di atas meja. 

Eun Sang bengong kaget, "Apa yang kau lakukan?. Pelajaran bahkan belum dimulai...". 

Eun Sang bahkan belum menyelesaikan ucapanya, ketika Kim Tan menariknya keluar dari kelas. Siswa lain yang melihat berkomentar heran, Dia baru saja datang, apa yang dia lakukan sekarang?. 


Kim Tan membawa Eun Sang ke studio Myung Soo. Ia langsung mengeluarkan semua isi tas Eun Sang ke atas meja. 

"Hei!. Kim Tan", seru Eun Sang tertegun bingung, "Kenapa kau seperti ini? Apa yang akan kau lakukan?"

Kim Tan diam tak menjawab. Membuka semua buku Eun Sang memeriksa setiap lembarannya. Eun Sang mencoba menghentikan, tapi Kim Tan menepis tangannya. Hingga akhirnya Kim Tan menemukan tiket pesawat tujuan Buenos Aires (Argentina) yang terselip di salah satu halaman buku. Tanggal keberangkatan 24 November 2013. 

Eun Sang tampak shock Kim Tan menemukan tiket itu. Dan Kim Tan berguman kecewa, ternyata benar. 

Kim Tan marah, "Apakah kau benar- benar menyukaiku?. Apakah kau percaya padaku?. Jawab aku!', bentaknya. 

"Kembalikan" ujar Eun Sang

"Kau mau mati?",  Kim Tan merobek tiket itu dengan marah. "Hei!", Eun Sang berseru kaget. 
"Kau pikir aku hanyalah mainan?. Kenapa kau tidak memberitahuku apa-apa setelah menerima ini?. Kapan kau menerimanya?. Apakah kau datang ke kamarku setelah menerimanya?. Dengan tiket ini, kau tidak akan bisa kembali ke Korea lagi, dan menyuruhmu untuk jangan pernah berpikir kembali. Tapi kau menerimanya dan datang ke kamarku, dan tersenyum?. Kau tersenyum?", ucap Kim Tan tak percaya.

"Lalu apa yang harus aku lakukan?. Aku sangat ketakutan. Aku tidak bisa melihatmu lagi jika aku pergi begitu saja", ucap Eun Sang frustasi menahan tangis. 

Suara Kim Tan meninggi, "Itulah sebabnya kau harus memberitahu aku!. Seharusnya kau biarkan aku menghadapi ayahku!"

Dengan lebih pelan Kim Tan berkata, "Aku telah kehilangan semuanya sekarang. Aku sudah bilang bahwa hanya kau satu- satunya yang ada di sisiku. Jangan pernah melakukan ini padaku. Kumohon padamu, jangan terluka saat aku tidak ada. Jika kau melakukan itu, aku benar-benar akan gila, mengerti?". 
Eun Sang menangis dan memandang wajah Kim Tan. Terisak sedih dan akhirnya mengangguk pelan. Kim Tan menghapus air mata di pipi Eun Sang, "Aku minta maaf karena membuatmu menangis. Aku minta maaf", ucapnya lirih.

Dengan tangan satunya lagi, Kim Tan menyentuh pipi Eun Sang, menghapus air mata yang membajiri wajah gadis itu. Air mata Eun Sang semakin deras, ia menggeleng, seakan berkata ini bukan kesalahan Kim Tan. Kim Tan memandang Eun Sang lembut sekaligus sedih. 
Young Do datang, ia bertanya apa masalah apa lagi ini hingga mereka berdua bertengkar, "Kau bahkan membuatnya menangis". Ia melihat ke atas meja yang berantakan dan menyindir, "Apa sekarang kau menggunakan kekerasan fisik, Kim Tan?. Apakah menjadi pemegang saham utama adalah segalanya?". 
Eun Sang menunduk memungut sobekan tiket dilantai, tak ingin Young Do melihatnya. Kim Tan menarik Eun Sang berdiri, "Biarkan saja". Ia menyerahkannya Eun Sang pada Young Do. 

"Aku tak ingin mengatakan ini, Tapi hanya kau yang bisa kuandalkan".

"Apa?", tanya Young Do heran. 

"Jika kau ingin kembali ke sekolah, ajak dia dan bawa dia kembali lagi nanti ke sini. Jangan menyentuhnya. Aku akan menjemputnya sebelum jam 8", terang Kim Tan. 

"Apakah kau gila?. Tidak ada jaminan bahwa kami akan di sini saat kau kembali", ucap Young Do. 

Kim Tan berkata tidak mempuyai waktu untuk berdebat dengan Young Do. Ia akan kembali nanti. Kim Tan bergegas pergi meninggalkan mereka. 

Eun Sang berhenti menangis dan membereskan buku-bukunya. Young Do ingin tahu kenapa Eun Sang menangis. Eun Sang tak menjawab dan hendak pergi.

"Bagaimana dengan utangmu padaku?", tagih Young Do. "Apakah kau tidak ingin membayarnya?. Kau pura-pura lupa karena tidak ada hitam di atas putih?". 

Eun Sang berjanji akan membayarnya nanti. Pasti. Young Do bertanya kapan. 

"Sepulang  sekolah?. Mie. Apakah kau tidak ingin pergi makan mie?', jawab Eun Sang. 

Young Do menatap Eun Sang, masih terlihat jelas kesedihan dan sisa-sisa air mata di wajah Eun Sang.

Mobil keluarga Kim berhenti di sebuah restoran besar. Para wartawan langsung mengarahkan kamera mereka begitu presdir Kim dan Ny. Ji Sook keluar dari mobil. Ny. Ji Sook mengandeng tangan suaminya. Mereka terlihat akur seperti pasangan suami istri pada umumnya. 

Kim Won dan Kim Tan datang menyusul kemudian dengan mobil berbeda. Mereka sempat berhenti sebentar di depan pintu, saling melempar senyum tipis saat para wartawan mengambil foto mereka. Seandainya saja ini bukan akting, pasti lebih baik. 

Hal yang berbeda terjadi ketika mereka makan diruangan VVIP. Keakraban yang mereka tunjukan tadi langsung luntur. Kim Won menyindir sebaiknya lain kali mereka nonton film bersama, "Kita tidak perlu bicara, dan cukup  mengambil foto. Itu lebih baik". 

Presdir Kim tertawa, "Baiklah, ayo lakukan itu nanti. Akan sangat menyenangkan, untuk menghirup udara luar bersama keluarga". 
Kim Tan yang sedari tadi diam tak menyentuh makanannya, menyinggung senyum sinis mendengar kata keluarga keluar dari bibir ayahnya. Presdir Kim lalu bertanya pada Ny. Ji Sook, "Apa kau sudah menemukan pasangan yang cocok untuk Won?". 
Ny. Ji Sook menjawab, mereka tinggal mencari tanggal agar Kim Won bisa bertemu dengan gadis itu. Kim Won akan mendapatkan foto gadis itu dari sekertarisnya besok. Ia minta Kim Won memberitahukan jadwalnya. Ny. Ji Sook akan mengatur kapan dan dimana mereka bertemu. 

"Aku sendiri yang akan melakukannya jika waktunya sudah tiba. Kau tidak perlu membuang-buang energimu", komentar Kim Won tidak suka. 

Presdir Kim berkata sudah waktunya Kim Won menikah dan membentuk keluarga sendiri. Dengan begitu Kim Won bisa mengelola bisnis perusahaan dengan baik. (Eits..presdir Kim ini gak bercermin pada dirinya sendiri apa ya?. Liat bagaimana kacaunya keadaan keluarganya sekarang, apa perlu saya belikan cermin juga?). 

"Dua minggu lagi, akan ada pertemuan pemegang saham, dan kalian berdua harus hadir. Pertemuan ini... untuk mendiskusikan apakah kita akan memecat Presiden Jeguk Konstruksi, Kim Won atau tidak", ucap presdir Kim memberikan shock terapi pada mereka. 

(Apa?. 2 minggu, kenapa waktunya tepat sekali. Kenapa harus 2 minggu, kurun waktu yang sama yang diberikan presdir Kim pada Eun Sang....huwwaa..merinding saya).

Ny. Ji Sook terkejut, Kim Tan terkejut, Kim Won apa lagi, dia lah yang paling shock mendengar berita ini. 

"Apa maksudnya itu?", tanya Kim Won tak percaya. 

Presdir Kim berkata kandidat untuk posisi yang akan menggantikan Kim Won adalah Yoon Jae Hoo. Ia beralasan sudah waktunya bagi Jae Hoo untuk mengelola salah satu anak perusahaan. Presdir Kim mengatakan ini tanpa beban, sembari menyinggung senyum (licik).

"Ayah", seru Kim Won nyaring

"Kecilkan suaramu. Ada banyak telinga yang mendengarkan di luar", tegur presdir Kim. 
"Meskipun aku memecat dan memang mengubah susunan dewan direksi. Apakah saran aku dipecat sudah diterima?. Para anggota direksi yang aku pecat setuju dengan saran ini?", tanya Kim Won tak percaya. 

Presdir Kim bertanya memangnya apa yang Kim Won pikirkan saat memecat dan mengganti susuan dewan direksi, tanpa mendiskusikan hal itu terlebih dahulu pada presdir Kim, "Semua orang terpercaya dan yang mengikutiku selama bertahun-tahun. Ini adalah kesempatan bagiku untuk menunjukkan kalau aku percaya  pada mereka". 

"Lalu bagaimana denganku?', tuntut Kim Won, "Aku masih muda, ayahku sendiri yang memperlakukanku seperti anak kecil. Aku mencoba bertahan di posisi ini. Sekarang, aku hanyalah presdsir boneka Komisaris. Kenapa ayah melakukan ini?".

"Aku sudah mengatakannya berkali-kali. Ini masih bukan perusahaanmu. Tapi kau tetap bertindak seperti perusahaan ini sudah menjadi milikmu. Aku sudah mengatakan itu. Aku tidak akan bermurah hati. Aku tidak memihak anak pertama. Aku akan memberikannya pada orang yang terbaik diantara kalian. Kau hanyalah langkah darurat yang kubuat demi Grup Jeguk. Itu keputusan salah. Jadi aku harus menariknya kembali. Apa lagi yang bisa aku lakukan?", ujar presdir Kim tajam. 

Kim Won tampak terguncang, "Apa ini sebabnya ayah jadikan Tan sebagai pemegang saham utama?". 



Presdir Kim tak menjawab, ia berkata nafsu makannya sudah hilang dan ingin pulang. Ny. Ji Sook yang sejak tadi hanya diam mengamati Kim Tan dan Kim Won ikut berkata akan menemani presdir Kim. 

"Jadi, pertemuan keluarga yang berikutnya adalah pertemuan pemegang saham. Kita akan bertemu lagi nanti". ucap presdir Kim tanpa merasa bersalah. 

"Kita akan segera bertemu lagi", ujar Ny. Ji Sook mengandeng tangan suaminya lalu pergi. 


Tak lama kemudian Kim Tan juga berdiri. Kim Won menyuruh Kim Tan duduk. Kim Tan menyindir, "Sekarang, giliran aku punya sesuatu (saham), kakak memintaku tinggal". 

"Jangan sombong", cibir Kim Won, "Kau masih 18 tahun. Usia di mana kau tidak bisa melakukan apapun tanpa seorang wali". 

"Hal-hal yang tidak bisa kau lakukan saat kau sudah bertambah tua. Aku baru 18, jadi...aku akan melakukannya. Aku akan pergi". 

"Duduk", ucap Kim Won marah, "Aku belum selesai bicara". 

Tapi Kim Tan tak ingin lagi mendengar atau menuruti perkataan Kim Won. 

"Hyung, apa kau punya waktu untuk dihabiskan bersamaku?. Aku pikir kau akan sangat sibuk (melobi para pemegang saham untuk mendukung Kim Won tetap berada di posisi presdir)?. Dan aku yang menjadi orang yang terakhir kau temui (sebagai pemegang saham utama, tentu suara Kim Tan sangat penting). Bertindaklah seperti yang biasa kau lakukan. Untukmu, aku selalu yang terakhir" ucap Kim Tan lalu pergi meninggalkan Kim Won sendirian.

Kim Won terhenyak, tidak mempuyai pendukung satu pun. Bahkan adik yang selama ini selalu baik dan bersikap hangat padanya, benar-benar meninggalkannya. Semoga Kim Won tidak menyesal. 

Kim Won mengambil ponselnya, minta pada Jae Hoo untuk bertemu sekarang. 

Kim Won dan Jae Hoo bertemu di kantor. Kim Won memegangi papan namanya sebagai Presdir. Dengan marah ia bertanya apa Jae Hoo sudah mendengar tentang rapat pemecatan dirinya, "Dan..Kaulah calon Presdir berikutnya?", 

Jae Hoo mengiyakan keduanya. Kim Won bertanya apakah ini yang dijanjikan oleh presdir Kim, "Apakah kau dan ayahku sudah merencakan ini dan menusuk dari belakang?". Jae Hoo tidak bermaksud begitu, tapi pada akhirnya ia melakukannya.
"Kenapa kau tega melakukan hal ini padaku? Bagaimana?", bentak Kim Won, "Apa ini jawaban yang akan kau berikan padaku?. Kau pasti merasa terhina saat aku menawarkan posisi wakil presiden padamu!". 

"Aku tidak merasa terhina. Kalahkan ayahmu dan tetaplah di posisimu. Itulah yang harus kau lakukan. Setelah kau melindungi posisimu aku akan bekerja padamu sebagai wakil presdir", jawab Jae Hoo.

Kim Won terdiam. Jae Hoo tersenyum, dengan begini ia sudah menetapkan pilihan akan berada di pihak Kim Won. 

Seperti janjinya Kim Tan kembali ke studio Myung Soo untuk menjemput Eun Sang, tapi Eun Sang tidak ada disana. 

Kim Tan menghela napas kesal dan menelpon Eun Sang. 

"Halo!", terdengar sahutan suara di seberang yang ternyata adalah suara Young Do. Terdengar juga suara Eun Sang yang minta pada Young Do untuk mengembalikan ponselnya. 

(Hahaha...Young Do mau balas dendam nich ceritanya). 

"Kenapa kau yang mengangkat ponselnya Cha Eun Sang?', tanya Kim Tan keberatan. 

"Bagaimana tidak?. Ponselnya berdering tepat di depanku", jawab Young Do yang kini sedang berada di kedai tteobokki bersama Eun Sang. 

"Dimana kau?", tanya Kim Tan. 

"Kami?. Dihatimu", jawab Young Do ngasal...hahaha...(orang korea ternyata punya lawakan model gini juga, kirain hanya di daerah saya saja..). 

Young Do langsung menutup telepon. Kim Tan bergegas pergi, seakan tahu dimana Young Do berada sekarang. 

Eun Sang merebut ponselnya dan mengomel, "Kenapa tuan muda seperti kalian suka menjawab telpon orang lain?". Young Do berkata presdir Kim ingin membuat Eun Sang berlutut karena juga ingin membuat Kim Tan berlutut. 

Eun Sang tertegun. Young Do berkata bukankah tebakannya benar. Eun Sang menyangkal, bukan begitu. Tapi Young Do yakin tebakannya benar, "Dan Kim Tan menangkap basah dirimu! (yang menerima tiket dari presdir Kim). 
 
"Kau bilang kau mau makan mie, kenapa kau malah memesan tteokbokki?", tanya Eun Sang mengalihkan pembicaraan. 
"Kita harus makan mie lain kali, jadi kita bisa bertemu lagi", jawab Young Do. 

Young Do berkata perkataan saja tidak ia berhasil, dan ia tak bisa tak bisa percaya begitu saja pada Eun Sang. Young Do menyodorkan board marker minta Eun Sang menulis surat perjanjian. Bahwa mereka akan makan mie bersama. 

Eun Sang menurut, menulis surat perjanjian di dinding. Young Do mengamati wajah Eun Sang saat menulis perjanjian. 

"Aku akan makan mie dengan  Choi Young Do. - ttd. Cha Eun Sang", bunyi tulisan Eun Sang.

Setelah menulis, Eun Sang bertanya apa Young Do sudah merasa puas sekarang. Young Do curiga, biasanya Eun Sang tidak akan langsung  menurut seperti ini. 

"Kenapa tadi kau menangis", tanya Young Do ingin tahu. 

"Makanlah tteokbokki-mu", jawab Eun Sang. 

Young Do kesal, "Ini bukan harinya jadi aku tidak akan bertanya lagi". 

Young Do hendak memakan tteokbokki-nya dan kembali bertanya, "Apakah kau ingat nomorku?". Eun Sang mengaku bahkan nyaris tidak mengingat nomornya sendiri. 

"Ingatlah!. Ingat juga nomor Kim Tan. Jika sesuatu terjadi, hubungi kami. Akan lebih baik jika kau meneleponku tanpa alasan". 

Eun Sang tersenyum tipis, jika Young Do tidak mau makan lebih baik mereka pulang, "Ibuku khawatir jika aku terlambat pulang. Ini juga sudah sangat terlambat. Dan aku tidak bekerja hari ini". 

Meski terlihat berat, Young Do membiarkan Eun Sang pergi, "Jika aku membiarkanmu pergi, Kim Tan akan mengomeliku. Itu benar-benar menyenangkan. Tapi kau harus pulang naik mobilku". 

"Baiklah", Eun Sang benar-benar menjadi penurut hari ini. 

Eun Sang sudah pulang, tapi Young Do masih berdiam di dalam kedai. Menatap nanar tulisan Eun Sang di dinding. Young Do tampak khawatir, apakah dia bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres?. 

Kim Tan datang, dan ia tak terkejut ataupun marah melihat Eun Sang tidak ada di kedai ini. Kim Tan duduk di depan Young Do. Young Do berkata akhirnya Kim Tan menemukannya. Tapi Cha Eun Sang sudah pergi. 

"Itu sebabnya dia tidak ada di sini. Aku tahu kau yang membiarkannya pergi. Dan lagipula Cha Eun Sang juga tidak akan berlama- lama di sini", kata Kim Tan. 

"Jika sudah tahu, kenapa kau datang?", tanya Young Do. 

Kim Tan mengucapkan terima kasih untuk hari itu. Young Do datang ke rumahnya dan membantunya melarikan diri. Young Do tampak tersentuh, tapi ia kembali bersikap seperti biasa. 

"Apakah kau punya rahasia lain?. Seperti, kau itu sebenarnya seoarang perempuan. Aku tidak bisa makan apa-apa karena kartu As yang aku sudah pegang selama 3 tahun lenyap begitu saja!. Kecepatan Internet di Korea lebih cepat dari yang diperlukan", omel Young Do. 

Kim Tan berdiri mengajak Young Do pulang. Young Do menyuruh Kim Tan menyerah saja, "Sebelum kau terluka lagi", ucap Young Do serius, "Aku rasa mereka sudah mengurus Cha Eun Sang". 

"Aku tahu", sahut Kim Tan, "Jadi urus saja urusanmu sendiri. Ayo pulang". 

"Pergilah duluan"

"Berdiri brengsek. Jangan duduk di sini sendirian". 

Young Do tampak tersentuh, perkataan yang langsung mengena di hatinya. Jadi Young Do sering duduk disini sendirian. Kasihan, tempat ini benar-benar berarti banyak untuknya. Dua mantan sahabat, atau mungkin sedang menjalin persahabatan kembali. Keduanya saling memperhatikan dengan cara mereka sendiri. 

Dirumah Ny. Han duduk dilantai minum wine. Ia terlihat sedih dan mulai mabuk. Tak jauh darinya, presdir Kim berdiri memarahi dan menyindir Ny. Han yang melakukan semua dengan sangat bagus, "Masuk ke kamarmu sekarang!". 

Kim Tan pulang dan langsung menghampiri ibunya, "Ibu, bangunlah. Kenapa ibu duduk di lantai?". 

Ny. Han tersenyum memandang wajah putranya, "Putraku sudah pulang!. Putraku pemegang saham terbesar!. Ibu tak bisa keluar bersamamu. Karena itu, ibu merayakannya
sendiri di rumah. Jangan katakan apapun, Nak". 

Kim Tan membantu Ny. Han berdiri. Kim Tan memang tidak mengatakan apapun ataupun marah pada ibunya, karena ia juga sedih melihat ibunya seperti ini. Tapi berbeda dengan presdir Kim yang selalu merasa paling benar. Ia pun memaki Ny. Han. 

"Karena inilah kenapa aku tak bisa muncul di depan umum bersamamu!. Karena kau bisa saja membuat masalah. kau tak bisa bersikap!. Dan inilah kenapa kau adalah cacat bagi hidup Tan!". 

Ny. Han terluka, "Apakah aku satu- satunya yang membuat cacat itu?. Hanya aku?. Apakah aku satu-satunya yang merusak hidup Tan?". 

"Aku bilang masuk ke kamarmu sekarang", bentak presdir Kim. 

"Jangan membentak Ibuku!", Kim Tan tidak terima, "Seluruh hidupku penuh dengan cacat. Bahkan jika hanya gorean kecil, itu akan tetap jelas. Langit ibu adalah langit-langit rumah ini. Ayahlah yang membuat itu. Sebagai seorang ayah, sebagai seorang suami, berhenti bertindak seperti seorang pengecut. Aku tidak tahan lagi".
"Jika kau tidak tahan lagi. Jika kau tidak tahan lagi, apa yang akan kau lakukan?", tantang presdir Kim dengan mata melotot. 

"Ayah tidak perlu tahu", ujar Kim Tan marah. Ny. Han mengenggam tangan Kim Tan erat, mencoba menghentikan putranya. 

Tapi Kim Tan sudah terlanjur marah dan kecewa pada ayahnya. Dengan nada tinggi Kim Tan berkata tidak tahu apa yang akan ia lakukan, "Jangan membuat aku memegang tangan dengan musuh ayah. Jangan membuatku berpikir siapa musuh ayah yang bisa kujadikan sekutu". 

"Apa?", tanya presdir Kim seakan tak mendengar. 

Ny. Han menunduk sedih. Kim Tan tak mengubris pertanyaan ayahnya, "Ibu! Ayo masuk", ucap Kim Tan lirih menuntun ibunya masuk ke kamar. 

Didapur, Eun Sang meringkuk jongkok di bawah meja. Sejak tadi ia mendengarkan pertengkaran Kim Tan dengan ayahnya. Pundaknya sempat bergetar saat mendengar nada suara Kim Tan dan presdir Kim yang meninggi. Raut wajah Eun Sang terlihat sedih meksi sekarang ia bisa menghela napas lega. Karena tidak lagi mendengarkan pertengkaran di ruang tengah.


Lanjut ke Sinopsis The Heirs Episode 16 Part 2


Komentar : 
Sanggupkah Eun Sang melihat atau mendengar Kim Tan terus bersiteru dengan ayahnya. Terutama jika hal itu menyangkut dirinya?. Apa pilihan Eun Sang?. Benarkah ia akan meninggalkan Kim Tan. Jika itu terjadi, bagaimana dengan Kim Tan?.

Produk Iklan susu yang di bintangi Park Shin Hye "Vegemil"

No comments:

Post a Comment

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)