Pages - Menu

Tuesday, December 24, 2013

Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 38 Part 1

Chul Goo datang ke perusahaan Se Yoon untuk menemui Chae Won, kedatangannya tak lain untuk memberi kejutan pada mantan istrinya itu. Tapi Chae Won justru kesal melihat mantan suaminya, ia bertanya apa yang Chul Goo lakukan disini.

Chul Goo menyerahkan karangan bunga yang ia bawa. Chae Won tak peduli dan pergi meninggalkan Chul Goo. Menerima penolakan, Chul Goo pun memaksa memeluk Chae Won. Ia berkata Chae Won boleh berkencan dengan Se Yoon, setelah melangkahi mayatnya. 

Chae Won meronta berusaha melepaskan diri. Saat itulah Sol Joo lewat di depan perusahaan, dan melihat pemaksaan itu. 

"Lepaskan dia", bentak Sol Joo, "Dia bilang tidak mau. Berhenti memaksanya!". 

Chul Goo terkejut dan melepaskan pelukannya. Chae Won juga terkejut dan sedikit takut. Takut jika Sol Joo menilainya semakin buruk. Tapi di luar dugaan, Sol Joo bertanya apa Chae Won baik-baik saja?. 

"Ya", jawab Chae Won gugup. 

Seakan menantang, Chul Goo tanya memangnya siapa Sol Joo, ikut campur urusan rumah tangga orang lain. 

"Urusan rumah tanggan apa?. Kalian sudah bercerai", tukas Sol Joo 

"Kami akan segera rujuk. Urus saja masalahmu sendiri dan pergilah saja", ujar Chul Goo keras kepala.

"Kau pria kasar", ucap Sol Joo tercengang. Lalu mengajak Chae Won ikut masuk dengannya. 


Chae Won menurut hendak mengikuti Sol Joo, tapi Chul Goo dengan cepat menahan tangannya. Menatap Sol Joo dengan tatapan menantang. Ditantang seperti itu, Sol Joo mengeluarkan ancaman, "Lepaskan dia atau aku telpon polisi". 

Chae Won tertegun, melihat dengan perubahan sikap Sol Joo yang seperti memihaknya. Chul Goo tampak berpikir sejenak lalu melepaskan tangan Chae Won. Sol Joo mengandeng tangan Chae Won dan membawanya masuk ke dalam lobby. 

(Wuah..perubahan sikap Sol Joo benar-benar mengejutkan..)

"Apa-apaan, Ahjuma itu", guman Chul Goo tak percaya, "Dia memperlakukan Chae Won seperti menantunya. Bukankah dulu dia bersemangat sekali menjodohkan Joo Ri dengan putranya?. Masalahnya menjadi kacau. Apa yang harus kulakukan?". 




Sol Joo melepaskan genggamannya dan bertanya untuk meyakinkan apakah Chae Won sungguh baik-baik saja. Chae Won mengiyakan, dengan santun ia mengucapkan terima kasih atas bantuan Sol Joo. 

Sol Joo tersenyum, "Sepertinya kau datang untuk menemui Se Yoon". 

Chae Won mengiyakan sembari menundukan wajah takut. Sol Joo berkata ia juga datang untuk menemui Se Yoon, "Apa kau bisa menunggunya di lobby?. Aku tidak akan lama, setelah selesai aku akan segera menyuruhnya turun". 

"Baiklah", jawab Chae Won. 

Sol Joo tersenyum, memandang Chae Won dengan tatapan lembut. Tidak seperti biasanya yang tampak dingin dan angkuh. 

Joo Ri keluar dari lift dan langsung menyapa Sol Joo dengan riang. Dengan nada terkesan dingin, Sol Joo tanya apa Joo Ri hendak pulang kantor. Joo Ri mengiyakan dan bertanya apa Sol Joo ingin bertemu dengan Se Yoon. Sol Joo berkata ada hal yang harus ia bicarakan dengan putranya. 

"Setelah Ibu selesai, ayo kita makan malam bersama-sam", ajak Joo Ri. 

"Aku merasa tidak enak badan hari ini. Mungkin lain kali", tolak Sol Joo. 
Dengan nada lebih ramah, Sol Joo minta pada Chae Won menunggu sebentar di lobby, dan janji tidak akan lama bicara dengan Se Yoon. Chae Won mengerti, "Jangan khawatir". Joo Ri tampak bingung melihat perubahan sikap Sol Joo pada Chae Won. Sol Joo jalan menunju lift, mengabaikan Joo Ri.

"Ayo kita makan bersama lain kali, Ibu!', teriak Joo Ri tetap bersikap ramah. 

Seperti anak kecil yang diambil ibunya, Joo Ri menuntut penjelasan apa yang Chae Won bicarakan dengan Sol Joo barusan. 

"Itu bukan urusanmu", jawab Chae Won lalu pergi meninggalkan Joo Ri. 

Joo Ri melotot kesal, "Wanita itu". 

Se Yoon kaget saat Sol Joo masuk keruangannya. Ia bertanya apa yang dilakukan ibunya disini. Sol Joo tanya apa Se Yoon punya waktu sebentar. Karena Se Yoon tak segera menjawab, maka Sol Joo memberitahu bahwa ia telah meminta Chae Won untuk menunggu Se Yoon di lobby. 

Se Yoon bengong, mulai berpikir ibunya akan berbuat kasar lagi pada Chae Won. 

Sol Joo duduk. Dengan wajah khawatir, Se Yoon tanya apa tadi ibunya bertemu dengan Chae Won. Sol Joo membenarkan, "Kenapa?. Apa kau khawatir kalau Ibu mungkin akan bersikap kasar padanya?". 

"Ibu tidak seperti itu", ucap Sol Joo lagi melihat kecemasan di wajah Se Yoon. Tapi penjelasan itu semakin membuat Se Yoon bingung. 

"Kenapa kau tidak mengatakan pada Ibu?. Kau...Kau kehilangan indra pengecapmu, iya kan?", tanya Sol Joo dengan suara tertahan. 

Se Yoon heran bagaimana ibunya mengetahui hal itu. Sol Joo mengaku baru saja bertemu Seok Joon. Sol Joo terisak, "Kau seharusnya mengatakan itu pada Ibu. Kenapa kau menyimpannya sendiri?. Ibu bahkan tidak tahu itu dan Ibu...". 

"Aku baik-baik saja. Ibu jangan terlalu khawatir", ujar Se Yoon berusaha menenangkan ibunya. 

"Kau tidak baik-baik saja", tangis Sol Joo semakin deras, "Maafkan Ibu, Se Yoon. Ibu benar-benar minta maaf. Selama 3 tahun ini, Ibu makan, minum,  dan tidur dengan nyenyak tanpa menyadarinya. Aku tidak pantas menjadi Ibumu. Tidak, aku bukan seorang Ibu".

Se Yoon tersenyum getir, "Ini bukan kesalahan Ibu. Jangan menyalahkan diri sendiri. Kondisiku tidak seburuk itu. Dan aku sudah terbiasa dengan hal itu. Aku baik-baik saja, ibu". 

"Se Yoon-ah". 

Presdir Lee masuk ke ruangan Se Yoon, bingung melihat istrinya yang menangis. Ia duduk di samping Sol Joo dan bertanya kenapa kau menangis. 

"Yobo", ucap Sol Joo diantara isak.tangisnya, bersandar di pundak presdir Lee sembari memandang Se Yoon dengan perasaan bersalah. 
Chae Won berdiri menunggu di depan lift, tak lama Se Yoon keluar menemuinya. Chae Won tanya apa Se Yoon sudah bicara dengan Sol Joo, apa apa?, apa ada yang salah?". 

"Ibuku mengetahui kalau aku kehilangan indra pengecapku. Dia menyalahkan dirinya sendiri dan menangis". 
Chae Won mengerti pasti saat ini Se Yoon juga merasa sedih, "Apa kau baik-baik saja?". Se Yoon merasa sedih dan sekaligus lega. Bertahun-tahun ia merasa takut jika kelak ibunya mungkin mengetahui hal soal ini. 

"Karena pelatih pandai sepertiku melatih perasamu, kau akan segera menyembuhkan indra pengecapmu. Jadi percaya dan ikuti saja aku", ucap Chae Won mengibur Se Yoon.

"Ya, nyonya", sahut Se Yoon tersenyum. 

Manager pemasaran datang menghampiri mereka. Ia berkata baru saja ingin menelpon Chae Won. Se Yoon bertanya apa hasil dari kompetisi mie sudah keluar. Manager pemasaran membenarkan, hasilnya baru saja keluar. Se Yoon tampak tegang menunggu manager pemasaran memberitahukan hasilnya.

"Nona Min, kau berhasil masuk ke final", terang manager pemasaran. 

"Benarkah", tanya Chae Won senang. Mengucapkan terima kasih berkali-kali. Sebagai kekasih yang baik, Se Yoon pastinya ikut senang melihat Chae Won tersenyum bahagia seperti itu. 

(Setelah sekian lama membuat sinopsis ini, saya baru tahu marga manager pemasaran adalah Kim. Selanjutnya saya akan menyebut manager pemasaran dengan panggilan, "Manager Kim").

Joo Ri dan Chul Goo pulang bersama dalam keadaan mabuk sembari berangkukan. Kakak adik ini kompakan minum bersama. Young Ja yang melihat kelakuan ajaib 2 anaknya tentu saja senewen dibuatnya. Hahaha..

Young Ja langsung ngomel mencium bau alkohol dari napas mereka, ia tanya apa kedua anaknya itu minum bersama. Joo Ri membenarkan, "Aku bertemu dengan oppa di depan kantorku, dan kami minum". 

Young Ja tak mengerti kenapa Chul Goo malah minum, seharusnya dia berkencan dengan Chae Won. Chul Goo merasa hubungannya dengan Chae Won sudah berakhir. (Pikiran Chul Goo ternyata lebih waras saat dia mabuk..hehehehe)

 "Ibunya Se Yoon memperlakukan Chae Won seolah-olah Chae Won adalah menantunya". 

"Maksudmu Nyonya Lee?. Dia memperlakukan Chae Won seperti menantu?", tanya Young Ja bingung. 

"Dia berubah", tambah Joo Ri, "Dia tidak bersikap baik padaku seperti biasanya dulu. Sekarang dia sangat dingin". 

Young Ja membenarkan. Terakhir kali ia bertemu dengan Sol Joo, wanita itu bersikap dingin dan tidak ramah. Joo Ri menebak sepertinya Sol Joo mulai menerima Chae Won. Dengan sangat yakin Young Ja berkata itu tidak mungkin. 

"Hidupku kacau. Aku bisa gila", rengek Chul Goo. Terhuyung-huyung jalan menuju kamarnya.

Young Ja minta Joo Ri menceritakan secara mendetail, bagaimana bisa sikap Sol Joo tiba-tiba berubah baik pada Chae Won. 

"Aku tidak tahu. Berhenti mengangguku", kata Joo Ri setengah teriak lalu ke kamarnya. 

"Aigo. Benar-benar", keluh Young Ja stress, "Bagaimana bisa dua orang anakku membuatku sakit kepala seperti ini?. Salahkan saja nasib sialku!. Aigo". 

Young Ja berhenti ngomel saat mendengar suara teriakan Chul Goo dari lantai atas. 

Di dalam kamar, Chul Goo mengamuk seperti orang gila. Memecahkan foto pernikahannya dengan Hong Joo, dan membuang semua benda-benda yang ada di atas meja rias. Hong Joo teriak marah, "Apa apa denganmu?". 

"Ini menyesakan, rasanya aku bisa jadi gila", balas Chul Goo teriak. 

"Apa kau minum?". 

"Ya. Tapi aku tidak bisa mabuk, tidak peduli seberapa keras aku mencobanya. Untuk menghindari situasi neraka ini, aku sudah mencoba segalanya, tapi aku cuma berputar-putar. Tidak ada yang berubah". 

Hong Joo menahan marah, "Situasi neraka?". Chul Goo berkata situasi dimana Hong Joo terus menempel padanya seperti lintah. Situasi sialan seperti ini yang membuatnya semakin jauh dari Chae Won. Hong Joo mendengus kesal.

"Aku seharusnya mati setelah meminum obat tidur pada waktu itu. Aku muak dengan hidupku!", teriak Chul Goo tak terkendali". 
Young Ja datang, dengan panik ia memeluk Chul Goo dan minta putranya untuk tenang. Chul Goo menangis merengek merasa hidupnya sudah berakhir. Young Ja ikut menangis dan berkata hidup Chul Goo masih panjang dengan masa depan terbentang di depannya, "Kau tidak boleh mengatakan hal itu di depan ibu!".

"Aku bukan siapa-siapa tanpa Chae Won. Aku tak punya alasan untuk hidup", Chul Goo merengek, bersimpuh di atas lantai. 

Young Ja menyalahkan Hong Joo yang terus saja bersikeras dan pantang menyerah. Semua masalah ini akan selesai jika Hong Joo meninggalkan keluarganya. "Seberapa banyak lagi kau akan menghancurkan kehidupan putraku", teriak Young Ja egois. 

Hong Joo berusah terlihat tenang, tapi sebenarnya hatinya menangis. Sebisa mungkin ia menahan tangisnya, meski matanya sudah mulai berkaca-kaca. Entah merasa sakit hati dengan penghinaan yang ia terima, atau merasa ikut sakit melihat Chul Goo yang tampak frustasi. 
Choon Hee tengah menyiapkan makanan ketika Chae Won pulang bersama Se Yoon. Wajah keduanya tampak sangat cerah. Choon Hee yang sudah mendengar Chae Won masuk final mengucapkan selamat pada putrinya, "Ibu bangga padamu. Kakek pasti akan sangat senang". 

Chae Won tertawa, "Ya, ibu. Kakek dan nenek tidak ada dirumah?", tanya Chae Won menyadari rumah yang tampak sepi. 

Choon Hee berkata kakek dan nenek pergi keluar keluar jalan-jalan sebentar. Se Yoon mengatakan ia datang untuk makan malam di sini, "Apa aku boleh makan bersama kalian?". 

"Tentu saja", jawab Choon Hee dengan senang hati. 

Se Yoon berkata akan membayar makan malam di muka. Ia lalu mengeluarkan buket bunga yang sejak tadi ia sembunyikan di balik punggung. Bunga Fressia, bunga kesukaan Choon Hee. 

Choon Hee senang sekaligus heran bagaimana Se Yoon mengetahui bunga kesukaanya. Se Yoon berkata, saat melihat bungan ini, entah mengapa ia merasa bunga fressia cocok sekali dengan Choon Hee. 

"Terima kasih. Aku akan menyiapkan makanan yang enak", janji Choon Hee

"Ya. Terima kasih ibu". 

Hyo Dong pulang. Se Yoon menyapa Hyo Dong dengan ramah dan mengutarakan niatnya untuk makan malam disini. Dengan ketus Hyo Dong berkata, "Apa kau orang yang suka numpang hidup?".

Choon Hee yang merasa tidak enak menegur Hyo Dong. Tapi Se Yoon sama sekali tidak memasukan kata-kata itu ke dalam hati. Sebaliknya ia justru tersenyum. Sabar ya Se Yoon...Fighting..

Ki Ok pergi ke rumah Kang Jin saat pemilik rumah sedang makan malam dengan ramen, di temani beberapa botol soju. Ki Ok menyadari rumah Kang Jin yang tampak bersih, seperti orang yang akan pergi jauh. Ki Ok sedih, kini ia percaya bahwa Kang Jin benar-benar akan pindah rumah. Kang Jin tanya dari mana Ki Ok tahu soal kepindahannya.

"Apa kau akan pergi tanpa mengucapkan kata-kata?", tanya Ki Ok. 

"Seperti dalam beberapa lirik lagu,...."Jangan ucapkan selamat tinggal saat kau pergi", ujar Kang Jin berusaha tersenyum. 

"Bagaimana bisa kau tersenyum di saat seperti ini?". 

"Orang-orang bertemu dan berpisah setiap hari. Kita akan bertemu lagi jika kita berjodoh".

Ki Ok menangis, "Bagaimana bisa kau setenang ini?. Apa cintaku bertepuk sebelah tangan. Kau tidak punya perasaan terhadapku?". Kang Jin menegaskan, ia tak pernah mempunyai perasaan apapun pada Ki Ok. 

"Lalu kenapa kau minum?", teriak Ki Ok tak percaya. 

Kang Jin beralasan, ia hanya lelah setelah berkemas-kemas pindahan rumah. Jadi ia minum agar bisa tidur lebih awal. Ki Ok tak percaya, "Kau bohong!".

Kang Jin bertanya kenapa ia harus menyukai Ki Ok, disaat ia tidak bisa mendapatkan apa-apa dari Ki Ok. Tipe wanita idealnya adalah wanita kaya yang akan segera mati. Jadi jangan buang-buang waktu lagi dengannya, "Kau sungguh pengganggu". 

"Kau pembohong", ucap Ki Ok terisak lalu pergi dengan hati terluka. 

Kang Jin menangis setelah Ki Ok pergi, "Ya. Aku memang pembohong. Bagaimana bisa aku tidak mencintai wanita baik seperti dirimu!". 

Do Hee mengendap-endap saat melewati pintu gerbang rumah mie, tepat pada saat itu Chae Won dan Se Yoon keluar dari halaman. Buru-buru Do Hee sembunyi di balik tembok. Se Yoon menepuk perutnya yang sudah kenyang.

Chae Won berpesan agar Se Yoon menghibur Sol Joo sesampainya dirumah, "Ibumu pasti merasa stres". Se Yoon mengerti, ia minta Chae Won jangan mengkhawatirkan dirinya. Lebih baik Chae Won mempersiapkan diri untuk final besok. 

"Aku akan menjadi juri yang berdarah dingin. Aku tidak akan membuat pengecualian untukmu", ujar Se Yoon memasang wajah serius. 

Chae Won tertawa, "Aku tidak punya niat untuk memanfaatkanmu. Jangan khawatir". 

Se Yoon tahu sebenarnya Chae Won merasa kecewa. Ia mengoda Chae Won sembari menyodorkan pipinya dan berkata, "Jika kau menciumku disini, aku akan memberimu 10 poin tambahan".

Lalu menunjuk bibirnya, "Jika disini, aku tambah 20 poin. Ayolah pilih", ujar Se Yoon jahil. 

Chae Won tertawa geli, mendorong Se Yoon menjauh dan minta pada pacarnya itu untuk berhenti bicara omong kosong, "Pulanglah".

"Baiklah, sampai jumpa", ucap Se Yoon kecewa pura-pura pergi. 

Dan secepat kilat mencium pipi Chae Won, lalu berlari menuju mobilnya (hehehe..nakal..). 

"Sampai besok", pamit Se Yoon

"Hati-hati", ucap Chae Won melepas kepergian Se Yoon. 

Setelah mobil Se Yoon menjauh, Do Hee keluar dari peresembunyiannya dan memanggil Chae Won. Chae Won terkejut melihat bibinya yang sudah pergi dari rumah kini ada di halaman. Do Hee tak mengerti apa yang Chae Won pikirkan, kenapa terus menemui Se Yoon. 

"Ibunya Chul Goo tidak ada apa-apanya dibandingkan Ibunya Se Yoon. Kau akan menjalani kehidupan pernikahan yang sulit jika menikah dengan Se Yoon, bahkan lebih buruk dari sebelumnya", ujar Do Hee meracuni. 

Chae Won berkata sudah siap menghadapi hal itu. Do Hee menyuruh Chae Won kembali saja ke Chul Goo, kenapa memilih jalan sulit ini dengan berkecan dengan Se Yoon. Chae Won menegaskan tidak akan kembali pada Chul Goo. 

"Semua orang bisa membuat kesalahanan. Chul Goo bukanlah anak mama lagi. Dan Nyonya Bang memastikan akan bersikap baik padamu", ujar Do Hee ngotot

"Apa bibi bertemu dengan ibu Chul Goo?", tanya Chae Won curiga.

"Yah, aku tidak sengaja bertemu dengannya beberapa hari yang lalu", jawab Do Hee terbata, "Dia dengan tulus memintaku untuk membantu putranya memulai kembali denganmu". 

"Aku lebih baik mati daripada harus rujuk kembali dengan Chul Goo.  Jangan mengungkit-ungkit Chul Goo soal dia lagi". 

Do Hee masih ingin terus memaksa. Tapi langsung terhenti ketika mendengar suara nenek dari kejauhan. Do Hee panik dan minta pada Chae Won untuk tidak memberi tahu nenek, kalau ia datang kemari. Ia pun buru-buru pergi sebelum nenek melihatnya. 

Chae Won mengehela napas lelah. Menyinggung keluarga Bang selalu membuatnya sesak napas. 

Setelah gagal membujuk Chae Won, Do Hee segera menelpon Young Ja. Young Ja mengadu Chae Won memperlakukan Chul Goo dengan buruk hingga anaknya itu sekarang berada dalam keputusasaan. 

Do Hee berdecak, mengerti betapa stresnya Young Ja saat ini. Youg Ja mengeluh hidupnya serasa berada di neraka, "Ngomong-ngomong, Joo Ri bilang nyonya Lee bersikap baik pada Chae Won, apa itu benar?". 

"Aku kenal Sol Joo dengan baik. Tidak mungkin dia menerima Chae Won. Mustahil ", ucap Do Hee yakin. 

Young Ja merasa sedikit lega jika memang seperti itu keadaannya. Ia berkata hanya bisa mengandalkan Do Hee untuk permasalahan ini, "Takdir kami berada di tanganmu. Tolong uruslah masalah ini". 

Young Ja menutup telponnya sembari menghela napas panjang. Hong Joo keluar dari dapur. Ia menyuruh Hong Joo duduk sebentar. Hong Joo menurut meski sempat memandang ibu mertuanya dengan curiga. 

Young Ja kembali marah-marah, apa Hong Joo ingin memulai pertengkaran ini lagi sampai tuntas. Dengan bangganya Young Ja berkata ia lebih mengerikan dari penampilannya, sepertinya Hong Joo telah meremehkannya belakangan ini, "Jika aku memutuskan untuk memisahkanmu dari putraku, aku bisa melakukan apa saja".

"Apa itu ancaman?", tanya Hong Joo tak takut sedikit pun.

"Aku bisa menyingkirkanmu tanpa meninggalkan jejak sedikit pun". 

"Oh ya?. Apa kau akan mengurungku di suatu tempat?", tantang Hong Joo. 

Young Ja langsung gelagapan di tembak seperti itu. Hong Joo tersenyum sinis, "Jika kau menyentuhku sedikit saja, aku tidak akan menerimanya begitu saja. Aku tidak segampang seperti Chae Won. Jika aku pergi dari sini, aku akan pergi sesuai pilihanku, bukan karena ancamanmu". 

Hong Joo melayangkan pandangan tajam lalu pergi. Young Ja kehilangan kata-kata. Setelah Hong Joo pergi, baru ia mengomel, "Beraninya dia membalas kata-kata Ibu mertuanya!. Dasar wanita kejam!". 

Hong Joo masuk ke kamar. Di depan Young Ja ia bisa bersikap tenang, tapi pada kenyataannya ia merasakan dadanya sesak karena terus-terusan menahan emosi. Chul Goo yang tadi ngamuk sekarang sudah tertidur diatas ranjang.

Hong Ju mendengar Chul Goo menggigau dalam tidurnya dengan memanggil-manggil nama Chae Won, "Jangan pergi...Chae Won-ah...jangan pergi".

(Wkwkwk..posisi tidurnya Chul Goo lucu, nungging gitu).
Mendengarnya membuat hati Hong Joo terasa semakin sakit. Terlebih saat melihat foto pernikahan Chae Won - Chul Goo di dinding, Hong Joo tak kuasa lagi menahan air matanya. 

Hong Joo duduk di depan cermin, melihat dirinya yang tampak menyedihkan. Berapa lama lagi ia mampu bertahan menerima semua penghinaan ini. 

"Hong Joo, apa kau harus hidup seperti ini?", tanya Hong Joo pada dirinya sendiri dengan air mata berlinang di pipinya.

(Kasihan Hong Joo, dia juga korban). 

Joo Ri ke dapur meminum segelas air putih.  Ia memegangi kepalanya yang pening akibat pengaruh minuman. Kepalanya semakin pening mengingat sikap dingin Sol Joo sore tadi, tapi Sol Joo bersikap lebih ramah pada Chae Won. Kini situasinya menjadi terbalik. 

"Tidak bisa dipercaya. Dia menganggapku sebagai satu-satunya pasangan yang pantas untuk Se Yoon. Tapi dia mendadak berubah pikiran?. Bagaimana Chae Won mengambil hatinya?". 
Se Yoon pulang kerumah, seperti bisa Sol Joo berdiri di ruang tengah menunggu kepulangannya. Ia bertanya apa Se Yoon tadi bersama Chae Won. Se Yoon mengiyakan dengan wajah berat. 

"Kau pasti lelah. Beristirahatlah", kata Sol Joo tersenyum samar. 

"Ibu", Se Yo heran melihat senyum di wajah Sol Joo (biasanya kan, Sol Joo selalu marah jika Se Yoon bertemu dengan Chae Won). 

"Apa?", tanya Sol Joo. 

Se Yoon menggeleng, tidak ada apa-apa. Ia mengucapkan selamat malam lalu naik ke lantai atas. 

Sol Joo kembali tersenyum, pertanda hatinya yang dingin mulai mencair. 

Sesampainya di kamar, Se Yoon buru-buru menelpon Chae Won. Se Yoon benar-benar curiga dan sekaligus heran dengan perubahan sikap ibunya, "Dia biasanya marah jika aku pergi menemuimu, tapi hari ini, dia tidak marah. Aku punya firasat bagus tentang ini". 

Chae Won tak mengerti apa maksudnya. Se Yoon yakin, ibunya mulai melihat kebaikan dari diri Chae Won. 

"Jangan berharap terlalu tinggi", ucap Chae Won membuat Se Yoon protes. Reaksi macam apa itu, ia berharap Chae Won juga akan senang mendengar hal ini. 

Chae Won percaya pada Se Yoon, tapi ia khawatir nantinya Se Yoon akan merasa kecewa jika berharap terlalu tinggi. Lebih baik sekarang Se Yoon bersikap tenang, mandi dan tidur, "Sampai bertemu besok pak Direkut. Dah". 

Usai menutup telepon, Chae Won tertegun mengingat kejadian tadi sore di depan kantor saat Chul Goo memeluknya secara paksa. Pertolongan Sol Joo membuat Chae Won sedikit berharap. Tapi ia tepis harapan itu, sadar kalau ibunya Se Yoon tidak menyukai dirinya. 

Pagi hari. Hong Joo menyiapkan sarapan di meja makan. Young Ja berserta ke dua anaknya datang ke ruang makan. Hong Joo berkata ia sengaja membuat Pollack Soup yang bisa menghilangkan rasa mabuk semalam. 

"Aku pergi, ibu", ucap Chul Goo tanpa semangat. Berangkat kerja tanpa menyentuh makanan. 

Young Ja menghela napas. Hong Joo hanya diam, terbiasa dengan sikap Chul Goo yang tak pernah menganggap dirinya sebagai istri.

"Kau akhirnya membuat dia pergi ke kantor dengan perut kosong. Sungguh menyedihkan", omel Young Ja pada Hong Joo lalu keluar dari ruang makan menyusul Chul Goo. 

Pada Joo Ri, Hong Joo berkata soup yang ia siapkan rasanya sangat enak, baik untuk menghilangkan rasa mabuk. Bukannya berterima kasih atas perhatian kakak iparnya, Joo Ri malah menyindir, "Aku benar-benar tidak bisa memahamimu. Kakak sangat tidak menyukaimu. Kenapa kau masih bertahan?. Dimana harga dirimu?". 

(Opss.. Joo Ri sebaiknya pertanyaan itu juga kau ajukan pada dirimu sendiri). 

Hong Joo berusaha tersenyum dengan tidak memasukan sindiran Joo Ri ke dalam hati. Ia berkata sop buatan Ms. Park sangat lezat, Joo Ri akan menyesal jika tidak mencobanya. 

"Kau sungguh penganggu", ucap Joo Ri judes lalu pergi. 

Ms. Park menghampiri Hong Joo dan melihat nonanya yang seperti menahan tangis. Karena tidak ada yang ingin makan, Hong Joo mengajak Ms. Park makan berdua saja. 

"Nona", Ms. Park menatap prihatin. 

"Ini akan menjadi makanan terakhirku di rumah ini. Ayo kita nikmati makanannya". 
Hong Joo duduk, menyuapkan satu sendok sop ke dalam mulutnya, "Sup buatanmu selalu luar biasa", ucap Hong Joo tersenyum, meski air mata membanjiri wajahnya. 
"Kau yang terbaik Ms. Park", ujar Hong Joo mengacungkan jempolnya. Ms. Park terisak, ikut merasakan kesedihan yang dialami Hong Joo. 

 
Se Yoon menunggu Chae Won di depan ruang meeting dengan wajah berseri-seri. Tak lama Chae Won muncul. Keduanya tersenyum melihat satu sama lain. Se Yoon bertanya apa Chae Won sudah siap untuk presentasi. 

"Aku akan melakukan yang terbaik seperti yang biasa kulakukan", ucap Chae Won optimis. 

"Kedengarannya sombong. Aku mungkin akan memberi nilai nol karena sikapmu yang buruk", gertak Se Yoon. 

"Apa?", tanya Chae Won cemberut. 

Se Yoon tertawa dan Chae Won pun ikut tertawa... ^-^ . 

Presdir Lee datang bersama rombongannya. Senyum keduanya langsung lenyap. Chae Won membungkuk mengucapkan salam dengan hormat. Presdir Lee bertanya apa Chae Won salah satu finalis kompetisi mie.

Chae Won ingin menjawab, tapi Se Yoon lebih dulu menyambar. Seakan menggantikan Chae Won, Se Yoon menjawab pertanyaan presdir Lee. Ia berkata bahwa Chae Won mendapatkan tertinggi dari putaran satu hingga putaran tiga. 

Presdir Lee mengangguk mengerti. Pada asistennya, ia minta Se Yoon dikeluarkan dari daftar dewan juri. 

"Kenapa ayah?', protes Se Yoon kaget, "Oh, maksudku, Presdir". 

"Aku khawatir kau kurang objektif dalam menilai sebagai juri", jelas presdir Kim lalu masuk ke ruang meeting. 

(Maksud presdir Lee adalah, ia khawatir Se Yoon akan memberikan Chae Won nilai tinggi karena Chae Won adalah pacarnya, bukan berdasarkan presentasi).

Se Yoon bengong, ia mengadu pada Chae Won tidakahkah ayahnya sudah berlebihan. Chae Won tersenyum geli. Sejak kemarin, Se Yoon terus membanggakan diri dan sesumbar akan menjadi juri. Tapi sekarang Se Yoon malah di keluarkan dari daftar juru, "Kau pantas mendapatkannya", ucap Chae Won menggoda. 

"Apa?", Se Yoon merajuk. 

"Permisi, aku masuk dulu", ucap Chae Won tidak memperdulikan rengekan Se Yoon. 

Se Yoon semakin bengong di tinggal Chae Won seperti itu, "Bukan ini yang seharusnya terjadi", guman Se Yoon tidak terima. 

Di dalam ruang meeting ada 2 kandidat final. Manager Kim membacakan aturan kali ini. Masing-masing peserta maju membawakan presentasi atas mie buatan mereka. Giliran pertama nona Min Chae Won. 

Chae Won maju ke depan, membungkuk pada juri dan mulai membawakan presentasi. 

"Saya terinspirasi oleh Kakek saya, yang seorang pembuat mie. Dalam mengembangkan mie saya, salah satu kelemahan dari mie adalah karena mie mudah lembek dalam kuah. Saya menguleni adonan dan menarik mienya dengan menggunakan tangan untuk memperbaiki kelemahan tersebut. Total 34 jam waktu penyimpanannya meningkatkan tekstur kenyal dan menghilangkan bau tepungnya".

Para juri melihat proposal mie Chae Won. Presdir Lee manggut-manggut, tampak puas dengan presentasi yang dibawakan Chae Won. 

Choon Hee memijat pundak kakek. Diperhatikan seperti itu, kakek mengucapkan terima kasih. Choon Hee tanya untuk apa kakek berterima kasih. 

"Saat anak-anakku meninggalkan aku dan istriku, kau tetap tinggal bersama disini dan merawat kami". 

"Ayah, bagaimana kalau kita katakan pada mereka tentang yang sebenarnya?. Maka mereka pasti akan memahami Ayah", bujuk Choon Hee.

"Nanti. Kita katakan pada mereka nanti', ucap kakek berusaha memantapkan hati. 

Choon Hee mengerti dan akan menghormati pendapat kakek. 

Nenek pulang dari jalan-jalan. Kakek berkata nenek seperti wanita tua pemalas yang suka mengobrol sepanjang waktu. Nenek membalas mengobrol itu lebih baik dari pada berbohong seperti yang kakek lakukan. Kakek pun langsung diam disindiri seperti itu.

Ki Ok turun dari lantai atas. Nenek heran melihat wajah Ki Ok yang terus cemberut sepanjang hari, "Kelihatan jelek sekali". 

"Berhenti mengangguku, ibu", pinta Ki Ok malas. 

"Lihat caramu bicara. Oh, ya tuang Kang akan pindah hari ini". 

"Apa?". 

"Ibu baru saja melihat dia memasukan barang-barangnya ke truk pengangkut. Ibu sedih saat dia mengucapkan perpisahan dan dia membungkuk sampai menyentuh tanah". 

Ki Ok langsung lari keluar tanpa memperdulikan panggilan nenek, membuat nenek ngedumel, kemana anak nakal itu akan pergi disaat orang tua sedang bicara. 

Kang Jin siap berangkat saat Ki Ok datang mencegah. Ki Ok berkata Kang Jin tidak boleh pergi dengan cara seperti ini. Kang Jin bertanya kenapa tidak boleh, "Terima kasih untuk semuanya, sampai jumpa lagi". 

"Itu saja. Itu saja yang bisa kau katakan padaku?", tuntut Ki Ok. 

Sopir memberitahu ini waktunya mereka berangkat. Kang Jin mengerti dan minta waktu sebentar. Sebelum pergi Kang Jin berharap kelak Ki Ok akan menikah dengan pria baik dan membangun sebuah keluarga yang bahagia, "Aku yakin putrimu akan cantik seperti dirimu. Semoga beruntung. Selamat tinggal". 

Kang Jin masuk ke dalam mobil. Tapi Ki Ok tak ingin melepaskan Kang Jin begitu saja. Ide gila pun melintas dibenaknya. Dengan nekadnya, Ki Ok berdiri menghadang di depan mobil. Kang Jin menyuruh Ki Ok minggir, tapi Ki Ok tidak mau minggir. 

"Jika kau harus pergi,  bawa aku bersamamu". 

"Apa? Bagaimana jika keluargamu mengikuti kita?. Lalu kita akan mati!', ucap Kang Jin frustasi. 

Ki Ok tak peduli, ia tak akan pernah melepaskan Kang Jin. Kang Jin menghela napas panjang, "Dia benar-benar mematahkan hatiku". Ia keluar dari mobil, mencoba membujuk Ki Ok. Kang Jin berkata apa yang dilakukan Ki Ok sekarang ini tidak benar. Tolong hentikan dan pulanglah. 

Ki Ok semakin nekad, ia malah berbaring di tanah. Kang Jin semakin stres, "Apa yang kau lakukan?". 

"Langkahi dulu mayatku. Aku tidak akan bergerak sedikitpun", ucap Ki Ok mantap, tak peduli jika ban mobil itu benar-benar melindas badannya.

Kang Jin menarik Ki Ok bangun, Ki Ok tidak mau, ia akan terus berbaring disini,  "Kau tidak boleh pergi kemana pun meninggalkanku sendiri!". 

Kang Jin sakit kepala menghadapi kerasnya sikap Ki Ok. 


Lanjut ke Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 38 Part 2

9 comments:

  1. Asyik Nuri lanjutin lagi sinopnya....
    tq ya Nuri faithing....^O^

    Ika

    ReplyDelete
  2. mba Nuri picnya dongg,, kokk belum ada picnya:(

    ReplyDelete
  3. yes,,,,,, dilanjutin juga akhirnya sinopsis yang ditunggu.....
    tetep semangat....

    ReplyDelete
  4. ditunggu kelanjutannya yaa mba:) ayoo dong mba nuri semangat nulisnya aku pingin A HUNRED YEARS INHERITANCEnya sampai END:) harus sampai tuntas ini yaa mba:D

    ReplyDelete
  5. mba aku suka banget tulisannya mba:D lanjutin part 2 nya yaa mba!?! kapan lanjutannya ?? hehe;;)

    ReplyDelete
  6. asyik.... akhirnya keluar juga sinopsisnya ^_^

    ReplyDelete
  7. semangat ya eonni......

    ReplyDelete
  8. mba nuri semangat
    selalu dinanti kelanjutan sinopsisnya

    ReplyDelete
  9. makaasih mba,akhirnya stlh lama bgt nunggu...keep fight..\^o^/

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)