Go Ho berangkat kerja, berjalan dengan penuh percaya diri. Go Ho tampak cantik hari itu, bahkan sekelilingnya tampak bersinar...
Episode 2 : Masalah tanpa solusi
Usai meeting direktur Choi memuji penampilan Go Ho yang terlihat cantik lain dari biasanya. Ia bertanya apa Go Ho dandan seperti itu karena ada yang mengajaknya menikah. Go Ho mengatakan tidak. Manager Park menebak pasti Go Ho ingin terlihat cantik di depan Ji Hoon.
Tapi para pria yang berada di
ruangan semakin menggoda Go Ho dan menganggap apa yang di katakan direktur Park
benar, ia menilai Go Ho senang di perhatikan pria. Kalau tidak kenapa hari ini Go Ho biasanya Go Ho berdandan cantik cantik sekali.
Go Ho terus menyangkal, tapi percuma saja mereka tetap berpendapat seperti itu. Oh Jung Min yang berada di samping Go Ho, tersenyum-senyum sembari menatap seniornya itu.
Go Ho terus menyangkal, tapi percuma saja mereka tetap berpendapat seperti itu. Oh Jung Min yang berada di samping Go Ho, tersenyum-senyum sembari menatap seniornya itu.
“Kukira hari ini ada wanita aneh
di ruangan meeting”, celetuk Tae Ho sembari berjalan pergi.
(aneh apanya bang.... cantik kok).
Hee Yoen tertawa, "Harusnya kau pakai busa di bahumu", ucapnya menepuk pundak Go Ho lalu pergi (baju Go Ho berpotongan bahu lebar). Go Ho hanya bisa mendengus kesal.
(aneh apanya bang.... cantik kok).
Hee Yoen tertawa, "Harusnya kau pakai busa di bahumu", ucapnya menepuk pundak Go Ho lalu pergi (baju Go Ho berpotongan bahu lebar). Go Ho hanya bisa mendengus kesal.
Satu persatu rekan kerja Go Ho
berjalan pergi. Tinggalah Go Ho dan Ji Hoon. Sesaat mereka saling bertatapan. Go Ho merasa canggung begitu pula dengan Ji Hoon yang lebih memilih pergi lebih dulu. Berada dalam situasi yang tidak mengenakan, Go Ho mengeluh kalau tuhan tidak adil padanya.
Go Ho dan Hee Yeon menyiapakan pernak pernik pesta penyambutan Ji Hoon sebagai ketua tim. Hee Yeon berkata menyukai tema karaoke topeng pada acara welcome party. Go Ho menyahut tidak suka. Hee Yeon heran bukannya Go Ho pernah bilang menyukai acara semacam itu.
Go Ho berkata ia sudah tidak menyukainya lagi. Hee Yeon mengerti, kenapa kini Go Ho membenci apa yang dulu di sukainya. Go Ho mengeluh, "Kenapa aku harus selalu terjebak dalam situasi seperti ini?. Menyakitkan sekali".
Saat Go Ho mendekor ruangan yang akan digunakan untuk pesta, Ji Hoon datang dan memanggilnya dengan alasan membicarakan proyek yang akan mereka kerjakan. Go Ho menoleh dan mendelik kesal pada Ji Hoon, merasa terganggu. Ji Hoon tampak canggung dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan bilang kalau begitu nanti saja bicaranya.
Hee Yeon mendekati Go Ho setelah Ji Hoon pergi. Hee Yeon mengetahui kalau Go Ho dan Ji Hoon dulunya sepasang kekasih. Hee Yeon bertanya mungkinkah cinta diantara mereka bersemi kembali?. Go Ho menggeleng, tidak mungkin. Seandainya saja dulu ia tahu apa yang terjadi....
Flashback. Di malam turun salju, Ji Hoon secara tiba-tiba memutuskan hubungan dengan Go Ho. Mata Go Ho berkaca-kaca, ia menggenggam tangan Ji Hoon dan memanggilnya dengan lembut, "oppa", berharap agar mereka tidak putus. Ji Hoon hanya menatap Go Ho dengan pandangan dingin.
Di suatu hari, Go Ho datang ke rumah orang tua Ji Hoon. Ada 2 pekerja yang memindahkan barang dari dalam rumah ke mobil angkutan, sepertinya Ji Hoo akan pindah. Saat Go Ho datang, Ji Hoo berada di pekarangan.
Go Ho memanggil Ji Hoo, "oppa" sembari memegang dua buah surat yang ia pegang. Ji Hoon bersikap dingin seakan-akan tidak mengenal Go Ho. Tanpa berkata apapun, Ji Hoon masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Go Ho sendirian di luar.
Di suatu hari, Go Ho datang ke rumah orang tua Ji Hoon. Ada 2 pekerja yang memindahkan barang dari dalam rumah ke mobil angkutan, sepertinya Ji Hoo akan pindah. Saat Go Ho datang, Ji Hoo berada di pekarangan.
Go Ho memanggil Ji Hoo, "oppa" sembari memegang dua buah surat yang ia pegang. Ji Hoon bersikap dingin seakan-akan tidak mengenal Go Ho. Tanpa berkata apapun, Ji Hoon masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Go Ho sendirian di luar.
Di hari lain, Go Ho mengejar Ji Hoon sampai ke apartemen pria itu. Meski Ji Hoo tetap acuh, Go Ho terus tak menyerah. Go Ho berjanji akan bersikap baik pada Ji Hoon dan juga orang tua Ji Hoon. Ia juga janji akan pulang lebih cepat dan menelpon Ji Hoon jika minum di luar.
Ji Hoon sama sekali tak bergeming, ia membuka pintu apartemen dan berniat langsung menutupnya. Tapi sebelum pintu benar-benar tertutup, Go Ho lebih dulu mengganjal pintu dengan menggunakan kakinya. Go Ho mengaku salah dan berjanji akan berubah lebih baik seperti yang Ji Hoon harapkan. memohon agar mereka tidak berpisah.
"Kau salah apa?", tanya Ji Hoon pada akhirnya'
"Apa saja!. Aku akan berubah supaya kau senang".
Ji Hoon sama sekali tak bergeming, ia membuka pintu apartemen dan berniat langsung menutupnya. Tapi sebelum pintu benar-benar tertutup, Go Ho lebih dulu mengganjal pintu dengan menggunakan kakinya. Go Ho mengaku salah dan berjanji akan berubah lebih baik seperti yang Ji Hoon harapkan. memohon agar mereka tidak berpisah.
"Kau salah apa?", tanya Ji Hoon pada akhirnya'
"Apa saja!. Aku akan berubah supaya kau senang".
Ji Hoon tetap teguh pada pendirinya, ia mendorong Go Ho keluar dan menutup pintu. Go Ho tidak terima, ia menendang pintu dan minta penjelasan kenapa Ji Hoon ingin berpisah. Tetangga Ji Hoo merasa terganggu dan menyuruh Go Ho pergi. Go Ho tidak peduli, ia menangis dan duduk di lantai, sembari menendang-nendang pintu
"Aku tidak akan pergi sampai kau keluar!. Kutunggu disini!".
"Aku tidak akan pergi sampai kau keluar!. Kutunggu disini!".
Pada akhirnya Go Ho malah di bawa pergi oleh polisi karena laporan tetangga yang merasa terganggu. Go Ho meronta dan menangis di bawa ke kantor polisi. Flashback end.
"Mungkin aku tidak bisa menghentikan kami putus, namun bertemu kembali dengan orang yang pernah ku cintai adalah takdir kejam."
"Tapi pria itu sekarang jadi bosku"., Go Ho mengepalkan tangannya dengan marah.
Go Ho mengambil berkas di mejanya lalu menemui Tae Ho. Ia masuk ke ruangan Tae Ho, memasang senyum manis dan memanggil Tae Ho dengan suara lembut. Bukannya terpesona, Tae Ho malah berkata,
Go Ho menyerahkan berkas yang telah ia perbaiki. Dengan imut ia telah mengikuti saran Tae Ho dengan tidak lagi hanya berfokus pada data. Ternyata apa yang di katakan Tae Ho benar, dan hasilnya lebih cepat selesai. Dengan wajah datar, Tae Ho berkata tentu saja ia selalu benar.
"Kok bisa tingjangmin selalu benar begini?. Aku jadi suka pada Anda tingjangmin. Aku akan mengikuti langkah Anda"
Go Ho lalu mengeluarkan jurus rayuan "Anda tingjangnim Kang Tae Ho, dan aku Go Ho. Nama kita berdua ada "Ho"-nya, jadi kita berdua keluarga.. family...family", ucap Go Ho berlagak imut setengah menari-nari.
Tae Ho bisa menebak pasti Go Ho ingin kembali ke tim A. Dengan cepat Go Ho membenarkan. Sebagai penolakan, Tae Ho meniru sekaligus menyindir perkataan Go Ho sebelumnya,
"Rencana proyek bisa seperti ini atau seperti itu. Mungkin berubah siapa yang tahu. Tidak bagus kau marah-marah, tidak sesuai dengan style-mu. Aku sih gak masalah, entah yang lain bagaimana".
(wah...wah... Tae Ho benar-benar ingat perkataan Go Ho).
"Rencana proyek bisa seperti ini atau seperti itu. Mungkin berubah siapa yang tahu. Tidak bagus kau marah-marah, tidak sesuai dengan style-mu. Aku sih gak masalah, entah yang lain bagaimana".
(wah...wah... Tae Ho benar-benar ingat perkataan Go Ho).
Go Ho langsung manyun mendengar penolakan tersebut. Tae Ho memeriksa berkas yang di serahkan Go Ho dan menilai hasil kerja Go Ho lebih baik dari sebelumnya, dan mulai sekarang ia yang akan mengambil alih. Tak lupa Tae Ho mendoakan Go Ho merasa senang berada di tim B.
"Ah....timjangnim", renggek Go Ho manja
"Aku bukan timjangnim-mu lagi. Kenapa panggil timjang-timjang mulu?"
Merasa rayuannya tidak mempan, Go Ho menjadi kesal. Ia melotot kesal dan berkata, "Baik, ahjushi", ucapnya lalu ngacir secepat mungkin.
Tae Ho kaget, "Kau panggil apa?", tapi percuma Go Ho sudah pergi. Pada saat itu lah diam-diam, Tae Ho tersenyum geli dengan tingkah Go H.
Menjadi kebiasaan Go Ho memakan sesuatu yang super pedas di saat suasana hatinya sedang tidak baik. Go Ho tidak peduli apakah makanan yang ia santap saat ini terasa lezat atau tidak, karena indra perasanya sekarang ini seolah mati rasa. Menurutnya inilah cara terbaik untuk menghilangkan stress.
Keringat terus menetes saat Go Ho meneguk kuah makanan ini. Menandakan kalau dia sedang kepedasan. Para pengunjung lain yang melihat bergidik ngeri. Pemilik toko khawatir jika Go Ho tiba-tiba pingsan. Go Ho berkata hanya level 3, tidak mungkin pingsan.
Di dekat kaca, ada seorang pria, dia memperhatikan Go Ho. Dia yang tampak khawatir, mendekati Go Ho dan menuangkan susu di gelas agar Go Ho tidak terlalu kepedasan. Tapi Go Ho seperti tidak menyadari kehadiran pria itu. (saya menebak, mungkin pria itu adalah arwah mendiang ayah Go Ho).
Go Ho bertanya apa pemilik kedai apa ingin memasang iklan. Pemilik kedai merasa bosan dengan pertanyaan Go Ho yang selalu menanyakan hal yang sama, "Kenapa bernanya itu terus sih?. Memang tempatku ini cukup besar untuk menyewa perusahaan iklan".
"Kami sedang meeting dengan klien!. Sayang sekali.", ucap Go Ho
Pemilik kedai tanya mana klien-nya. Go Ho menunjuk pemilik kedai itu sendiri sebagai klien yang ia maksud, "Kalau sudah meeting, kadang kami sepakat kadang tidak. Begitulah".
Perhatian Go Ho lalu tertuju pada Jjamppong pedas yang ia makan. Go Ho lalu memberi peringkat :
* Bintang 4 saat ia mulai stres, Kenapa ia memilih makanan ini, hal itu hanya bisa di pahami oleh lidah dan perasaannya.
* Bintang 2 jika ia sedang baik-baik saja.
Selesai memakan Jjamppong extra pedas, Go Ho mendinginkan lidahnya dengan memakan es loli. Ia berjalan pulang sembari menikmati es kesukaannya. Tak cuma satu, tapi Go Ho beli banyak es loli. Tak lama ponselnya berdering, telepon dari Park Seul Gi, editor majalah online Megapoly.
Editor Park berkata ia menyukai tulisan Go Ho, tapi hanya sedikit yang klik di hatinya. Ia menyarankan Go Ho untuk menulis sesuatu yang lebih menarik, mungkin dengan memberikan review atau peringkat pada sesuatu hal.
Go Ho memikirkan saran yang di berikan editor Park. Belum juga menemukan ide, ponsel Go Ho kembali berdering, kali ini telepon dari Kang Tae Ho. Dengan sigap Go Ho langsung menjawabnya, "Halo, timjangnim".
Tae Ho berlagak protes menanyakan kenapa sebelumnya Go Ho memanggilnya dengan sebutan ahjushi.
Go Ho ngedumel tanpa suara, "kenapa masih ingat, aja sih?".
Go Ho ngedumel tanpa suara, "kenapa masih ingat, aja sih?".
"Sudah kubilang, kurangi sifat pemarahmu", ucap Tae Ho, "Kapan kau akan bisa bicara sebelum berpikir 3 detik?".
Go Ho diam menyeruput es lolinya. Karena tidak mendengar jawaban Go Ho, Tae Ho bertanya kenapa diam saja?. Dengan kesal Go Ho menjawab kalau ia sedang berpikir 3 detik sebelum bicara.
"Berhentilah makan es loli", ucap Tae Ho membuat Go Ho kaget.
Go Ho tentu saja kaget bagaimana Tae Ho tahu kalau ia sedang makan es loli. Go Ho celingak celinguk mencari keberadaan Tae Ho, mengira pria itu ada di dekatnya.
"Bagaimana Anda bisa tahu?", tanya Go Ho heran.
"Tahu apa?"
"Tahu kalau aku sedang makan es loli?".
"Aku tahu kalau lagi marah, kau akan makan yang pedas-pedas dan makan es loli. Kenapa kaget". (cie..cie... sampai hapal kebiasaan Go Ho... naksir ya bang...).
"Jangan manyun", tegur Tae Ho lagi-lagi mengetahui kebiasaan Go Ho, "Kau keluar saat jam kerja. Punya hak apa malah cemberut?. Cepat kembali".
Go Ho tak ingin kembali karena sudah lewat jam kerja, tak bisakah ia pulang saja. Tae Ho mengingatkan pesta penyambutan ketua tim yang baru. Go Ho berkata karena itulah ia tidak ingin kembali ke kantor. Dengan hati-hati, Tae Ho tanya apa alasannya, apa Go Ho sudah mengenal Hwang Ji Hoon sebelumnya?. Bukannya menjawab, Go Ho justru tenggelam dalam kenangannya.
"Orang yang dulunya pacaran denganmu, kau kenal orang itu?, Atau orang yang tak kau kenal?".
Flashback di malam Ji Hoon dan Go Ho putus. Go Ho minta penjelasan kenapa mendadak Ji Hoon ingin putus. Apa arti hubungan ini bagi Ji Hoon. Kenapa Ji Hoon sampai hati mengkhianatinya seperti ini. Setelah putus apakah mereka hanya akan menjadi orang asing.
Go Ho tidak terima jika harus putus dengan cara seperti ini. Apakah hubungan selama 3 tahun ini tidak berarti apa-apa. Go Ho menangis meminta penjelasan dan memukul Ji Hoon. Ji Hoon tak bergeming, tetap diam hanya matanya yang tampak berkaca-kaca. Flashback end.
Go Ho tidak terima jika harus putus dengan cara seperti ini. Apakah hubungan selama 3 tahun ini tidak berarti apa-apa. Go Ho menangis meminta penjelasan dan memukul Ji Hoon. Ji Hoon tak bergeming, tetap diam hanya matanya yang tampak berkaca-kaca. Flashback end.
Tae Ho mengerti dan tetap menyuruh Go Ho kembali ke kantor dan tentang ucapan Go Ho yang tadi, dengan pede (tapi malu) Tae Ho berkata, "Dan soal tipe idealmu.... katakan saja itu seperti wajahku", ucapnya lalu menutup telepon.
Go Ho kaget lalu ngomel-ngomel, "Cowok gila, dasar anti sosial, apa-apaan dia?. Tipeku wajahnya siapa?".
Go Ho berlagak ingin muntah, saking tidak terima dengan ucapan Tae Ho. Kalau ia disuruh menilai, es loli ini lebih baik di banding Tae Ho. Go Ho terdiam menatap es loli di tangannya. Go Ho teringat ucapan editor Park untuk memberi "Review bintang".
Go Ho berpikir dan ingat kalau selama ini ia sering memberi review bintang sesuatu yang ia sukai ataupun tidak ia sukai. Menyadari hal itu, Go Ho bersorak senang, akhirnya ia menemukan ide agar tulisannya lebih menarik.
Go Ho berpikir dan ingat kalau selama ini ia sering memberi review bintang sesuatu yang ia sukai ataupun tidak ia sukai. Menyadari hal itu, Go Ho bersorak senang, akhirnya ia menemukan ide agar tulisannya lebih menarik.
===== Menilai pria dari sudut pandang wanita =====
Go Ho kembali ke perusahaan dimana pesta penyambutan bertema karaoke topeng sedang berlangsung. Staf pria memakai topeng dan bernyanyi, staf wanita duduk menonton dan harus menebak di urutan berapa "Hwang Ji Hoon" muncul.
Go Ho datang dan duduk di samping Hee Yeon. Hee Yeon memberikan Go Ho kertas dan berkata, "Katanya tidak mau datang". Go Ho menjawab Tae Ho marah-marah sehingga ia terpaksa datang. Saat manager Park bernyanyi, Go Hoo tertawa karena lagunya lucu.
Setelah manager Park, giliran direktur Choi yang unjuk diri. Hee Yeon bisa menebak dengan mudah kalau itu bukan Hwang Ji Hoon. Go Ho tampak melamun dan berkata dalam hati tentang alasannya tidak mau datang ke acara ini,
Setelah manager Park, giliran direktur Choi yang unjuk diri. Hee Yeon bisa menebak dengan mudah kalau itu bukan Hwang Ji Hoon. Go Ho tampak melamun dan berkata dalam hati tentang alasannya tidak mau datang ke acara ini,
"Alasan aku tak mau datang karena semua orang pakai topeng dan kami harus menemukan bos baru itu. Tapi hal itu tidaklah sulit buatku".
Sementara itu, Tae Ho yang menyuruh Go Ho datang justru tidak bergabung bersama yang lain. Ia hanya berdiri dan melihat dari luar lalu pergi dari tempat acara.
Sekarang giliran pria bertopeng putih. Pria itu bernyanyi dengan lembut dan penuh penghayatan. Hee Yeon jadi binggung menentukan, dia ragu apa pria yang sedang bernyanyi itu adalah Hwang Ji Hoo atau Jung Min. Gong Hee yang duduk di samping Hee Yeon berkata kalau pria itu bukan Jung Min, tapi Kang Seo Won.
Perasaan Go Ho langsung melankolis mendengar suara lembut pria itu, dia tahu kalau pria bertopeng yang saat ini bernyanyi adalah Hwang Ji Hoon.
"Apapun yang dipakainya untuk menyamarkan diri tetap saja aku bisa mengenalinya", ucap Go Ho dalam hati.
Flashback. Go Ho dan Ji Hoon berjalan di keramaian. Go Ho tersenyum menatap wajah Tae Ho dan berkata dalam hati wajah Ji Hoo sesuai seleranya. Karena sibuk memandangi wajah Ji Hoon, Go Ho tidak memperhatikan langkahnya dan terpelecok. Dengan sigap Ji Hoo menahan tubuh Go Ho agar tidak terjatuh. Go Ho menilai Ji Hoon mempunyai sikap yang jantan. Dengan semua penilaian itu dan kebaikan yang selalu Ji Hoon tunjukan, Go Ho berpikir telah menemukan belahan jiwa.
Di hari lain, Ji Hoo mengantar Go Ho pulang setelah mereka berkencan. Go Ho tersenyum melambaikan tangan pada Ji Hoo yang akan pergi. Seperti tak ikhlas meninggalkan Go Hoo, Ji Hoon kembali mendekati gadis itu dan mencium pipinya.
Setengah malu, Ji Hoon berlari kecil pergi menjauh lalu berbalik menatap Go Ho. Dengan wajah bahagia, dia tersenyum dan melambaikan tangan sembari berkata lirih, "Saranghae". Go Ho tersenyum dan bersenandung senang.
"Semua kenangan indah yang kami miliki sangatlah indah. Tapi aku sedih tidak bisa kembali ke masa - masa itu". Flashback end.
Meski terhalang topeng, tapi Go Ho bisa melihat dengan jelas wajah Ji Hoon. Lagu yang di nyanyikan terasa pas dengan kisah yang Go Ho alami. Tanpa sadar Go Ho menangis mengingat kenangan indah yang ia lalui bersama Ji Hoon.
"Benar-benar tidak ada jawabannya", ucap Go Ho pasrah
Tae Ho berdiri bersandar di pagar, tampak melamun entah apa yang dia pikirkan. Tak lama Go Ho keluar dari ruangan pesta dan jalan melewati Tae Ho. Tapi langkahnya terhenti saat mendengar Tae Ho mendesis. Go Ho menoleh, Tae Ho menggerakan jari telunjuk menyuruhnya mendekat.
Go Ho mendekati Tae Ho sembari menunduk menyembunyikan matanya yang basah. Tae Ho menatap Go Ho lekat, lalu tangannya terulur, dengan lembut mengusap bagian bawah mata Go Ho.
Setengah kaget, perlahan Go Ho mengangkat wajahnya. Saat pandangan mereka bertemu, Tae Ho bertanya, "Kau menangis?".
Tak menjawab, Go Ho kembali menunduk. Tae Ho terus menatap wajah Go Ho lebih lembut dari sebelumnya.
Flashback di hari meninggalnya ketua tim Moon. Tae Ho yang awalnya hendak pergi, langsung turun dari mobil begitu melihat Go Ho kembali masuk ke rumah duka. Mungkin ia khawatir pada Go Ho.
Di dalam, Tae Ho melihat Go Ho melayani para pelayat yang datang. Saat itu, ahjushi teman kerja Go Ho terus saja mengoceh dengan suara keras tentang Ketua Moon. Apa bagusnya kerja keras kalau pada akhirnya meninggal saat bekerja. Apa yang dia punya selain pekerjaan?. Selain pekerjaan tidak bisa dia lepaskan.
Go Ho mendengar ocehan ahjushi itu, ia tetap diam dan melayani para pelayat. Tae Ho berdiri tak jauh dari sana, matanya mengekor mengikuti kemana Go Ho pergi.
bersambung.....
No comments:
Post a Comment
Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)