Pages - Menu

Sunday, March 29, 2015

Sinopsis Blood Episode 3 Part 2

Ri Ta dan Ketua Yoo mengantar suster Silvya ke ruang rawat yang telah di sediakan. Semula suster Sylvia ingin pulang karena khawatir dengan biaya perawatan yang mahal dan tidak ada yang mengurus anak-anak di panti. Ri Ta meminta suster Sylvia tidak perlu khawatir, karena pamannya akan mengurus hal itu. Ketua Yoo juga mengatakan akan memastikan ada yang mengurus anak-anak dengan baik selama suster Sylvia tidak ada. 

Suster Sylvia merasa tidak enak hati karena terlalu merepotkan. Ri Ta membujuk dan bilang suster Sylvia harus sehat terlebih dahulu agar bisa mengurus anak-anak lagi. Ketua Yoo berkata, pendeta Stephano menghubungi rumah sakit dan meminta agar suster Sylvia di rawat inap. Suster Sylvia tertawa, pasti pendeta Stephno merasa senang karena tidak ada yang mengomelinya selama ia tidak ada di panti. 

Ri Ta mengajukan diri ingin menjadi dokter yang merawat suster Sylvia, tapi belum selesai dia mengutarakan niatnya, tiba-tiba Ji Sang datang. Kepada suster Sylvia, ketua Yoo langsung memperkenalkan bahwa Ji Sang adalah dokter yang akan merawat suster Sylvia. Ketua Yoo juga mengatakan Ji Sang adalah dokter terkenal di dunia. 

Suster Sylvia menyapa Ji Sang dan memujinya sangat tampan. Ri Ta hendak mengajukan protes, seharusnya ia yang merawat suster Sylvia. Dengan tegas, ketua Yoo berkata kalau Ji Sang lah dokter yang akan bertanggung jawab. Ri Ta diam dan memandang Ji Sang dengan tatapan kesal. 

Suster Sylvia menjalani pemeriksaan CT Scan. Ji Sang dan Ri Ta mengamati monitor yang menunjukan perkembangan kanker yang di derita suster Sylvia. Ji Sang berkata, seperti dugaan ini adalah tumor Klatskin dan tumornya sudah menyebar ke hati. Kedua bagian sisi sudah stadium dua. Dalam kondisi seperti ini sangat sulit di lakukan operasi pengangkatan tumor. 

"Aku tahu, jadi kau tidak perlu menjelaskannya", sahut Ri Ta sambil terus memandang suster Sylvia.

"Sampai sekarang tidak ada operasibilitas. Dan bahkan jika di lakukan operasi, reseksi R2....".

"Sudah kubilang berhenti", sela Ri Ta dengan nada tinggi, "Aku tahu caramu memperlakukan pasein, tapi tolong jaga sikapmu saat merawat suster Sylvia".

"Apa aku kurang sopan?", tanya Ji Sang tidak merasa

"Kau memang seperti itu. Kau bahkan tidak bisa menghibur pasien kanker pankreas. Kau malah mengatakan pada pasein untuk mempersiapkan kematiannya". 

Ji Sang kesal, apa Ri Ta sedang memata-matai pekerjaannya sekarang. Ri Ta menegaskan sekali lagi, pokoknya Ji Sang harus memperlakukan suster Sylvia dengan baik, kalau tidak ia tidak akan tinggal diam. Ji Sang tanya, kenapa ia harus menuruti perkataan Ri Ta, "Kenapa kau harus memberi dia perlakuan khusus?".

"Dia sudah seperti ibuku sendiri. Tidak.... Dia ibuku", jawab Ri Ta dengan mata berkaca-kaca. 

Ji Sang tertegun melihat reaksi Ri Ta. Sementar Ri Ta langsung pergi meninggalkan Ji Sang. 

Ri Ta berjalan di koridor rumah sakit. Ia kembali teringat kenangan masa lalunya saat bersama dengan suster Sylvia yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri. 

Flashback.
Ri Ta remaja menemui suster Sylvia di gereja, ia ingin mengubah namanya. Ri Ta berkata setiap kali ia mendengar nama Chae Yeon, hanya akan mengingatkan pada kedua orang tuannya yang sudah meninggal. Suster Sylvia berusaha membujuk,  Chae Yeon adalah nama yang di berikan oleh ayah Ri Ta, nama itu seperti warisan yang berharga.

Ri Ta remaja menangis, "Kumohon!. Rasanya hatiku seperti hancur". 

Suster Sylvia mengerti dan akhirnya  tapi dengan syarat, "Kau harus hidup cerah dan bahagia sama seperti saat orangtuamu masih berada disini. Itu syaratku, itu juga hal yang paling di inginkan orang tuamu di atas surga".

Ri Ta bertanya bagaimana suster Sylvia tahu kalau orang tuannya berada di surga. Suster Sylvia tersenyum dan berkata ia mempunyai hubungan dekat dengan surga. Ri Ta menangis tersedu saat suster Sylvia memeluknya.

"Kau tidak perlu nama baru. Tuhan sudah memberimu nama. Nama baptismu, Ri Ta. Mulai sekarang namamu, Ri Ta", ucap Suster Sylvia menenangkan.

Flashcback end. 

Ri Ta menangis mengenang kebaikan suster Sylvia sewaktu ia mengalami masa sulit. Kini, wanita yang ia anggap sebagai ibunya itu, harus berjuang melawan penyakit. 

Di ruang kerjanya, Ji Sang yang masih penasaran mencoba kembali untuk mengakses data base keamanan rumah sakit. Tapi berkali-kali aksesnya terus di tolak. Ji Sang kesal. Tak lama kemudian, terdengar ketukan di pintu. Ji Sang mempersilahkan orang tersebut untuk masuk. Muncullah Jae Wook yang bertanya, "Apa aku boleh masuk". Setelah mendengar jawaban, Ya, dari Ji Sang barulah Jae Wook berjalan masuk. 

Jae Wook berkata ada yang harus ia katakan pada Ji Sang. Sebelum mengutarakan maksudnya, Jae Wook sedikit berbasa-basi. Dia melihat bola baseball di meja dan bertanya apa bola baseball itu di tanda tangani oleh Derek Jeter, pemain baseball professional. Ji Sang mengiyakan. Jae Wook berkata ia merasa sedih saat mendengar kabar Derek Jeter telah pensiun.

"Tidak banyak yang tahu betapa berharganya bola baseball ini. Kau seperti baseball bagiku. Aku melihat betapa bernilainya kau", ucap Jae Wook. 

"Aku yakin kau datang bukan untuk membuat analogiku tentangku dengan bola ini", sahut Ji Sang tidak suka. 

Jae Wook meminta maaf karena telah bicara ngelantur. Ia akhirnya mengatakan tujuannya kemari untuk menyampaikan ada permintaan pengajuan pemeriksaan medis dan tes psikologi untuk Ji Sang. Tapi Jae Wook mengaku sudah menolak permintaan tersebut, karena menurutnya mengungkapkan informasi pribadi pada karyawan itu di larang. Hal yang labih penting adalah, Jae Wook ingin melihat hubungan Ri Ta dan Ji Sang bisa lebih rukun.

"Aku bisa mengurusnya sendiri", sahut Ji Sang

"Aku juga mendengar kau meminta akses untuk bisa masuk ke database. Kugunakan otoritasmu untuk memberimu akses".

"Aku di beritahu kalau itu melanggar aturan". 

"Peraturan di buat untuk membatasi mereka yang tidak bisa mengikutinya. Kau berada di batas itu". 

Usai mengatakan itu, Jae Wook pamit pergi. Ji Sang memanggilnya. Kali ini Ji Sang lebih dulu mengulurkan tangan mengajak jabat tangan dan mengucapkan terima kasih (saat pertama kali mereka bertemu, Ji Sang mengabaikan Jae Wook yang mengajaknya berjabat tangan). Jae Wook tersenyum menyambut uluran tangan Ji Sang. 

Ji Sang merasakan perasaan aneh saat tangan mereka saling bersentuhan. Jae Wook mengomentari tangan Ji Sang yang sangat dingin. Ji Sang berkata sejak kecil ia mempunyai masalah dengan suhu tubuhnya. Jae Wook tersenyum. Ji Sang memandang Jae Wook dengan pandangan sedikit ramah. Jabat tangan mereka berlangsung sedikit lebih lama. 

Kini Jae Wook dan Ketua Yoo sedang berada di sebuah restoran. Jae Wook menuangkan minuman ke gelas ketua Yoo dan berkata semua rencana mereka sudah siap. Ketua Yoo meminta Jae Wook memberitahunya jika membutuhkan sesuatu. Jae Wook berkata sejauh ini tidak ada, bahkan jika ada, ia memiliki semua hal yang terbaik.

"Apa manager Park Ji Sang ikut dalam proyek ini?", tanya ketua Yoo. 

"Tidak. Dia tidak terlibat langsung dalam proyek ini". 

Semula ketua Yoo berpikir, tujuan Jae Wook membawa Ji Sang kemari untuk melibatkan Ji Sang dalam proyek ini (kalau begitu, Jae Wook lah yang meminta ketua Yoo untuk memperkerjakan Ji Sang di rumah sakit Taemin). 

"Manager Park terpisah dari proyek ini. Dia juga tidak boleh tahu tentang hal ini", jelas Jae Wook.

"Aku tidak terburu-buru akan hasilnya. Bahkan jika terjadi penundaan, aku berharap mendapatkan hasil yang sempurna". 

Ketua Yoo dan Jae Wook tersenyum. Ketua Yoo mengangkat gelasnya mengajak bersulang. Tapi tiba-tiba tangan ketua Yoo bergetar hebat dengan sendirinya. Melihat hal itu, Jae Wook berkata sepertinya mereka harus segera mendapatkan hasilnya lebih cepat dari yang di rencanakan.

Perlahan ketua Yoo meletakan kembali gelas yang di peganganya, dan terlihat cemas dengan penyakit yang ia derita. Jae Wook berusaha bersikap biasa saja, tapi untuk sesaat ia menatap dengan pandangan mencurigakan. 

Setelah mendapatkan ijin akses, Ji Sang mencoba kembali masuk ke dalam database rumah sakit. Tapi halaman yang Ji Sang cari tidak bisa di tampilkan karena telah di hapus (halaman yang memuat gambar kuburan Kochenia Drota).

Saat di rumah, Ji Sang berdiri di samping Hyun Woo yang mencoba masuk ke database rumah sakit. Hyun Woo heran kenapa tiba-tiba halaman itu terhapus, seminggu yang lalu masih ada. Hanya saja datanya tidak bisa di akses. Tapi kini, riwayatnya pun tidak ada.  Benar-benar kosong.

Hyun Woo berkata jika data ini hilang, maka kedatangan mereka ke Korea hanya sia-sia belaka. Ji Sang berpikir tidak sia-sia, karena meski data itu hilang, setidaknya mereka tahu bahwa ada orang yang mengetahui (mengincar) keberadaannya.

Hyun Woo bertanya-tanya siapa orang itu. Ji Sang berpikir mungkin data ini di gunakan untuk menarik perhatian mereka. Hyun Woo mengerti, mereka memancing kita dengan umpan data di database. Hyun Woo bertanya apa akhir-akhir ini Ji Sang bertemu dengan seseorang yang mencurigakan hari ini.

Sebelum menjawab, Ji Sang diam sesaat dan ingat saat berjabat tangan dengan Jae Wook. Setelah itu Ji Sang berkata tidak ada orang mencurigakan yang ia temui hari ini. Hyun Woo yakin, orang itu pasti tidak jauh dari mereka. Hyun Woo merasa aneh karena disaat obat Ji Sang di tukar, disaat yang sama juga CCTV dan pintu ruangan Ji Sang rusak. Dan sekarang data penting telah terhapus dari database. Ji Sang yakin, orang itu pasti akan muncul kembali.

Jae Wook berada di bangunan kosong yang dulu menjadi tempat penelitiannya. Tempat itu tampak berantakan. Jae Wook menyibak tirai plastik dan melihat mayat para peneliti yang terbaring di lantai. Pandangan Jae Wook tertuju pada salah satu anak buahnya yang berdiri di belakang. Pria itu terlihat takut. 

"Aku mulai menyukai tempat ini. Sayang sekali. Cepat bereskan tanpa meninggalkan jejak. Dan mulai hari ini, kita perkenalkan seorang teman pada Park Ji Sang", perintah Jae Wook. 

"Baik", sahut Chul Hoon.

Jae Wook menggerakan tangannya, memanggil salah satu anak buahnya yang tampak ketakutan tadi. "Aku", ucap pria itu bergetar. Jae Wook mengangguk mengiyakan.

Pria itu maju. Jae Wook menyentuh dada pria itu membuat pria itu terhempas jauh ke belakang menabrak deretan kotak obat. Kemudian Jae Wook menghampiri pria itu, mencekik lehernya dan mengangkatnya tinggi-tinggi, yang tentu saja membuat pria itu kesakitan.

Jae Wook yang kini telah berubah menjadi vampir bertanya dengan marah, "Apa kau meminum darah segar?".

Pria itu tak langsung menjawab. Jae Wook bertanya sekali lagi, "Apa kau minum darah segar?".

"Tolong maafkan aku. Aku tidak menyadarinya saat membunuh para peneliti ini". 

Chul Hoon maju dan ikut meminta maaf, "Kami tidak tahu". 

"Tentu saja kau tidak tahu. Ada bau amis tersebar di tempat ini", Jae Wook mengangkat pria itu semakin tinggi,

"Orang bodoh belajar melalui pengalaman. Orang bijak belajar melalui sejarah. Kau tahu kenapa kita yang terinfeksi selalu di basmi?. Itu karena kita menggigit leher dan minum darah manusia. Kita berjuang melawan manusia dan bersikap seperti monster. Kita bukan iblis atau pun monster. Kita hanya mahluk yang lebih unggul". 

Jae Wook melepas cekikannya dan melempar pria itu jauh. Yang di lempar menggeliat kesakitan. 

"Kuperingatkan untuk terakhir kalinya. Jangan pernah minum darah segar. Jika hal ini terjadi lagi, kalian akan aku bunuh", ancam Jae Wook kepada 3 orang yang ada di hadapannya.

Chul Hoon, J dan salah satu anak buah Jae Wook lainnya menunduk takut mendengar peringatan itu.

Setelah Jae Wook pergi, J melampisakan kemarahannya dengan melempar pria itu. Entah untuk berapa kalinya, Chul J hendak memukul wajah pria itu. Tepat saat itu, Chul Hoo menghentikannya, "Cukup. Hentikan".

"Lepaskan aku", teriak J, "Dia sudah melanggar peraturan dokter". 

"Ini sudah lebih dari cukup", ucap Chul Hoon. 

J menatap Chul Hoon sementara pria itu bergetar ketakutan. Dengan terpaksa, J akhirnya membebaskan pria itu. Salah satu dari mereka membantu pria itu berdiri. J menepuk pundak pria yang baru saja di hajarnya, "Dengar baik-baik. Dokter sudah terinfeksi selama lebih 40 tahun. Satu kesalahan bodoh darimu bisa merusak segalanya. Kau paham?". 

"Ya", jawab pria itu menunduk patuh dan takut.

Chul Hoon menyuruh mereka untuk kembali ke lokasi. Kedua pria itu mengangguk patuh dan segera pergi sesuai perintah. Chul Hoo melangkahkan kakinya hendak pergi dan berhenti saat J berkata, 

"Kau harus berhenti bersikap seperti ini. Kau terlalu memanjakan mereka. Itu sebabnya mereka berperilaku buruk".

Chul Hoon membalikan badan dan terlihat marah, "Sejak kapan kau memberiku perintah?". 

J terdiam tidak bisa menjawab dan Chul Hoon kembali melanjutkan langkahnya. J memicing tajam menatap punggung Chul Hoo yang menjauh. 

Ji Sang sedang bekerja di rumahnya. Di luar, seorang pria bertudung yang sedang menjalankan tugas dari Jae Wook, berdiri di samping pohon mengamati rumah Ji Sang. Meski Ji Sang sedang fokus pada pekerjannya, tapi dia bisa merasakan kehadiran seseorang. Dia kemudian beranjak dari tempat duduknya. 

Ji Sang mengintip dari celah tirai jendela. Meski lokasi pria itu agak jauh dari rumahnya, tapi dia bisa melihat ada seorang pria yang sedang mengawasi rumahnya. Hanya saja Ji Sang tidak bisa melihat dengan jelas wajah pria itu. Bukannya bersembunyi, pria itu malah terkesan ingin membuat Ji Sang melihat dirinya.

Ji Sang segera keluar rumah berlari ke arah jalan raya untuk menangkap penguntit itu. Hampir saja dia tertabrak mobil, tapi dengan kekuatan yang dia miliki, Ji Sang melompat tinggi menghindari tabrakan.

Hingga akhirnya Ji Sang sampai di seberang jalan. Tempat dimana dia melihat sosok itu. Tapi sesampainya Ji Sang disana, pria yang dia cari itu sudah menghilang. Tidak ada seorang pun disana hanya pohon-pohon saja. 

Ri Ta berada di ruangan Kyung In dan mereka sedang menikmati secangkir teh. Sambil minum teh, Kyung In menyodorkan sebuah berkas. Ri Ta bertanya ini?. Kyun In menjawab itu adalad daftar pendisplinan Ri Ta yang di ajukan oleh Ji Sang.

"Apa?", Ri Te terkejut dan membacanya, di daftar itu tertulis.

"Profesor Yoo telah membangkang dan menganggu hak perawatan yang mengakibatkan kesalahan. Gaji satu bulan akan di potong dan akan ditambahkan 50 jam jaga".

Ri Ta mendesah tak percaya. Dengan santai, Kyung In berkata, "Sepertinya manager Park mencoba untuk menangkapmu", ujarnya sembari tertawa kecil.

"Jangan tertawa. Yang benar saja. Kenapa dia tidak langsung memberikannya padaku". 

"Ini hari liburnya", jawab Kyung In, "Kenapa kalian tidak berusaha untuk akrab. Ketua menempatkan kalian berdua di tim yang sama untuk alasan itu". 

Ri Ta kesal, "Dasar pamanku!. Tidak ada yang memintanya untuk melakukan hal itu". 

Kyung In tidak berkomentar dan hanya tersenyum. Ri Ta bertambah kesal dan kehabsian kata-kata hanya bisa memaki Ji Sang.

Hari libur di gunakan Ji Sang untuk pergi ke Jeju, lebih tepatnya pergi ke hutan. Hutan yang sama saat dia membawa lari ibunya dari kejaran Chul Hoon dan J yang mengincar nyawa mereka. Ji Sang duduk bersandar di pohon. 

"Tempat ini masih lebih hangat dari tubuhku. Ibu, seperti kata ibu, ada yang memburuku. Aku bingung harus bagaimana. Aku tidak bisa melihat apa-apa. Jadi, aku sedikit........takut".

Tiba-tiba, Sun Young hadir disamping Ji Sang dan membelai lembut rambut Ji Sang sembari memberi nasehat untuk putranya.

"Saat kau tidak bisa melihat apa-apa, cobalah tutup matamu. Jangan memaksakan diri untuk melihat. Begitu kau menutup mata, dunia akan berada di pihakmu. Hal yang kau suka dan hal yang kau inginkan semua ada saat kau menutup matamu. Setelah kau membuka matamu. Maka kau akan menemukan kekuatanmu kembali". 

Bayangan Sun Young menghilang dan Ji Sang memejamkan matanya dengan tenang.

Saat ini Ri Ta sedang bersama So Eun. Ri Ta berkali-kali menghela napas panjang, dadanya naik turun merasakan amarah yang memenuhi harinya. So Eun ikut menghela napas, tidak pernah ia melihat perang seperti ini sebelumnya. So Eun menyarakan agar Ri Ta menyerah kali ini.

Ri Ta kesal karena So Eun ikut mendesaknya. So Eun yakin, Ji Sang tidak akan pernah takut tidak peduli apa yang akan Ri Ta lakukan. Dia tidak akan pernah mengalami kerugian. Itulah sebabnya, kenapa Ri Ta sangat ingin melipat Ji Sang menjadi dua (kertas kali di lipat..haha).

Saat Ri Ta berdiri, So Eun bertanya kau ingin kemana. Ri Ta berkata ingin menemui Ji Sang dan menuntut permintaan maaf darinya. So Eun mengingatkan kalau Ji Sang libur hari ini. Ri Ta tak peduli, dia akan pergi kerumah Ji Sang, dan mendapatkan permintaan maaf dari pria itu.

"Bagaimana kau tahu rumahanya". 

"Akan kutanya bagian personalia", jawab Ri Ta berlalu pergi tanpa menghiraukan teriakan So Eun yang yang meminta Ri Ta untuk tidak bertindak gegabah saat sedang marah. 

Chul Hoon berdiri di samping Jae Wook yang sedang duduk di sofa sembari memainkan gelas di tangannya.  Jae Wook tanya apa Chul Hoon sudah mengirimkan teman hari ini (untuk Ji Sang). Chul Hoon mengiyakan.

"Bagaimana menurutmu jika dunia tanpa cermin?", tanya Jae Wook. "Ratu di putri salju akan percaya dia adalah wanita tercantik selamanya. Itu sebabnya cermin itu penting. Kau bisa melihat dirimu sebenarnya. Dengan begitu, kau tidak bisa membohongi dirimu sendiri".

Jae Wook diam sejenak menatap minuman di dalam gelas, lalu kembali berkata, "Teman yang seperti cermin. Itu yang paling di butuhkan Park Ji Sang sekarang". 

Hyun Woo sedang duduk di depan komputernya. Sambil bekerja, Hyun Woo memakan popcorn yang di bawa Luvvy. Beberapa detik kemudian, Hyun Woo mendengar bel berbunyi. Hyun Woo segera bangkit, sebelum membuka pintu terlebih dulu Hyun Woo melihat monitor untuk melihat siapa yang datang. 

Terlihat Ri Ta yang menyilangkan tangan dengan angkuh, sementara tangan satunya ia gunakan untuk menyibakkan rambut. Meski tidak mengenal Ri Ta, Hyun Woo tertawa senang melihat gadis cantik berada di depan pintu rumahnya dan dengan semangat segera membukakan pintu.

Ri Ta kini sudah berada di dalam rumah dan bertanya, "Jadi Park Ji Sang sedang pergi?". Hyun Woo menjelaskan Ji Sang pergi ke Jeju dan akan segera kembali. Ri Ta berkomentar pasti Ji Sang merasa senang bisa pergi liburan.

Hyun Woo bersikap seramah mungkin dan menawari Ri Ta untuk minum teh, ia punya banyak rasa seperti Rooibos, mate dan Chamomile. Ri Ta menolak, "Apa kau adiknya?".

"Ya. Aku seperti adiknya atau seperti belahan jiwanya". 

Ri Ta mencibir, "Untuk berbagi jiwa, dia butuh jiwa untuk berbagi (dengan kata lain, Ri Ta tidak menggangap Ji Sang mempunyai jiwa). 

Hyun Woo tertawa dan mempersilahkan Ri Ta untuk duduk sembari menunggu Ji Sang pulang. Anggap saja rumah sendiri.

Hyun Woo pergi ke dalam, Ri Ta meihat tanaman yang tumbuh di dalam rumah. Luvvy datang dan mengamati Ri Ta yang berdiri membelakanginya. Dengan sinar laser dari matanya, Luvvy menganalisa ukuran tubuh Ri Ta.

"32-24-35. Lemak tubuh 32%. Bagian perut bisa mengalami obesitas".

Ri Ta yang terkejut menoleh heran, "Apa ini?". 

Hyun Woo datang dari dapur dan menjelaskan kalau Luvvy adalah mainan hasil ciptaannya, dan termaksud salah satu hobinya. Luvvy menawari Ri Ta makan ramen. Hyun Woo cepat-cepat menghentikan Luvvy, ia menutup Luvvy seakan-akan ingin menutup mulut robot itu. Hyun Woo tertawa garing dan bilang kalau robot butannya ini suka bicara ngawur (abisnya, penciptanya ngajarin yang gak bener sich..hehehe).

Tiba-tiba mengalun lagu milik 4minute, "Siapa namamu?. Berapa nomormu" Hyun Woo cepat-cepat mematikannya dan berkata kalau Luvvy adalah penggemar girlband 4minute. Ri Ta tak mengiraukan dan menatap Hyun Woo dengan tatapan aneh. 

Tak lama Ji Sang pulang dan terkejut melihat Ri Ta berada di dalam rumah, "Ada urusan apa kau kesini?". 

Ri Ta tak menjawab, menghela napas dan mendelik marah melihat wajah Ji Sang. 

Sementara itu, di luar rumah terlihat salah satu anak buah Jae Wook berjalan mendekati rumah Ji Sang.

Ri Ta dan Hyun Woo bicara berdua. Ri Ta bertambah kesal, apa Ji Sang pikir kedatangannya kemari hanya untuk membicarakan pemotongan gaji dan tambahan jam jaga. Ri Ta mengatakan bukan karena itu, tapi karena Ji Sang telah merendahkan harga dirinya sebagai seorang dokter.

Ri Ta tahu pasti Ji Sang kesal karena ia meminta pengajuan tes medis dan psikilogi Ji Sang. Ri Ta menyebut Ji Sang berpikir picik karena membalasnya dengan cara seperti ini. Ji Sang tidak merasa hal itu picik. Tetap saja bagi Ri Ta itu tidak adil.

Dari tempatnya, Hyun Woo tersenyum mengamati mereka. Dia tidak tahu saja, kalau dua orang yang tidak pernah akur itu sedang berdebat dan tidak mau mengalah.

Ri Ta berkata jika Ji Sang terus seperti ini maka ia tidak akan tinggal diam. Ji Sang tanya apa yang akan Ri Ta lalukan. Ri Ta mengingatkan kalau ketua Yoo, pemilik rumah sakit adalah pamannya, sementara Ji Sang hanyalah karyawan.

Ji Sang tertawa, "Aku lupa kalau kau seperti Paris Hilton. Bagaimana bisa kau menahanya selama beberapa hari terakhir?".

"Apa?. Kau pikir aku memamfaatkan kekuasaanku?".

"Tidak. Bukan kekuasaan, tapi pamer belaka".

"Hei. Park Ji Sang-shi", ucap Ri Ta dengan nada tinggi. 

Ji Sang menunjuk ke suatu tempat dan menyuruh Ri Ta untuk bermain mobil-mobilan jika merasa marah atau stress. Tidak perlu datang jauh-jauh kemari. Ri Ta menunut Ji Sang untuk minta maaf sekarang juga, 

"Akuilah kau picik dan tidak berkompeten. Aku tidak menerima permintaan maaf yang tidak tulus".

Saat Ri Ta mengoceh, pendengaran tajam Ji Sang menangkap sesuatu. Merasakan kehadiran seseorang yang mengintai rumahnya. Ji Sang mengabaikan Ri Ta yang masih mengomel. Dia berjalan mendekati jendela dan memeriksa keadaan di luar. Ri Ta kesal Ji Sang mengabaikannya di saat ia masih bicara. Ji Sang tidak peduli, fokus mengedarkan pandangannya ke luar rumah.

Hyun Woo yang melihat hal itu menjadi waspada. Ji Sang menoleh pada Hyun Woo dan mengangguk. Hyun Woo mengerti dan segera menuju meja kerjanya. Segera Hyun Woo menyalakan kamera yang terpasang di luar rumah. Kamera itu bergerak dan menangkap sosok yang mengintai mereka dari luar.

Ji Sang kembali menoleh pada Hyun Woo yang memberi kode bahwa pengintai itu telah tertangkap kamera. Ji Sang menjadi lebih waspada dan kembali menatap keluar. 

Sikap Ji Sang yang mengabaikan dirinya semakin membuat Ri Ta kesal, "Kau tetap bersikap seperti ini. Baiklah, aku tidak perlu mendengarkan permintaan maaf darimu". 

Ri Ta berbalik pergi, Ji Sang menghentikannya dan menawarkan diri untuk mengantar Ri Ta pulang. Ri Ta mendesah tak percaya. Ia mengadahkan kedua tangannya dan bertanya, "Kenapa kau mau mengantarku. Kenapa?". 

Ji Sang tidak memperdulikan ocehan Ri Ta, "Ikut aku", ucapnya sembari mengambil kunci mobil dari tangan Ri Ta.

Ri Ta ngedumel kesal, apa lagi ini. Lalu berjalan mengikuti Ji Sang dan melewati Luvvy yang berkomentar, "Penilaian bagian perut selesai". Ri Ta mendelik judes dan menutupi perutnya agar tidak di lihat Luvvy. Haha..

Ji Sang keluar lebih dulu dan mengedarkan pandangannya ke seberang jalan dengan seksama. Tapi lagi-lagi sosok pengintai itu tidak ada disana. Ri Ta keluar tidak lagi kemudian, ia meminta Ji Sang mengembalikan kunci mobil dan pulang sendiri. Ji Sang yang tidak menghiraukan malah menyuruh Ri Ta untuk segera masuk ke mobil. 

Di dalam rumah, Hyun Woo menerangi ruangan dengan lampu sinar biru. Ia juga menyiapakan senapan dan jarum suntik berisi cairan. Hyun Woo berjaga-jaga dan tampak tegang. 

Dalam perjalanan Ri Ta mengira Ji Sang mengantarnya pulang sebagai ganti permintaan maaf. Ia tetap menunut Ji Sang untuk meminta maaf dengan jantan, tidak perlu bertindak sampai sejauh ini. Ji Sang menyuruh Ri Ta diam. Ri Ta berkomentar, sikap Ji Sang tetap saja kasar seperti biasanya.

"Tidak peduli seberapa hebatnya kau, ada yang namanya sopan santun. Apa kau harus bersikap kasar seperti ini?".

Ponsel Ri Ta berdering yang ternyata telpon dari rumah sakit yang memberitahu kondisi pasien yang kini masuk ruang UGD. Ri Ta menyuruh penelpon untuk memberikan pertolongan lebih dulu dan berkata akan segera datang ke rumah sakit.

Ri Ta minta di antar ke rumah sakit. Ji Sang bertanya kenapa. Tanpa sadar Ri Ta sempat menjawab kalau ada masalah pada pasien yang ia operasi kemarin. Ri Ta segera menghentikan ucapannya begitu tersadar dan berkata tidak ada apa-apa. 

"Kau membuat masalah lagi?", tanya Ji Sang

"Kau pikir aku selalu membuat masalah", sahut Ri Ta marah

Tiba-tiba, Ji Sang membanting stir berbelok ke kanan. Ri Ta terhenyak dan wajahnya menempel di kaca. Sampailah mereka di depan rumah sakit. Ji Sang kembali merasakan kehadiran penguntit, cepat-cepat dia melepas safety belt dan turun dari mobil.

Ji Sang beranjak pergi mengikuti nalurinya, mengabaikan Ri Ta yang berteriak memanggilnya, "Manager, ku anggap kau sudah meminta maaf 27,8 %. Sisanya 71,2%...". 

Jae Wook sedang bersantai dirumah dan menerima telpon dari salah satu anak buahnya, "Bagus. Gunakan kesemapatan ini untuk menguji dia", ucapanya lalu menutup telpon. Setelah itu dengan tenang, Jae Wook meminum red wine dari gelasnya. 

Ji Sang berlari menyusuri koridor luar rumah sakit yang sepi hingga sampailah dia di dalam rumah sakit. Di pos perawat, para perawat sedang tetidur. Dia melihat dan merasakan sekelebat sosok yang berlari di belakangnya. Tanpa pikir panjang, Ji Sang lari mengejar pria itu hingga ke atas atap rumah sakit.

Pria penguntit melompat dari atap gedung yang satu ke gedung lainnya. Ji Sang mengejar tapi dia kehilangan jejak ketika berada di sebuah lorong di bangunan tak berpenghuni. Setumpuk besi hampir saja menimpa tubuh Ji Sang, jika Ji Sang tidak secara refleks menghindar. Pria penguntit yang merupakan anak buah Jae Wook langsung menyerang Ji Sang.

Ji Sang berhasil menghindar dan tertegun begitu melihat wajah pria itu yang telah berubah menjadi vampir, "Siapa kau?".

Pria itu tak menjawab dan kembali menyerang Ji Sang. Terjadi perkelahian di antara mereka. Semula Ji Sang sempat di buat kewalahan, tapi pada akhirnya dia yang lebih unggul dan menendang pria itu hingga terlempar jauh. Ji Sang hendak mendekati pria itu, tepat saat itulah si vampir jahat itu berdiri dan mengarahkan santer cahaya biru ke arah Ji Sang. 

Ji Sang kesakitan menutupi matanya yang silau. Vampir jahat itu tertawa menikmati penderitaan Ji Sang. Dalam hitungan detik Ji Sang telah berubah menjadi vampir. Saat Ji Sang masih merasa kesakitan, tepat di belakang dia muncul seseorang berpakaian hitam-hitam dan menutupi kepalanya dengan hoddie.
Orang itu membawa senjata dan menembak Ji Sang. Bukan peluru yang keluar melainkan jarum suntik yang tepat mendarat di leher Ji Sang. Cairan yang ada di dalam jarum suntik itu membuat Ji Sang mengeram menahan sakit. 

Vampir jahat yang berdiri di depan Ji Sang  tertawa terkekeh. Diantara rasa sakitnya, Ji Sang berbalik dan mencoba melihat sosok orang yang telah menembaknya. Tapi sedikit pun, dia tidak bisa melihat wajah orang itu. Ji Sang kembali mengerang kesakitan dan tertuduk lemas.

END

1 comment:

  1. HAI MBA NURI.. MAU OST NYA SI BLOOD DUNK.. HIHIHII..

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)