Ji Sang memulai operasi dengan membedah perut pasein.
Tiba-tiba Ji Sang tampak kaku dan tegang melihat darah yang keluar dari tubuh
pasien. Pandangan Ji Sang sedikit buram.
Ji Sang mulai panic dan tidak bisa mengendalikan diri, hal itu bisa memicu rasa dahaganya akan darah.
Dari tempatnya duduk, Jae Wook tersenyum menanti apa yang
akan terjadi pada Ji Sang selanjutnya. Sementara yang lain merasa heran melihat
Ji Sang yang tampak tegang setelah melakukan pembedahan.
Mengetahui gejala yang tidak beres dalam dirinya, Ji Sang
mundur kebelakang dan berbalik. Ji Sang mulai berubah, lensa matanya menjadi
keemasan dan kuku jarinya tumbuh meruncing. Ji Sang syok.
“Profesor?”, panggil Lee Sun Kyun
Melihat Ji Sang yang masih terpaku di tempatnya. Jae Wook
meraih microphone. Dan pura-pura bertanya apa ada masalah?.
“Tidak ada”, jawab Ji Sang. Ia meminta waktu 5 menit dan
segera keluar ruangan operasi.
Jae Wook tersenyum licik. Rencana yang ia buat untuk
menjebak Ji Sang, berjalan sesuai yang dia harapkan.
Dr. Woo berkomentar tidak suka, bagaimana bisa Ji Sang
meninggalkan ruang operasi begitu saja. Dr. Gerrard menimpali tindakan Ji Sang
tidak bisa di teloransi, seorang dokter tidak boleh meninggakan operasi yang
sedang berjalan. Ri Ta yang mendengarnya tersenyum senang, karena dia juga
tidak menyukai Ji Sang.
“Kuyakin dia punya masalah. Kita tunggu saja”, ucap Jae Wook
sok bijaksana.
Ri Ta yang memang mempunyai attitude buruk, menatap sinis
pada Jae Wook.
Ji Sang tergesa-gesa berjalan menuju ruangannya. Sesampainya
disana, dia segera membuka brankas dan mengambil wadah obatnya. Tangan Ji Sang
bergetar saat memegang salah satu kapsul berwarna hijau itu. Ia teringat ucapan
Hyun Woo tadi pagi yang bilang kalau Hyun Woo menambahkan dosis obat.
Ji Sang berpikir persedian obat lama yang dia punya sudah tidak bekerja seperti biasa. Ia meletakan wadah obat itu dan mengambil wadah obat
baru dari dalam saku jasnya. Itu obat yang dia terima dari Hyun Woo tadi pagi.
Ia mengambil satu kapsul dan segera meminumnya. Ji Sang yang tadi tampak
gelisah perlahan mulai tenang.
Senyum licik Jae Wook lenyap seketika melihat Ji Sang yang kembali keruang oepraso dalam keadaan tenang. Ji Sang menatap Jae Wook, yang di tatap pun bertanya, “Apa kau tidak apa-apa?”.
“Aku minta maaf. Perutku sakit”, ucap Ji Sang memberi alasan.
“Aku mengerti. Silahkan lanjutkan”, sahut Jae Wook kemudian.
Pandangan Ji Sang masih buram saat melihat darah. Tapi dia tidak merasa gelisah dan kaku seperti sebelumnya. Hanya saja ia teringat masa remajanya ketika merasakan haus akan darah dan meminum darah rusa untuk melampiaskan rasa dahaganya.
Ji Sang tersentak, ia diam sebentar menenangkan diri. Jae Wook dan Ri
Ta yang merasa penasaran, berdiri dari tempat duduk mereka untuk melihat lebih
jelas apa yang sedang terjadi.
Ji Sang berusaha mengendalikan diri dari rasa paniknya, dan menyelesaikan operasi dengan cepat. Hanya membutuhkan waktu beberapa
menit, Ji Sang berhasil mengangkat tumor dari hati pasien. Setelah meletakan
tumor ke wadah yang di sediakan, Ji Sang menjadi lemas.
Jae Wook diam dengan ekspresi yang susah di jelaskan. Ri Ta
menghela napas panjang. Sementara Dr. Woo terlihat tidak suka melihat
keberhasilan Ji Sang.
Karena tumor sudah berhasil di angkat, Ji Sang menyerahkan
sisanya pada tim dokter pembantu. Ji Sang pergi setelah melihat tim dokter
mengangguk setuju.
Jae Wook melihat jam di pergelangan tangannya dan mengomentari proses operasi “Sayang sekali. Jika saja tidak ada gangguan selama operasi, itu bisa menjadi catatan tercepat selama operasi”.
“Ketimbang berhasil atau tercepat, bukankah lebih penting
prosesnya?”, sahut Ri Ta.
“Cara kerja dunia mungkin memang seperti itu, tapi dalam
operasi lebih di utamakan keberhasilan”, kata Jae Wook lalu pergi.
Wajah Ji Sang tampak pucat, dia dalam perjalanan menuju
ruangannya ketika bertemu dengan Jae Wook. Jae Wook pura-pura prihatin
menanyakan sakit perut yang diderita Ji Sang. Jae Wook menilai operasi yang di
lakukan Ji Sang hari ini cukup mengesankan.
“Terima kasih”, ucap Ji Sang hendak beranjak pergi
“Aku bisa mengurusnya sendiri”, ucap Ji Sang hendak pergi,
tapi dia berbalik lagi dan menunduk sebagai tanda hormatnya pada Jae Woo, yang
merupakan atasannya.
Ji Sang segera pergi meninggalkan Jae Wook. Jae Wook menatap
pungung Jae Wook yang menjauh.
Ji Sang pergi keatap menelpon Hyun Woo. Ia marah pada Hyun
Woo karena obat yang di berikan Hyun Woo tidak bekerja seperti biasanya. Hyun
Woo mengira itu pasti karena dosisnya yang kurang.
“Bukan itu!. Tapi, obatnya berbeda!”, teriak Ji Sang, “Aku
hampir ketahuan di ruang operasi”.
“Baiklah. Baiklah. Bawa obatnya kesini. Biar ku periksa.
Cepatlah pulang”, ucap Hyun Woo dari seberang.
Ji Sang menutup telpon lalu duduk di lantai. Ji Sang
frustasi hampir saja seluruh rumah sakit mengetahui jati dirinya yang
sebenarnya.
Beberapa saat kemudian, Ji Sang turun dari atap dan jalan
sambil melamun. Tiba-tiba Ri Ta muncul menghadang jalannya.
“Apa memang hobimu menghalangi jalanku?”, tanya Ji Sang
dingin
“Sakit perut apanya?, Kau pikir aku bodoh?”, ucap Ri Ti
tidak percaya.
Ji Sang bertanya apa yang ingin Ri Ta katakan. Ri Ta bisa
melihat saat di ruang operasi tadi Ji Sang mengalami gangguan serangan panic.
Ji Sang mengejek Ri Ta, apa sekarang ini Ri Ta mencoba menjadi seorang
psikiater.
Ri Ta mengakui kalau psikiater bukanlah keahliannya, ia
hanya menilai dari sudut pandang penalarannya saja. Ji Sang ingin tahu
bagaimana Ri Ta menjelaskan penalarannya itu. Ri Ta bilang bagi dokter bedah
kondisi mental sangatlah penting.
Karena rumah sakit ini tidak mempunyai catatan mental Ji
Sang, maka Ri Ta mengajukan peninjuan resmi. Peninjauan medis dan tes
psikologi.
Ji Sang menanggapinya dengan santai dan menyebut itu bagus,
selain menjalankan tes psikologi , ia juga bisa meminta tambahan pemeriksaan
fisik dan tes kepribadiaan.
“Aku tidak bercanda”, seru Ri Ta
“Aku tidak peduli. Tapi, kau harus tahu 3 hal yang aku
benci. Pertama, ketika mesin ATM rusak. Kedua, ketika telur goring gagal di
balikkan dan ketiga orang yang menghalangi jalanku dengan alasan yang tidak
berguna”.
“Apa?”
“Ini peringatan. Mulai sekarang, jangan menghalangi jalanku
tanpa izinku”.
Ri Ta berkomentar Ji Sang sungguh beruntung, karena ia mau
mengalah membuka jalan, membiarkan Ji Sang lewat. Ji Sang beranjak pergi. Lalu
berhenti seperti teringat sesuatu,
“Ah. Dan hal ke empat yang kubenci. Aroma parfum yang
pasaran”,
Ji Sang pergi. Ri Ta kesal mendengar Ji Sang mengejek aroma
parfum yang ia kenakan. Ri Ta menghela napas dan memaki Ji Sang, “Dasar orang
picik”.
Kyung In menemui Jae Wook, untuk membicarakan 2 hal yang berkaitan dengan Ji Sang. Hal pertama adalah permintaan Ri Ta yang mengajukan peninjauan pemeriksaan medis dan psikologis terhadap Ji Sang. Yang kedua yaitu permintaan Ji Sang yang meminta akses untuk masuk ke data base keamanan rumah sakit.
Secara tidak langsung, Jae Wook menyuruh Kyung In untuk
memberikan akses pada Ji Sang.
Jae Wook tanya apa Kyung In sudah memberikan Ji Sang izin
untuk mengakses data base tersebut. Kyung In belum memberikan izin karena hal
itu melanggar peraturan. Jae Wook tersenyum dan bilang kalau mereka tidak bisa
membatasi kemampuan seseorang dengan peraturan.
Ketua Yoo datang kerumah Ri Ta, ia mengira keponakannya
tidak mau mengangkat telponnya karena masih marah atas kejadian tempo hari di
ruang operasi. Ri Ta menyangkal dan bicara dengan menggunakan bahasa formal,
"Tidak. Aku baik-baik saja komisaris".
Ketua Yoo yang tahu Ri Ta sedang berbohong menjitak sayang
kepala keponakannya itu. Ri Ta manyun menyalahakan ketua Yoo, kalau saja
hari itu ketua Yoo tidak menyuruhnya pergi, sudah pasti ia bisa menyelesaikan
operasi dengan baik.
"Sungguh?", tanya ketua Yoo tak percaya
"Kau berani bersumpah?", tanya ketua Yoo masih
belum yakin
"Mungkin.....tidak sempurna. Tapi aku yakin bisa
menyelesaikannya".
Ketua Yoo tidak mau melihat Ri Ta melakukan kesalahan atau.
Itulah kenapa ia menyuruh Ri Ta menghentikan operasi kemarin. Tetap saja, Ri Ta
menilai tindakannya ketua Yoo keterlaluan. Ketua Yoo meminta maaf karena telah
membuat Ri Ta sedih, "Tapi kau mengerti niat paman, kan?".
"Aku mengerti", sahut Ri Ta tersenyum, "Tapi
paman, apa tidak ada yang bisa paman lakukan dengan manager Park. Dia sangat
tidak sopan. Apa gunanya berbakat tapi memiliki sikap buruk". (Ya elah....
sifat dia sendiri bagaimana).
Dengan bijak ketua Yoo memberi nasehat. Suatu saat Ri Ta
akan menjadi pemimpin dan bertemu dengan banyak orang. Tidak peduli bagaimana
sifat mereka, Ri Ta harus bisa membuat mereka berada di pihak Ri Ta. Dengan
begitu ketua Yoo baru bisa pensiun dengan tenang.
Ri Ta malas membahas masalah itu dan menyuruh ketua Yoo
untuk segera mengakhiri masa bujangannya. Bertemu dengan wanita yang baik dan
menghabiskan waktu bersama. Ketua Yoo tertawa, menikah di usianya yang sudah
setua ini hanya membuat dirinya menjadi bahan ledekan orang.
Ri Ta bertanya apa ketua Yoo sudah makan malam?. Jika belum
ia akan membuat kimchi rebus untuk pamannya. Ketua Yoo berkata pasti Ri Ta
menawarinya makan agar persediaan kimchi fermentasi itu cepat habis. Ri Ta
menyahut tidak lalu tersenyum dan beranjak pergi menyiapkan makanan.
Hyun Woo mengambil sampel dari obat yang di minum Ji Sang sebelum operasi. Obat yang dikatakan Ji Sang tidak bekerja dengan baik. Hyun Woo memasukan obat itu ke dalam mesin dan harap-harap cemas menunggu hasilnya.
Ji Sang berendam di dalam bath up. Dia melamun teringat
kejadian di ruang operasi. Saat dirinya tidak bisa mengendalikan diri dan
berubah ketika melihat darah. Lamunan Ji Sang terhenti, karena tiba-tiba saja,
Luuvy datang mengejutkan Ji Sang.
"Sangat pas, kan?", tanya Luuvy. Maksudnya Luuvy, dia datang di waktu yang tepat untuk pemeriksaan medis Ji Sang.
"Siapa yang menginjinkanmu masuk tanpa mengetuk
pintu?", protes Ji Sang.
"Tok..tok..tok..", sahut Luuvy meniru suara pintu
di ketuk, "Suhu tubuh, denyut jantung dan denyut nadi. Mulai pemeriksaan.
Jangan bergerak".
Mata Luuvy mengeluarkan cahaya laser yang mengenai dada kiri
Ji Sang. Ji Sang segera menutupi dadanya dan bilang akan memeriksa sendiri.
Luuvy menyuruh Ji Sang jangan bergerak, jika Ji Sang menolak maka sistem
mesinnya bisa rusak. Ji Sang mendesah kesal mendengar ocehan Luuvy.
Hyun Woo memberitahu Ji Sang hasil dari kandungan obat yang
di konsumsi Ji Sang pagi tadi. Hyun Woo bilang obat yang di minum Ji Sang tadi
pagi memang memiliki bentuk dan warna yang sama, tapi obat itu bukan hasil racikannya.
Di dalam obat itu terdapat kandungan pemacu adrenalin.
Itu sebabnya kenapa Ji Sang bereaksi begitu cepat dan
gelisah saat melihat darah. Dosis obat ini bisa membuat orang biasa berakorbat.
Jika Ji Sang tidak punya obat cadangan, Ji Sang bisa dalam masalah besar.
"Itu berarti....."
"Seseorang menukarnya", sahut Hyun Woo mengetahui
apa yang Ji Sang pikirkan.
Hyun Woo bilang masalah terbesarnya, seseorang sudah tahu
kalau Ji Sang terbiasa mengkomsumsi obat ini. Mereka mungkin juga tahu jati
diri Ji Sang yang sebenarnya. Ji Sang berpikir siapa kira-kira yang melakukan
hal itu. Hyun Woo tanya apa tidak ada orang yang Ji Sang anggap mencurigakan.
"Aku merasakan gelombang frekuensi tinggi di sekitarku,
tapi tidak ada orang yang terinfeksi".
"Itu hal yang wajar karena banyak peralatan rumah sakit
memancarkan gelombang frekusensi tinggi. Bagaimana dengan suhu tubuh?. Jika
mereka mendekatimu, kau pasti merasakannya, kan?. Benar kan, Luuvy".
"Ya. Bau sel darah merah dan suhu tubuh di bawah 26
derajat celcius. Gelombang dari frekuensi tinggi yang terdeteksi...."
"Cukup", potong Ji Sang tidak suka mendengar
ocehan Luuvy.
Tapi Luuvy tidak mau berhenti, "Masih ada lagi... dalam
darah mereka..."
Ji Sang yang kesal berkata pada Hyun Woo akan mencabut
baterai dari badan Luuvy, agar robot itu berhenti bicara. Mendengar itu Luuvy
langsung siaga, "Astaga. Semoga harimu menyengkan", ucap Luuvy lalu
berjalan mundur meninggalkan mereka.
Hyun Woo bangkit dari tempat duduknya, karena mereka belum
mengetahui siapa pelakunya, Hyun Woo menyuruh Ji Sang untuk mengamati dan
memeriksa CCTV rumah sakit. Ia memberikan obat baru pada Ji Sang dan
berpesan agar Ji Sang selalu membawa obat itu kemanapun Ji Sang pergi. Jangan
lagi menyimpannya di dalam brankas.
Jae Wook pergi ke sebuah bangunan tua. Kedatangannya di sambut 2 pria berpakaian jas rapih. 2 pria itu memberi hormat pada Jae Wook lalu mengawal Jae Wook masuk ke sebuah ruangan yang mirip labotarium.
Di dalam sana juga ada seorang pria yang berbaring tidak
sadarkan diri. Wajah pria itu pucat, tangannya terikat dan terdapat
Elektrokardiogram (mesin pendeteksi detak jantung). Di kaki pria itu terdapat
gelang yang bertuliskan "Objek-874". Jae Wook mengamati pria
itu dengan seksama.
Suh Hye Ri menghampiri Ji Sang. Sambil tetap mengamati pria
itu, Jae Wook menyuruh Hye Ri untuk menutup tempat ini besok. Karena mulai
besok mereka akan pindah ke rumah sakit. Hye Ri bertanya bagaimana dengan pria
itu. Jae Wook balik tanya, apa Hye Ri sudah memberikan obat pada pria itu.
Hye Ri mengiyakan tapi hasilnya belum keluar. Tiba-tiba pria
yang berbaring itu berteriak kesakitan dan terdengar suara alarm. Pria itu
memiliki 2 gigi taring panjang layaknya vampir. Lensa matanya juga bewarna
kuning keemasan. Dan kukunya meruncing, Mungkin pria menjadi bahan percobaan penelitian Jae Wook.
Hye Ri terkejut, ia bersama dua dokter lain segera memegangi
pria itu. Pria yang haus darah itu hendak menggigit leher Hye Ri. Hye Ri
menoleh ke Jae Wook seakan meminta persetujuan. Setelah melihat Jae Wook
mengangguk, Hye Ri langsung menyuntikan cairan ke leher vampir tersebut. Itu
adalah cairan pembunuh yang sama di gunakan Jae Wook untuk membunuh Hyun Seo,
ayah Ji Sang.
Ji Sang berada di ruang kerja. Tapi ia tidak fokus bekerja dan teringat ucapan Hyun Woo kalau ada seseorang yang sengaja menukar obat yang sering di konsumsi Ji Sang dan mengetahui jati diri Ji Sang yang sebenarnya. Memikirkan kemungkinan itu, Ji Sang hanya bisa menghela napas panjang.
Ri Ta dan Soo Eun berada di club malam. Ri Ta sudah mulai
mabuk. Bahkan di saat seperti itu, Ri Ta masih saja merasa kesal pada Ji Sang
ana mengoceh akan mengubur Ji Sang dengan truk penggali. Soo Eun kesal karena
Ri Ta membangunkannya malam-malam dan mengajaknya kesini hanya untuk mendengar
ocehan Ri Ta yang terus memaki Park Ji Sang.
Ri Ta bilang selama hidupnya dia tidak pernah di permalukan
seperti kemarin. Karena dia adalah Yoo Ri Ta (yang hebat). Soo Eun berkata jika
Ri Ta terus membenci Ji Sang, bisa jadi nantinya Ri Ta justru memiliki perasaan
pada pria itu. Ri Ta tidak terima, perasaan apa. Omong kosong.
2 pria datang menghampiri mereka. Salah satu dari pria itu bertanya apa mereka boleh bergabung dan minum bersama. Soo Eun menolak dengan halus tapi Ri Ta malah bertanya, "Kenapa?. Kau ingin merayu kami?". Pria itu bilang hanya ingin minum saja, tidak ada maksud lain.
Ri Ta meracau, memperbolehkan mereka bergabung jika mereka
bisa melakukan 2 hal yang ia ajukan. Pertama Ri Ta menyuruh mereka untuk
melompati meja bar yang besar dalam satu kali lompatan. Lalu keluar dari club
dan memenangkan pertarungan melawan anjing di daerah ini. Jika mereka bisa melalui itu semua, maka Ri Ta bersedia
minum dengan mereka.
2 pria itu hanya tersenyum menanggapi ocehan Ri Ta yang
mabuk. Mereka pergi tanpa berkata-kata lagi. Soo Eun menutupi wajahnya malu,
sangat malu. Ri Ta menyebut mereka lemah dan meneriaki mereka yang tidak mampu melakukannya.
Setelah itu Ri Ta jatuh tidak sadarkan diri.
Soo Eun merasa kesal, tiap kali Ri Ta mabuk selalu bicara
omong kosong. Ia menyuruh Ri Ta bangun. Tapi tentu saja Ri Ta tidak bangun. Mau
tak mau, Soo Eun membantu Ri Ta berdiri, sekarang giliran dia yang ingin
mengubur Ri Ta.
Ji Sang pergi ke ruang pengawas security untuk menanyakan rekaman CCTV yang terpasang di ruangannya. Kepala keamanan mengatakan CCTV di ruangan Ji Sang rusak dan mereka masih menyelidiki penyebab kerusakan tersebut. Ji Sang lalu bertanya bagaimana dengan data catatan masuk. Pria bertubuh gemuk itu bilang kunci kalau sensor pintu juga rusak sehingga siapa saja bisa masuk tanpa memerlukan sandi. (bohong banget).
Kepala keamanan meminta maaf atas kelalaian ini dan bertanya
apa ada masalah. Tidak, jawab Ji Sang pendek lalu pergi tanpa menyampaikan
keluhannya. Pria itu menatap kepergian Ji Sang dengan gelagat
mencurigakan.
Ji Sang berjalan kembali keruanganya dengan bingung. Dia
berjalan dengan sangat pelan seperti memikirkan sesuatu. Begitu Ji Sang sampai
di ruangannya, dia melihat seorang pria yang sedang mengotak-atik sensor kunci
pintu ruangan.
Ji Sang langsung menarik pria itu menjauh dan mendorongnya
ke dinding. Ji Sang menatap marah dan bertanya, "Sedang apa kau?".
Pria itu bilang kalau kepala keamanan memintanya untuk memeriksa sensor kunci
pintu pada ruangan Ji Sang.
Setelah mendengar penjelasan, Ji Sang segera melepaskan pria
itu. Dia juga menyuruh pria itu untuk pergi dan jangan menyentuh apa pun yang
ada di ruangannya. Petugas keamanan menurut dan langsung pergi.
Dr. Woo, Dr. Gerrard, Dr. Ho Yong dan Ri Ta menikmati waktu luang mereka dengan minum teh. Ri Ta memberitahu mereka kalau dia sudah mengajukan permintaan resmi ke wakil direktur (Kyung In) untuk pemeriksaan medis dan pskilolog Ji Sang. Dr. Woo menilai itu tindakan Ri Ta itu sangat bagus dan setiap kali melihat Ji Sang, ia merasa mata prai itu tampak aneh seperti mata psikopat.
Dr. Gerrard khawatir bagaimana jika pasein mengalami syok
ketika melihat mata Ji Sang yang aneh itu. Bahkan membayangkannya saja sudah
membuatnya ngeri. Dr. Woo mengungkapkan kekelasannya pada Ji Sang yang
menurutnya bertindak kurang aja karena tidak mau meminta maaf setelah mengambil
pasiennya.
Dr. Gerrard bertanya pendapat Dr. Ho Yong yang sedari
tadi hanya sibuk makan saja. Dr. Ho Yong berkata bahwa apa yang di lakukan Ji
Sang wajar, karena ia juga pernah mengalaminya beberapa kali. Sakit
perut menjelang operasi bukanlah hal yang aneh.
Ri Ta tertawa mengejek, meski benar Ji Sang sakit perut,
tetap dia harus menyelesaikan operasi. Bahkan jika Ji Sang BAB di celana
sekalipun, tetap saja dia tidak boleh meninggalkan ruangan operasi sebelum
operasi selesai. Dr. Woo manggut-manggut tanda setuju.
"Bagaimana jika benar BAB di celana?", tanya Ji
Sang tiba-tiba sudah ada di depan mereka, "Kau juga akan melaporkannya ke
komite, hanya karena BAB saat operasi?. Atau sesuatu semacam itu?"
"Menurutku bersantai sambil minum teh setelah operasi
itu lebih dari sikap cuek dan teledor", sindir Ji Sang menatap ke arah Dr. Woo
Dr. Woo yang saat itu sedang menikmati tehnya langsung
tersedak mendengar sindiran Ji Sang. (Seharusnya dia memeriksa kondisi pasiennya setelah di operasi).
"Apa kau menggunakan telapati untuk memeriksa pasienmu
pasca operasi", sindir Ji Sang lagi lalu pergi.
Ri Ta kesal, mulut Ji Sang benar-benar tajam. Dr. Woo masih
tidak percaya, apa barusan tadi Ji Sang baru saja menyindirnya?. Dr. Ho Yong
bilang kalau Ji Sang baru saja menyindir mereka semua.
Dr. Gerrard kagum, "Wow....Dia benar-benar memiliki
kemampuan bicara yang luar biasa. Penyindirannya langsung....."
"Diam, Dr. Gerrard,", ucap Ri Ta judes. Dr.
Gerrard pun langsung diam.
Pria itu sadar akan kondisinya dan tujuannya datang kerumah
sakit ini bukan untuk disembuhkan tapi dia hanya ingin hidup beberapa bulan
lagi. Ji Sang bilang dalam kondisi sekarang ini, mustahil bagi pria itu bisa
bertahan lebih dari 3 bulan.
Istri pria bilang ia mendengar Ji Sang dokter terkenal, itu
sebabnya mereka datang kesini, "Semua rumah sakit mengatakan mustahil.
Jadi, jika kau memeriksa lagi, mungkin saja....."
"Aku tidak menyarankan rawat inap", potong Ji
Sang, "Tidak ada gunanya. pengobatan perpanjang hidup".
"Kumohon.....hanya satu tahun. Tidak....hanya enam
bulan saja", pinta pria penuh harapan, sambil menundukkan kepala dalam.
Ji Sang sedikit tersentuh dan mengijinkan pria itu untuk di
rawat inap, tapi Ji Sang tidak bisa memberikan perpanjangan pengobatan karena
merupakan kebijakan rumah sakit. Pria itu mengucapkan terima kasih dengan
tulus. Sang istri menuntun suaminya keluar dari ruangan. Ji Sang.
Ri Ta kebetulan lewat ketika sepasang suami istri itu keluar
dari ruangan Ji Jang dan duduk di bangku luar. Si istri kesal pada sikap Ji
Sang yang menurutnya kasar dan dingin. Suami dari wanita itu meminta istrinya
berhenti mengeluh, ucapan Ji Sang tadi lebih baik di ketimbang memberi harapan
palsu. Si istri tidak mengharap lebih, setidaknya sebagai dokter Ji Sang bisa
mengucapkan kata-kata yang lebih menghibur pasien.
Ri Ta yang sedari diam mendengarkan menyapa mereka. Sepasang
suami istri itu menoleh ke arah Ri Ta yang bertanya, "Apa ada
masalah?".
Kyung In menghadap ketua Yoo, menyerahkan daftar nama 50 pasien yang sudah melalui masa penyeleksian untuk mendapatkan perawatan gratis. Rata-rata dari pasien itu tidak memiliki keluarga dan tidak mempunyai penghasilan tetap. Sambil melihat daftar itu, ketua Yoo bertanya apa mereka akan mulai di rawat hari.
Kyung In mengiyakan, mereka akan di rawat inap mulai besok.
Kyung In bilang bangsal gratis dan bangsal umum telah di pisah sesuai dengan
perintah ketua Yoo. Ketua Yoo lalu bertanya apa ada laporan dari Jae Wook.
"Ya", jawab Kyung In, "Tim peneliti obat
baru. Semua anggotanya di pilih langsung oleh direktur, jadi aku tidak memiliki
informasi mereka. Setidaknya direktur bisa memberikan informasi dasar tentang
mereka".
"Aku yakin dia bisa mengurusya sendiri", ujar
ketua Yoo tidak menganggap hal itu sebagai suatu masalah.
Setidaknya, Kyung In ingin memiliki catatan detailnya. Ketua
Yoo memerintahkan, mulai sekarang biarkan Jae Wook mengurus departeman
Personalia dan memberi tugas Kyung In untuk melaporkan keputusan
akhirnya.
Kyung In masih ingin membicarakan pekerjaan lain, tapi tidak
jadi begitu melihat ketua Yoo yang tampak kesakitan. Kyung In yang khawatir
bertanya apa ketua Yoo baik-baik saja?. Dengan terbata ketua Yoo menjawab
baik-baik saja. Ketua Yoo beralasan kalau dia menderita sakit sendi setelah
kembali dari pendakian.
Sambil menahan sakit, ketua Yoo berdiri dan menyuruh Kyung
In kembali bekerja. Lalu keluar ruangan. Kyung In menatap khawatir.
Ketua Yoo berjalan tertatih menahan rasa sakit di tubuhnya.
Sengaja dia pergi ke tempat yang sepi dengan menuju tangga darurat. Tangan
ketua Yoo bergetar ketika mengambil kotak obat dari saku mantelnya. Ketua Yoo
membuka kotak itu, mengambil satu obat lalu memakannya.
Ketua Yoo menghela napas panjang, terduduk lemas di salah
satu anak tangga. Dia memegangi tangan kanannya yang terus gemetar. Keringat
dingin membanjiri keningnya.
Ketiga perawat sedang beres-beres. Perawat Hae Young menggerutu, kenapa tiba-tiba mereka bertiga di pindahkan ke bangsal perawatan gratis. Perawat Da Song juga mengeluh, kenapa harus di bangsal ini. Kepala perawat Young Joo menyuruh mereka berhenti mengeluh, semua bangsal di rumah sakit sama saja.
Hae Young bilang itu berbeda karena bangsal ini bangsal
khusus tunawisma. Ia mendengar orang-orang itu sulit di hadapi.
Hae Young dan Da Song langsung diam di tegur seperti itu.
Lalu mereka melihat Ga Yun, Sun Kyung dan seorang dokter
lain berjalan menghampiri mereka. Young Joo bertanya kepada dokter magang itu, apa
mereka juga di tempatkan di bangsal ini. Sun Kyung membenarkan, waktu jaga
mereka menjadi 2 kali lipat. Rasanya mau gila.
Ga Yun justru senang karena bisa memberikan kontribusi untuk sesuatu yang berarti. Sun Kyung meledek, berarti apanya. Ia yakin kelak Ga Yun akan menyesali ucapannya itu ketika Ga Yun mengalami mimisan (karena kelalahan bekerja). Ketiga perawat itu tersenyum. Ga Yun ikut tersenyum meski dia tidak mengerti apa maksudnya.
Ga Yun justru senang karena bisa memberikan kontribusi untuk sesuatu yang berarti. Sun Kyung meledek, berarti apanya. Ia yakin kelak Ga Yun akan menyesali ucapannya itu ketika Ga Yun mengalami mimisan (karena kelalahan bekerja). Ketiga perawat itu tersenyum. Ga Yun ikut tersenyum meski dia tidak mengerti apa maksudnya.
Tak lama gerombolan tunawisama datang. Mereka mengagumi
rumah sakit dan tak menyangka menerima berkah di usia setua ini. Mendapatkan
perawatan dan fasilitas gratis. Sun Kyung yang melihat mereka langsung
pura-pura sibuk. Pria berjaket merah menyapa Young Joo, mengenalkan dirinya
sebagai Gong Ja Bok dan bertanya dimana kamarnya.
Hae Young dan Da Song menampakan wajah tidak suka. Hae Young
bahkan menutup hidungnya, agar tidak mencium aroma tidak enak yang berasal dari
para tunawisma itu. Young Joo tersenyum dan berusaha bersikap biasa. Ia minta
Ja Bok menunggu sebentar.
Ja Bok menunggu sambil tersenyum, pandangannya lalu tertuju
kepada ketiga dokter yang berdiri di belakangnya. Hanya Ga Yun yang merespon
dan tersenyum ramah pada pria itu.
Suh Hye Ri berdiri mengawasi para pekerja yang tengah berkemas. Sesekali dia melihat jam di pergelangan tangannya. Tak lama kemudian, seorang pekerja memberitahu kalau mereka sudah siap untuk pindah. Hye Ri mengangguk lalu keluar ruangan.
Sedetik kemudian, Chul Hoo datang bersama ketiga temannya.
Mereka berdiri menatap para pekerja. Para pekerja tampak ketakutan melihat ke
empat pria berpakaian hitam yang menatap garang ke arah mereka.
Di rapat terbuka, Jae Woo mengumumnkan bahwa tim pengembangan obat baru telah di bentuk dan memperkenalkan Hye Ri sebagai Ketua Tim. Terdengar kasak-kusuk dari para dokter yang terkejut mendengar pengumuman mendadak Jae Wook.
Jae Wook bilang tujuan rapat terbuka hari ini untuk
meningkatkan hubungan saling menguntungkan. Untuk ke depannya diagnosis para
dokter, prosedur operasi dan data perawatan akan di gunakan untuk pengembangan
obat baru. Ri Ta menampakkan wajah keberatan begitu pula dengan dokter lainnya.
"Kau sudah salah paham"
"Menurutku ini tidak salah paham. Yang lebih penting
dari itu adalah penelitian pengobatan patologis".
Jae Wook tidak bermaksud mengabaikan penelitan dalam
patologis. Tapi lebih efektif jika banyak orang yang berpartisipasi.
Ji Sang menyela, "Lalu...Apa nama obat baru akan diberi
nama dari orang yang berkontribusi?. Jika aku yang berpartisipasi maka akan di
beri nama Ji Sang-lenol. JIka manager Jung Dr. Ji Tae yang berpartisipasi, Ji Tae-pirin. Jika Dr. Yoo Ri Ta yang berpartisipasi, Gas-Ri Ta?. Seperti
itu?".
Ri Ta protes, "Kenapa kau melibatkan namaku?".
Tidak peduli bagaimana penjelasan yang di berikan Jae Wook,
Ji Sang tetap berpendapat hal ini cuma menguntungkan bagi Taemin Farmasi. Jae
Wook menanggapinya dengan senyum. Dr. Woo yang selalu bersebarangan dengan Ji
Sang, memiliki pendapat sebaliknya. Menurutnya pembentukan tim pengembangan
obat baru merupakan ide bagus. Dan menyindir hanya orang-orang saja memiliki
pikiran negatif.
Ri Ta berkata selama akan memberikan dukungan selama kedua
belah pihak tidak saling menganggu. Tidak ada ruginya sinergi yang terbentuk
antara rumah sakit dan departement farmasi.
Dr. Ji Tae mengangguk-angguk, "Jika semua mendukung,
maka ini bukan diskusi. Tapi lebih seperti pengumuman. Sebagai suara minoritas,
aku mohon pamit".
Dr. Ji Tae langsung berdiri dan melangkah pergi. Langkahnya
terhenti mendengar Jae Wook yang berkata, "Keputusanku bukan berasal dari
perspektif bisnis, melainkan dari pasien. Satu hal pasti yang bisa
kukatakan".
Dr. Ji Tae menatap Jae Wook. Jae Wook menatap semua dokter
yang duduk di depannya. "Kami akan mengembangkan obat yang tidak
terbayangkan oleh kalian", ucapnya penuh ambisi..
Ji Sang menatap tajam penuh curiga. Sementara Dr. Ji Tae
bertambah kesal. (Obat apa yang ingin di kembangkan Jae Wook. Obat
vampire?)
Ji Sang keluar dari ruangan diskusi, Dr. Ji Tae yang
berjalan di belakang memanggilnya. Ji Sang berbalik. Dr. Ji Tae menyinggung
sikap Ji Sang yang suka bertindak semaunya. Bicara ceplas ceplos hingga membuat
orang terdiam. Ia bertanya apa itu memang sifat Ji Sang atau hanya sebuah
konsep yang di buat Ji Sang.
Ji Sang balik tanya, "Menurutmu?".
"Rumah sakit Kanker Taemin bukanlah rumah sakit. Tempat ini lebih seperti perusahaan hiburan. Hanya orang yang mempunyai konsep bagus yang bisa bertahan di rumah sakit ini. Dalam aspek itu, kau cukup berbeda".
Ji Sang bertanya lalu apa kelebihan dan konsep yang Dr. Ji Tae miliki. Menyanyi?. menari?. Dr. Ji Tae mengaku tidak memiliki konsep atau memiliki kelebihan apapun, tapi lebih tepatnya seseorang yang berlatih tanpa henti. Dr. Ji Tae menganggap dirinya seperti peserta pelatihan.
"Aku akan bertemu denganmu jika kau juga peserta pelatihan, tapi ini sangat di sayangkan".
"Kau memiliki konsep", ucap Ji Sang, "Konsep antara rendah hati dan rendah diri".
Ji Sang menundukan kepala tanda hormat lalu pergi. Dr. Ji Tae tersenyum, sama sekali tidak merasa tersinggung. Ia mencoba mengerti orang seperti apa Ji Sang itu.
Lanjut ke Sinopsis Blood Episode 3 Part 2
No comments:
Post a Comment
Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)