Pages - Menu

Wednesday, March 04, 2015

Sinopsis Blood Episode 3 Part 1

Ji Sang memulai operasi dengan membedah perut pasein. Tiba-tiba Ji Sang tampak kaku dan tegang melihat darah yang keluar dari tubuh pasien. Pandangan Ji Sang sedikit buram. Ji Sang mulai panic dan tidak bisa mengendalikan diri, hal itu bisa memicu rasa dahaganya akan darah.

Dari tempatnya duduk, Jae Wook tersenyum menanti apa yang akan terjadi pada Ji Sang selanjutnya. Sementara yang lain merasa heran melihat Ji Sang yang tampak tegang setelah melakukan pembedahan.

Mengetahui gejala yang tidak beres dalam dirinya, Ji Sang mundur kebelakang dan berbalik. Ji Sang mulai berubah, lensa matanya menjadi keemasan dan kuku jarinya tumbuh meruncing. Ji Sang syok.

“Profesor?”, panggil Lee Sun Kyun

Melihat Ji Sang yang masih terpaku di tempatnya. Jae Wook meraih microphone. Dan pura-pura bertanya apa ada masalah?.

“Tidak ada”, jawab Ji Sang. Ia meminta waktu 5 menit dan segera keluar ruangan operasi.

Jae Wook tersenyum licik. Rencana yang ia buat untuk menjebak Ji Sang, berjalan sesuai yang dia harapkan.

Dr. Woo berkomentar tidak suka, bagaimana bisa Ji Sang meninggalkan ruang operasi begitu saja. Dr. Gerrard menimpali tindakan Ji Sang tidak bisa di teloransi, seorang dokter tidak boleh meninggakan operasi yang sedang berjalan. Ri Ta yang mendengarnya tersenyum senang, karena dia juga tidak menyukai Ji Sang.

“Kuyakin dia punya masalah. Kita tunggu saja”, ucap Jae Wook sok bijaksana.

Ri Ta yang memang mempunyai attitude buruk, menatap sinis pada Jae Wook.  

Ji Sang tergesa-gesa berjalan menuju ruangannya. Sesampainya disana, dia segera membuka brankas dan mengambil wadah obatnya. Tangan Ji Sang bergetar saat memegang salah satu kapsul berwarna hijau itu. Ia teringat ucapan Hyun Woo tadi pagi yang bilang kalau Hyun Woo menambahkan dosis obat.

Ji Sang berpikir persedian obat lama yang dia punya sudah tidak bekerja seperti biasa. Ia meletakan wadah obat itu dan mengambil wadah obat baru dari dalam saku jasnya. Itu obat yang dia terima dari Hyun Woo tadi pagi. Ia mengambil satu kapsul dan segera meminumnya. Ji Sang yang tadi tampak gelisah perlahan mulai tenang.

Senyum licik Jae Wook lenyap seketika melihat Ji Sang yang kembali keruang oepraso dalam keadaan tenang. Ji Sang menatap Jae Wook, yang di tatap pun bertanya, “Apa kau tidak apa-apa?”.

“Aku minta maaf. Perutku sakit”, ucap Ji Sang memberi alasan.

“Aku mengerti. Silahkan lanjutkan”, sahut Jae Wook kemudian.

Pandangan Ji Sang masih buram saat melihat darah. Tapi dia tidak merasa gelisah dan kaku seperti sebelumnya. Hanya saja ia teringat masa remajanya ketika merasakan haus akan darah dan meminum darah rusa untuk melampiaskan rasa dahaganya.

Ji Sang tersentak, ia diam sebentar menenangkan diri. Jae Wook dan Ri Ta yang merasa penasaran, berdiri dari tempat duduk mereka untuk melihat lebih jelas apa yang sedang terjadi.

Ji Sang berusaha mengendalikan diri dari rasa paniknya, dan menyelesaikan operasi dengan cepat. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, Ji Sang berhasil mengangkat tumor dari hati pasien. Setelah meletakan tumor ke wadah yang di sediakan, Ji Sang menjadi lemas.

Jae Wook diam dengan ekspresi yang susah di jelaskan. Ri Ta menghela napas panjang. Sementara Dr. Woo terlihat tidak suka melihat keberhasilan Ji Sang. 

Karena tumor sudah berhasil di angkat, Ji Sang menyerahkan sisanya pada tim dokter pembantu. Ji Sang pergi setelah melihat tim dokter mengangguk setuju.

Jae Wook melihat jam di pergelangan tangannya dan mengomentari proses operasi “Sayang sekali. Jika saja tidak ada gangguan selama operasi, itu bisa menjadi catatan tercepat selama operasi”.

“Ketimbang berhasil atau tercepat, bukankah lebih penting prosesnya?”, sahut Ri Ta.

“Cara kerja dunia mungkin memang seperti itu, tapi dalam operasi lebih di utamakan keberhasilan”, kata Jae Wook lalu pergi.

Wajah Ji Sang tampak pucat, dia dalam perjalanan menuju ruangannya ketika bertemu dengan Jae Wook. Jae Wook pura-pura prihatin menanyakan sakit perut yang diderita Ji Sang. Jae Wook menilai operasi yang di lakukan Ji Sang hari ini cukup mengesankan.

“Terima kasih”, ucap Ji Sang hendak beranjak pergi

Jae Wook menahan, “Jika kau butuh sesuatu, jangan sungkan memberitahuku. Aku selalu di pihakmu”.

“Aku bisa mengurusnya sendiri”, ucap Ji Sang hendak pergi, tapi dia berbalik lagi dan menunduk sebagai tanda hormatnya pada Jae Woo, yang merupakan atasannya.

Ji Sang segera pergi meninggalkan Jae Wook. Jae Wook menatap pungung Jae Wook yang menjauh.

Ji Sang pergi keatap menelpon Hyun Woo. Ia marah pada Hyun Woo karena obat yang di berikan Hyun Woo tidak bekerja seperti biasanya. Hyun Woo mengira itu pasti karena dosisnya yang kurang.

“Bukan itu!. Tapi, obatnya berbeda!”, teriak Ji Sang, “Aku hampir ketahuan di ruang operasi”.

“Baiklah. Baiklah. Bawa obatnya kesini. Biar ku periksa. Cepatlah pulang”, ucap Hyun Woo dari seberang.

Ji Sang menutup telpon lalu duduk di lantai. Ji Sang frustasi hampir saja seluruh rumah sakit mengetahui jati dirinya yang sebenarnya.

Beberapa saat kemudian, Ji Sang turun dari atap dan jalan sambil melamun. Tiba-tiba Ri Ta muncul menghadang jalannya.

“Apa memang hobimu menghalangi jalanku?”, tanya Ji Sang dingin

“Sakit perut apanya?, Kau pikir aku bodoh?”, ucap Ri Ti tidak percaya.

Ji Sang bertanya apa yang ingin Ri Ta katakan. Ri Ta bisa melihat saat di ruang operasi tadi Ji Sang mengalami gangguan serangan panic. Ji Sang mengejek Ri Ta, apa sekarang ini Ri Ta mencoba menjadi seorang psikiater.

Ri Ta mengakui kalau psikiater bukanlah keahliannya, ia hanya menilai dari sudut pandang penalarannya saja. Ji Sang ingin tahu bagaimana Ri Ta menjelaskan penalarannya itu. Ri Ta bilang bagi dokter bedah kondisi mental sangatlah penting.

Karena rumah sakit ini tidak mempunyai catatan mental Ji Sang, maka Ri Ta mengajukan peninjuan resmi. Peninjauan medis dan tes psikologi.

Ji Sang menanggapinya dengan santai dan menyebut itu bagus, selain menjalankan tes psikologi , ia juga bisa meminta tambahan pemeriksaan fisik dan tes kepribadiaan.

“Aku tidak bercanda”, seru Ri Ta

“Aku tidak peduli. Tapi, kau harus tahu 3 hal yang aku benci. Pertama, ketika mesin ATM rusak. Kedua, ketika telur goring gagal di balikkan dan ketiga orang yang menghalangi jalanku dengan alasan yang tidak berguna”.

“Apa?”

“Ini peringatan. Mulai sekarang, jangan menghalangi jalanku tanpa izinku”.

Ri Ta berkomentar Ji Sang sungguh beruntung, karena ia mau mengalah membuka jalan, membiarkan Ji Sang lewat. Ji Sang beranjak pergi. Lalu berhenti seperti teringat sesuatu,

“Ah. Dan hal ke empat yang kubenci. Aroma parfum yang pasaran”,

Ji Sang pergi. Ri Ta kesal mendengar Ji Sang mengejek aroma parfum yang ia kenakan. Ri Ta menghela napas dan memaki Ji Sang, “Dasar orang picik”. 

Kyung In menemui Jae Wook, untuk membicarakan  2 hal yang berkaitan dengan Ji Sang. Hal pertama adalah permintaan Ri Ta yang mengajukan peninjauan pemeriksaan medis dan psikologis terhadap Ji Sang. Yang kedua yaitu permintaan Ji Sang yang meminta akses untuk masuk ke data base keamanan rumah sakit. 

Secara tidak langsung, Jae Wook menyuruh Kyung In untuk memberikan akses pada Ji Sang. 

Jae Wook tanya apa Kyung In sudah memberikan Ji Sang izin untuk mengakses data base tersebut. Kyung In belum memberikan izin karena hal itu melanggar peraturan. Jae Wook tersenyum dan bilang kalau mereka tidak bisa membatasi kemampuan seseorang dengan peraturan. 

Ketua Yoo datang kerumah Ri Ta, ia mengira keponakannya tidak mau mengangkat telponnya karena masih marah atas kejadian tempo hari di ruang operasi. Ri Ta menyangkal dan bicara dengan menggunakan bahasa formal, "Tidak. Aku baik-baik saja komisaris". 

Ketua Yoo yang tahu Ri Ta sedang berbohong menjitak sayang kepala keponakannya itu. Ri Ta manyun menyalahakan ketua Yoo,  kalau saja hari itu ketua Yoo tidak menyuruhnya pergi, sudah pasti ia bisa menyelesaikan operasi dengan baik.

"Sungguh?", tanya ketua Yoo tak percaya

"Tentu saja. Dengan sempurna". 

"Kau berani bersumpah?", tanya ketua Yoo masih belum yakin

"Mungkin.....tidak sempurna. Tapi aku yakin bisa menyelesaikannya".

Ketua Yoo tidak mau melihat Ri Ta melakukan kesalahan atau. Itulah kenapa ia menyuruh Ri Ta menghentikan operasi kemarin. Tetap saja, Ri Ta menilai tindakannya ketua Yoo keterlaluan. Ketua Yoo meminta maaf karena telah membuat Ri Ta sedih, "Tapi kau mengerti niat paman, kan?". 

"Aku mengerti", sahut Ri Ta tersenyum, "Tapi paman, apa tidak ada yang bisa paman lakukan dengan manager Park. Dia sangat tidak sopan. Apa gunanya berbakat tapi memiliki sikap buruk". (Ya elah.... sifat dia sendiri bagaimana). 

Dengan bijak ketua Yoo memberi nasehat. Suatu saat Ri Ta akan menjadi pemimpin dan bertemu dengan banyak orang. Tidak peduli bagaimana sifat mereka, Ri Ta harus bisa membuat mereka berada di pihak Ri Ta. Dengan begitu ketua Yoo baru bisa pensiun dengan tenang.

Ri Ta malas membahas masalah itu dan menyuruh ketua Yoo untuk segera mengakhiri masa bujangannya. Bertemu dengan wanita yang baik dan menghabiskan waktu bersama. Ketua Yoo tertawa, menikah di usianya yang sudah setua ini hanya membuat dirinya menjadi bahan ledekan orang.

Ri Ta bertanya apa ketua Yoo sudah makan malam?. Jika belum ia akan membuat kimchi rebus untuk pamannya. Ketua Yoo berkata pasti Ri Ta menawarinya makan agar persediaan kimchi fermentasi itu cepat habis. Ri Ta menyahut tidak lalu tersenyum dan beranjak pergi menyiapkan makanan.

Hyun Woo mengambil sampel dari obat yang di minum Ji Sang sebelum operasi. Obat yang dikatakan Ji Sang tidak bekerja dengan baik. Hyun Woo memasukan obat itu ke dalam mesin dan harap-harap cemas menunggu hasilnya.

Ji Sang berendam di dalam bath up. Dia melamun teringat kejadian di ruang operasi. Saat dirinya tidak bisa mengendalikan diri dan berubah ketika melihat darah. Lamunan Ji Sang terhenti, karena tiba-tiba saja, Luuvy datang mengejutkan Ji Sang.

"Sangat pas, kan?", tanya Luuvy. Maksudnya Luuvy, dia datang di waktu yang tepat untuk pemeriksaan medis Ji Sang. 

"Siapa yang menginjinkanmu masuk tanpa mengetuk pintu?", protes Ji Sang. 

"Tok..tok..tok..", sahut Luuvy meniru suara pintu di ketuk, "Suhu tubuh, denyut jantung dan denyut nadi. Mulai pemeriksaan. Jangan bergerak". 

Mata Luuvy mengeluarkan cahaya laser yang mengenai dada kiri Ji Sang. Ji Sang segera menutupi dadanya dan bilang akan memeriksa sendiri. Luuvy menyuruh Ji Sang jangan bergerak, jika Ji Sang menolak maka sistem mesinnya bisa rusak. Ji Sang mendesah kesal mendengar ocehan Luuvy. 

Hyun Woo memberitahu Ji Sang hasil dari kandungan obat yang di konsumsi Ji Sang pagi tadi. Hyun Woo bilang obat yang di minum Ji Sang tadi pagi memang memiliki bentuk dan warna yang sama, tapi obat itu bukan hasil racikannya. Di dalam obat itu terdapat kandungan pemacu adrenalin. 

Itu sebabnya kenapa Ji Sang bereaksi begitu cepat dan gelisah saat melihat darah. Dosis obat ini bisa membuat orang biasa berakorbat. Jika Ji Sang tidak punya obat cadangan, Ji Sang bisa dalam masalah besar. 

"Itu berarti....."

"Seseorang menukarnya", sahut Hyun Woo mengetahui apa yang Ji Sang pikirkan.

Hyun Woo bilang masalah terbesarnya, seseorang sudah tahu kalau Ji Sang terbiasa mengkomsumsi obat ini. Mereka mungkin juga tahu jati diri Ji Sang yang sebenarnya. Ji Sang berpikir siapa kira-kira yang melakukan hal itu. Hyun Woo tanya apa tidak ada orang yang Ji Sang anggap mencurigakan.

"Aku merasakan gelombang frekuensi tinggi di sekitarku, tapi tidak ada orang yang terinfeksi". 

"Itu hal yang wajar karena banyak peralatan rumah sakit memancarkan gelombang frekusensi tinggi. Bagaimana dengan suhu tubuh?. Jika mereka mendekatimu, kau pasti merasakannya, kan?. Benar kan, Luuvy".

"Ya. Bau sel darah merah dan suhu tubuh di bawah 26 derajat celcius. Gelombang dari frekuensi tinggi yang terdeteksi...."

"Cukup", potong Ji Sang tidak suka mendengar ocehan Luuvy. 

Tapi Luuvy tidak mau berhenti, "Masih ada lagi... dalam darah mereka..."

Ji Sang yang kesal berkata pada Hyun Woo akan mencabut baterai dari badan Luuvy, agar robot itu berhenti bicara. Mendengar itu Luuvy langsung siaga, "Astaga. Semoga harimu menyengkan", ucap Luuvy lalu berjalan mundur meninggalkan mereka. 

Hyun Woo bangkit dari tempat duduknya, karena mereka belum mengetahui siapa pelakunya, Hyun Woo menyuruh Ji Sang untuk mengamati dan memeriksa  CCTV rumah sakit. Ia memberikan obat baru pada Ji Sang dan berpesan agar Ji Sang selalu membawa obat itu kemanapun Ji Sang pergi. Jangan lagi menyimpannya di dalam brankas.

Jae Wook pergi ke sebuah bangunan tua. Kedatangannya di sambut 2 pria berpakaian jas rapih. 2 pria itu memberi hormat pada Jae Wook lalu mengawal Jae Wook masuk ke sebuah ruangan yang mirip labotarium. 

Di dalam sana juga ada seorang pria yang berbaring tidak sadarkan diri. Wajah pria itu pucat, tangannya terikat dan terdapat Elektrokardiogram (mesin pendeteksi detak jantung). Di kaki pria itu terdapat gelang yang bertuliskan "Objek-874".  Jae Wook mengamati pria itu dengan seksama. 

Suh Hye Ri menghampiri Ji Sang. Sambil tetap mengamati pria itu, Jae Wook menyuruh Hye Ri untuk menutup tempat ini besok. Karena mulai besok mereka akan pindah ke rumah sakit. Hye Ri bertanya bagaimana dengan pria itu. Jae Wook balik tanya, apa Hye Ri sudah memberikan obat pada pria itu.

Hye Ri mengiyakan tapi hasilnya belum keluar. Tiba-tiba pria yang berbaring itu berteriak kesakitan dan terdengar suara alarm. Pria itu memiliki 2 gigi taring panjang layaknya vampir. Lensa matanya juga bewarna kuning keemasan. Dan kukunya meruncing, Mungkin pria menjadi bahan percobaan penelitian Jae Wook.

Hye Ri terkejut, ia bersama dua dokter lain segera memegangi pria itu. Pria yang haus darah itu hendak menggigit leher Hye Ri. Hye Ri menoleh ke Jae Wook seakan meminta persetujuan. Setelah melihat Jae Wook mengangguk, Hye Ri langsung menyuntikan cairan ke leher vampir tersebut. Itu adalah cairan pembunuh yang sama di gunakan Jae Wook untuk membunuh Hyun Seo, ayah Ji Sang. 

Jae Wook mendesah menatap ke atas, "Membuat keajaiban memang tidak mudah". 

Ji Sang berada di ruang kerja. Tapi ia tidak fokus bekerja dan teringat ucapan Hyun Woo kalau ada seseorang yang sengaja menukar obat yang sering di konsumsi Ji Sang dan mengetahui jati diri Ji Sang yang sebenarnya. Memikirkan kemungkinan itu, Ji Sang hanya bisa menghela napas panjang.

Ri Ta dan Soo Eun berada di club malam. Ri Ta sudah mulai mabuk. Bahkan di saat seperti itu, Ri Ta masih saja merasa kesal pada Ji Sang ana mengoceh akan mengubur Ji Sang dengan truk penggali. Soo Eun kesal karena Ri Ta membangunkannya malam-malam dan mengajaknya kesini hanya untuk mendengar ocehan Ri Ta yang terus memaki Park Ji Sang.

Ri Ta bilang selama hidupnya dia tidak pernah di permalukan seperti kemarin. Karena dia adalah Yoo Ri Ta (yang hebat). Soo Eun berkata jika Ri Ta terus membenci Ji Sang, bisa jadi nantinya Ri Ta justru memiliki perasaan pada pria itu. Ri Ta tidak terima, perasaan apa. Omong kosong. 

2 pria datang menghampiri mereka. Salah satu dari pria itu bertanya apa mereka boleh bergabung dan minum bersama. Soo Eun menolak dengan halus tapi Ri Ta malah bertanya, "Kenapa?. Kau ingin merayu kami?". Pria itu bilang hanya ingin minum saja, tidak ada maksud lain. 

Ri Ta meracau, memperbolehkan mereka bergabung jika mereka bisa melakukan 2 hal yang ia ajukan. Pertama Ri Ta menyuruh mereka untuk melompati meja bar yang besar dalam satu kali lompatan. Lalu keluar dari club dan memenangkan pertarungan melawan anjing di daerah ini. Jika mereka bisa melalui itu semua, maka Ri Ta bersedia minum dengan mereka.

2 pria itu hanya tersenyum menanggapi ocehan Ri Ta yang mabuk. Mereka pergi tanpa berkata-kata lagi. Soo Eun menutupi wajahnya malu, sangat malu. Ri Ta menyebut mereka lemah dan meneriaki mereka yang tidak mampu melakukannya. Setelah itu Ri Ta jatuh tidak sadarkan diri.

Soo Eun merasa kesal, tiap kali Ri Ta mabuk selalu bicara omong kosong. Ia menyuruh Ri Ta bangun. Tapi tentu saja Ri Ta tidak bangun. Mau tak mau, Soo Eun membantu Ri Ta berdiri, sekarang giliran dia yang ingin mengubur Ri Ta. 

Ji Sang pergi ke ruang pengawas security untuk menanyakan rekaman CCTV yang terpasang di ruangannya. Kepala keamanan mengatakan CCTV di ruangan Ji Sang rusak dan mereka masih menyelidiki penyebab kerusakan tersebut. Ji Sang lalu bertanya bagaimana dengan data catatan masuk. Pria bertubuh gemuk itu bilang kunci kalau sensor pintu juga rusak sehingga siapa saja bisa masuk tanpa memerlukan sandi. (bohong banget). 

Kepala keamanan meminta maaf atas kelalaian ini dan bertanya apa ada masalah. Tidak, jawab Ji Sang pendek lalu pergi tanpa menyampaikan keluhannya. Pria itu menatap kepergian Ji Sang dengan gelagat mencurigakan. 

Ji Sang berjalan kembali keruanganya dengan bingung. Dia berjalan dengan sangat pelan seperti memikirkan sesuatu. Begitu Ji Sang sampai di ruangannya, dia melihat seorang pria yang sedang mengotak-atik sensor kunci pintu ruangan. 

Ji Sang langsung menarik pria itu menjauh dan mendorongnya ke dinding. Ji Sang menatap marah dan bertanya, "Sedang apa kau?". Pria itu bilang kalau kepala keamanan memintanya untuk memeriksa sensor kunci pintu pada ruangan Ji Sang.

Setelah mendengar penjelasan, Ji Sang segera melepaskan pria itu. Dia juga menyuruh pria itu untuk pergi dan jangan menyentuh apa pun yang ada di ruangannya. Petugas keamanan menurut dan langsung pergi. 

Dr. Woo, Dr. Gerrard, Dr. Ho Yong dan Ri Ta menikmati waktu luang mereka dengan minum teh. Ri Ta memberitahu mereka kalau dia sudah mengajukan permintaan resmi ke wakil direktur (Kyung In) untuk pemeriksaan medis dan pskilolog Ji Sang. Dr. Woo menilai itu tindakan Ri Ta itu sangat bagus dan setiap kali melihat Ji Sang, ia merasa mata prai itu tampak aneh seperti mata psikopat. 

Dr. Gerrard khawatir bagaimana jika pasein mengalami syok ketika melihat mata Ji Sang yang aneh itu. Bahkan membayangkannya saja sudah membuatnya ngeri. Dr. Woo mengungkapkan kekelasannya pada Ji Sang yang menurutnya bertindak kurang aja karena tidak mau meminta maaf setelah mengambil pasiennya.

Dr. Gerrard bertanya pendapat  Dr. Ho Yong yang sedari tadi hanya sibuk makan saja. Dr. Ho Yong berkata bahwa apa yang di lakukan Ji Sang wajar, karena ia juga pernah mengalaminya beberapa kali. Sakit perut menjelang operasi bukanlah hal yang aneh. 

Ri Ta tertawa mengejek, meski benar Ji Sang sakit perut, tetap dia harus menyelesaikan operasi. Bahkan jika Ji Sang BAB di celana sekalipun, tetap saja dia tidak boleh meninggalkan ruangan operasi sebelum operasi selesai. Dr. Woo manggut-manggut tanda setuju.

"Bagaimana jika benar BAB di celana?", tanya Ji Sang tiba-tiba sudah ada di depan mereka, "Kau juga akan melaporkannya ke komite, hanya karena BAB saat operasi?. Atau sesuatu semacam itu?"

"Aku hanya ingin mempermasalahkan sikap cuekmu.....", jawab Ri Ta tetap angkuh.

"Menurutku bersantai sambil minum teh setelah operasi itu lebih dari sikap cuek dan teledor", sindir Ji Sang menatap ke arah Dr. Woo

Dr. Woo yang saat itu sedang menikmati tehnya langsung tersedak mendengar sindiran Ji Sang. (Seharusnya dia memeriksa kondisi pasiennya setelah di operasi).

"Apa kau menggunakan telapati untuk memeriksa pasienmu pasca operasi", sindir Ji Sang lagi lalu pergi. 

Ri Ta kesal, mulut Ji Sang benar-benar tajam. Dr. Woo masih tidak percaya, apa barusan tadi Ji Sang baru saja menyindirnya?. Dr. Ho Yong bilang kalau Ji Sang baru saja menyindir mereka semua.

Dr. Gerrard kagum, "Wow....Dia benar-benar memiliki kemampuan bicara yang luar biasa. Penyindirannya langsung....."

"Diam, Dr. Gerrard,", ucap Ri Ta judes. Dr. Gerrard pun langsung diam. 

Ji Sang sedang memeriksa seorang pria yang datang memeriksakan diri dengan di temani istrinya. Disana juga ada Ga Yun, Sun Kyun dan satu dokter magang lain yang mendengarkan dan mencatat penjelasan Ji Sang. Ji Sang mengatakan bahwa penyakit pria itu sudah menyebar ke paru-paru, hati dan juga rongga perut. Sehingga operasi, kemoterapi dan radiasi sekalipun tidak akan bisa berguna. 

Pria itu sadar akan kondisinya dan tujuannya datang kerumah sakit ini bukan untuk disembuhkan tapi dia hanya ingin hidup beberapa bulan lagi. Ji Sang bilang dalam kondisi sekarang ini, mustahil bagi pria itu bisa bertahan lebih dari 3 bulan.

Istri pria bilang ia mendengar Ji Sang dokter terkenal, itu sebabnya mereka datang kesini, "Semua rumah sakit mengatakan mustahil. Jadi, jika kau memeriksa lagi, mungkin saja....."

"Aku tidak menyarankan rawat inap", potong Ji Sang, "Tidak ada gunanya. pengobatan perpanjang hidup".

"Kumohon.....hanya satu tahun. Tidak....hanya enam bulan saja", pinta pria penuh harapan, sambil menundukkan kepala dalam.

Ji Sang sedikit tersentuh dan mengijinkan pria itu untuk di rawat inap, tapi Ji Sang tidak bisa memberikan perpanjangan pengobatan karena merupakan kebijakan rumah sakit. Pria itu mengucapkan terima kasih dengan tulus. Sang istri menuntun suaminya keluar dari ruangan. Ji Sang. 

Ri Ta kebetulan lewat ketika sepasang suami istri itu keluar dari ruangan Ji Jang dan duduk di bangku luar. Si istri kesal pada sikap Ji Sang yang menurutnya kasar dan dingin. Suami dari wanita itu meminta istrinya berhenti mengeluh, ucapan Ji Sang tadi lebih baik di ketimbang memberi harapan palsu. Si istri tidak mengharap lebih, setidaknya sebagai dokter Ji Sang bisa mengucapkan kata-kata yang lebih menghibur pasien.  

Ri Ta yang sedari diam mendengarkan menyapa mereka. Sepasang suami istri itu menoleh ke arah Ri Ta yang bertanya, "Apa ada masalah?". 

Kyung In menghadap ketua Yoo, menyerahkan daftar nama 50 pasien yang sudah melalui masa penyeleksian untuk mendapatkan perawatan gratis. Rata-rata dari pasien itu tidak memiliki keluarga dan tidak mempunyai penghasilan tetap. Sambil melihat daftar itu, ketua Yoo bertanya apa mereka akan mulai di rawat hari. 

Kyung In mengiyakan, mereka akan di rawat inap mulai besok. Kyung In bilang bangsal gratis dan bangsal umum telah di pisah sesuai dengan perintah ketua Yoo. Ketua Yoo lalu bertanya apa ada laporan dari Jae Wook.

"Ya", jawab Kyung In, "Tim peneliti obat baru. Semua anggotanya di pilih langsung oleh direktur, jadi aku tidak memiliki informasi mereka. Setidaknya direktur bisa memberikan informasi dasar tentang mereka". 

"Aku yakin dia bisa mengurusya sendiri", ujar ketua Yoo tidak menganggap hal itu sebagai suatu masalah.

Setidaknya, Kyung In ingin memiliki catatan detailnya. Ketua Yoo memerintahkan, mulai sekarang biarkan Jae Wook mengurus departeman Personalia dan memberi tugas Kyung In untuk melaporkan keputusan akhirnya. 

Kyung In masih ingin membicarakan pekerjaan lain, tapi tidak jadi begitu melihat ketua Yoo yang tampak kesakitan. Kyung In yang khawatir bertanya apa ketua Yoo baik-baik saja?. Dengan terbata ketua Yoo menjawab baik-baik saja. Ketua Yoo beralasan kalau dia menderita sakit sendi setelah kembali dari pendakian. 

Sambil menahan sakit, ketua Yoo berdiri dan menyuruh Kyung In kembali bekerja. Lalu keluar ruangan. Kyung In menatap khawatir. 

Ketua Yoo berjalan tertatih menahan rasa sakit di tubuhnya. Sengaja dia pergi ke tempat yang sepi dengan menuju tangga darurat. Tangan ketua Yoo bergetar ketika mengambil kotak obat dari saku mantelnya. Ketua Yoo membuka kotak itu, mengambil satu obat lalu memakannya.

Ketua Yoo menghela napas panjang, terduduk lemas di salah satu anak tangga. Dia memegangi tangan kanannya yang terus gemetar. Keringat dingin membanjiri keningnya. 

Ketiga perawat sedang beres-beres. Perawat Hae Young menggerutu, kenapa tiba-tiba mereka bertiga di pindahkan ke bangsal perawatan gratis. Perawat Da Song juga mengeluh, kenapa harus di bangsal ini. Kepala perawat Young Joo menyuruh mereka berhenti mengeluh, semua bangsal di rumah sakit sama saja. 

Hae Young bilang itu berbeda karena bangsal ini bangsal khusus tunawisma. Ia mendengar orang-orang itu sulit di hadapi. 

"Jaga ucapanmu", tegur Young Joo, "Semua pasien sama saja. Apa kau mendiskriminasi pasien?".

Hae Young dan Da Song langsung diam di tegur seperti itu.

Lalu mereka melihat Ga Yun, Sun Kyung dan seorang dokter lain berjalan menghampiri mereka. Young Joo bertanya kepada dokter magang itu, apa mereka juga di tempatkan di bangsal ini. Sun Kyung membenarkan, waktu jaga mereka menjadi 2 kali lipat. Rasanya mau gila. 

Ga Yun justru senang karena bisa memberikan kontribusi untuk sesuatu yang berarti. Sun Kyung meledek, berarti apanya. Ia yakin kelak Ga Yun akan menyesali ucapannya itu ketika Ga Yun mengalami mimisan (karena kelalahan bekerja). Ketiga perawat itu tersenyum. Ga Yun ikut tersenyum meski dia tidak mengerti apa maksudnya.

Tak lama gerombolan tunawisama datang. Mereka mengagumi rumah sakit dan tak menyangka menerima berkah di usia setua ini. Mendapatkan perawatan dan fasilitas gratis. Sun Kyung yang melihat mereka langsung pura-pura sibuk. Pria berjaket merah menyapa Young Joo, mengenalkan dirinya sebagai Gong Ja Bok dan bertanya dimana kamarnya. 

Hae Young dan Da Song menampakan wajah tidak suka. Hae Young bahkan menutup hidungnya, agar tidak mencium aroma tidak enak yang berasal dari para tunawisma itu. Young Joo tersenyum dan berusaha bersikap biasa. Ia minta Ja Bok menunggu sebentar.

Ja Bok menunggu sambil tersenyum, pandangannya lalu tertuju kepada ketiga dokter yang berdiri di belakangnya. Hanya Ga Yun yang merespon dan tersenyum ramah pada pria itu.

 Suh Hye Ri berdiri mengawasi para pekerja yang tengah berkemas. Sesekali dia melihat jam di pergelangan tangannya. Tak lama kemudian, seorang pekerja memberitahu kalau mereka sudah siap untuk pindah. Hye Ri mengangguk lalu keluar ruangan. 

Sedetik kemudian, Chul Hoo datang bersama ketiga temannya. Mereka berdiri menatap para pekerja. Para pekerja tampak ketakutan melihat ke empat pria berpakaian hitam yang menatap garang ke arah mereka. 

Di rapat terbuka, Jae Woo mengumumnkan bahwa tim pengembangan obat baru telah di bentuk dan memperkenalkan Hye Ri sebagai Ketua Tim. Terdengar kasak-kusuk dari para dokter yang terkejut mendengar pengumuman mendadak Jae Wook. 

Jae Wook bilang tujuan rapat terbuka hari ini untuk meningkatkan hubungan saling menguntungkan. Untuk ke depannya diagnosis para dokter, prosedur operasi dan data perawatan akan di gunakan untuk pengembangan obat baru. Ri Ta menampakkan wajah keberatan begitu pula dengan dokter lainnya.

"Jadi maksudmu, kami para dokter akan menjadi karyawan farmasi?", celetuk Dr. Ji Tae tidak setuju.

"Kau sudah salah paham"

"Menurutku ini tidak salah paham. Yang lebih penting dari itu adalah penelitian pengobatan patologis". 

Jae Wook tidak bermaksud mengabaikan penelitan dalam patologis. Tapi lebih efektif jika banyak orang yang berpartisipasi.

Ji Sang menyela, "Lalu...Apa nama obat baru akan diberi nama dari orang yang berkontribusi?. Jika aku yang berpartisipasi maka akan di beri nama Ji Sang-lenol. JIka manager Jung Dr. Ji Tae yang berpartisipasi, Ji Tae-pirin. Jika Dr. Yoo Ri Ta yang berpartisipasi, Gas-Ri Ta?. Seperti itu?".

Ri Ta protes, "Kenapa kau melibatkan namaku?".

Tidak peduli bagaimana penjelasan yang di berikan Jae Wook, Ji Sang tetap berpendapat hal ini cuma menguntungkan bagi Taemin Farmasi. Jae Wook menanggapinya dengan senyum. Dr. Woo yang selalu bersebarangan dengan Ji Sang, memiliki pendapat sebaliknya. Menurutnya pembentukan tim pengembangan obat baru merupakan ide bagus. Dan menyindir hanya orang-orang saja memiliki pikiran negatif. 

Ri Ta berkata selama akan memberikan dukungan selama kedua belah pihak tidak saling menganggu. Tidak ada ruginya sinergi yang terbentuk antara rumah sakit dan departement farmasi. 

Dr. Ji Tae mengangguk-angguk, "Jika semua mendukung, maka ini bukan diskusi. Tapi lebih seperti pengumuman. Sebagai suara minoritas, aku mohon pamit".

Dr. Ji Tae langsung berdiri dan melangkah pergi. Langkahnya terhenti mendengar Jae Wook yang berkata, "Keputusanku bukan berasal dari perspektif bisnis, melainkan dari pasien. Satu hal pasti yang bisa kukatakan". 

Dr. Ji Tae menatap Jae Wook. Jae Wook menatap semua dokter yang duduk di depannya. "Kami akan mengembangkan obat yang tidak terbayangkan oleh kalian", ucapnya penuh ambisi..

Ji Sang menatap tajam penuh curiga. Sementara Dr. Ji Tae bertambah kesal. (Obat apa yang ingin di kembangkan Jae Wook. Obat vampire?)

Ji Sang keluar dari ruangan diskusi, Dr. Ji Tae yang  berjalan di belakang memanggilnya. Ji Sang berbalik. Dr. Ji Tae menyinggung sikap Ji Sang yang suka bertindak semaunya. Bicara ceplas ceplos hingga membuat orang terdiam. Ia bertanya apa itu memang sifat Ji Sang atau hanya sebuah konsep yang di buat Ji Sang.

Ji Sang balik tanya, "Menurutmu?". 

"Rumah sakit Kanker Taemin bukanlah rumah sakit. Tempat ini lebih seperti perusahaan hiburan. Hanya orang yang mempunyai konsep bagus yang bisa bertahan di rumah sakit ini. Dalam aspek itu, kau cukup berbeda".

Ji Sang bertanya lalu apa kelebihan dan konsep yang Dr. Ji Tae miliki. Menyanyi?. menari?. Dr. Ji Tae mengaku tidak memiliki konsep atau memiliki kelebihan apapun, tapi lebih tepatnya seseorang yang berlatih tanpa henti. Dr. Ji Tae menganggap dirinya seperti peserta pelatihan.

"Aku akan bertemu denganmu jika kau juga peserta pelatihan, tapi ini sangat di sayangkan".

"Kau memiliki konsep", ucap Ji Sang, "Konsep antara rendah hati dan rendah diri".

Ji Sang menundukan kepala tanda hormat lalu pergi.  Dr. Ji Tae tersenyum, sama sekali tidak merasa tersinggung. Ia mencoba mengerti orang seperti apa Ji Sang itu.


Lanjut ke Sinopsis Blood Episode 3 Part 2


No comments:

Post a Comment

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)