Pages - Menu

Sunday, March 01, 2015

Sinopsis Blood Episode 2 Part 2

Note : Pic lainnya menyusul... sedang di susun.

Hyun Woo memeriksa robot baru hasil buatannya. Robot putih lucu itu dia beri nama LUUVY. Hyun Woo memandang robot ciptaannya itu lalu berucap, "Selamat ulang tahun". Setelah itu dia mencium Luuvy. 

Robot pintar itu mengekpresikan rasa senangnya dengan memunculkan gambar kembang api di matanya.  Terdengar pintu terbuka. Hyun Woo yang tahu kalau Ji Sang pulang, segera menutupi Luuvy. Dia berencana memberikan kejutan pada Ji Sang.

Hyun Woo memeriksa suhu tubuh dan tekanan darah Ji Sang. Suhu tubuh Ji Sang, 25 derajat dan tekanan darah 101/49 dan denyut nadi 21/menit. Hyun Woo menanggap angka itu di batas normal. 

(What!. suhu tubuh 25 derajat sama dengan suhu segelas air dingin dan normalnya denyut nada manusia 60-70 denyut/menit. Woah benar-benar vampir berdarah dingin). 

Hyun Woo tersenyum memberitahu kalau tempat tidur khusus untuk Ji Sang sudah siap. Ji Sang lalu bertanya apa Hyun Woo sudah menemukan informasi asal data kuburan itu?. Hyun Woo menjawab belum dan sebaliknya ada masalah.

Hyun Woo bilang tiba-tiba saja pagi tadi, mereka memperketat keamanan data base Rumah Sakit Kanker Taemin. Hyun Woo kesulitan menembus sistem data base karena di jaga sangat ketat. Hyun Woo mengira-ngira apa mereka sedang membuat nuklir. haha.

"Oya. Jika kau manager, tentunya kau mendapat akses masuk, kan?", tanya Hyun Woo.

"Aku baru mendapatkan nomor karyawan dan nomor identifikasi besok pagi". 

"Baik. Begitu kau mendapatkannya, kau harus segera masuk ke dalam sistem".

Ketua Yoo dan Lee Jae Wook berada dalam satu mobil. Ketua Yoo mengerti pasti Jae Wook merasa lelah karena baru saja tiba di Korea, untuk itu ia berniat mengantar pulang. Jae Wook mengucapkan terima kasih lalu bertanya apa Ji Sang sudah tiba di rumah sakit.

Ketua Yoo tersenyum ketika menceritakan bahwa Ji Sang telah menunjukan sesuatu yang mengejutkan di hari pertamanya bekerja. Ia sendiri tak mengira kalau Ji Sang memiliki kehebatan seperti itu. 

"Ini baru awalnya. Kau akan banyak melihat hal yang luar biasa", ujar Jae Wook.

"Tapi, bagaimana bisa kau membawa Dr. Park kerumah sakit kita?. Setahuku, kalian berdua tidak berteman?".

"Aku memancing rasa penasarannya. Tidak ada motivator yang lebih baik dari itu". 

Ketua Yoo ingin tahu apa maksud dari rasa penasaran yang di katakan Jae Wook. Jae Wook berkata hal itu tidak berkaitan dengan medis, tapi berhubungan dengan jati diri Ji Sang sebenarnya.

Usai mengatakan itu, Jae Woo tersenyum menatap ke luar jendela. Meski tak mengerti, ketua Yoo ikut tersenyum karena dia juga merasa tertarik pada sosok Ji Sang.

Ji Sang berbaring di tempat tidur khususnya. Ranjang canggih itu mempunyai lampu di setiap sisinya. Terdengar ketukan pintu. Hyun Woo masuk dengan senyuman, "Aku ada hadiah untukmu".

Hyun Woo bertepuk tangan, "Masuklah Luvvy".

Robot canggih yang di panggil itu langsung masuk ke kamar. Ji Sang menatap heran pada robot putih itu. Hyun Woo berkata ia telah mengerahkan seluruh jiwa raga dalam membuat robot. Ia memberi nama robot itu LUUVY asal dari kata "LOVE".

"Baik, beri salam pada majikanmu, luvvy", perintah Hyun Woo. 

"Walkie Talkie, Macintosh. Senang bertemu denganmu, tuan". sapa Luuvy.

Ji Sang berkomentar cara bicara luuvy terdengar aneh. Hyun Woo tersenyum dan berkata gaya bicara luuvy sama dengan gaya bicaranya. Kebanyakan gaya bicara robot terdengar kaku dan membosankan, karena itu ia sengaja memprogram gaya bicara luuvy agar terdengar lebih menyenangkan.

Hyun Woo berkata mulai sekarang Luuvy akan memeriksa kesahatan Ji Sang. Ji Sang heran untuk apa Hyun Woo menciptakan benda seperti itu?. Hyun Woo menjawab tentu saja ia menciptakan luuvy khusus untuk Ji Sang dan bilang kalau luuvy ini dibuat untuk cinta.

Hyun Woo telah menambahkan sistem program Luuvy dengan 20.00 video, lagu, suara dan data lain yang berhubungan dengan cinta. Luvvy juga bisa menjawab lebih dari 8000 pertanyaan yang berhubungan dengan cinta.

"Hei, Kau tahu aku tidak tertarik dengan yang namanya cinta. Itu tidak bagus untuk kesehatan", ujar Ji Sang.

"Cinta yang kumaksud bukan hanya sekedar cinta berhubungan tubuh. Yang kumaksud adalah cinta kasih. Kau butuh itu. Kau sangat membosankan, Hyung".

Ji Sang menolak merasa tidak membutuhkan robot itu dan menyuruh Hyun Woo membawa Luuvy pergi. Hyun Woo berusaha meyakinkan Ji Sang dan memberitahu keahlian Luuvy lainnya. Hyun Woo mengatakan kalau Luuvy bisa membaca ekspresi wajah dan suasana hati.

Hyun Woo mendekatkan wajahnya ke luuvy. Luuvy menoleh melihat Hyun Woo dan berkata, "Ayah.. kau sedang bahagia. Orang tua pacarmu pasti sedang keluar kota".

"Apa?. Ayah?", komentar Ji Sang tak percaya.

Hyun Woo lalu pura-pura menangis. Kali ini Luuvy berkata, "Ayah.. kau sedang sedih. Pasti ada pria lain di rumah pacarmu". 

"Kau lihat, kan!", ucap Hyun Woo bangga.

Tak cukup sampai disitu, Hyun Woo kembali memamerkan kehebatan Luuvy dengan bertanya, "Jika kau bertemu dengan gadis yang kau suka. Apa yang harus kau katakan?".

"Jangan pulang malam ini. Temani aku", jawab Luuvy. 

Hyun Woo menyahut bukan itu jawabannya dan meminta Luuvy memberikan jawaban lain. Luuvy memberikanx jawaban lain yang lebih ekstrim, "Hei!. Kau milikku. Apa warna celana dalammu?. cium....cium".

Hyun Woo tertawa malu. Ji Sang mengatakan Hyun Woo hanya membuat robot mesum, "Keluar. Kalian berdua keluar", perintahnya setengah membentak.

Luuvy bergerak pergi dan menyebut Ji Sang memiliki tempramen tinggi. Haha.. robot pintar.

Di sebuah pelabuhan, di tengah suara gemuruh guntur. Jay dan Chul Hoon bersama 2 teman mereka berjalan meninggalkan pelabuhan. Sepertinya mereka baru saja menempuh perjalanan jauh.

Kemudian kita melihat Jae Wook yang berdiri di depan jendela sambil menelpon. Dia bertanya pada orang seberang, "Kalian sudah tiba?". Setelah mendengar jawaban, Jae Woo menyuruh mereka untuk pulang dan beristirahat. Jae Woo lalu menutup telponnya. Kali ini apa lagi yang di rencanakan Jae Wook?.

Ri Ta baru sampai di rumahnya dan segera membaringkan tubuhnya ke kasur. Sedetik kemudian, Ri Ta melonjak-lonjak kesal di atas kasur. Ri Ta masih sangat kesal pada Ji Sang dan pengampunan yang di berikan Ji Sang, Ri Ta menilainya sangat keterlaluan. 

Ji Sang memutar rekaman video yang di buat oleh ibunya. Mata Ji Sang berkaca-kaca melihat kumpulan video dirinya saat masih kecil dan beranjak dewasa. Video Ji Sang kecil menampilkan Ji Sang yang sedang belajar makan sendiri. 

Ada juga rekaman saat Ji Sang bermain dengan ibunya berlari-lari di dalam rumah. Terdengar suara Sun Young yang berkata jika ia bisa menangkap Ji Sang, maka ia akan mencium anaknya itu ratusan kali. Lalu ada video saat Ji Sang kecil menggambar matahari. Sun Young memuji gambar Ji Sang sangat bagus.

Kemudian ada video Ji Sang remaja yang sedang merapihkan diri di depan cermin. Sun Young memuji Ji Sang sangat tampan. Ji Sang protes meminta ibunya berhenti merekam. Bagian terakhir dari rekaman itu adalah, bagian rekaman Sun Young yang memberitahu penyebab Ji Sang menjadi vampir. Sun Young merekam video itu di labotarium pribadinya.

Di dalam video itu Sun Young berkata, jika Ji Sang melihat video ini itu berarti hal buruk telah terjadi. Sun Young tidak berharap Ji Sang melihat video ini, tapi jika hal itu terjadi, dia minta pada Ji Sang untuk mendengarkan perkataannya baik-baik.

Ji Sang menghapus air matanya yang jatuh membasahi pipi.

"Kau bukan monster. Kau terinfeksi virus. Kau terinfeksi virus bernama VBT-01. Ayahmu dan ibu terinfeksi. Dan karena kau keturunan kami, kau juga ikut terinfeksi. Ayahmu merasa bersalah hingga kematiannya. Dia merasa sangat bersalah".

"Tujuan kami bersembunyi karena ada pihak lain yang juga terinfeksi. Mereka ingin menggunakan virus ini untuk tujuan buruk. Ayahmu dan ibu menentangnya. Selama dalam masa persembunyian, kami berusaha untuk menemukan anti virusnya". 

"Tapi, kami gagal dan mereka berhasil menemukan kita. Ibu melarikan diri bersamamu. Dan ayahmu. Dia meninggal saat melindungi kita. Kau pasti ingin tahu pelaku yang membunuh ayahmu, kan?. Tapi, ibu tidak akan memberitahumu. Karena jika ibu beritahu, kau akan mencari mereka. Maka kau juga bisa terluka". 

"Kau harus tumbuh kuat. Cukup kuat untuk menghadapi mereka. Begitu kau siap, kau akan mengetahuinya sendiri. Entah mereka yang mencarimu atau kau yang mencari mereka. Jadi, untuk saat ini menghindarlah sebisa mungkin. Percayalah tidak ada hal yang mustahil. Sama seperti saat kau menolong anak perempuan itu dengan kemampuanmu... selamatkan juga dirimu. Dan kelak, kau akan banyak menolong orang. 

"Ji Sang-ah, ibu yakin kau pasti bisa. Karena kau anak ayah dan ibu. Ibu minta maaf karena tidak bisa bersamamu. Ibu mencintaimu, putraku. Park Ji Sang".

Air mata Ji Sang jatuh tak terkendali mendengar ucapan ibunya yang menyetuh hati. Ji Sang menekan tombol pause. Lalu berdiri dan berjalan mendekati layar yang menampilkan wajah ibunya. Tangan Ji Sang menyentuh gambar wajah ibunya dan menangis sedih tanpa suara.

Pagi hari. Ji Sang terbangun di tempat tidur khususnya, tempat tidur itu mengeluarkan oksigen dari sela-sela tepi ranjang. Ji Sang duduk mengambil remote dan menekan tombol off, untuk mematikan lampu-lampu yang menerangi sisi bagian bawah ranjang.

Ji Sang lalu turun dari ranjang. Karena tidak bisa menatap langsung menatap matahari pagi. Ji Sang hanya bisa menatap lukisan matahari miliknya yang tertempel di dinding.

Sama dengan Ji Sang yang tidak bisa melihat matahari pagi. Jae Woo yang saat itu juga baru bangun, menutup tirai jendela untuk menghalangi matahari pagi yang menerobos masuk. Kemudian Jae Wook membuka lemari pendingin yang di lengkapi kode kunci layaknya sebuah brankas. 

Di dalam lemari pendingin itu terdapat banyak cairan berwarna kuning yang di simpan di dalam kantong infus. Setelah mengambil satu kantong, Jae Wook segera menutup pintu lemari.

Jae Wook duduk santai di sofa sembari meminum cairan kuning yang dia ambil dari dalam lemari pendingin. Jae Wook menghabiskan cairan itu dalam sekali teguk. Setelah meminumnya, Jae Wook langsung terkulai lemas, namun anehnya dia malah tersenyum seakan-akan sedang menikmati efek dari cairan itu. 

Ji Sang hendak pergi kerja ketika di kejutkan dengan kemunculan Luuvy yang tiba-tiba. Luuvy menyapa Ji Sang, "Selamat pagi, tuan". Ji Sang mengeluh, kenapa pagi-pagi begini robot putih itu sudah berisik. 

"Perut kosong...perut kosong..Silahkan makan agar otak berfungsi dengan baik", ucap Luuvy menyuruh Ji Sang makan, "Otak manusia dalam sehari membakar seperempat dari asupan kalori". 

"Tutup mulut robot ini, Hyun Woo", seru Ji Sang. 

Hyun Woo muncul memberikan obat baru untuk Ji Sang. Ji Sang berkata persediaan obatnya masih banyak. Hyun Woo tahu pasti Ji Sang banyak melakukan operasi, jadi ia meningkatkan dosisnya dan membuat ramuan baru. Ji Sang menyimpan obat itu di balik saku jasnya dan pamit pergi.

"Semoga harimu menyenangkan, tuan", ucap Luuvy. 

Ji Sang diam saja menatap tidak suka pada robot itu. Hyun Woo tersenyum melambaikan tangan melepas kepergian Ji Sang. Hyun Woo imut.. hihihi..

Jae Wook sampai di rumah sakit dan melihat spanduk yang tertempel di lobby. Spanduk ucapan pelantikan Jae Wook sebagai direktur baru rumah sakit. Ri Ta muncul di belakang Ji Sang dan memanggilnya. Ji Sang menoleh. 

Ri Ta memberikan kacamata yang berhasil dia beli untuk menggantikan kaca mata Ji Sang yang telah dia rusak. Ji Sang diam keheranan melihat kaca mata yang di berikan Ri Ta sama persis dengan kacamata miliknya yang telah rusak. Dalam pikirannya, pasti Ji Sang heran bagaimana bisa Ri Ta mendapatkan kaca mata itu dengan begitu mudah. Padahal untuk mendapatkan kaca mata itu, Ji Sang harus rela mengantri selama 2 jam di Chile.

"Itu sama persis, kan?. Sarung kaca mata nya juga terbuat dari kulit buaya amazon", ujar Ri Ta seperti bisa membaca pikiran Ji Sang.

"Dari mana kau mendapatkan kacamata ini?", tanya Ji Sang heran. 

"Dari penjual kaca mata jalanan di depan rumah sakit", jawab Ri Ta

"Penjual jalanan?. Ini barang tiruan!".

"Kau tidak melihat sertifikat aslinya di bagian bawah sarungnya?" Ri Ta menunjuk sarung kaca mata yang di pegang Ji Sang. 

Ji Sang memeriksanya dan memang benar ada sertifikat di dalamnya. Ji Sang kehilangan kata-kata. 

"Chile. Edisi terbatas, yang benar saja", ucap Ri Ta tertawa mengejek seraya pergi.

Ji Sang menatap kaca mata itu, "Penjual jalanan?", ujarnya tak percaya..

Ji Sang berada di ruang kerjanya, berkutat dengan monitor. Ji Sang berusaha untuk mengakses keamanan data base rumah sakit Taemin. Namun, Ji Sang tidak bisa membobol keamanan itu dengan ID yang dia miliki. Ji Sang melihat jam tangannya pukul 09.30 pagi.

Muncul pesan di layar yang memberitahu Ji Sang harus menghadiri wawancara Residen baru jam 10.00 pagi.

Ji Sang, Ri Ta dan Dr. Woo dan Dr. Gerrard menghadiri wawancara residen baru (dokter magang) untuk tim mereka. Ada 2 orang yang mendapat kesempatan wawancara hari ini. Seorang pria dan wanita. Ri Ta melirik Ji Sang yang tidak fokus. Entah apa yang membuat Ji Sang tampak gelisah dan berkali-kali melihat jam tangannya saat calon residen pria mengungkapkan alasan kenapa dia ingin bergabung dengan rumah sakit kanker Taemin. 

Calon residen pria itu sangat lancar bicara dalam bahasa inggris dan merupakan lulusan Universitas Stanford. Dr. Woo tampak tertarik dan memuji nilai baik yang di peroleh calon residen itu.

Selanjutnya, giliran calon residen wanita yang bernama Min Ga Yun lulusan universitas Sung Won. Dr. Gerrard bertanya apa Ga Yun lancar bicara dalam bahasa inggris. Ga Yun meminta maaf karena ia tidak mahir bicara dalam bahasa inggris.

Dr. Gerrard dan Dr. Woo menampakan wajah tidak suka mendengar jawaban jujur dari Ga Yun. Dr. Woo berkata sebagian orang menganggap universitas rumah sakit Sung Won merupakan universitas rumah sakit terbaik di Korea, "Tapi kami tidak beranggapan begitu"

"Ya. Saya mengerti", ucap Ga Yun merasa rendah diri.

"Apa alasan yang membuatmu mendaftar di rumah sakit ini?", tanya Ri Ta. 

"Ibuku meninggal di rumah sakit ini. Saat usaiku 10 tahun, ibuku menderita kanker ovarium stadium akhir. Rumah sakit lain mempredeksi hidup ibuku tinggal 2 bulan. Ibuku di rawat di rumah sakit ini dan bisa hidup selama 8 bulan. Selama 8 bulan, aku bisa berbagi kenangan indah bersama ibuku. Saat itulah aku memutuskan ingin menjadi dokter. Meski tidak ada harapan, aku ingin memberi kesempatan pada pasien untuk hidup lebih lama".

Dr. Gerrard terisak menghapus air matanya mendengar cerita Ga Yun. Dr. Woo mendelik mengingatkan Dr. Gerrard jangan cengeng. Sementara Ga Yun membuang napas panjang, berusaha tidak menangis. 

Ri Ta berkata cerita Ga Yun memang menyentuh tapi perasaan saja tidak cukup menjadi alasan untuk menjadi dokter bedah di rumah sakit ini. Rumah sakit ini butuh sesuatu hal yang lebih berguna. 

Ji Sang yang sedari diam menjatuhkan ballpointnya, "Kau bisa mulai kerja hari ini", ucap Ji Sang mengejutkan yang lainnya.

"Apa?", tanya Ga Yun seakan tidak percaya.

"Jangan buat aku mengulangi ucapanku". 

"Manager, kita harus membahasnya terlebih dulu", Ri Ta mengajukan keberatan.

Ji Sang tidak mau berunding, bagaimanapun ia sudah memutuskan Ga Yun untuk masuk ke dalam timnya. Ji Sang berdiri dan hendak pergi karena sesi wawancara sudah berakhir. Dr. Woo berkomentar Ji Sang hanya mempersulit keadaan. Ji Sang menegaskan Ga Yun akan masuk ke dalam timnya bukan tim Dr. Woo, memangnya dimana letak masalahnya.

Ji Sang begitu pergi mengabaikan panggilan Ri Ta yang masih ingin bicara. Ga Yun tersenyum senang baru saja mendapatkan pekerjaan. 

Ga Yun mengejar Ji Sang dan bilang merupakan suatu kehormatan bisa bertemu langsung dengan Ji Sang dan mengaku selama ini ia belajar menggunakan buku-buku karya Ji Sang. Mulai sekarang Ji Sang meminta Ga Yun jangan bersikap sentimentil seperti tadi. Sikap Ga Yun  tadi seperti sedang syuting drama medis saja.

Semula Ga Yun bingung, akhirnya ia mengerti dan bilang hanya mencoba untuk jujur dan tulus, "Tapi kenapa anda memilihku?"

"Kau tampak kurang tidur. Kau orang tipe orang yang tidak memerlukan banyak tidur", ucap Ga Yun dingin lalu pergi. 

Ga Yun diam mencoba mencerna perkataan Ji Sang. Meski begitu ia tetap merasa senang berhasil mendapatkan pekerjaan di tempat yang dia inginkan. 

Ji Sang pergi ke resepsionis. Mengenalkan dirinya pada 3 perawat yang berjaga, "Aku manager baru", ucapnya menatap layar monitor. Kepala perawat Lee Young Joo bilang mengetahui hal itu dan sudah mendengar banyak tentang Ji Sang.

Secara bergantian ketiga perawat itu mengenalkan diri mereka masing-masing. Yang di balas dengan tatapan dingin Ji Sang, "Aku hanya perlu tahu posisi kalian. Karena aku tidak perlu memanggil nama kalian".

Ji Sang pergi. Young Joo jadi kesal dengan sikap jutek Ji Sang, "Kita kedatangan raja menyebalkan disini. Kembali bekerja", ucapnya pada Lee Hae Young dan Chae Dae Song.

Tepuk tangan memenuhi ruangan saat Jae Wook berjalan menuju podium untuk memberikan pidato sambutan, di upacara pelantikanya menjadi direktur rumah sakit.

Beralih ke Ji Sang yang sedang berjalan di koridor rumah sakit. Tiba-tiba dia mendengar suara aneh yang membuatnya terusik. Ji Sang menoleh ke belakang mencari sumber suara aneh barusan.

Dalam pidatonya, Jae Woo berpendapat perawatan medis seperti rok mini, "Masa pengobatan harus singkat tapi harus menutupi sesuatu yang perlu di tutupi. Tidak boleh terlalu pendek juga, karena hal itu membuat yang harus tertutupi bisa terlihat".

Semua tertawa mendengar pendapat Jae Wook. Hanya dokter Ji Tae yang tertidur di tengah pidato.

Ji Sang berjalan perlahan menelusuri lorong rumah sakit mencari asal suara aneh yang mengusik telinganya. Rasa penasaran itu mengantarkan Ji Sang ke depan ruang aula pelantikan Jae Wook di adakan.

Di dalam pidatonya, Jae Wook mengatakan kalau sebelum menjadi direkur, dulu dia seorang dokter bedah, bukan seorang pembisnis handal. Tujuannya berinvestasi di rumah sakit bukan untuk bisnis, melainkan tidak ingin rumah sakit ini bangkrut.  Jae Wook diam sejenak dan dan bercanda dengan bilang kalau saat ini wajah ketua Yoo terlihat pucat. 

Terdengar suara tawa menanggapi lelucon Jae Wook. Dr. Ji Tae tidak tertawa, tampaknya dia tidak menyukai Jae Wook.

Jae Wook melanjutkan pidatonya. Ia bilang ketua Yoo telah membangun bangsal gratis untuk masyarakat. Bagi pasien yang tidak memiliki penghasilan, anak yatim piatu dan bagi mereka yang penghasilannya rendah, bangsal ini pelayanan kesehatan yang benar-benar gratis.

"Aku sangat menghormati Anda, ketua", Jae Wook menundukan kepala tanda hormat. 

Tepuk tangan kembali bergemuruh memenuhi ruangan untuk ketua Yoo. Sebagai penghormatan atas fasilitas gratis yang di sediakan rumah sakit ini. Ketua Yoo berdiri melambaikan tangan.

Tepat saat itu, Ji Sang memasuki ruang aula pelantikan. Pandangannya mengitari penjuru ruangan untuk mencari tahu dari mana asalnya suara aneh itu. Jae Wook melihat Ji Sang dan Ji Sang juga melihat Jae Wook. 

Sesaat mereka saling bertatapan. Jae Wook terlihat senang melihat Ji Sang, berbeda dengan Ji Sang yang menatapnya dengan pandangan curiga.

Jae Wook mengakhirnya pidatonya sambil memandang Ji Sang, "Di rumah sakit ini, yang setia melayani masyarakat. Aku akan berusaha membuat rumah sakit ini berbeda dengan rumah sakit lain di dunia. Aku akan berusaha keras dan aku akan memenuhi tanggung jawabku sebagai dokter bedah. Terima kasih".

Jae Wook turun dari panggung, mengakhiri acara pelantikan. Semua orang yang hadir beranjak pergi. Ri Ta melihat Ji Sang. Tapi Ji Sang tidak melihat Ri Ta karena tampak bingung mencari asal suara aneh. 

Ri Ta bicara pada Dr. Woo yang berdiri di sampingnya, "Ternyata dia datang juga". 

"Dia ingin menunjukan wajahnya di depan direktur. Dia tidak ada bedanya dengan kita", komentar Dr. Woo yang pada dasarnya memang tidak suka pada Ji Sang. Dia mengira Ji Sang datang kesini hanya ingin mencari muka.

Tidak berhasil menemukan asal suara aneh, Ji Sang berjalan keluar dari ruang aula. Langkahnya terhenti ketika mendengar seseorang memanggil namanya. Orang itu adalah Lee Jae Wook. Jae Wook bilang ia sudah mengenali Ji Sang dari jauh saat ia masih berpidato di atas panggung. 

"Suatu kehormatan kau berada di rumah sakit ini", Jae Wook mengulurkan tangan mengajak jabat tangan. 

Tapi Ji Sang tidak menyambutnya dan hanya menatap tangan Jae Wook dengan dingin. Yang di lakukan Ji Sang hanya menundukan kepala sebagai tanda penghormatan. 

"Aku juga merasa terhormat bertemu dengan orang yang muncul dalam majalah Times".

Jae Wook tersenyum menarik tangannya yang mengantung di udara, "Aku tidak sebanding denganmu yang rela bertugas di Kochenia". 

"Aku melakukannya karena aku menikmatinya". 

"Kudengar nanti ada konferensi. Sampai jumpa di sana", ucap Jae Wook lalu pergi. 

Siangnya, para dokter ahli berkumpul membahas pasien Lee Hyung Tae yang memiliki tumor di hati. Dr. Woo berdiri di depan menjelaskan kondisi pasien saat ini.  Pasein memiliki gumpalan di seluruh hatinya. Karena ini bedah hati, operasi kali ini akan di lakukan lewat perut. 

Selama Dr. Woo menjelaskan Ji Sang tampak tidak fokus. Memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa masuk ke data base keamanan rumah sakit. Jae Wook memperhatikan Ji Sang yang melamun.

"Jadi yang terpenting, dia harus segera di operasi", ucap Jae Wook memotong penjelasan Dr. Woo, sambil tetap menatap Ji Sang. 

Jae Wook lalu mengalihkan pandangannya dan berkata kondisi pasien lemah karena dia sudah berusia 72 tahun. Operasi yang memakan waktu lama dapat membahayakan nyawa pasien.

"Jika memang begitu, kita bisa....", ucapan Dr. Woo terhenti karena Jae Wook kembali memotong. 

"Manager Park", panggil Jae Wook menyadarkan Ji Sang.

"Ya", jawab Ji Sang. 

"Reseksi bedah hati, kau memegang rekor waktu tercepat saat operasi, kan?. Jika selesai dalam waktu singkat akan mengurangi resiko pada terhadap pasien. Ini pendapat pribadiku. Operasi ini bagaimana jika Manager Park yang melakukannya?".

Ri Ta melengos tidak suka terlebih mendengar tawaran yang di ajukan Jae Wook pada Ji Sang. Wajah Dr. Woo terlihat marah.

Dengan gaya sombongnya, Ri Ta mengingatkan bahwa Dr. Woo lah yang seharusnya bertanggung jawab atas operasi itu. Lagi pula hasilnya juga tidak akan berbeda jika operasi itu di kerjakan Ji Sang atau Dr. Woo.

Jae Wook menjawab operasi ini bukan hanya masalah waktu, tapi karena Ji Sang juga dikenal bisa meminimalisasi pendarahan. Kesehatan pasein lebih menjadi prioritas utama di banding kenyamanan kita. Ri Ta mencibir sinis.

"Apa kau ingin menerimanya, manager Park?", tanya Jae Wook.

"Baiklah", jawab Ji Sang menyanggupi lalu melihat jam di tangannya. 

Dr. Wook terlihat marah. Karena Ji Sang sudah menyanggupi, Jae Wook menyuruh Ji Sang untuk memeriksa kondisi pasien dan segera melakukan operasi. Ji Sang tidak langsung menyanggupi dan permisi karena dia harus pergi ke ruangannya terlebih dahulu.

Jae Wook menatap kepergian Ji Sang. Dari tatapannya itu terlihat kalau Jae Wook memiliki rencana yang tidak baik.
Setelah konferensi selesai. Jae Wook bicara dengan Dr. Woo. Jae Woo meminta maaf jika keputusannya di ruang konferensi membuat Dr. Woo kesal. Dr. Woo bilang mungkin ia tidak berhak protes, tapi sebuah departement  memiliki aturan dan kebijakan tersendiri. Direktur sebelum Jae Wook menghargai kebijakan tersebut.

Jae Wook mengangguk-angguk mengerti, tapi apa kah kebijakan departement lebih penting di bandingkan dengan keselamatan pasien?. Dr. Wook ingin membela diri. Tapi, Jae Wook lebih dulu memotong. 

"Bukankah kita ada di rumah sakit?", tanya Jae Wook dengan nada di tekan, seakan menyindir Dr. Woo bahwa tujuan rumah sakit di dirikan untuk menyembuhkan orang sakit. 

Dr. Woo terdiam menerima sindiran itu. 

"Jika kau sependapat denganku, tolong terima usulanku dengan senang hati. Dengan begitu aku tidak merasa bersalah", ucap Jae Wook menepuk pundak Dr. Woo lalu pergi.

Ji Sang berjalan tergesa-gesa menuju ruangannya sembari sesekali melihat jam tangannya. Sebelum Ji Sang sampai di ruangannya, ada seorang penyusup yang menyamar dengan memakai pakaian dokter berdiri di depan pintu ruangan Ji Sang.

Penyusup tersebut berhasil masuk keruangan dengan menggunakan plastik tipis yang telah tercetak sidik jari Ji Sang. Penyusup ini juga mengetahui kode angka brankas. Penyusup mengambil wadah obat milik Ji Sang, lalu keluar ruangan sebelum Ji Sang tiba.

Hanya selisih beberapa menit setelah penyusup pergi. Ji Sang sampai di ruangan. Ji Sang yang sedang terburu-buru ingin mengakses data base keamanan rumah sakit, sama sekali tidak curiga kalau baru saja ada penyusup yang memasuki ruangannya.

Tapi lagi-lagi, akses Ji Sang di tolak karena ID Ji Sang dianggap tidak berwenang memasuki sistem database. Ji Sang tertegun dan mencoba sekali lagi, tapi hasilnya tetap sama.

Lalu di perlihatkan Jae Wook yang sedang berjalan sembari tersenyum. Sudah pasti dia yang mengatur semua ini. Penyusup tadi pastilah salah satu anak buahnya. 

Ji Sang menerima telpon yang memberitahu bahwa persiapan operasi pasien Lee Hyung Tae. Ji Sang berkata akan segera kesana.

Kemudian Ji Sang membuka brankas dan mendapati wadah obatnya masih berada di dalam sana. Seperti biasa, Ji Sang meminum kapsul hijau itu sebelum melakukan operasi. 

Hm... Penyusup tadi tidak jadi mengambil wadah obat itu, apa mungkin obat itu telah di tukar dengan yang palsu.

Kini Ji Sang sudah ada di ruang operasi. Sementara itu, di ruang pantau, sudah ada Jae Wook, Ri Ta, Dr. Wook dan Dr. Gerrard duduk di kursi untuk melihat proese operasi yang di pimpin Ji Sang kali ini.

Sejenak Ji Sang melihat ke atas ruang pantau, melihat wajah Ri Ta yang angkuh dan Jae Wook yang tampak tenang (tapi menyimpan muslihat).

Pada tim yang menemaninya operasi kali ini, Ji Sang berkata akan segera memulai operasi. Dokter anastesi memberitahu kondisi pasein. Denyut jantung dan tekanan darah semuanya berada di batas normal.

Setelah mendengar itu, Ji Sang meminta scalpel pada asisten dokter di sebelahnya. Ji Sang menerima scalpel yang dia minta dan mulai membedah perut pasien. Darah keluar dari sayatan yang dia buat. Terjadi keanehan, tiba-tiba Ji Sang merasa gelisah dan tidak tenang ketika melihat darah yang keluar.

Di tempatnya, Jae Wook tersenyum licik melihat ekspresi Ji Sang. Menunggu hasil dari jebakan yang telah dia pasang untuk Ji Sang.

Ji Sang mulai merasa pusing dan tidak bisa mengendalikan diri saat melihat darah yang semakin banyak merembes keluar. Darah yang bisa mengundang rasa dahaganya. Tim dokter operasi heran melihat Ji Sang yang tiba-tiba tegang dan kaku setelah melakukan pembedahan. 

Ji Sang mundur dan menjatuhkan scalpel dari tangannya. Ji Sang berbalik. Napas Ji Sang memburu, lensa matanya mulai berubah menjadi keemasan. Sementara itu kuku jarinya tumbuh meruncing dengan sendirinya. Ji Sang syok melihat perubahan pada dirinya.

Jae Wook yang mengetahui hal itu semakin tertarik untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Akankah Ji Sang berubah menjadi vampir seperti yang Jae Wook harapkan?. Apa maksud Jae Wook merencanakan semua ini?.


END

No comments:

Post a Comment

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)