Episode 7
= Petak Umpet =
Sipir penjara mengabsen satu persatu narapidana yang baru saja di pindahkan ke Rutan Seobu. Salah satu dari tahanan itu ada yang bernama Joeng Sang yang tak lain adalah Woo Jin. Setelah itu Woo Jin di giring masuk ke dalam sel. Ia teringat dengan ucapan Young Jae saat menyekap dirinya, "Pergilah ke Rutan Seobu, disanalah dia berada".
Woo Jin ingat pada pesan yang ia tinggalkan untuk penyidik Go agar tidak mencari dirinya. Ia juga ingat pada direktur Choi yang telah mempersiapan segalanya agar ia dapat menyamar dengan baik.
Woo Jin berjalan sembari mengingat informasi yang di berikan direktur Choi sebelumnya. Informasi tentang narapidana yang nantinya akan satu sel dengannya.
Kim Chang Gyu, 45 tahun.
Kasus kekerasan 15 tahun penjara. Wakil Bos Mafia
Specialis Rampok. 5 tahun penjara. Wakil ketua
Melanggar hukum medis
Pidana khusus (kabur dan melarikan diri). 2 tahun penjara.
(Teman satu sel Yoo Chang Seon. Target utama untuk di dekati).
Saat masuk ke dalam sel Woo Jin melihat Kim Chang Gyu yang tengkurap dan Jang Myeong Soo yang sedang memasang jarum akupuntur Chang Gyu. Kurang satu orang, tidak ada Lee Bong Gyu di dalam sel itu. tur di punggung Chang Gyu. Disana juga ada jo Jae Yeong yang memegangi baju tahanan
Saat masuk ke dalam sel Woo Jin melihat Kim Chang Gyu yang tengkurap dan Jang Myeong Soo yang sedang memasang jarum akupuntur Chang Gyu. Kurang satu orang, tidak ada Lee Bong Gyu di dalam sel itu. tur di punggung Chang Gyu. Disana juga ada jo Jae Yeong yang memegangi baju tahanan
Ketiga penghuni lama itu akhirnya menyadari kehadiran Woo Jin. Jae Yeong memberitahu tahanan baru yang ada di depan mereka bernama Jeong Sang. Dihukum 2,5 tahun penjara karena kasus kekerasan. Mendapat predikat narapidana bintang 3. Chang Gyu bertanya dari rutan mana Woo Jin berasal sebelum di pindahkan kesini.
Rutan CheongJu, jawab Woo Jin. Wajah Chang Gyu langsung mengeras dan bertanya bagaimana kabar orang-orang di sana?. Apa mereka baik-baik saja?. Woo Jin tak menjawab. Ghang Gyu heran jika memang Woo Jin berasal dari rutan Cheongju pasti bisa menjawab pertanyaanya.
Karena Woo Jin tidak bisa menjawab Myeong Soo mulai menyudutkannya ke dinding. Woo Jin mencoba mengingat data-data napi rutan Cheongju yang di berikan direktur Choi dan berkata kabar Woo Hyun Hyungmin baik-baik saja.
Chang Gyu lalu bertanya bagaimana dengan kabar Pa Ro, apa dia juga sehat? Woo Jin kembali mengingat data yang di berikan direktur Choi dan menjawab kesehatan Pa Ro tidak baik. 2 jawaban itu cukup membuat Chang Gyu puas dan akhirnya menerima kedatangan Woo Jin.
Sipir penjara membawa seorang narapidana menuju sel. Napi ini keberatan satu sel dengan Chang Gyu karena mereka saling bermushan. Sipir berkata Chang Gyu akan di pindahkan ke Rutan Seoul.
Di dalam sel Woo Jin bermain kartu dengan napi lainnya dan selalu menang. Myeong yang kesal karena kalah memukul kepala Jae Yeong. Pintu terbuka dan masuklah napi bersama sipir, Woo Jin menunduk dan memalingkan wajahnya melihat wajah napi tersebut.
Sedikit berbasa-basi napi baru ini memberi salam pada Chang Gyu karena Chang Gyu adalah ketua di sel. (Chang Gyu disegani karena ia merupakan wakil bos mafia). Chang Gyu menerima kedatangan napi baru tersebut dan menyuruh pada yang lainnya untuk memberi salam pada Bong Gyu.
Myeong Soo dan Jae Yeong mengikuti perintah Chang Gyu dengan membungkukan badan memberi salam, tapi tidak dengan Woo Jin yang tetap menundukan wajah. Melihat hal itu napi yang merasa tersinggung langsung mendekati Woo Jin dan mengangkat kepala Woo Jin, "Hei..kau mengenalku kan?".
Woo Jin teringat pada pesan direktur Choi yang menyuruhnya untuk melupakan jati dirinya yang seorang jaksa, mengubah gaya bicara. Mengingat hal itu membuat Woo Jin bertingkah seperti preman. Woo Jin berdiri dan bertanya dengan gaya menantang, "Haruskah aku mengenal orang sepertimu?".
Emosi napi tersebut tersulut, "Brengsek. Sebaiknya ku cekoki racun tikus. Sudah lama aku tidak menggunakan ototku". Bukannya takut Woo Jin malah meremehkan lawannya yang tidak mempunyai kemampuan tapi bertingkah. Hampir saja sebuah bogem mendarat di wajah Woo Jin jika saja Chang Gyu tidak menghentikan mereka.
Napi tersebut marah karena Woo Jin bicara kasar. Ia ingin memberi Woo pelajaran agar tidak semakin sombong. Chang Gyu menilai napi tersebut lah yang lebih dulu bicara kasar. Ia juga menasehati Woo Jin untuk lebih hormat pada yang lebih tua tanpa memperdulikan umur dan pengalaman.
Chang Gyu yang tidak suka melihat perkelahian di dalam satu sel menyuruh keduanya untuk memperkenalkan diri dan berjabat tangan. Napi tersebut mengulurkan tangannya dan memperkenal diri, "Aku Yang Dong Cheol". Woo Jin menyabut uluran tangan itu dan mengaku bernama Jeong Sang.
Chang Gyu memanggil Jae Yeong dengan sebutan bungsu dan bertanya apa kau punya sesuatu. Chang Gyu menjawab punya roti. yogurt dan juga wine. Mereka akhirnya duduk bersama dan masing-masing mendapat satu bagian. Dong Cheol menatap Woo Jin dengan pandangan benci.
Kita di bawa flashback satu tahun lalu dimana kebencian Dong Cheol berasal. Dong Cheol yang saat itu menjadi tersangka mengebrak meja dan marah pada Woo Jin yang menurutnya tidak punya bukti untuk menangkapnya.
Woo Jin memang belum punya bukti dan seperti biasa ia menggunakan kemampuan hipnotisnya untuk membuat tersangka mengakui kejahatannya. Saat sadar tangan Dong Cheol sudah di borgol dan di ampit 2 petugas polisi. Ia yang tak tahu apa yang terjadi menjadi marah pada Woo Jin. Dong Cheol bersumpah akan membalas dan menghacurkan Woo Jin. Flashback end.
Malam itu semua tahanan sudah terlelap dalam tidurnya masing-masing. Hanya Woo Jin seorang yang masih terjaga. Woo Jin menatap keluar jendela jeruji besi dan teringat kenangan manis yang ia lalui bersama penyidik Go, kabag Han dan juga Eun Bi.
Di sel lain terlihat seorang napi yang sedang sibuk membuat bola kecil. Wajah napi itu tidak terlihat jelas.
Keesokan harinya Woo Jin bersama napi lainnya duduk bersila menghadap pintu. Sudah menjadi kebiasaan sipir penjara memeriksa sel satu persatu di pagi hari. Myeong Soo menasehati Woo Jin, jika bukan karena Chang Gyu bisa dipastikan Woo Jin akan bernasib buruk di sini. Woo Jin bersikap acuh dan menyuruh Myeong Soo untuk mengurus dirinya sendiri.
Semua napi yang satu sel dengan Woo Jin di bawa ke tempat pengolahan kayu. Saat melawati lapangan Woo Jin sempat berpapasan dengan Lee Tae Won (teman satu sel Yoo Chang Seon) yang berjalan berlawan arah dengannya.
Segera saja Woo Jin memalingkan wajahnya agar tidak di kenali. Tapi Lee Tae Won sempat melihat sekilas wajah Woo Jin. Woo Jin yang takut ketahuan mempercepat langkahnya menjauhi Tae Won.
Tae Won bertanya pada Jae Yeong siapa napi baru itu. Jae Yeong menjawab napi baru itu bernama Jeong Sang pindahan dari rutan Cheongju. Untungnya Tae Won percaya dengan jawaban Jae Yeong.
Di ruang kerja pengolah kayu Jae Yeong mendapat tugas mendampingi Woo Jin dan memberi contoh bagaimana cara memotong kayu menggunakan mesin. Chang Gyu tidak ikut bekerja dan hanya mengawasi dari jauh.
Woo Jin mulai mencoba tapi sesaat perhatiannya teralih ke tempat lain. Woo Jin seperti melihat ada orang yang tengah mengawasinya di luar jendela. Karena tidak kosentrasi itulah hampir membuat salah satu jari Woo Jin terpotong oleh pisau mesin. Untung saja Jae Yeong segera mematikan mesin hingga jari Woo Jin selamat. Dong Cheol mendorong Woo Jin menjauh sekaligus memberikan tamparan di wajah Woo Jin.
Dong Cheol yang kesal dan marah berkata tak masalah jika jari Woo Jin terpotong tapi jika sampai ada kecelakaan maka semua teman satu sel yang akan bertanggung jawab. Woo Jin meminta maaf. Dong Cheol juga marah pada Jae Yeong yang tidak bisa mengajari Woo Jin dengan benar. Ia memukul kepala Jae Yeong hingga menjatuhkan kacamata pria malang itu.
Waktu istirahat Woo Jin duduk bersama Jae Yeong. Ia meminta maaf atas kejadian tadi dan bertanya apa kaca mata Jae Yeong tidak rusak. Jae Yeong berkata tidak apa-apa. Sebaliknya ia merasa senang karena sudah lama sekali tidak mendengar kata maaf. Karena itulah para napi di sini menjadi tebal muka.
Woo Jin tetap merasa bersalah karena telah membuat Jae Yeong terluka. Sikap baik Woo Jin membuat Jae Yeong menilai kalau Woo Jin bukanlah narapidana bintang 3 seperti yang dia sandang. Woo Jin mengalihkan pembicaraan dengan bertanya sudah berapa lama Jae Yeong tinggal di rutan ini?.
Belum setahun Jae Yeong tinggal di rutan dan mengakui dirinya tipe orang yang suka berbincang dengan orang lain. Ia bertanya apa Woo Jin ingin mencari seseorang disini?. Woo Jin menjawab tidak ada karena orang yang ingin dia cari sudah meninggal. Orang itu adalah Yoo Chang Seon. Jae Yeong mengenal Chang Seon dan tak mengira kalau pria yang ia anggap sebagai kakak itu meninggal dengan cara seperti itu.
Woo Jin ingin bertanya lebih banyak bertepatan dengan bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah berakhir.
Direktur Kim marah pada asisten yang melapor tentang Woo Jin yang tiba-tiba menghilang begitu saja. Ia menendang tulang kering asisten yang tentu saja membuat asisten kesakitan.
Direktur Kim sangat marah karena buku rekening itu saja belum berhasil di temukan dan sekarang Woo Jin malah menghilang. Ia memarahi asisten yang tidak becus menangani Woo Jin. Asisten meminta maaf dan berjanji akan mencari Woo Jin hingga dapat. Direktur Kim yang tidak mau lagi melihat wajah asisten mengusirnya keluar.
Dong Soo berjalan di koridor dan teringat pesan Woo Jin yang memintanya untuk menyelidiki kembali kematian Jo Bong Hak. Semula Dong Soo tampak ragu dan hendak berbalik menuju ruang kerjanya. Dong Soo menarik napas panjang, membulatkan tekadnya dan menemui direktur Kim.
Yang Dong Soo tanyakan adalah kasus GK 7 tahun lalu. GK adalah perusahaan yang di pimpin presdir Kim Hak Soo. Dong Soo tahu 7 tahun yang lalu mantan kepala departemen yang tak lain adalah pengacara Kim tidak melakukan investigasi kasus GK dengan benar. Terasa aneh karena tiba-tiba semua informasi yang di kumpulkan malah menghilang dan penyelidikan di hentikan. Setelah itu pengacara Kim mengajukan pengunduran diri sebagai kepala departement.
"Lalu?", tanya direktur Kim terbata dengan wajah tegang.
Dong Soo ingin menyelidiki ulang apa yang terjadi pada saat itu. Direktur Kim menganggap otak Dong Soo sudah kongslet dan tidak punya pekerjaan sampai ingin mengungkit kasus 7 tahun lalu. Dong Soo yakin pasti ada sesuatu yang di sembunyikan karena radarnya mengatakan begitu.
Direktur Kim menyuruh Dong Soo menggunakan radanya untuk mencari Woo Jin. Dong Soo yang bingung malah balik tanya memangnya kemana Woo Jin?. Direkur Kim kesal, "Kenapa bertanya padaku?", bentaknya nyaring hingga membuat Dong Soo terkejur dan lari menyelamatkan diri.
Saat di luar Dong Soo menerima telepon. Dong Soo menampakan wajah terkejut saat tahu siapa orang yang menelponnya.
Sekarang Dong Soo berada di sebuah restoran dan sedang menghapal kata-kata yang nanti akan di ucapkannya. Ternyata orang yang menemui Dong Soo adalah presdir Kim Hak Soo. Pantas saja Dong Soo tampak gugup. Dong Soo ingin tahu tujuan presdir Kim ingin bertemu dengan dirinya.
Presdir Kim menunjukan foto Dong Soo bersama keluarganya yang ia letakan di mobil. Dong Soo jelas kaget bagaimana presdir Kim memiliki foto itu. Ia ingat saat bertukar mobil dengan Woo Jin tempo hari. Tangannya bergerak ingin mengambil foto tersebut tapi presdir Kim malah menarik foto itu menjauh.
Dengan santainya tanpa melihat wajah tegang Dong Soo, presdir Kim berkata melihat foto ini saja sudah membuatnya iri. Putra semata wayangnya bahkan meninggal sebelum sempat menikah. Sungguh menyedihkan, "Jaksa Kim, tak peduli sesibuk apa, kau harus sering menemui anakmu. Seorang anak tak sepenuhnya mengerti ayahnya. Dan juga kau pasti tidak selalu ada di sampingnya. Bukankah begitu?".
Dong Soo tanya apa yang presdir Kim inginkan. Presdir Kim memberi nasehat yang bernada ancaman. Ia berkata kalau bukan karena Woo Jin, sudah pasti Dong Soo akan menjadi calon kepala departement selanjutnya, "Aku khawatir hal-hal kecil bisa menghambatmu dari hal-hal besar. Pepatah lama bilang, mendengar perkataan orang tua bagai menerima kue dari langit. Siapa yang tahu?. Mungkin ada yang lebih baik dari kue yang jatuh".
Dong Soo menelan ludah. Presdir Kim melihat sekeliling dan mendengar kalau restoran ini memiliki sup yang lezat. Usai mengatakan itu ia tertawa lalu pergi meninggalkan Dong Soo yang tegang.
Begitu berada di luar restoran presdir Kim memerintahkan anak buahnya untuk terus mengawasi Dong Soo dengan baik. Tak hanya itu ia juga bertanya tentang Woo Jin. Anak buah presdir Kim minta maaf karena belum berhasil menemukan jaksa itu dan akan terus mencarinya sampai ketemu.
Disaat para napi lainnya memamfaatkan waktu istirahat dengan bermain voli, Woo Jin lebih memilih duduk menyendiri. Ada seorang napi yang ingin mendekati Woo Jin tapi tidak jadi begitu melihat Jae Yeong yang jalan menghampiri Woo Jin.
Jae Yeong duduk di samping Woo Jin dan tanya apa yang Woo Jin pikirkan sendirian disini. Woo Jin menjawab sedang memikirkan alharhum Chang Seon. Kesempatan ini Woo Jin gunakan untuk menanyakan tato di tubuh Chang Seon yang dia dapatkan di dalam penjara.
Jae Yeong ingat pernah melihat tato yang sama dengan tato yang di miliki Chang Seon tapi ia tidak ingat siapa orangnya. Jae Yeong menawarkan bantuan, ia bisa membantu mencari tahu tapi tidak gratis harus ada uang sebagai imbalannya.
Selanjutnya Jae Yeong dan Woo Jin mengendap-endap masuk ke klinik tanpa mereka sadari ada Lee Tae Won mengikuti mereka. Bersamaan dengan itu terdengar suara penuturan Jae Yeong;
"Sama seperti sidik jari, semuanya pasti tercatat. Mereka pasti merincinnya di dokumen terpisah. Disini semuanya bisa di selesaikan dengan uang. Tapi semua terpecahkan selama ada boxer sutra", jelas Jae Yeong.
Dan memang benar, seorang tahanan yang saat itu sedang membersihkan ruangan menerima "boxer sutra" yang disodorkan Jae Yeong sebagai uang jasa.
Woo Jin bergegas menuju meja komputer untuk mencari informasi sementara Jae Yeong berdiri di belakang pintu mengawasi kondisi di luar. Woo Jin berhasil menemukan gambar tato yang ia lihat di tubuh Chang Seon. Sedetik kemudian Jae Yeong berbisik memberitahu kalau ada orang yang datang.
Jae Yeong yang takut ketahuan segera menarik Woo Jin pergi padahal saat itu Woo Jin sedang menunggu print out keluar dari printer. Mau tak mau Woo Jin harus pergi dengan membawa potongan kertas gambar dari wajah orang yang membuat tato tersebut.
Tak lama Woo Jin dan Jae Yeong keluar masuklah petugas. Woo Jin baru ingat kalau komputernya belum di matikan. Ia hendak berbalik kembali ke ruangan itu tapi Jae Yeong mencegahnya dan menyeretnya pergi.
Lee Tae Won keluar dari tempat persembunyiannya setelah melihat Woo Jin dan Jae Yeong pergi. Merasa penasaran, Tae Won masuk ke ruang klinik tadi dengan alasan memeriksakan perutnya yang sakit. Saat di periksa itu mata Tae Won berkeliling melihat komputer dan printer yang menyala, tapi tentu saja ia tidak bisa melakukan apa-apa.
Dokter yang memeriksa tidak menemukan penyakit yang Tae Won keluhkan. Ia memberi obat gangguan pencernaan dan meminta Tae Won datang kembali jika tidak ada perubahan setelah meminum obat.
Woo Jin menunjukan potongan gambar yang berhasil ia dapat, "Orang ini, bisakah kau mencari di sel mana dia?". Semula Jae Yeong tampak keberatan tapi akhirnya ia bersedia membantu dengan imbalan 10 potong boxer sutra.
Penyidik Go kerumah sakit dan bertemu dengan kabag Han di depan pintu. Ia menanyakan kondisi Eun Bi. Kabag Han menjawab tidak ada masalah pada kesehatan Eun Bi, gadis itu baru saja di suntik vitamin dan saat ini sedang tidur. Penyidik Go merasa aneh karena Eun Bi tidak ingat peristiwa penculikan itu. Kabag Han berpikir mungkin Eun Bi terlalu syok hingga tidak bisa mengingatnya. Syok yang bersifat sementara.
Penyidik Go kemudian menanyakan luka di kepala kabag Han. Kabag Han menyentuh kepalanya dan berkata tidak menderita luka serius. Penyidik Go tetap khawatir karena kabag Han mendapat 10 jahitan karena luka itu. Ia meminta kabag Han untuk lebih menjaga diri. Kabag Han tersenyum luka seperti ini bukanlah masalah baginya.
Hari itu Eun Bi pulang bersama Penyidik Go dan juga Kabag Han. Eun Bi membuka tasnya dan memegang sebuah buku agenda. Kemudian tangannya bergerak-gerak seperti mencari sesuatu. Kabag Han yang melihatnya dari kaca spion bertanya apa ada yang hilang. Eun Bi menggeleng tidak. Penyidik Go yang tengah kosentrasi menyetir sempat melirik dari kaca, mungkin ia tahu apa yang sedang Eun Bi cara, yakni foto ayahnya yang ia ambil.
Tiba-tiba wajah Eun Bi berubah muram. Ia ingat saat dirinya di culik. Eun Bi yang baru sadar dari pengaruh obat tidur berjalan pelan seraya berpegang pada dinding mencari pintu keluar.
Samar-samar Eun Bi mendengar suara orang di ruangan sebelah. Eun Bi menuju ke sana dan sedikit membuka pintunya. Ia melihat Woo Jin yang sedang di ikat. Ketika itu Woo Jin masih dalam pengaruh Yeong Jae dan mengira kalau orang yang ada di hadapannya adalah Eun Bi.
Dari pembicaraan mereka, Eun Bi akhirnya mengetahui kalau ayahnya telah meninggal dan berpikir Woo Jin lah yang membunuh ayahnya. Eun Bi seakan tidak percaya. Ia hendak melangkah pergi tapi tubuh lemasnya membuat ia kembali jatuh tidak sadarkan diri.
Air mata Eun Bi mengalir mengingat kenyataan itu. Kenyataan pedih yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Berkali-kali ia menyeka air matanya, tapi air mata itu terus turun tanpa ia minta.
Di dalam sel Woo Jin terlihat melamun. Tak jauh darinya ada Chang Gyu yang tidur bersandar di dinding sembari memegang pulpen. Lamunan Woo Jin buyar saat mendengar suara pulpen yang di jatuhkan Chang Gyu. Woo Jin mengambil pulpen itu dan melajutkan lamunannya.
Sama seperti malam-malam sebelumnya, disaat para napi lain terlelap Woo Jin belum juga bisa memejamkan mata. Ia memainkan pulpen seakan ingin menghipnotis dirinya sendiri. Ia mencoba mengingat kejadian 7 tahun lalu di taman Mirae. Saat ia menembak ayah Eun Bi dengan penuh kemarahan.
Terdengar 2 kali suara letusan dan ekspresi kaget Woo Jin yang menoleh ke belakang. Woo Jin mencoba mengingat apa yang terjadi selanjutnya tapi ingatan itu memudar dan hilang begitu saja.
Woo Jin memejamkan mata sejenak dan saat membuka matanya ia melihat wajah Dong Cheon berada tepat di atasnya. Dong Cheon tersenyum menyeringai dan langsung membungkam mulut Woo Jin, "Benar suara pulpen itu. Sekarang aku ingat. Kau hidup dengan baik jaksa Cha Woo Jin!. Ingat jika bertemu lagi apa yang akan aku lakukan padamu?".
Woo Jin yang terkejut berusaha melepaskan diri. Dong Cheon tak memberi kesempatan dengan mencekik leher Woo Jin. Cekikan Dong Cheon sangat kuat, Woo Jin berusaha mengerahkan seluruh tenaga ingin menusuk Dong Cheon dengan pulpen, tapi sebelum ia melakukannya Dong Cheon roboh lebih dulu.
Di belakang Dong Cheon muncul wajah Myeong Soo yang menjadi penyelamat Woo Jin. Dengan keahlian akupuntur yang di milikinya, ia menusuk tengkuk Dong Cheon. Pasti mengenai tepat saraf hingga membuat Dong Cheon tak bergerak.
Dengan suara pelan Myeong Soo meminta Woo Jin jangan khawatir, Dong Cheon akan bangun beberapa hari lagi. Woo Jin bertanya kenapa Myeong Soo menyelamatkannya. Myeong Soo berkata ia akan di bebaskan dari tempat ini, mana bisa ia diam saja melihat Woo Jin dalam bahaya.
Woo Jin bisa menebak apakah direktur Choi yang membatunya. Myeong Soo minta Woo Jin jangan banyak bicara, lebih baik sekarang membantunya membuat kesan seakan Dong Cheon sedang tertidur pulas agar tidak ketahuan yang lain. Woo Jin menurut dan membenarkan letak selimut Dong Cheon.
Rupanya Jae Yeong juga melihat kejadian itu, tapi ia pura-pura tidur dan menutupi wajahnya dengan selimut.
Lanjut ke Sinopsis Reset Episode 7 Part 2
Rutan CheongJu, jawab Woo Jin. Wajah Chang Gyu langsung mengeras dan bertanya bagaimana kabar orang-orang di sana?. Apa mereka baik-baik saja?. Woo Jin tak menjawab. Ghang Gyu heran jika memang Woo Jin berasal dari rutan Cheongju pasti bisa menjawab pertanyaanya.
Karena Woo Jin tidak bisa menjawab Myeong Soo mulai menyudutkannya ke dinding. Woo Jin mencoba mengingat data-data napi rutan Cheongju yang di berikan direktur Choi dan berkata kabar Woo Hyun Hyungmin baik-baik saja.
Chang Gyu lalu bertanya bagaimana dengan kabar Pa Ro, apa dia juga sehat? Woo Jin kembali mengingat data yang di berikan direktur Choi dan menjawab kesehatan Pa Ro tidak baik. 2 jawaban itu cukup membuat Chang Gyu puas dan akhirnya menerima kedatangan Woo Jin.
Sipir penjara membawa seorang narapidana menuju sel. Napi ini keberatan satu sel dengan Chang Gyu karena mereka saling bermushan. Sipir berkata Chang Gyu akan di pindahkan ke Rutan Seoul.
Di dalam sel Woo Jin bermain kartu dengan napi lainnya dan selalu menang. Myeong yang kesal karena kalah memukul kepala Jae Yeong. Pintu terbuka dan masuklah napi bersama sipir, Woo Jin menunduk dan memalingkan wajahnya melihat wajah napi tersebut.
Sedikit berbasa-basi napi baru ini memberi salam pada Chang Gyu karena Chang Gyu adalah ketua di sel. (Chang Gyu disegani karena ia merupakan wakil bos mafia). Chang Gyu menerima kedatangan napi baru tersebut dan menyuruh pada yang lainnya untuk memberi salam pada Bong Gyu.
Myeong Soo dan Jae Yeong mengikuti perintah Chang Gyu dengan membungkukan badan memberi salam, tapi tidak dengan Woo Jin yang tetap menundukan wajah. Melihat hal itu napi yang merasa tersinggung langsung mendekati Woo Jin dan mengangkat kepala Woo Jin, "Hei..kau mengenalku kan?".
Woo Jin teringat pada pesan direktur Choi yang menyuruhnya untuk melupakan jati dirinya yang seorang jaksa, mengubah gaya bicara. Mengingat hal itu membuat Woo Jin bertingkah seperti preman. Woo Jin berdiri dan bertanya dengan gaya menantang, "Haruskah aku mengenal orang sepertimu?".
Emosi napi tersebut tersulut, "Brengsek. Sebaiknya ku cekoki racun tikus. Sudah lama aku tidak menggunakan ototku". Bukannya takut Woo Jin malah meremehkan lawannya yang tidak mempunyai kemampuan tapi bertingkah. Hampir saja sebuah bogem mendarat di wajah Woo Jin jika saja Chang Gyu tidak menghentikan mereka.
Napi tersebut marah karena Woo Jin bicara kasar. Ia ingin memberi Woo pelajaran agar tidak semakin sombong. Chang Gyu menilai napi tersebut lah yang lebih dulu bicara kasar. Ia juga menasehati Woo Jin untuk lebih hormat pada yang lebih tua tanpa memperdulikan umur dan pengalaman.
Chang Gyu yang tidak suka melihat perkelahian di dalam satu sel menyuruh keduanya untuk memperkenalkan diri dan berjabat tangan. Napi tersebut mengulurkan tangannya dan memperkenal diri, "Aku Yang Dong Cheol". Woo Jin menyabut uluran tangan itu dan mengaku bernama Jeong Sang.
Chang Gyu memanggil Jae Yeong dengan sebutan bungsu dan bertanya apa kau punya sesuatu. Chang Gyu menjawab punya roti. yogurt dan juga wine. Mereka akhirnya duduk bersama dan masing-masing mendapat satu bagian. Dong Cheol menatap Woo Jin dengan pandangan benci.
Kita di bawa flashback satu tahun lalu dimana kebencian Dong Cheol berasal. Dong Cheol yang saat itu menjadi tersangka mengebrak meja dan marah pada Woo Jin yang menurutnya tidak punya bukti untuk menangkapnya.
Woo Jin memang belum punya bukti dan seperti biasa ia menggunakan kemampuan hipnotisnya untuk membuat tersangka mengakui kejahatannya. Saat sadar tangan Dong Cheol sudah di borgol dan di ampit 2 petugas polisi. Ia yang tak tahu apa yang terjadi menjadi marah pada Woo Jin. Dong Cheol bersumpah akan membalas dan menghacurkan Woo Jin. Flashback end.
Malam itu semua tahanan sudah terlelap dalam tidurnya masing-masing. Hanya Woo Jin seorang yang masih terjaga. Woo Jin menatap keluar jendela jeruji besi dan teringat kenangan manis yang ia lalui bersama penyidik Go, kabag Han dan juga Eun Bi.
Di sel lain terlihat seorang napi yang sedang sibuk membuat bola kecil. Wajah napi itu tidak terlihat jelas.
Keesokan harinya Woo Jin bersama napi lainnya duduk bersila menghadap pintu. Sudah menjadi kebiasaan sipir penjara memeriksa sel satu persatu di pagi hari. Myeong Soo menasehati Woo Jin, jika bukan karena Chang Gyu bisa dipastikan Woo Jin akan bernasib buruk di sini. Woo Jin bersikap acuh dan menyuruh Myeong Soo untuk mengurus dirinya sendiri.
Semua napi yang satu sel dengan Woo Jin di bawa ke tempat pengolahan kayu. Saat melawati lapangan Woo Jin sempat berpapasan dengan Lee Tae Won (teman satu sel Yoo Chang Seon) yang berjalan berlawan arah dengannya.
Segera saja Woo Jin memalingkan wajahnya agar tidak di kenali. Tapi Lee Tae Won sempat melihat sekilas wajah Woo Jin. Woo Jin yang takut ketahuan mempercepat langkahnya menjauhi Tae Won.
Tae Won bertanya pada Jae Yeong siapa napi baru itu. Jae Yeong menjawab napi baru itu bernama Jeong Sang pindahan dari rutan Cheongju. Untungnya Tae Won percaya dengan jawaban Jae Yeong.
Di ruang kerja pengolah kayu Jae Yeong mendapat tugas mendampingi Woo Jin dan memberi contoh bagaimana cara memotong kayu menggunakan mesin. Chang Gyu tidak ikut bekerja dan hanya mengawasi dari jauh.
Woo Jin mulai mencoba tapi sesaat perhatiannya teralih ke tempat lain. Woo Jin seperti melihat ada orang yang tengah mengawasinya di luar jendela. Karena tidak kosentrasi itulah hampir membuat salah satu jari Woo Jin terpotong oleh pisau mesin. Untung saja Jae Yeong segera mematikan mesin hingga jari Woo Jin selamat. Dong Cheol mendorong Woo Jin menjauh sekaligus memberikan tamparan di wajah Woo Jin.
Dong Cheol yang kesal dan marah berkata tak masalah jika jari Woo Jin terpotong tapi jika sampai ada kecelakaan maka semua teman satu sel yang akan bertanggung jawab. Woo Jin meminta maaf. Dong Cheol juga marah pada Jae Yeong yang tidak bisa mengajari Woo Jin dengan benar. Ia memukul kepala Jae Yeong hingga menjatuhkan kacamata pria malang itu.
Waktu istirahat Woo Jin duduk bersama Jae Yeong. Ia meminta maaf atas kejadian tadi dan bertanya apa kaca mata Jae Yeong tidak rusak. Jae Yeong berkata tidak apa-apa. Sebaliknya ia merasa senang karena sudah lama sekali tidak mendengar kata maaf. Karena itulah para napi di sini menjadi tebal muka.
Woo Jin tetap merasa bersalah karena telah membuat Jae Yeong terluka. Sikap baik Woo Jin membuat Jae Yeong menilai kalau Woo Jin bukanlah narapidana bintang 3 seperti yang dia sandang. Woo Jin mengalihkan pembicaraan dengan bertanya sudah berapa lama Jae Yeong tinggal di rutan ini?.
Belum setahun Jae Yeong tinggal di rutan dan mengakui dirinya tipe orang yang suka berbincang dengan orang lain. Ia bertanya apa Woo Jin ingin mencari seseorang disini?. Woo Jin menjawab tidak ada karena orang yang ingin dia cari sudah meninggal. Orang itu adalah Yoo Chang Seon. Jae Yeong mengenal Chang Seon dan tak mengira kalau pria yang ia anggap sebagai kakak itu meninggal dengan cara seperti itu.
Woo Jin ingin bertanya lebih banyak bertepatan dengan bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah berakhir.
Direktur Kim marah pada asisten yang melapor tentang Woo Jin yang tiba-tiba menghilang begitu saja. Ia menendang tulang kering asisten yang tentu saja membuat asisten kesakitan.
Direktur Kim sangat marah karena buku rekening itu saja belum berhasil di temukan dan sekarang Woo Jin malah menghilang. Ia memarahi asisten yang tidak becus menangani Woo Jin. Asisten meminta maaf dan berjanji akan mencari Woo Jin hingga dapat. Direktur Kim yang tidak mau lagi melihat wajah asisten mengusirnya keluar.
Dong Soo berjalan di koridor dan teringat pesan Woo Jin yang memintanya untuk menyelidiki kembali kematian Jo Bong Hak. Semula Dong Soo tampak ragu dan hendak berbalik menuju ruang kerjanya. Dong Soo menarik napas panjang, membulatkan tekadnya dan menemui direktur Kim.
Yang Dong Soo tanyakan adalah kasus GK 7 tahun lalu. GK adalah perusahaan yang di pimpin presdir Kim Hak Soo. Dong Soo tahu 7 tahun yang lalu mantan kepala departemen yang tak lain adalah pengacara Kim tidak melakukan investigasi kasus GK dengan benar. Terasa aneh karena tiba-tiba semua informasi yang di kumpulkan malah menghilang dan penyelidikan di hentikan. Setelah itu pengacara Kim mengajukan pengunduran diri sebagai kepala departement.
"Lalu?", tanya direktur Kim terbata dengan wajah tegang.
Dong Soo ingin menyelidiki ulang apa yang terjadi pada saat itu. Direktur Kim menganggap otak Dong Soo sudah kongslet dan tidak punya pekerjaan sampai ingin mengungkit kasus 7 tahun lalu. Dong Soo yakin pasti ada sesuatu yang di sembunyikan karena radarnya mengatakan begitu.
Direktur Kim menyuruh Dong Soo menggunakan radanya untuk mencari Woo Jin. Dong Soo yang bingung malah balik tanya memangnya kemana Woo Jin?. Direkur Kim kesal, "Kenapa bertanya padaku?", bentaknya nyaring hingga membuat Dong Soo terkejur dan lari menyelamatkan diri.
Saat di luar Dong Soo menerima telepon. Dong Soo menampakan wajah terkejut saat tahu siapa orang yang menelponnya.
Sekarang Dong Soo berada di sebuah restoran dan sedang menghapal kata-kata yang nanti akan di ucapkannya. Ternyata orang yang menemui Dong Soo adalah presdir Kim Hak Soo. Pantas saja Dong Soo tampak gugup. Dong Soo ingin tahu tujuan presdir Kim ingin bertemu dengan dirinya.
Presdir Kim menunjukan foto Dong Soo bersama keluarganya yang ia letakan di mobil. Dong Soo jelas kaget bagaimana presdir Kim memiliki foto itu. Ia ingat saat bertukar mobil dengan Woo Jin tempo hari. Tangannya bergerak ingin mengambil foto tersebut tapi presdir Kim malah menarik foto itu menjauh.
Dengan santainya tanpa melihat wajah tegang Dong Soo, presdir Kim berkata melihat foto ini saja sudah membuatnya iri. Putra semata wayangnya bahkan meninggal sebelum sempat menikah. Sungguh menyedihkan, "Jaksa Kim, tak peduli sesibuk apa, kau harus sering menemui anakmu. Seorang anak tak sepenuhnya mengerti ayahnya. Dan juga kau pasti tidak selalu ada di sampingnya. Bukankah begitu?".
Dong Soo tanya apa yang presdir Kim inginkan. Presdir Kim memberi nasehat yang bernada ancaman. Ia berkata kalau bukan karena Woo Jin, sudah pasti Dong Soo akan menjadi calon kepala departement selanjutnya, "Aku khawatir hal-hal kecil bisa menghambatmu dari hal-hal besar. Pepatah lama bilang, mendengar perkataan orang tua bagai menerima kue dari langit. Siapa yang tahu?. Mungkin ada yang lebih baik dari kue yang jatuh".
Dong Soo menelan ludah. Presdir Kim melihat sekeliling dan mendengar kalau restoran ini memiliki sup yang lezat. Usai mengatakan itu ia tertawa lalu pergi meninggalkan Dong Soo yang tegang.
Begitu berada di luar restoran presdir Kim memerintahkan anak buahnya untuk terus mengawasi Dong Soo dengan baik. Tak hanya itu ia juga bertanya tentang Woo Jin. Anak buah presdir Kim minta maaf karena belum berhasil menemukan jaksa itu dan akan terus mencarinya sampai ketemu.
Disaat para napi lainnya memamfaatkan waktu istirahat dengan bermain voli, Woo Jin lebih memilih duduk menyendiri. Ada seorang napi yang ingin mendekati Woo Jin tapi tidak jadi begitu melihat Jae Yeong yang jalan menghampiri Woo Jin.
Jae Yeong duduk di samping Woo Jin dan tanya apa yang Woo Jin pikirkan sendirian disini. Woo Jin menjawab sedang memikirkan alharhum Chang Seon. Kesempatan ini Woo Jin gunakan untuk menanyakan tato di tubuh Chang Seon yang dia dapatkan di dalam penjara.
Jae Yeong ingat pernah melihat tato yang sama dengan tato yang di miliki Chang Seon tapi ia tidak ingat siapa orangnya. Jae Yeong menawarkan bantuan, ia bisa membantu mencari tahu tapi tidak gratis harus ada uang sebagai imbalannya.
Selanjutnya Jae Yeong dan Woo Jin mengendap-endap masuk ke klinik tanpa mereka sadari ada Lee Tae Won mengikuti mereka. Bersamaan dengan itu terdengar suara penuturan Jae Yeong;
"Sama seperti sidik jari, semuanya pasti tercatat. Mereka pasti merincinnya di dokumen terpisah. Disini semuanya bisa di selesaikan dengan uang. Tapi semua terpecahkan selama ada boxer sutra", jelas Jae Yeong.
Dan memang benar, seorang tahanan yang saat itu sedang membersihkan ruangan menerima "boxer sutra" yang disodorkan Jae Yeong sebagai uang jasa.
Woo Jin bergegas menuju meja komputer untuk mencari informasi sementara Jae Yeong berdiri di belakang pintu mengawasi kondisi di luar. Woo Jin berhasil menemukan gambar tato yang ia lihat di tubuh Chang Seon. Sedetik kemudian Jae Yeong berbisik memberitahu kalau ada orang yang datang.
Jae Yeong yang takut ketahuan segera menarik Woo Jin pergi padahal saat itu Woo Jin sedang menunggu print out keluar dari printer. Mau tak mau Woo Jin harus pergi dengan membawa potongan kertas gambar dari wajah orang yang membuat tato tersebut.
Tak lama Woo Jin dan Jae Yeong keluar masuklah petugas. Woo Jin baru ingat kalau komputernya belum di matikan. Ia hendak berbalik kembali ke ruangan itu tapi Jae Yeong mencegahnya dan menyeretnya pergi.
Lee Tae Won keluar dari tempat persembunyiannya setelah melihat Woo Jin dan Jae Yeong pergi. Merasa penasaran, Tae Won masuk ke ruang klinik tadi dengan alasan memeriksakan perutnya yang sakit. Saat di periksa itu mata Tae Won berkeliling melihat komputer dan printer yang menyala, tapi tentu saja ia tidak bisa melakukan apa-apa.
Dokter yang memeriksa tidak menemukan penyakit yang Tae Won keluhkan. Ia memberi obat gangguan pencernaan dan meminta Tae Won datang kembali jika tidak ada perubahan setelah meminum obat.
Woo Jin menunjukan potongan gambar yang berhasil ia dapat, "Orang ini, bisakah kau mencari di sel mana dia?". Semula Jae Yeong tampak keberatan tapi akhirnya ia bersedia membantu dengan imbalan 10 potong boxer sutra.
Penyidik Go kerumah sakit dan bertemu dengan kabag Han di depan pintu. Ia menanyakan kondisi Eun Bi. Kabag Han menjawab tidak ada masalah pada kesehatan Eun Bi, gadis itu baru saja di suntik vitamin dan saat ini sedang tidur. Penyidik Go merasa aneh karena Eun Bi tidak ingat peristiwa penculikan itu. Kabag Han berpikir mungkin Eun Bi terlalu syok hingga tidak bisa mengingatnya. Syok yang bersifat sementara.
Penyidik Go kemudian menanyakan luka di kepala kabag Han. Kabag Han menyentuh kepalanya dan berkata tidak menderita luka serius. Penyidik Go tetap khawatir karena kabag Han mendapat 10 jahitan karena luka itu. Ia meminta kabag Han untuk lebih menjaga diri. Kabag Han tersenyum luka seperti ini bukanlah masalah baginya.
Hari itu Eun Bi pulang bersama Penyidik Go dan juga Kabag Han. Eun Bi membuka tasnya dan memegang sebuah buku agenda. Kemudian tangannya bergerak-gerak seperti mencari sesuatu. Kabag Han yang melihatnya dari kaca spion bertanya apa ada yang hilang. Eun Bi menggeleng tidak. Penyidik Go yang tengah kosentrasi menyetir sempat melirik dari kaca, mungkin ia tahu apa yang sedang Eun Bi cara, yakni foto ayahnya yang ia ambil.
Tiba-tiba wajah Eun Bi berubah muram. Ia ingat saat dirinya di culik. Eun Bi yang baru sadar dari pengaruh obat tidur berjalan pelan seraya berpegang pada dinding mencari pintu keluar.
Samar-samar Eun Bi mendengar suara orang di ruangan sebelah. Eun Bi menuju ke sana dan sedikit membuka pintunya. Ia melihat Woo Jin yang sedang di ikat. Ketika itu Woo Jin masih dalam pengaruh Yeong Jae dan mengira kalau orang yang ada di hadapannya adalah Eun Bi.
Dari pembicaraan mereka, Eun Bi akhirnya mengetahui kalau ayahnya telah meninggal dan berpikir Woo Jin lah yang membunuh ayahnya. Eun Bi seakan tidak percaya. Ia hendak melangkah pergi tapi tubuh lemasnya membuat ia kembali jatuh tidak sadarkan diri.
Air mata Eun Bi mengalir mengingat kenyataan itu. Kenyataan pedih yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Berkali-kali ia menyeka air matanya, tapi air mata itu terus turun tanpa ia minta.
Di dalam sel Woo Jin terlihat melamun. Tak jauh darinya ada Chang Gyu yang tidur bersandar di dinding sembari memegang pulpen. Lamunan Woo Jin buyar saat mendengar suara pulpen yang di jatuhkan Chang Gyu. Woo Jin mengambil pulpen itu dan melajutkan lamunannya.
Sama seperti malam-malam sebelumnya, disaat para napi lain terlelap Woo Jin belum juga bisa memejamkan mata. Ia memainkan pulpen seakan ingin menghipnotis dirinya sendiri. Ia mencoba mengingat kejadian 7 tahun lalu di taman Mirae. Saat ia menembak ayah Eun Bi dengan penuh kemarahan.
Terdengar 2 kali suara letusan dan ekspresi kaget Woo Jin yang menoleh ke belakang. Woo Jin mencoba mengingat apa yang terjadi selanjutnya tapi ingatan itu memudar dan hilang begitu saja.
Woo Jin memejamkan mata sejenak dan saat membuka matanya ia melihat wajah Dong Cheon berada tepat di atasnya. Dong Cheon tersenyum menyeringai dan langsung membungkam mulut Woo Jin, "Benar suara pulpen itu. Sekarang aku ingat. Kau hidup dengan baik jaksa Cha Woo Jin!. Ingat jika bertemu lagi apa yang akan aku lakukan padamu?".
Woo Jin yang terkejut berusaha melepaskan diri. Dong Cheon tak memberi kesempatan dengan mencekik leher Woo Jin. Cekikan Dong Cheon sangat kuat, Woo Jin berusaha mengerahkan seluruh tenaga ingin menusuk Dong Cheon dengan pulpen, tapi sebelum ia melakukannya Dong Cheon roboh lebih dulu.
Di belakang Dong Cheon muncul wajah Myeong Soo yang menjadi penyelamat Woo Jin. Dengan keahlian akupuntur yang di milikinya, ia menusuk tengkuk Dong Cheon. Pasti mengenai tepat saraf hingga membuat Dong Cheon tak bergerak.
Dengan suara pelan Myeong Soo meminta Woo Jin jangan khawatir, Dong Cheon akan bangun beberapa hari lagi. Woo Jin bertanya kenapa Myeong Soo menyelamatkannya. Myeong Soo berkata ia akan di bebaskan dari tempat ini, mana bisa ia diam saja melihat Woo Jin dalam bahaya.
Woo Jin bisa menebak apakah direktur Choi yang membatunya. Myeong Soo minta Woo Jin jangan banyak bicara, lebih baik sekarang membantunya membuat kesan seakan Dong Cheon sedang tertidur pulas agar tidak ketahuan yang lain. Woo Jin menurut dan membenarkan letak selimut Dong Cheon.
Rupanya Jae Yeong juga melihat kejadian itu, tapi ia pura-pura tidur dan menutupi wajahnya dengan selimut.
Lanjut ke Sinopsis Reset Episode 7 Part 2
Unnieeeee..... Makasih yaaa sinopnya , meski ceritanya makin bikin poseeengg ..... :-D
ReplyDelete