Episode 4
= Dituduh Membunuh =
Woo Jin keluar ruangan. Ia yang masih syok mencoba mengingat kembali sebelum Chang Seon bunuh diri. Sekilas Woo Jin melihat tato di punggung pria itu. Sembari berjalan, Woo Jin ingat perbincangannya dengan tim forensik. Tim forensik mengatakan sampel DNA Chang Seberjalan on sudah di periksa dan mereka akan mengetahui hasilnya besok. Dengan itu mereka akan mengetahui siapa sebenarnya Yoo Chang Seon.
(Woo Jin belum tahu bahwa pria yang nekat terjun dari jembatan layang bernama Yoo Chang Seon).
Woo Jin ragu dengan hasil DNA itu mereka bisa mengetahui siapa sebenarnya Chang Seon dikarenakan tidak semua DNA di negeri ini tercatat. Tim forensik menunjuk foto tato di punggung Chang Seon. Ia menjelaskan tato itu bukan tato biasa. Warna dari tato itu terbuat dari gabungan dari darah ayam dan tinta khusus sebagai pewarnanya. Hanya rumah tahanan yang memakainya karena mereka tidak bisa menggunakan bahan pewarna.
Woo Jin kaget, "Rumah tahanan?". Tim forensik mengatakan setiap rumah tahanan memiliki catatan DNA dari para narapidana. Jadi ia semakin yakin akan mengatahui jati diri Chang Seon.
Kabag Han dan Eun Bi menangisi penyidik Go yang belum sadarkan diri akibat di tusuk Chang Seon. Sampai Woo Jin datang, Kabag Han terus menangis. Kabag Han berkata dokter yang mengoperasi penyidik Go bilang kalau penyidik Go kehilangan banyak darah. Woo Jin ikut sedih. Kabag Han terus menangis sembari merintih, "Jangan mati, penyidik Go".
Rintihan dan tangisan kabag Han itu di dengar penyidik Go, "Aku sudah mendapat transfusi darah. Jadi sekarang aku akan baik-baik saja. Aku tidak akan mati", jawabnya menenangkan sembari meringis kesakitan memegangi bagian perutnya yang kena tusuk.
Kabag Han menarik napas lega. Penyidik Go berkata sebenarnya ia merasa sangat ngantuk tapi suara tangis kabag Han membuatnya tidak bisa tidur.Tak lama detektif Park datang dengan suara heboh menanyakan keadaan penyidik Go.
Kabag Han mengatakan kalau penyidik Go baik-baik saja. Ia beralih memperhatikan keadaan Eun Bi. kabag Han sempat melihat Eun Bi yang berjalan dengan kaki pincang. Ia bertanya di mana yang sakit, lalu melihat lutut Eun Bi yang terluka. Pasti rasanya sakit sekali.
Kabag Han berkata seharusnya yang berbaring di ranjang itu Eun Bi bukannya penyidik Go. Haha.. LOL. Eun Bi menggeleng, luka di lututnya tidak seberapa jika di bangingkan dengan luka tusuk penyidik Go. Merasa di bela penyidik Go minta pada Eun Bi untuk mengatakan pada semua orang kalau dirinya hampir saja mati.
"Ya", jawab Eun Bi lalu menoleh pada semua orang, "Penyidik Go baik-baik saja", ujarnya mengundang gelak tawa semua orang kecuali penyidik Go tentunya.
Penyidik Go jadi kesal, tapi hanya sebentar. Penyidik Go meminta pada detektif Park untuk menggantikan tugasnya membantu Woo Jin selama ia beristirahat di rumah sakit. Detektif Park menyanggupi permintaan penyidik Go. Kemudian Woo Jin mengajak semuanya untuk pergi agar penyidik Go bisa beristirahat dengan tenang.
Woo Jin hendak pergi, tapi penyidik Go sempat menahannya sebentar. Penyidik Go berusaha untuk duduk meski harus menahan sakit. Penyidik Go berkata penjahat itu (Chang Seon) tidak benar-benar ingin menusuknya hingga mati. Tapi dia menggunakan teknik yang tidak bisa saat membunuh dokter. Dari pada menyakiti Woo Jin, penjahat itu lebih memilih bunuh diri.
Penyidik tak mengerti sebenarnya apa yang dilakukan mereka?. Woo Jin minta penyidik Go tak usah mengkhawatirkan masalah ini. Lebih baik penyidik Go fokus untuk memulihkan kondisinya.
Malamnya Woo Jin melihat Eun Bi di taman. Gadis itu asyik bermain ayunan sembari menikmati ice cream. Woo Jin menghampiri Eun Bi menyodorkan obat oles untuk luka di lutut Eun Bi. Ia menyuruh Eun Bi untuk mengoles obat itu dengan benar, akan menyusahkan kalau terinfeksi. Eun Bi tersenyum dan mengaku tersentuh akan perhatian Woo Jin. Sebagai balasannya, ia menawari Woo Jin ice cream, "Ahjushi mau?".
Woo Jin minta Eun Bi memberinya satu buah ice cream yang baru. Tapi Eun Bi malah memberi ice cream yang sudah ia gigit, "Ambillah". Woo Jin heran. Eun Bi minta Woo Jin jangan sungkan, "Kenapa?. Diantara kita saja". Woo Jin tanya hubungan seperti apa yang mereka miliki.
Eun Bi menjawab hubungan yang saling menguntungkan. Ia kembali mendesak Woo Jin untuk memakan ice cream miliknya, toh ia juga tidak penyakitan. Eun Bi cemberut dan berkata semua pria memang picik. Woo Jin yang tidak merasa sebagai pria yang picik langsung melahap ice cream milik Eun Bi.
Eun Bi tersenyum dan tanya bagaimana rasanya?. Enak kan?. Woo Jin mengiyakan. Eun Bi berkata menyukai rasa melon seperti ayahnya. Eun Bi cerita berpisah dengan ayahnya ketika memakan ice cream rasa melon. Woo Jin meminta maaf karena belum bisa membantu mencari keberadaan ayah Eun Bi.
Eun Bi bisa mengerti jaksa seperti Woo Jin tidak bisa melakukan pekerjaan itu sendirian. Hal seperti itu adalah pekerjaan penyidik Go. Tapi saat ini penyidik Go sedang sakit. Woo Jin sendiri mengakui tidak bisa melakukan apa-apa tanpa penyidik Go. Woo Jin tanya bagaimana Eun Bi bisa tahu.
Bagi Eun Bi itu adalah masalah kecil. Hanya dengan melihat wajah Woo Jin saat ia bisa mengerti. Woo Jin kaget saat Eun Bi berkata pernah tinggal beberapa tahun di panti asuhan. Eun Bi tanya kenapa Woo Jin selalu berbuat baik padanya. Membersihkan namanya dari tuduhan membunuh. Tidak membiarkan ia di bawa ke perlindungan saksi dan membuat Eun Bi tinggal dengan kabag Han.
"Ahjushi, kau menyukaiku?", tebak Eun Bi pede..hahaha
Woo Jin tentu saja mengelak. Dengan serius Eun Bi meminta agar Woo Jin menunggunya 3 tahun lagi. Sekarang ini terlalu dini. Woo Jin berdesis pelan, "Anak ini, dasar!". Eun Bi tersenyum sembari berayun-ayun.
Kemudian Woo JIn berdiri dan mengulurkan tangannya pada Eun Bi. Eun Bi mengira Woo Jin meminta ice cream yang ia pegang. Tapi bukan itu yang Woo Jin inginkan, ia minta agar Eun Bi menyerahkan pisau yang sering Eun Bi bawa kemana-mana.
Eun Bi tidak mau karena benda ia gunakan untuk melindungi dirinya. Woo Jin mengatai Eun Bi bodoh, "Kalau kau punya benda itu akan semakin berbahaya buatmu". Eun Bi tanya lalu siapa yang akan menjaganya. Apa Woo Jin akan selalu menjaganya?". Woo Jin tak langsung menjawab walau akhirnya ia berjanji akan melindungi Eun Bi.
Eun Bi kaget. Woo Jin mengangguk meyakinkan Eun Bi. Janji Woo Jin membuat Eun Bi luluh dan menyerahkan pisau lipat yang selalu ia bawa kemanapun. Setelah menerima pisau lipat Woo Jin kembali mengulurkan tangan. Eun Bi berkata hanya pisau lipat itu saja yang ia punya, tidak ada yang lain.
Kali ini Woo Jin minta Eun Bi mengembalikan benda yang dia ambil, buku rekening rahasia Taek bersaudara. Woo Jin ingin Eun Bi memberikan buku itu sekarang. Eun Bi tidak mau. Janji tetaplah janji. Ia akan tetap menahan buku itu sampai Woo Jin berhasil menemukan ayahnya. Woo Jin berkata akan menatapi janjinya. Hanya saja buku itu terlalu berbahaya jika Eun Bi terus menyimpannya.
Karena itu Eun Bi yakin buku itu tetap aman selama ia yang menyimpannya. Siapa yang mengira kalau buku sepenting itu ternyata di simpan oleh anak nakal seperti dirinya.
"Kau tidak takut akan bahayanya?", tanya Woo Jin
"Tapi...kau akan selamat, Yeonggam", jawab Eun Bi seakan tak peduli pada keselamatannya sendiri.
Woo Jin menatap Eun Bi lembut. Meskipun Woo Jin menatapnya seperti itu, Eun Bi berkata tidak mau memberikan bukunya lalu mengajak Woo Jin pulang. Saat berjalan Eun Bi memegangi lututnya yang terluka. Woo Jin tanya apa rasanya sakit sekali dan menyuruh Eun Bi untuk duduk.
Dengan telaten Woo Jin mengoleskan obat dan menempel plester di lutut Eun Bi yang terluka. Eun Bi senyum-senyum menerima perlakuan istimewa dari Woo Jin. Setelah selesai Woo Jin mengajak Eun Bi pulang. Eun Bi merentangkan kedua tangan minta Woo Jin mengendongnya.
Jadilah Woo Jin mengendong Eun Bi hingga pulang ke rumah. Eun Bi mengucapkan terima kasih dan memanggil Woo Jin "Yeonggam". Woo Jin tersenyum geli. Mereka terlihat bahagia malam itu.
Dong Soo menjelaskan siapa Chang Seon pada direktur Kim dan Asisten. Nama lengkapnya adalah Yoo Chang Seon berusia 33 tahun. Mendekam di penjara selama 7 tahun karena kasus pembunuhan. Dia bebas dari penjara beberapa hari yang lalu. Yang menarik adalah jaksa yang menangkap Chang Seon 7 tahun yang lalu adalah jaksa Cha Woo Jin.
Sementara itu Woo Jin juga menerima laporan dari detektif Park mengenai informasi Chang Seon. Pria yang nekat bunuh diri itu telah menyelesaikan masa tahanannya di Rutan Seobu. Kabag Han yang baru masuk keruangan Woo Jin kaget saat mendengar nama Yoo Chang Seon. Woo Jin tanya apa Kabag Han kenal dengan pria itu.
Kabag Han tentu saja kenal karena 7 tahun yang mereka yang menuntut Chang Soen. Detektif Park menarik kesimpulan kalau begitu Kabag Han yang bertanggung jawab dalam kasusnya. Woo Jin yang tidak bisa mengingat apa-apa tanya pada kabag Han apa benar begitu?. Kabag Han membenarkan. Wajahnya terlihat tegang dan juga heran karena Woo Jin tidak bisa mengingat kejadian itu.
Direktur Kim tidak langsung percaya begitu saja bahwa Woo Jin yang menjeboloskan Chang Seon ke penjara 7 tahun lalu. Ia mengenal Woo Jin dan minta Dong Soo jangan berlebihan. Asisten meyakinkan kalau memang seperti itulah kenyatannya. Direktur Kim minta penjelasan.
Asisten menjelaskan kasus Chang Seon 7 tahun yang lalu benar-benar memperngaruhi karir Woo Jin sebagai jaksa. Satu-satunya kasus yang di jatuhi hukuman teringan oleh kejaksaan. Direktur Kim menyahut mungkin ada alasan di balik keputusan itu. Bukankah begitu?.
Asisten bercerita sembari membayangkan kejadian 7 tahun lalu. Saat itu Woo Jin bertindak sebagai jaksa penuntut dan ia sendiri yang menjadi jaksa pembimbing Woo Jin saat itu. Kasus bermula dari saat Chang Seon menemukan pembunuh dan pemerkosa pacarnya. Lalu membunuh tersangka secara brutal.
Chang Seon sendiri bahkan telah mengakui perbuatannya. Selain itu Chang Seon juga sudah mempunyai catatan kriminal sebelumnya. Ini jelas-jelas pembunuhan berencana, Chang Seon mencari korban dengan membawa senjata. Pembunuhan berencana seharusnya di hukum penjara seumur hidup atau hukuman mati.
Pengacara telah menyatakan pembelaan terakhir mereka dan hakim memberi kesempatan pada jaksa penuntut untuk memberikan sanggahan. Woo Jin tidak langsung memberikan tuntutan lama ia terdiam sampai hakim menegurnya. Akhirnya Woo Jin berdiri dan dengan wajah sedih Woo Jin memberikan tuntutan hukuman penjara selam 7 tahun.
Chang Seon sendiri bahkan terkejut mendengar tuntutan yang terdengar ringan itu. Hakim menegur Woo Jin dan minta agar Woo Jin mengulangi perkatannya sekali lagi. Tapi perkataan Woo Jin tidak berubah. Asisten yang saat itu menjadi jaksa pembimbing melotot tanda tidak setuju, tapi ia bisa apa?.
Jaksa yang bertanggung jawab telah memberikan keputusan dan hakim juga punya penilaian yang buruk. Akhirnya berkat bantuan Woo Jin, Chang Seon hanya di jatuhi hukuman penjara selama 7 tahun. Dan juga karena kasus ini Woo Jin mendapat sangsi internal.
Direktur Kim tak berkomentar mendengar penjelasan asisten. Dong Soo menambahkan petugas polisi yang berada di TKP mengatakan sebelum Chang Seon melepaskan tangan Woo Jin, Chang Seon sempat mengatakan sesuatu. Direktur Kim tanya apa itu?.
"Seperti "Hyeongmin, aku mencintaimu", jawab Dong Soo.
"Benarkah?. Polisi melaporkan begitu. Kau benar-benar yakin?", tanya direktur Kim tidak yakin.
Dong Soo membenarkan bahkan ia merasa sangat yakin. Ia minta direktur Kim mempercayainya dan janji tidak akan mengecewakan direktur Kim. Percaya atau tidak bukanlah masalah yang penting. Direktur Kim hanya minta Dong Soo melakukannya dengan baik. Dong Soo menyanggupi dengan penuh keyakinan.
Direktur Kim tanya pasti Dong Soo tahu orang seperti apa Woo Jin itu?. Direktur Kim menyuruh Dong Soo untuk memberikan satu pukulan telak pada Woo Jin, agar dia mau memberikan buku rekening itu, "Kalau kau tidak bisa maka kau harus mati. Mengerti?", ancam direktur Kim menatap tajam.
Dong Soo yang merasa sangat yakin bisa mengalahkan Woo Jin bergegas pergi melaksanakan tugasnya.
Woo Jin minta kabag Han memberikan semua informasi mengenai Yoo Chang Seon. Woo Jin mengambil jas, kabag Han tanya, "Anda mau kemana?". Woo Jin hendak pergi ke Rutan Seobu untuk menemui teman satu sel Chang Seon selama di penjara.
Kabag Han keberatan, bagaimana seorang jaksa datang menyelidikinya sendiri. Suruh saja mereka datang kemari. Woo Jin ingin langsung pergi kesana supaya ia bisa langsung bertemu dengan orang itu. Kabag Han tetap saja khawatir. Untungnya detektif Park berinisiatif menemani Woo Jin.
Woo Jin yang hendak keluar melihat Dong Soo berjalan di depannya sembari bersiul pelan, langsung saja ia menepuk pelan pundak pria itu. Tapi sentuhan pelan itu malah membuat Dong Soo terkejut dan sedikit takut saat melihat Woo Jin. Woo Jin yang heran tanya, "Kenapa kau ketakutan seperti itu?".
Dong Soo mengelak kapan aku takut. Woo Jin lalu tanya apa yang membuat Dong Soo terlihat senang. Ditanya seperti itu Dong Soo justru tersenyum simpul, "Ada sesuatu", jawabnya lalu pergi.
Woo Jin yang heran dengan sikap Dong Soo mempercepat langkahnya menyusul pria itu dan kembali menepuk pundaknya, "Aku memang tidak tahu hal apa yang membuatmu senang, tapi ayo bergembira bersama-sama".
"Dasar. Kau akan segera tahu", jawabnya tersenyum penuh arti. Senyum yang berubah menjadi tatapan sinis saat Woo Jin berlalu dari hadapannya.
Pada detektif Park, Dong Soo bertanya kemana Woo Jin akan pergi. Detektif Park pun mengatakan kemana tujuan Woo Jin. Rumah tahanan Seobu.
Rutan Seobu. Polisi membawa pria yang menjadi teman satu sel Chang Seon ke hadapan Woo Jin. Sebelum di interogasi pria ini bertanya, "Bolehkan aku merokok dulu". Woo Jin bersikap biasa justru malah detektif Park yang marah atas sikap tidak sopan pria itu. Woo Jin memberikan rokok yang ia miliki tapi sebelum memberikan rokok itu. Woo Jin ingin agar pria itu menjawab terlebih dulu semua pertanyaanya mengenai Chang Seon.
Ternyata bukan satu orang saja yang Woo Jin interogasi hari itu. Ada sekitar 3-4 pria yang ia tanyai mengenai Chang Seon. Tapi tidak ada satupun yang memberikan jawaban yang memuaskan.
Sampai akhirnya polisi membawa pria dengan nomor tahanan "2811". Sebelum bertanya Woo Jin menawarkan rokok, tapi napi 2811 menolak karena ia tidak merokok. Narapidana 2811 menujukan sikap takut dengan terus menunduk dan tidak berani menatap wajah Woo Jin secara langsung. Apa lagi saat detektif Park mendelik padanya, napi 2811 semakin terlihat takut.
Woo Jin bertanya, "Kau tahu kalau Yoo Chang Seon meninggal dunia?. Kudengar kau berteman baik dengannya?".
"Lalu kenapa?", tanya napi 2811
"Siapa yang menyuruh Yoo Chang Seon untuk membunuh seseorang?"
Napi 2811 berkata tidak mengetahui apapun. Detektif Park kesal, "Kau masih tidak mau jujur?". Woo Jin minta detektif Park keluar sebentar dan meyakinkan kalau ia akan baik-baik saja sendirian.
Setelah detektif Park keluar Woo Jin berkata sewajarnya tidak ada yang bisa tahu tentang berita kematian Chang Seon, terlebih lagi bagi seseorang yang berada di dalam penjara. Napi 2811 terkejut. Woo Jin tanya apa napi 2811 sudah pernah bertemu dengan detektif Park sebelumnya?.
Napi 2811 menjawab dengan terbata-bata, "Aku....tidak tahu". Napi 2811 mulai cegukan saat Woo Jin mengeluarkan penannya. Tiba-tiba pria itu mengalami kejang-kejang dan busa keluar dari mulutnya seperti orang yang menderita penyakit epilepsi.
2 petugas polisi bergegas masuk. Sebelum napi 2811 dibawa keluar ruangan, secara diam-diam dia menyelipkan kertas yang sedari dipegangnya ke tangan Woo Jin. Woo Jin yang menerimanya langsung memasukan kertas itu ke dalam saku celananya.
Dong Soo juga pergi ke Rutan Seobu di waktu yang berbeda. Ia melihat rekaman CCTV saat Woo Jin menginterogasi para tahanan yang dekat dengan Chang Seon. Tidak ada yang mencurigakan. Dong Soo menemui salah satu napi berjanji akan memberikan pembebasan bersyarat asalakan napi itu mau mengikuti apa yang ia perintahkan. Napi tersebut langsung menyanggupi permintaan Dong Soo dengan suka cita.
Woo Jin kembali ke kantor dan melihat kertas yang diberi napi 2811. Di kertas itu tertulis kombinasi angka dan juga huruf. "EGAJ 405438-4". Woo Jin tentu saja tidak mengerti maksud dari pesan tersebut.
Kabag Han menemui psikolog yang sering yang sering menjadi tempat konsultasi Woo Jin. Kabag Han tertegun melihat wajah psikolog. Si psikolog bertanya ada sesuatu di wajahnya?. Dan dengan pede-nya ia berkata, "Aku memang tumbuh dengan wajah tampan".. hahaha narsis...
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?", tanya kabag Han merasa tidak asing dengan wajah psikolog.
Sedetik kemudian kabag Han ingat. Sembari menunjuk wajah psikolog, kabag Han berseru, "Benar. Kau si skandal itu!". Psikolog yang semula geer jadi melongo mendegar suara kabag Han yang nyaring..wkwkw..
Dong Soo dengan penuh keyakinan menunju ruangan Woo Jin. Semula ia ingin mengetuk pintu tapi niat itu ia urungkan. Dengan sikap arogan, Dong Soo menendang pintu hingga rusak. (jaksa satu ini emang gak punya etika ><).
"Ada apa ini?", tanya Woo Jin.
Dong Soo datang untuk menangkap Woo Jin dengan tuduhan bersengkongkol mengenai bunuh diri dan penyuapan. Woo Jin diam saja saat tangannya di borgol anak buah Dong Soo. Bahkan ia sama sekali tidak panik saat 2 anak buah Dong Soo mengiringnya pergi.
Woo Jin masih bisa bercanda dengan bilang biaya perbaikan pintu yang rusak ini di potong dari gaji Dong Soo. Tapi Dong Soo yang merasa di atas angin tidak peduli, ia tersenyum sinis penuh kemenangan.
Dong Soo masuk keruangan interogasi dimana ada Woo Jin yang sudah menunggu selama 2 jam. Woo Jin menyebut dirinya adalah korban, ia tahu Dong Soo menggunakan metode psikologi. Karena itu Dong Soo sengaja membuatnya menunggu selama 2 jam.
Dong Soo beralasan ada kasus lain yang harus ia urus. Dong Soo membanting berkas dan menuntut penjelasan kenapa Woo Jin membuat Yoo Chang Seon. Woo Jin mengorek kupingnya yang gatal, "Sudah aku bilang kau tidak akan bisa. Kau pikir dengan membentak semuanya akan selesai?".
Direktur Kim dan asisten melihat proses interogasi ini di ruangan sebelah. Direktur Kim kesal apa yang dilakukan si bodoh Dong Soo itu.
Dong Soo memutar laptopnya ke hadapan Woo Jin dan menunjukan rekaman salah satu anak buah Park Gi Taek. Pria itu memberikan kesaksian kalau ia melihat Woo Jin mengancam Chang Seon dan melihat Woo Jin mengambil buku rekening rahasia milik Park bersaudara.
Ada juga pernyataan polisi yang berada di TKP tempat Chang Seon bunuh diri. Polisi ini menduga pasti Woo Jin dan Chang Seon saling kenal. Sebelum terju, ia sempat mendengar Chang Seon memanggil Woo Jin dengan panggilan, "Hyeongmin (kakak)".
Bukan hanya 2 orang itu saja yang memberikan pernyataan yang memberatkan Woo Jin. Ada saksi wanita yang bilang kalau Woo Jin telah membakar buku rekening itu agar orang lain tidak bisa melihatnya. Tak ketinggalan napi yang telah di suap oleh Dong Soo yang turut memberikan kesaksian.
Tapi kesaksian orang-orang itu sama sekali tidak membuat Woo Jin terpengaruh. Direktur Kim saja ampai heran melihat ekspresi Woo Jin tetap sama tidak berubah sedikit pun.
Dong Soo memberikan kesempatan pada Woo Jin untuk mengatakan sesuatu. Woo Jin tak mengerti maksud Woo Jin. Sebelum menunjukan kesaksian itu, bukankah seharusnya Dong Soo mengatakan alasan kenapa dirinya di tetapkan menjadi tersangka?.
"Kenapa?. Kau membutuhkan waktu untuk menggunakan otakmu?", tanya Dong Soo meremehkan, "Oke. Sesuai keinginanmu aku akan memberitahu".
Dong Soo menyebutkan tuduhan yang terdengar tidak masuk akal. Pertama Dong Soo menuduh Woo Jin telah menyalahgunakan kekuasaan dan bekerja sama dengan presdir Kim dari Gk. Demi menemukan pembunuh anak Presdir Kim, Woo Jin telah mengoperasikan investasi ilegal.
Kedua, Dong Soo menunduh Woo Jin memberikan pematik pada Kim Man Cheol dan memprovokasi pria itu untuk bunuh diri. Ketiga setelah Park Seong Taek terbunuh, Dong Soo menunduh Woo Jin mengancam kakak Seong Taek, yakni Park Gi Taek dan memaksa Gi Tak menuliskan kode rahasia untuk mendapatkan buku rekening itu. Takut rahasia terbongkar, Dong Soo berspekulasi kalau Woo Jin lah yang mendorong Han Mi Seon dari atap.
Keempat, Dong Soo menuduh Woo Jin menyuruh Yoo Chang Seon yang baru keluar dari penjara untuk membunuh Han Mi Seon yang saat itu terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Lebih tidak masuk akal lagi ketika Dong Soo menunduh Woo Jin mencari dan membunuh dokter yang dibenci oleh Han Mi Seon.
Dan yang kelima, Dong Soo berkata untuk menghilangkan semua bukti dan membingungkan penyelidikan, ia menuduh Woo Jin melacak keberadaan Chang Seon dan membunuh pria itu dengan cara kejam.
Saat Dong Soo membacakan semua tuduhan itu, Woo Jin mengingat kembali semua yang telah terjadi. Setelah berbicara panjang lebar. Dong Soo kembali ke tempat duduknya. Woo Jin tersenyum datar mendengar semua tuduhan itu. Ia malah memuji Dong Soo benar-benar jaksa teratas di Korea Selatan.
Belum selesai sampai disitu, Dong Soo mengungkit kejadian 7 tahun lalu saat Woo Jin memberikan hukuman ringan pada Chang Seon. Tapi kenapa saat berpapasan dengan Chang Seon di lorong rumah sakit, Woo Jin bersikap seolah tidak mengenal Chang Seon, "Setelah kau keluar, Chang Seon bergegas masuk ke ruangan Han Mi Seon".
Sesaat Woo Jin menampakan ekspresi terkejut. Direktur Kim dan asisten berseru senang, kali ini Dong Soo benar-benar melakukanya dengan baik.
Woo Jin menuntut hak miranda yang tidak Dong Soo ucapkan saat memborgol tangannya. Dong Soo mengalah, baiklah. Ia mencondongkan badannya ke arah Woo Jin dan mengucapkan hak miranda yang diminta Woo Jin.
"Kau berhak diam. Kau berhak untuk mendapatkan pengacara. Jika kau tidak menggunakan hak mu untuk diam setiap pernyataanmu akan menjadi bukti di pengadilan. Puas?". Woo Jin berkat kalau begitu ia akan menggunakan jasa pengacara untuk membelanya.
Direktur Kim dan asisten terkejut. Lebih terkejut lagi saat pengacara Kim Myung Seok datang ke kantor mereka. Sedikit berbasas-basi, direktur Kim tanya apa yang di lakukan pengacara Kim disini. Pengacara Kim menyahut memangnya apa lagi yang ia lakukan di sini selain membela kliennya yang dirugikan, "Jaksa Cha Woo Jin".
Direktur Kim tak mengerti apa maksudnya ini?. Pengacara Kim berkata seorang jaksa bisa juga menjadi tersangka dan juga harus menerima bantuan dari pengacara, "Aku pengacara Cha Woo Jin".
Direktur Kim tertawa penuh kekesalan, "Anak itu...Sekarang dia menunjukan siapa dia sebenarnya. Dia bahkan tidak punya rasa bersalah sedikitpun. Oke, Seonbaenim bela saja dia sesukamu".
Pengacara Kim tanya apa pihak kejaksaaan tidak akan mengeluarkan surat penangkapan. Ia juga berkata akan menggunakan hak untuk tetap diam, "Jangan buang-buang waktu. Cepat keluarkan surat penangkapan. Agar aku bisa meminta surat pemeriksaan subtantif". Direktur Kim yang makin kesal menilai pengacara Kim terlalu percaya diri. Kasus kali ini tidak akan mudah.
Hari itu juga pengacara Kim berhasil membawa Woo Jin keluar. Para reporter langsung mengerubungi mereka. Mereka tanya pendapat pengacara Kim tentang kasus yang menimpa Woo Jin. Pengacara Kim memberikan pernytaan sementara Woo Jin menggunakan haknya untuk diam.
Pengacara Kim menilai kantor kejaksaan melakukan penangkapan yang tidak masuk akal dan memaksa untuk investigasi. Terkait dengan ini akan di lakukan pemeriksaan secara subtantif dan akan membuktikan kliennya tidak bersalah.
Setelah masuk mobil, pengacara Kim ingin tahu kenapa hal ini bisa sampai menimpa Woo Jin. Woo Jin diam. Pengacara Kim tertawa, "Dasar. Kau juga memakai hakmu untuk diam padaku?".
Woo Jin mengucapkan terima kasih atas bantuan pengacara Kim. Dan peran pengacara Kim sebagai pengacaranya berakhir sampai di sini. Selanjutnya ia yang akan mencari tahu sendiri.
Pengacara Kim menyampaikan pesan presdir Kim yang ingin bertemu dengan Woo Jin. Tapi Woo Jin tidak mau dan tidak mempercayai presdir Kim sebagai pembelanya. Karena presdir Kim hanya mengirimkan pengacara terhebatnya saja. Woo Jin minta di turunkan di depan jalan dimana banyak taksi lewat. Pengacara Kim menuruti kemauan Woo Jin dan mobil beranjak pergi meninggalkan kantor kejaksaan.
Direkut Kim yang melihatnya jadi kesal. Lebih kesal lagi dengan kinerja Dong Soo yang bahkan tidak bisa memenjarakan Woo Jin. Asisten berkata Woo Jin bukanlah tandingan Dong Soo. Lagipula kini direktur Kim tidak perlu khawatir karena buku rekening itu sudah habis di bakar. Direktur Kim tersenyum, benar juga. Tidak perlu mengkhawatirkan Dong Soo. Biar mereka berdua, Woo Jin dan Dong Soo bertarung di kandang mereka sendiri.
Lanjut ke Sinopsis Reset Episode 4 Part 2
Kabag Han dan Eun Bi menangisi penyidik Go yang belum sadarkan diri akibat di tusuk Chang Seon. Sampai Woo Jin datang, Kabag Han terus menangis. Kabag Han berkata dokter yang mengoperasi penyidik Go bilang kalau penyidik Go kehilangan banyak darah. Woo Jin ikut sedih. Kabag Han terus menangis sembari merintih, "Jangan mati, penyidik Go".
Rintihan dan tangisan kabag Han itu di dengar penyidik Go, "Aku sudah mendapat transfusi darah. Jadi sekarang aku akan baik-baik saja. Aku tidak akan mati", jawabnya menenangkan sembari meringis kesakitan memegangi bagian perutnya yang kena tusuk.
Kabag Han menarik napas lega. Penyidik Go berkata sebenarnya ia merasa sangat ngantuk tapi suara tangis kabag Han membuatnya tidak bisa tidur.Tak lama detektif Park datang dengan suara heboh menanyakan keadaan penyidik Go.
Kabag Han mengatakan kalau penyidik Go baik-baik saja. Ia beralih memperhatikan keadaan Eun Bi. kabag Han sempat melihat Eun Bi yang berjalan dengan kaki pincang. Ia bertanya di mana yang sakit, lalu melihat lutut Eun Bi yang terluka. Pasti rasanya sakit sekali.
Kabag Han berkata seharusnya yang berbaring di ranjang itu Eun Bi bukannya penyidik Go. Haha.. LOL. Eun Bi menggeleng, luka di lututnya tidak seberapa jika di bangingkan dengan luka tusuk penyidik Go. Merasa di bela penyidik Go minta pada Eun Bi untuk mengatakan pada semua orang kalau dirinya hampir saja mati.
"Ya", jawab Eun Bi lalu menoleh pada semua orang, "Penyidik Go baik-baik saja", ujarnya mengundang gelak tawa semua orang kecuali penyidik Go tentunya.
Penyidik Go jadi kesal, tapi hanya sebentar. Penyidik Go meminta pada detektif Park untuk menggantikan tugasnya membantu Woo Jin selama ia beristirahat di rumah sakit. Detektif Park menyanggupi permintaan penyidik Go. Kemudian Woo Jin mengajak semuanya untuk pergi agar penyidik Go bisa beristirahat dengan tenang.
Woo Jin hendak pergi, tapi penyidik Go sempat menahannya sebentar. Penyidik Go berusaha untuk duduk meski harus menahan sakit. Penyidik Go berkata penjahat itu (Chang Seon) tidak benar-benar ingin menusuknya hingga mati. Tapi dia menggunakan teknik yang tidak bisa saat membunuh dokter. Dari pada menyakiti Woo Jin, penjahat itu lebih memilih bunuh diri.
Penyidik tak mengerti sebenarnya apa yang dilakukan mereka?. Woo Jin minta penyidik Go tak usah mengkhawatirkan masalah ini. Lebih baik penyidik Go fokus untuk memulihkan kondisinya.
Malamnya Woo Jin melihat Eun Bi di taman. Gadis itu asyik bermain ayunan sembari menikmati ice cream. Woo Jin menghampiri Eun Bi menyodorkan obat oles untuk luka di lutut Eun Bi. Ia menyuruh Eun Bi untuk mengoles obat itu dengan benar, akan menyusahkan kalau terinfeksi. Eun Bi tersenyum dan mengaku tersentuh akan perhatian Woo Jin. Sebagai balasannya, ia menawari Woo Jin ice cream, "Ahjushi mau?".
Woo Jin minta Eun Bi memberinya satu buah ice cream yang baru. Tapi Eun Bi malah memberi ice cream yang sudah ia gigit, "Ambillah". Woo Jin heran. Eun Bi minta Woo Jin jangan sungkan, "Kenapa?. Diantara kita saja". Woo Jin tanya hubungan seperti apa yang mereka miliki.
Eun Bi menjawab hubungan yang saling menguntungkan. Ia kembali mendesak Woo Jin untuk memakan ice cream miliknya, toh ia juga tidak penyakitan. Eun Bi cemberut dan berkata semua pria memang picik. Woo Jin yang tidak merasa sebagai pria yang picik langsung melahap ice cream milik Eun Bi.
Eun Bi tersenyum dan tanya bagaimana rasanya?. Enak kan?. Woo Jin mengiyakan. Eun Bi berkata menyukai rasa melon seperti ayahnya. Eun Bi cerita berpisah dengan ayahnya ketika memakan ice cream rasa melon. Woo Jin meminta maaf karena belum bisa membantu mencari keberadaan ayah Eun Bi.
Eun Bi bisa mengerti jaksa seperti Woo Jin tidak bisa melakukan pekerjaan itu sendirian. Hal seperti itu adalah pekerjaan penyidik Go. Tapi saat ini penyidik Go sedang sakit. Woo Jin sendiri mengakui tidak bisa melakukan apa-apa tanpa penyidik Go. Woo Jin tanya bagaimana Eun Bi bisa tahu.
Bagi Eun Bi itu adalah masalah kecil. Hanya dengan melihat wajah Woo Jin saat ia bisa mengerti. Woo Jin kaget saat Eun Bi berkata pernah tinggal beberapa tahun di panti asuhan. Eun Bi tanya kenapa Woo Jin selalu berbuat baik padanya. Membersihkan namanya dari tuduhan membunuh. Tidak membiarkan ia di bawa ke perlindungan saksi dan membuat Eun Bi tinggal dengan kabag Han.
"Ahjushi, kau menyukaiku?", tebak Eun Bi pede..hahaha
Woo Jin tentu saja mengelak. Dengan serius Eun Bi meminta agar Woo Jin menunggunya 3 tahun lagi. Sekarang ini terlalu dini. Woo Jin berdesis pelan, "Anak ini, dasar!". Eun Bi tersenyum sembari berayun-ayun.
Kemudian Woo JIn berdiri dan mengulurkan tangannya pada Eun Bi. Eun Bi mengira Woo Jin meminta ice cream yang ia pegang. Tapi bukan itu yang Woo Jin inginkan, ia minta agar Eun Bi menyerahkan pisau yang sering Eun Bi bawa kemana-mana.
Eun Bi tidak mau karena benda ia gunakan untuk melindungi dirinya. Woo Jin mengatai Eun Bi bodoh, "Kalau kau punya benda itu akan semakin berbahaya buatmu". Eun Bi tanya lalu siapa yang akan menjaganya. Apa Woo Jin akan selalu menjaganya?". Woo Jin tak langsung menjawab walau akhirnya ia berjanji akan melindungi Eun Bi.
Eun Bi kaget. Woo Jin mengangguk meyakinkan Eun Bi. Janji Woo Jin membuat Eun Bi luluh dan menyerahkan pisau lipat yang selalu ia bawa kemanapun. Setelah menerima pisau lipat Woo Jin kembali mengulurkan tangan. Eun Bi berkata hanya pisau lipat itu saja yang ia punya, tidak ada yang lain.
Kali ini Woo Jin minta Eun Bi mengembalikan benda yang dia ambil, buku rekening rahasia Taek bersaudara. Woo Jin ingin Eun Bi memberikan buku itu sekarang. Eun Bi tidak mau. Janji tetaplah janji. Ia akan tetap menahan buku itu sampai Woo Jin berhasil menemukan ayahnya. Woo Jin berkata akan menatapi janjinya. Hanya saja buku itu terlalu berbahaya jika Eun Bi terus menyimpannya.
Karena itu Eun Bi yakin buku itu tetap aman selama ia yang menyimpannya. Siapa yang mengira kalau buku sepenting itu ternyata di simpan oleh anak nakal seperti dirinya.
"Kau tidak takut akan bahayanya?", tanya Woo Jin
"Tapi...kau akan selamat, Yeonggam", jawab Eun Bi seakan tak peduli pada keselamatannya sendiri.
Woo Jin menatap Eun Bi lembut. Meskipun Woo Jin menatapnya seperti itu, Eun Bi berkata tidak mau memberikan bukunya lalu mengajak Woo Jin pulang. Saat berjalan Eun Bi memegangi lututnya yang terluka. Woo Jin tanya apa rasanya sakit sekali dan menyuruh Eun Bi untuk duduk.
Dengan telaten Woo Jin mengoleskan obat dan menempel plester di lutut Eun Bi yang terluka. Eun Bi senyum-senyum menerima perlakuan istimewa dari Woo Jin. Setelah selesai Woo Jin mengajak Eun Bi pulang. Eun Bi merentangkan kedua tangan minta Woo Jin mengendongnya.
Jadilah Woo Jin mengendong Eun Bi hingga pulang ke rumah. Eun Bi mengucapkan terima kasih dan memanggil Woo Jin "Yeonggam". Woo Jin tersenyum geli. Mereka terlihat bahagia malam itu.
Sementara itu Woo Jin juga menerima laporan dari detektif Park mengenai informasi Chang Seon. Pria yang nekat bunuh diri itu telah menyelesaikan masa tahanannya di Rutan Seobu. Kabag Han yang baru masuk keruangan Woo Jin kaget saat mendengar nama Yoo Chang Seon. Woo Jin tanya apa Kabag Han kenal dengan pria itu.
Kabag Han tentu saja kenal karena 7 tahun yang mereka yang menuntut Chang Soen. Detektif Park menarik kesimpulan kalau begitu Kabag Han yang bertanggung jawab dalam kasusnya. Woo Jin yang tidak bisa mengingat apa-apa tanya pada kabag Han apa benar begitu?. Kabag Han membenarkan. Wajahnya terlihat tegang dan juga heran karena Woo Jin tidak bisa mengingat kejadian itu.
Direktur Kim tidak langsung percaya begitu saja bahwa Woo Jin yang menjeboloskan Chang Seon ke penjara 7 tahun lalu. Ia mengenal Woo Jin dan minta Dong Soo jangan berlebihan. Asisten meyakinkan kalau memang seperti itulah kenyatannya. Direktur Kim minta penjelasan.
Asisten menjelaskan kasus Chang Seon 7 tahun yang lalu benar-benar memperngaruhi karir Woo Jin sebagai jaksa. Satu-satunya kasus yang di jatuhi hukuman teringan oleh kejaksaan. Direktur Kim menyahut mungkin ada alasan di balik keputusan itu. Bukankah begitu?.
Asisten bercerita sembari membayangkan kejadian 7 tahun lalu. Saat itu Woo Jin bertindak sebagai jaksa penuntut dan ia sendiri yang menjadi jaksa pembimbing Woo Jin saat itu. Kasus bermula dari saat Chang Seon menemukan pembunuh dan pemerkosa pacarnya. Lalu membunuh tersangka secara brutal.
Chang Seon sendiri bahkan telah mengakui perbuatannya. Selain itu Chang Seon juga sudah mempunyai catatan kriminal sebelumnya. Ini jelas-jelas pembunuhan berencana, Chang Seon mencari korban dengan membawa senjata. Pembunuhan berencana seharusnya di hukum penjara seumur hidup atau hukuman mati.
Pengacara telah menyatakan pembelaan terakhir mereka dan hakim memberi kesempatan pada jaksa penuntut untuk memberikan sanggahan. Woo Jin tidak langsung memberikan tuntutan lama ia terdiam sampai hakim menegurnya. Akhirnya Woo Jin berdiri dan dengan wajah sedih Woo Jin memberikan tuntutan hukuman penjara selam 7 tahun.
Chang Seon sendiri bahkan terkejut mendengar tuntutan yang terdengar ringan itu. Hakim menegur Woo Jin dan minta agar Woo Jin mengulangi perkatannya sekali lagi. Tapi perkataan Woo Jin tidak berubah. Asisten yang saat itu menjadi jaksa pembimbing melotot tanda tidak setuju, tapi ia bisa apa?.
Jaksa yang bertanggung jawab telah memberikan keputusan dan hakim juga punya penilaian yang buruk. Akhirnya berkat bantuan Woo Jin, Chang Seon hanya di jatuhi hukuman penjara selama 7 tahun. Dan juga karena kasus ini Woo Jin mendapat sangsi internal.
Direktur Kim tak berkomentar mendengar penjelasan asisten. Dong Soo menambahkan petugas polisi yang berada di TKP mengatakan sebelum Chang Seon melepaskan tangan Woo Jin, Chang Seon sempat mengatakan sesuatu. Direktur Kim tanya apa itu?.
"Seperti "Hyeongmin, aku mencintaimu", jawab Dong Soo.
"Benarkah?. Polisi melaporkan begitu. Kau benar-benar yakin?", tanya direktur Kim tidak yakin.
Dong Soo membenarkan bahkan ia merasa sangat yakin. Ia minta direktur Kim mempercayainya dan janji tidak akan mengecewakan direktur Kim. Percaya atau tidak bukanlah masalah yang penting. Direktur Kim hanya minta Dong Soo melakukannya dengan baik. Dong Soo menyanggupi dengan penuh keyakinan.
Direktur Kim tanya pasti Dong Soo tahu orang seperti apa Woo Jin itu?. Direktur Kim menyuruh Dong Soo untuk memberikan satu pukulan telak pada Woo Jin, agar dia mau memberikan buku rekening itu, "Kalau kau tidak bisa maka kau harus mati. Mengerti?", ancam direktur Kim menatap tajam.
Dong Soo yang merasa sangat yakin bisa mengalahkan Woo Jin bergegas pergi melaksanakan tugasnya.
Woo Jin minta kabag Han memberikan semua informasi mengenai Yoo Chang Seon. Woo Jin mengambil jas, kabag Han tanya, "Anda mau kemana?". Woo Jin hendak pergi ke Rutan Seobu untuk menemui teman satu sel Chang Seon selama di penjara.
Kabag Han keberatan, bagaimana seorang jaksa datang menyelidikinya sendiri. Suruh saja mereka datang kemari. Woo Jin ingin langsung pergi kesana supaya ia bisa langsung bertemu dengan orang itu. Kabag Han tetap saja khawatir. Untungnya detektif Park berinisiatif menemani Woo Jin.
Woo Jin yang hendak keluar melihat Dong Soo berjalan di depannya sembari bersiul pelan, langsung saja ia menepuk pelan pundak pria itu. Tapi sentuhan pelan itu malah membuat Dong Soo terkejut dan sedikit takut saat melihat Woo Jin. Woo Jin yang heran tanya, "Kenapa kau ketakutan seperti itu?".
Dong Soo mengelak kapan aku takut. Woo Jin lalu tanya apa yang membuat Dong Soo terlihat senang. Ditanya seperti itu Dong Soo justru tersenyum simpul, "Ada sesuatu", jawabnya lalu pergi.
Woo Jin yang heran dengan sikap Dong Soo mempercepat langkahnya menyusul pria itu dan kembali menepuk pundaknya, "Aku memang tidak tahu hal apa yang membuatmu senang, tapi ayo bergembira bersama-sama".
"Dasar. Kau akan segera tahu", jawabnya tersenyum penuh arti. Senyum yang berubah menjadi tatapan sinis saat Woo Jin berlalu dari hadapannya.
Pada detektif Park, Dong Soo bertanya kemana Woo Jin akan pergi. Detektif Park pun mengatakan kemana tujuan Woo Jin. Rumah tahanan Seobu.
Rutan Seobu. Polisi membawa pria yang menjadi teman satu sel Chang Seon ke hadapan Woo Jin. Sebelum di interogasi pria ini bertanya, "Bolehkan aku merokok dulu". Woo Jin bersikap biasa justru malah detektif Park yang marah atas sikap tidak sopan pria itu. Woo Jin memberikan rokok yang ia miliki tapi sebelum memberikan rokok itu. Woo Jin ingin agar pria itu menjawab terlebih dulu semua pertanyaanya mengenai Chang Seon.
Ternyata bukan satu orang saja yang Woo Jin interogasi hari itu. Ada sekitar 3-4 pria yang ia tanyai mengenai Chang Seon. Tapi tidak ada satupun yang memberikan jawaban yang memuaskan.
Sampai akhirnya polisi membawa pria dengan nomor tahanan "2811". Sebelum bertanya Woo Jin menawarkan rokok, tapi napi 2811 menolak karena ia tidak merokok. Narapidana 2811 menujukan sikap takut dengan terus menunduk dan tidak berani menatap wajah Woo Jin secara langsung. Apa lagi saat detektif Park mendelik padanya, napi 2811 semakin terlihat takut.
Woo Jin bertanya, "Kau tahu kalau Yoo Chang Seon meninggal dunia?. Kudengar kau berteman baik dengannya?".
"Lalu kenapa?", tanya napi 2811
"Siapa yang menyuruh Yoo Chang Seon untuk membunuh seseorang?"
Napi 2811 berkata tidak mengetahui apapun. Detektif Park kesal, "Kau masih tidak mau jujur?". Woo Jin minta detektif Park keluar sebentar dan meyakinkan kalau ia akan baik-baik saja sendirian.
Setelah detektif Park keluar Woo Jin berkata sewajarnya tidak ada yang bisa tahu tentang berita kematian Chang Seon, terlebih lagi bagi seseorang yang berada di dalam penjara. Napi 2811 terkejut. Woo Jin tanya apa napi 2811 sudah pernah bertemu dengan detektif Park sebelumnya?.
Napi 2811 menjawab dengan terbata-bata, "Aku....tidak tahu". Napi 2811 mulai cegukan saat Woo Jin mengeluarkan penannya. Tiba-tiba pria itu mengalami kejang-kejang dan busa keluar dari mulutnya seperti orang yang menderita penyakit epilepsi.
2 petugas polisi bergegas masuk. Sebelum napi 2811 dibawa keluar ruangan, secara diam-diam dia menyelipkan kertas yang sedari dipegangnya ke tangan Woo Jin. Woo Jin yang menerimanya langsung memasukan kertas itu ke dalam saku celananya.
Dong Soo juga pergi ke Rutan Seobu di waktu yang berbeda. Ia melihat rekaman CCTV saat Woo Jin menginterogasi para tahanan yang dekat dengan Chang Seon. Tidak ada yang mencurigakan. Dong Soo menemui salah satu napi berjanji akan memberikan pembebasan bersyarat asalakan napi itu mau mengikuti apa yang ia perintahkan. Napi tersebut langsung menyanggupi permintaan Dong Soo dengan suka cita.
Woo Jin kembali ke kantor dan melihat kertas yang diberi napi 2811. Di kertas itu tertulis kombinasi angka dan juga huruf. "EGAJ 405438-4". Woo Jin tentu saja tidak mengerti maksud dari pesan tersebut.
Kabag Han menemui psikolog yang sering yang sering menjadi tempat konsultasi Woo Jin. Kabag Han tertegun melihat wajah psikolog. Si psikolog bertanya ada sesuatu di wajahnya?. Dan dengan pede-nya ia berkata, "Aku memang tumbuh dengan wajah tampan".. hahaha narsis...
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?", tanya kabag Han merasa tidak asing dengan wajah psikolog.
Sedetik kemudian kabag Han ingat. Sembari menunjuk wajah psikolog, kabag Han berseru, "Benar. Kau si skandal itu!". Psikolog yang semula geer jadi melongo mendegar suara kabag Han yang nyaring..wkwkw..
Dong Soo dengan penuh keyakinan menunju ruangan Woo Jin. Semula ia ingin mengetuk pintu tapi niat itu ia urungkan. Dengan sikap arogan, Dong Soo menendang pintu hingga rusak. (jaksa satu ini emang gak punya etika ><).
"Ada apa ini?", tanya Woo Jin.
Dong Soo datang untuk menangkap Woo Jin dengan tuduhan bersengkongkol mengenai bunuh diri dan penyuapan. Woo Jin diam saja saat tangannya di borgol anak buah Dong Soo. Bahkan ia sama sekali tidak panik saat 2 anak buah Dong Soo mengiringnya pergi.
Woo Jin masih bisa bercanda dengan bilang biaya perbaikan pintu yang rusak ini di potong dari gaji Dong Soo. Tapi Dong Soo yang merasa di atas angin tidak peduli, ia tersenyum sinis penuh kemenangan.
Dong Soo masuk keruangan interogasi dimana ada Woo Jin yang sudah menunggu selama 2 jam. Woo Jin menyebut dirinya adalah korban, ia tahu Dong Soo menggunakan metode psikologi. Karena itu Dong Soo sengaja membuatnya menunggu selama 2 jam.
Dong Soo beralasan ada kasus lain yang harus ia urus. Dong Soo membanting berkas dan menuntut penjelasan kenapa Woo Jin membuat Yoo Chang Seon. Woo Jin mengorek kupingnya yang gatal, "Sudah aku bilang kau tidak akan bisa. Kau pikir dengan membentak semuanya akan selesai?".
Direktur Kim dan asisten melihat proses interogasi ini di ruangan sebelah. Direktur Kim kesal apa yang dilakukan si bodoh Dong Soo itu.
Dong Soo memutar laptopnya ke hadapan Woo Jin dan menunjukan rekaman salah satu anak buah Park Gi Taek. Pria itu memberikan kesaksian kalau ia melihat Woo Jin mengancam Chang Seon dan melihat Woo Jin mengambil buku rekening rahasia milik Park bersaudara.
Ada juga pernyataan polisi yang berada di TKP tempat Chang Seon bunuh diri. Polisi ini menduga pasti Woo Jin dan Chang Seon saling kenal. Sebelum terju, ia sempat mendengar Chang Seon memanggil Woo Jin dengan panggilan, "Hyeongmin (kakak)".
Bukan hanya 2 orang itu saja yang memberikan pernyataan yang memberatkan Woo Jin. Ada saksi wanita yang bilang kalau Woo Jin telah membakar buku rekening itu agar orang lain tidak bisa melihatnya. Tak ketinggalan napi yang telah di suap oleh Dong Soo yang turut memberikan kesaksian.
Tapi kesaksian orang-orang itu sama sekali tidak membuat Woo Jin terpengaruh. Direktur Kim saja ampai heran melihat ekspresi Woo Jin tetap sama tidak berubah sedikit pun.
Dong Soo memberikan kesempatan pada Woo Jin untuk mengatakan sesuatu. Woo Jin tak mengerti maksud Woo Jin. Sebelum menunjukan kesaksian itu, bukankah seharusnya Dong Soo mengatakan alasan kenapa dirinya di tetapkan menjadi tersangka?.
"Kenapa?. Kau membutuhkan waktu untuk menggunakan otakmu?", tanya Dong Soo meremehkan, "Oke. Sesuai keinginanmu aku akan memberitahu".
Dong Soo menyebutkan tuduhan yang terdengar tidak masuk akal. Pertama Dong Soo menuduh Woo Jin telah menyalahgunakan kekuasaan dan bekerja sama dengan presdir Kim dari Gk. Demi menemukan pembunuh anak Presdir Kim, Woo Jin telah mengoperasikan investasi ilegal.
Kedua, Dong Soo menunduh Woo Jin memberikan pematik pada Kim Man Cheol dan memprovokasi pria itu untuk bunuh diri. Ketiga setelah Park Seong Taek terbunuh, Dong Soo menunduh Woo Jin mengancam kakak Seong Taek, yakni Park Gi Taek dan memaksa Gi Tak menuliskan kode rahasia untuk mendapatkan buku rekening itu. Takut rahasia terbongkar, Dong Soo berspekulasi kalau Woo Jin lah yang mendorong Han Mi Seon dari atap.
Keempat, Dong Soo menuduh Woo Jin menyuruh Yoo Chang Seon yang baru keluar dari penjara untuk membunuh Han Mi Seon yang saat itu terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Lebih tidak masuk akal lagi ketika Dong Soo menunduh Woo Jin mencari dan membunuh dokter yang dibenci oleh Han Mi Seon.
Dan yang kelima, Dong Soo berkata untuk menghilangkan semua bukti dan membingungkan penyelidikan, ia menuduh Woo Jin melacak keberadaan Chang Seon dan membunuh pria itu dengan cara kejam.
Saat Dong Soo membacakan semua tuduhan itu, Woo Jin mengingat kembali semua yang telah terjadi. Setelah berbicara panjang lebar. Dong Soo kembali ke tempat duduknya. Woo Jin tersenyum datar mendengar semua tuduhan itu. Ia malah memuji Dong Soo benar-benar jaksa teratas di Korea Selatan.
Belum selesai sampai disitu, Dong Soo mengungkit kejadian 7 tahun lalu saat Woo Jin memberikan hukuman ringan pada Chang Seon. Tapi kenapa saat berpapasan dengan Chang Seon di lorong rumah sakit, Woo Jin bersikap seolah tidak mengenal Chang Seon, "Setelah kau keluar, Chang Seon bergegas masuk ke ruangan Han Mi Seon".
Sesaat Woo Jin menampakan ekspresi terkejut. Direktur Kim dan asisten berseru senang, kali ini Dong Soo benar-benar melakukanya dengan baik.
Woo Jin menuntut hak miranda yang tidak Dong Soo ucapkan saat memborgol tangannya. Dong Soo mengalah, baiklah. Ia mencondongkan badannya ke arah Woo Jin dan mengucapkan hak miranda yang diminta Woo Jin.
"Kau berhak diam. Kau berhak untuk mendapatkan pengacara. Jika kau tidak menggunakan hak mu untuk diam setiap pernyataanmu akan menjadi bukti di pengadilan. Puas?". Woo Jin berkat kalau begitu ia akan menggunakan jasa pengacara untuk membelanya.
Direktur Kim dan asisten terkejut. Lebih terkejut lagi saat pengacara Kim Myung Seok datang ke kantor mereka. Sedikit berbasas-basi, direktur Kim tanya apa yang di lakukan pengacara Kim disini. Pengacara Kim menyahut memangnya apa lagi yang ia lakukan di sini selain membela kliennya yang dirugikan, "Jaksa Cha Woo Jin".
Direktur Kim tak mengerti apa maksudnya ini?. Pengacara Kim berkata seorang jaksa bisa juga menjadi tersangka dan juga harus menerima bantuan dari pengacara, "Aku pengacara Cha Woo Jin".
Direktur Kim tertawa penuh kekesalan, "Anak itu...Sekarang dia menunjukan siapa dia sebenarnya. Dia bahkan tidak punya rasa bersalah sedikitpun. Oke, Seonbaenim bela saja dia sesukamu".
Pengacara Kim tanya apa pihak kejaksaaan tidak akan mengeluarkan surat penangkapan. Ia juga berkata akan menggunakan hak untuk tetap diam, "Jangan buang-buang waktu. Cepat keluarkan surat penangkapan. Agar aku bisa meminta surat pemeriksaan subtantif". Direktur Kim yang makin kesal menilai pengacara Kim terlalu percaya diri. Kasus kali ini tidak akan mudah.
Hari itu juga pengacara Kim berhasil membawa Woo Jin keluar. Para reporter langsung mengerubungi mereka. Mereka tanya pendapat pengacara Kim tentang kasus yang menimpa Woo Jin. Pengacara Kim memberikan pernytaan sementara Woo Jin menggunakan haknya untuk diam.
Pengacara Kim menilai kantor kejaksaan melakukan penangkapan yang tidak masuk akal dan memaksa untuk investigasi. Terkait dengan ini akan di lakukan pemeriksaan secara subtantif dan akan membuktikan kliennya tidak bersalah.
Setelah masuk mobil, pengacara Kim ingin tahu kenapa hal ini bisa sampai menimpa Woo Jin. Woo Jin diam. Pengacara Kim tertawa, "Dasar. Kau juga memakai hakmu untuk diam padaku?".
Woo Jin mengucapkan terima kasih atas bantuan pengacara Kim. Dan peran pengacara Kim sebagai pengacaranya berakhir sampai di sini. Selanjutnya ia yang akan mencari tahu sendiri.
Pengacara Kim menyampaikan pesan presdir Kim yang ingin bertemu dengan Woo Jin. Tapi Woo Jin tidak mau dan tidak mempercayai presdir Kim sebagai pembelanya. Karena presdir Kim hanya mengirimkan pengacara terhebatnya saja. Woo Jin minta di turunkan di depan jalan dimana banyak taksi lewat. Pengacara Kim menuruti kemauan Woo Jin dan mobil beranjak pergi meninggalkan kantor kejaksaan.
Direkut Kim yang melihatnya jadi kesal. Lebih kesal lagi dengan kinerja Dong Soo yang bahkan tidak bisa memenjarakan Woo Jin. Asisten berkata Woo Jin bukanlah tandingan Dong Soo. Lagipula kini direktur Kim tidak perlu khawatir karena buku rekening itu sudah habis di bakar. Direktur Kim tersenyum, benar juga. Tidak perlu mengkhawatirkan Dong Soo. Biar mereka berdua, Woo Jin dan Dong Soo bertarung di kandang mereka sendiri.
Lanjut ke Sinopsis Reset Episode 4 Part 2
Daebak.... ..
ReplyDeleteSuka adegan Eun Bi sama woo jin..sweet :)
ReplyDelete