Pages - Menu

Wednesday, July 16, 2014

Sinopsis Fated To Love You Episode 2 Part 2

Gun kembali ke kamarnya yang masih berantakan. Ia duduk di tepi ranjang dan melihat sepasang sepatu Mi Young yang tertinggal di kamarnya. 

Mi Young berjalan lemas masuk ke kamar. Betapa terkejutnya ia melihat pemandangan yang ada di dalam kamar. Byun Ho, pria yang ia sukai berada dikamar bersama wanita lain, parahnya lagi Byun Ho tampak menikmati kegiatannya yang sedang memijat nona Kim. 

Byun Ho sedikit terkejut melihat Mi Young, “Sayang, kau sudah datang?”.

Nona Kim bertanya apakah itu wanita yang Byun Ho ceritakan padanya. Wanita yang tergila-gila pada Byun Ho.  Nona Kim menyindir lingkar hitam pada mata Mi Young menunjukan kalau semalam Mi Young bersenang-senang dengan pria lain.

Mi Young menatap Byun Ho dengan tatapan terluka, “Teganya, kau”. Byun Ho melihat Mi Young yang bertelanjang kaki, ia bertanya kemana sepatu Mi Young. Apa yang Mi Young lakukan sepanjang malam?.

Byun Ho meminta Mi Young duduk, kau pasti terkejut bukan?. Byun Ho mencoba membenarkan apa yang ia lakukan. Bukankah mereka ke Macau dengan tujuan bersenang-senang. Anggap saja mereka bertukaran pasangan, jika Mi Young menganggapnya seperti itu tidak akan ada masalah.

“Bagaimana kau bisa melakukan ini dengan wanita lain?”.

Dengan santaitnya Byun Ho meminta maaf, tenang dulu. Nona Kim memandang rendah Mi Young, sekaligus meledek Byun Ho yang mempunyai selera payah. Bisa-bisanya Byun Ho pergi berlibur bersama wanita seperti Mi Young.

Nona Kim bangkit dari tempat tidur. Mi Young minta nona Kim mengembalikan anting miliknya. Anting yang saat ini bertengger di telinga nona Kim adalah milik Mi Young. Nona Kim bersikap cuek dengan melangkah ingin pergi ke kamar mandi. Mi Young menahan tangan nona Kim, “Itu milikku. Berikan padaku”.

“Apaan sih?”, elak nona Kim, “orang akan berpikir aku mencuri milikmu. Lagipula, anting ini juga barang murahan”.

Nona Kim melepas anting Mi Young,  dengan sengaja ia melempar sepasang anting itu ke lantai. Lalu pergi ke kamar mandi tanpa perasaan bersalah.

Mi Young menangis saat berjongkok memungut anting miliknya. Byun Ho menyuruh Mi Young membuang anting itu. Mi Young memegang erat kedua anting tersebut, “Teganya kau!. Kau tidak boleh melakukan ini”,ucap Mi Young bergetar diantara isak tangis.

Seakan tidak membuat kesalahan, Byun Ho malah bertanya kenapa Mi Young menangis. Mi Young menyuruh Byun Hoo keluar dari kamar. Ini adalah kamar yang ia pesan atas namanya, “Apa kau tak tahu betapa senangnya aku?. Kau tidak tahu betapa aku menyukaimu”.

Byun Ho berdalih Mi Young telah salah paham, “Kau pikir aku ini pacarmu. Aku bersikap baik hanya karena kau polos dan manis. Dan sekarang kau mengaturku. Kau lucu sekali. Jangan menipu diri sendiri. Kau hanya gadis post-it seperti julukanmu. Seseorang yang bisa kugunakan dan saat tidak kubutuhkan, aku bisa membuangnya”.

Penghinaan Byun Ho tak sampai disitu, ia juga membanggakan dirinya yang seorang pengacara. Apa Mi Young pikir pengacara seperti dirinya mau berkencan dengan pekerja parah waktu seperti Mi Young, “Bagaimana mungkin seorang bangsawan mau berkencan dengan seorang petani?. Apa itu masuk akal?”.

Rupanya dari luar Gun mendengarkan semua penghinaan yang ditujukan Byun Ho pada Mi Young. Sebenarnya, Gun bermaksud ingin mengembalikan sepatu Mi Young, tapi siapa sangka jika ia malah mendengar perkataan yang tidak pantas diucapkan seorang pria pada wanita.
Tanpa ragu, Gun masuk ke dalam. Ia berjongkok  meletakan sepatu di dekat Mi Young, dan meminta Mi Young untuk memakai sepatunya. Gun juga membantu Mi Young berdiri. “Tidak perlu berbicara dengan makhluk seperti dia. Ayo kita pergi.

“Hei!. Apa-apa’an kau ini?”, protes Byun Ho tidak terima

Gun menatap Byun Ho dengan senyum mengejek. Gun menunjuk wajah Byun Ho, “Kau seorang bangsawan?. Kau hanya sampah. Orang-orang sepertimu bahkan tak pantas di anggap sebagai petani”. 
Gun menuntun Mi Young keluar dari kamar. Byun Ho menatap kesal kepergian mereka, “Dasar brengsek”,

Gun membawa Mi Young ketempat yang lebih tenang. Ia tak mengerti kenapa Mi Young mendengarkan semua ucapan itu, apa Mi Young bodoh. Gun menujuk pada anting yang Mi Yong pegang. Mi Young berkata kalau anting ini adalah miliknya. 

Memangnya kenapa, tanya Gun. Apa anting itu sangat mahal. Mi Young kembali berkata anting ini miliknya, pokoknya anting ini miliknya. Hanya ini yang ia miliki. Tangis Mi Young pecah. Gun menatap iba.

Mi Young bercerita sepanjang hidupnya, ia tak pernah beruntung mendapatkan hadiah. Tapi kali ini ia mendapatkan hadiah, bahkan bisa berlibur. Akhirnya keberuntungan itu datang juga, “Aku hanya ingin bersama orang yang aku sukai. Aku hanya ingin mencintai seseroang dengan sepenuh hati. Aku benar-benar ingin mencoba. Tapi sekarang…bagaimana nasibku”.

Mi Young menangis sesengukan. Gun bertanya kenapa Mi Young menangis, kenapa Mi Young menangis dan menyukai pria itu. Mi Young tak tahu, perasaaan itu datang begitu saja. Memangnya ia harus bagaimana.

Gun memarahi Mi Young, “Apa hidupmu sudah berakhir?. Kau dapat menunjukkan bahwa hidup belum berakhir!. Kau menyukai pria itu dan memanggilnya pacar.  Jika matamu buruk setidaknya otakmu harus bekerja baik”.

“Aku benar-benar menyukai pria itu. Julukanku di kantor adalah gadis post-it. Tapi pria itu, memperlakukanku berbeda. Aku sungguh menyukainya. Itu sebabnya aku mempersiapkan liburan ini sebaik-baiknya. Aku mempersiapkan segalanya”.

Gun yang merasa senasib dengan Mi Young merasa marah dan kesal. Mengapa orang yang menyakiti selalu baik-baik saja. Mengapa orang yang disakiti selalu terluka. Kenapa??. Gun meraih tangan Mi Young, “Ikut aku?”.

“Kemana?”.

“Mulai sekarang kau bukanlah gadis post-it. Kau lem super. Setelah kau disingkirkan, tubuh dan kulit akan terluka bahkan menjadi koreng.  Akan kutunjukkan betapa hebatnya dirimu. Ikut aku”.

“Astajim…”, pekik terkejut petugas salon saat melihat Gun membawa Mi Young ke salon.  2 petugas salon yang gemulai ini terkejut dengan penampilan Mi Young yang terkesan snf”. Rasanya sulit sekali merubah penampilan Mi Young seperti yang Gun inginkan. Melihat kondisinya, mereka meminta Gun membayar 2 kali lipat dari harga normal.

Gun yang memang kaya raya tak peduli pada bayarannya, jangan khawatir soal uang. Walaupun itu mustahul, Gun minta mereka untuk merubah penampilan Mi Young seluruhnya, dari kepala hingga ujung kaki.

Mi Young dengan polos berguman merasa penampilannya baik-baik saja. Gun melepas kacamata yang bertengger di hidung Mi Young. Menurutnya kacamata bundar itu adalah bagian terburuk dari Mi Young yang harus di singkirkan pertama kali. Gun mendorong Mi Young pada ke dua petugas salon, gunakan produk apapun dan rubah penampilan dia secara menyeluruh.

2 petugas salon menjentikan jari siap melaksanakan perintah Gun. Mereka mengandeng lengan Mi Young dan menariknya secara paksa menaiki tangga. Mi Young yang di bawa petugas berusaha menyakinkan Gun kalau penampilannya baik-baik, bahkan ia sudah berdandan hari ini. Tapi yang baik menurut Mi Young belum tentu baik di mata Gun, bukan?.

Hal yang pertama di lakukan Mi Young adalah berendam di bathup yang penuh dengan busa dan kelopak mawar. Mi Young sepertinya menikmati kegiatan itu dan sempat bermain-main dengan busa.

Selanjutnya, badan Mi Young di pijat. Mi Young yang tak pernah melakuan perawatan semacam ini malah bergidik geli. Saat Waxing untuk mengangkat bulu-bulu kaki, Mi Young berkali-kali menjerit kesakitan.

Kemudian, wajah Mi Young dirias. Penata rias memuji mata Mi Young yang besar. Rambut Mi Young juga di tata dengan cantik. Dengan gaya lebay, petugas salon berputar-putar memilih gaun. Mereka kesulitan menemukan gaun yang sesuai dengan badan Mi Young yang berpostur kecil dan pendek. Sementara gaun yang tersedia disana kebanyakan untuk wanita berpostur tinggi.

Tak ketinggalan, anting dan cincin berlian turut melengkapi penampilan Mi Young malan ini. Dan terahkir, sebagai ganti kaca mata, mereka memasang kontak lensa di kedua mata Mi Young.

2 petugas salon lemah gemulai menghampiri Gun yang sedang duduk menunggu di sofa. Mereka berhenti tepat di belakang Gun dan berpose bak model. Gun menoleh menyadari kehadiran 2 mahluk itu. Ia segera berdiri untuk mendengarkan penjelasan mereka. Salah satu dari petugas salon berkata telah membuat maha karya terbaik dalam hidupnya.

“Kau pasti melihatnya sebagai wanita yang sama sekali berbeda sekarang”.   

“Benar. Kurasa kami seperti penyihir”, sahut yang lainnya.

Gun melihat arloji seperti sedang mengejar waktu. Ia mengerti dan meminta mereka untuk segara membawa Mi Young. Sebelum mengabulkan permintaan Gun,  petugas salon menagih janji Gun yang akan membayar dua kali lipat. Gun menjentikan jari, tanda setuju.

Kedua pria gemulai berbalik pergi dan tampaklah Mi Young dengan penampilan barunya. Mi Young melangkah perlahan mendekati Gun. Gun terpana melihat Mi Young yang terlihat cantik dan bersinar. Sama bersinarnya seperti gaun perak yang dia kenakan.

Untuk sejenak, Gun terpaku mengagumi kecantikan Mi Young. Benar apa yang dikatakan petugas salon tadi, wanita yang ada di hadapannya kini tampak berbeda dengan wanita yang menangis karena dicampakan laki-laki. Mi Young benar-benar berubah, bagaikan buruk itik rupa yang berubah menjadi angsa. Cantik kan?. Jang Nara gitu loh.

“Yah. Lumayan juga”, komentar Gun kemudian… jaim…hahaha…padahal sampe ga bisa mingkem gitu mulutnya saking terpesonanya... kekeke

Kini Gun telah memakai setelah jas dengan tatanan rambut tersisir rapi. Gun tampak serasi mendampingi Mi Young. Ia membawa Mi Young ke suatu tempat. Gun meminta Mi Young untuk percaya diri. Karena mulai sekarang, Mi Young adalah ratu, “Tidak ada yang akan bisa memandang rendah dirimu. Bersikap wajar saja seolah-olah ini rumahmu sendiri”. 
Gun mengambil tangan Mi Young dan melingkarkan ke lengannya. Dengan penuh percaya diri mereka melangkah masuk ke club casino. Gun memang sengaja membawa Mi Young ke tempat itu, karena ia yakin Byun Ho berada disana. Dan benar saja, dari jauh Gun melihat Byun Ho yang sedang bermain kartu di temani nona Kim. Ia menuntut Mi Young menuju ke meja Byun Ho berada.

Suatu kebetulan, Byun Ho melihat Mi Young yang bergandengan tangan dengan Gun. Ia terbelalak terkejut sekaligus takjub dengan perubahan Mi Young. Gadis post-it yang ia kenal kini terlihat sangat cantik. Tak hanya Byun H, nona Kim juga terkejut melihat Mi Young.

Gun dan Mi Young menempati 2 kursi kosong yang tersedia. Mi Young berusaha bersikap wajar saat melihat Byun Ho. Gun menarik kursi untuk Mi Young duduk. Mi Young dan Byun Ho saling pandang. Nona Kim menyindir Byun Ho yang seperti tersihir dengan kecantikan Mi Young, “Kenapa kau tidak menghapus air liur di wajahmu?”. 

Byun Ho yang seakan tak percaya pada apa yang dilihatnya berguman apa yang suah dilakukan Gun pada gadis kampung itu.

Gun ikut bermain kartu dengan Byun Ho dan juga orang-orang yang ada di meja itu. Byun Ho yang merasa kartunya bagus terus menaikan angka taruhan, membuat yang lain mundur. Gun tak gentar dan terlihat santai. Sembari menikmati kacang, ia mempertaruhkan banyak chip miliknya. Putaran pertama Byun Ho yang menang. Byun Ho senang sekali saat menarik semua chip yang berhasil ia menangkan, kira-kira berapa jumlahnya ini jika di uangkan.

Byun Ho berkata sekarang ia menemukan dewi keberuntungan. Byun Ho mencubit gemas pipi nona Kim. Byun Ho menyodorkan chip berwarna biru pada nona Kim, meminta doa keberuntungan. Nona Kim memberikan keberuntungannya dengan meniup chip itu sambil bergaya seksi.   

Mi Young menatap was-was, apa tak masalah?, tanyanya pada Gun. Gun minta Mi Young tidak usah khawatir, percaya saja padaku.  

Presdir Park dan Mr. Choi merasa kelaparan setelah lelah melarikan diri. Mereka jongkok di dekat warung makan. Melihat para pelanggan yang makan dengan lahap membuat air liur mereka menetes.

Presdir Park mencoba menahan diri. Ia tak boleh enak-enak’an makan sementara Mi Young sangat menderita karena ulah mereka. Harus tetap setia. Mr. Choi membenarkan. Pasti saat ini Gun sedang mempersulit Mi Young.

Benarkah seperti itu?. Tentu tidak bukan, justru sekarang ini Gun berusaha membalaskan sakit hati Mi Young.

Kembali ke meja kasino. Gun masih bertaruh dengan Byun Ho. Ia minta Mi Young jangan gugup. Gun menyisahkan satu chip merah, lalu mempertaruhkan semua chip tersisa yang ia miliki. Mi Young panic, Gun hanya tertawa dengan gaya khasnya.

Byun Ho mengintip kartu yang ia miliki. Nona Kim berbisik, “Kurasa kita tidak akan menang sekarang. Berhenti saja”. 
“Sebagai seorang pria aku tidak bisa melakukannya”, sahut Byun Ho.

Byun Ho ikut mempertaruhkan beberapa chip miliknya. Byun Ho membuka kartu miliknya. Jack dan King wajik merah. Sebelum memperlihatkan kartunya, Gun berkata pasti Byun Ho sangat gugup.

Byun Ho dan nona Kim bersorak senang mengetahui kartu Gun lebih rendah dari miliknya. Putaran kali ini kembali Byun Ho menangkan. Nona Kim girang bukan kepalang, chip yang mereka miliki bertambah banyak. Bukankah semua ini berkat keberuntungannya.

Byun Ho menahan tangan nona Kim yang ingin mengambil chip-chip itu, bukanya barusan nona Kim menyuruhnya untuk berhenti bermain. Nona Kim mendelik kesal saat Byun Ho menarik semua chip mendekat kearahnya.

Mi Young menatap lemas, sementara Gun yang kehilangan seluruh chipnya hanya tersenyum tipis melihat kemenangan Byun Ho. Sepertinya Gun sengaja membuat Byun Ho menang di awal dan menangis di akhir permainan.

Telah mendapatkan chip yang banyak rupanya tak cukup membuat Byon Ho puas. Ia menjadi maruk dan menantang Gun untuk melanjutkan permainan. Byun Ho berkata chip yang ia miliki sudah terlalu banyak, sehingga membuatnya bosan. Gun mengangguk, menerima tantangan Byun Ho.

Karena chip Gun sudah habis, ia meminta chip tambahan pada petugas kasino. Nona Kim dan Byun Ho merasa kartu yang mereka miliki kali ini sangat bagus. Gun memutar-mutar chip berwarna merah yang sengaja ia sisihkan tadi, seakan benda itu nantinya yang akan menjadi chip keberuntungan. 

Nilai taruhan terus bertambah seiring dengan semakin memanasnya permainan. Gun sama sekali tidak terlihat ragu, takut ataupun cemas saat mempertaruhkan chip miliknya. Langkah itu pun di ikuti Byun Ho yang merasa yakin dewi fortuna akan selalu memihak padanya. 

Gun menoleh pada Mi Young yang menyaksikan permainan itu dengan was-was. Ia menyodorkan chip merah yang sedari tadi ia pegang kepada Mi Young, “Doakan aku agar menang”.

Mi Young segera mengambil chip itu, meletakkanya di kening dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Berharap Gun menang. Setelah selesai, Mi Young mengembalikan chip itu pada Gun.  Gun menerima chip itu lalu menaruh diatas 2 kartu miliknya. Lalu menutup kedua benda itu dengan gelas bekas kacang. Seperti sebuah firasat datang, kali ini gilirannya untuk menang.

Tanpa pikir panjang lagi, Gun mempertarukan kembali semua chip yang ia miliki. All In. Mi Young kembali dibuat terkejut dengan aksi nekat Gun. Siapa yang gak was-was coba?.

Byun Ho kembali mengintip kartu miliknya, As dan 10 wajik, yang bearti As Full House. Dalam hati Byun Ho yakin tidak akan kalah. Byun Ho berkata bisa membaca wajah Gun, kalau taktik ini hanya tipuan saja (menggertak maksudnya).

Huwahahaha… Gun tertawa dengan gaya khasnya. Gun memberitahu Byun Ho, ada 3 hal penting yang diperlukan penjudi untuk menang.

“Pertama, adalah kesabaran untuk menunggu giiran. Kedua, tekad untuk bermain hingga titik penghabisan”.

Belum selesai Gun menyelesaikan kalimatnya, Byun Ho sudah mencibir, “Dasar pamer. Memangnya apa yang terakhir”.

Yang terakhir akan Gun katakan setelah Byun Ho merasa putus asa. Byun Ho pura-pura takut, “Benarkah!. Oh…kau sungguh menakutkan. Tapi kurasa aku tidak akan mendengar yang hal terakhir”. 
Byun Ho ikut mempertarukan semua chipnya. Bermain All In. Gun tersenyum senang memang itulah yang ia harapkan. Sejenak suasana menjadi tegang. Petugas kasino meminta kedua belah pihak membuka kartu.

Byun Ho lebih dulu membuka kartu. As Full House. Byun Ho tersenyum merasa yakin akan menang. Gun menatap Mi Young sejenak, lalu mencium chip yang sudah di doakan Mi Young. Gun meletakan chip itu lalu membuka salah satu kartu miliknya. Kartu daun dengan angka 8.

Byun Ho tersenyum mengejek, merasa kartu yang Gun miliki jauh berada di bawahnya. Tapi belum selesai. Gun melempar kartu itu ketengah meja lalu membuka kartu satunya lagi. Kali ini kartu hati dengan angka 8 juga.

Huawahaha… Gun tertawa terbahak… Byun Ho terbelalak syok, sampai-sampai ia setengah berdiri untuk memastikan penglihatannya. Apa benar Gun memilki karut 8 double. Petugas kasino menjejerkan 2 kartu milik Gun.

Jika digabungkan dengan kartu yang ada di meja, maka kartu berangka 8 berjumlah 4 kartu. Isitlah permainanya di sebuat Four of a Kind 8 atau Empat kartu 8. Sementara kartu As milik Byun Ho jika di gabungkan hanya berjumlah 3. Dengan begitu, Gun memenangkan permainan. (Aduh, saya gak begitu ngerti istilah permainan kartu).

Mi Young bengong tak mengerti. Saat Gun berkata kita menang. Kita menang. Barulah Mi Young mengerti. Mi Young bersorak girang memeluk Gun dengan suka cita.

“Aku lega sekali. Aku khawatir kita akan kalah karena nasib burukku!. Aku sangat lega”.

Nona Kim tidak terima kalah, ia menunjuk tumpukan chip yang kini menjadi milik Gun. Apa yang akan Byun Ho lakukan. Sebagain chipnya ada disana, “Kembalikan uangku sekarang. Sebenarnya apa kehebatanmu?!. Kau juga tidak hebat semalam...”.

Byung Ho jadi kesal karena perkataan nona Kim berubah. “Kau bilang kau bersenang-senang semalam!. Kau bilang tidak ada kuda putih lain sepertiku!”.

Pandangan nona Kim tertuju pada bagian intim Byun Ho. Dengan nada mencibir nona Kim berkata,  “Kuda putih? Ya benar. Berhenti bicara omong kosong”.

Nona Kim yang kesal karena uangnya melayang, memilih pergi meninggalkan Byun Ho yang masih syok dengan kekalahannya. 


Gun tersenyum melihat wajah kalah Byun Ho. Ia mengatakan hal terakhir yang harus di miliki penjudi, yaitu kemampuan untuk mengenali dewi keberuntungan. Tangan Gun menunjuk pada Mi Young. Gun menambahkan Byun Ho tidak mempunyai kemampuan itu.

Byun Ho yang belum bisa menerima kekalahan mengambil chip yang ada di meja. Ia mengajak Gun bertanding sekali lagi..Sekali saja. Gun tidak boleh mengambil chip miliknya, “Kau tak boleh melakukan ini!”. Gun mendorong Byun Ho dengan tawa meledek, “Tentu saja aku bisa. Jangan seperti ini. Kau terlihat murahan. Kupikir kau kalangan bangsawan”.

Tangan Gun bergerak membereskan chip miliknya. Byun Ho yang putus asa mendekati Mi Young. Berusaha membujuk dan meminta belas kasih, “Kenapa kau menjadi seperti ini, sayang?. Kau tidak boleh begini terhadap rekan kerjamu. Bagaimana kau akan melihat wajahku besok di kantor?. Sekali saja..Ayo kita bermain sekali lagi”.

Gun mendorong Byun Ho menjauh dari Mi Young, “Hei!. Dengar. Semua ini kau yang memulainya. Jika kau sungguh-sungguh menginginkannya. Di sini, sekarang juga, di hadapan wanita ini, jika kau berlutut dan memohon maaf dengan tulus. Aku akan mengembalikan uangmu. Silakan...”.  

Tanpa pikir panjang, Byun Ho langsung berlutut di depan Mi Young seperti yang di perintahkan Gun. Tak ada lagi yang namanya harga diri. Memang, uang sering kali membuat seseorang melupakan harga dirinya sebagai manusia.

“Aku minta maaf. aku bersalah. Aku benar-benar merenungkan kesalahanku. Kau bisa melihatnya di wajahku, kan?. Aku minta maaf”.   


Mi Young memang memiliki hati yang baik dan itulah kelemahannya. Ia tak tega melihat Byun Ho yang memohon hingga berlutut seperti itu. Mi Young menyuruh Byun Ho berhenti dan berdiri. Gun menatap tak percaya, kenapa Mi Young begitu mudah melepaskan kesempatan untuk membalas penghinaan Byun Ho.

Mi Young menundukkan kepala tanda terima kasihnya pada Gun. Lalu berlari kecil meninggalkan tempat itu. Gun terpaku menatap kepergian Mi Young

Kemudian, Gun dan Mi Young bicara di tempat lain. Mi Young telah berganti pakaian, kembali menjadi Mi Young yang sederhana. Mi Young bisa menebak, pasti Gun menganggap dirinya sangat bodoh. Gun telah memberinya kesempatan untuk membalas dendam, tapi dengan mudahnya ia menyerah.

Gun tak mengerti kenapa Mi Young memaafkan orang seperti Byun Ho. Apa karena Byun Ho terlihat menyedihkan.

"Melihatnya berlutut di hadapan uang. Bukan dia yang menyedihkan, tapi aku yang tampak menyedihkan. Dia orang jahat, itu benar. Tapi perasaanku dulu padanya nyata. Perasaan itu seharusnya tidak menjadi sia-sia".

Gun terdiam, seperti merenungi perkataan Mi Young. Gun berkata kalau ia dan Mi Young senasib. Karena Se Ra tak datang, Gun merasa sendian, “Aku bahkan menyiapkan lamaran”.

“Apa kekasihmu bernama Se Ra?”, tanya Mi Young.

Gun mengangguk. Mi Young ingat kejadian di tepi kolam tempo hari, ketika ia mendengar  Gun melatih kalimatnya untuk melamar Se Ra.  Mi Young juga ingat  kejadian saat mereka di kejar anjing. Dan perkataan Gun yang bilang kalau acara lamarannya gagal itu karena nasib buruk Mi Young.

Mi Young merasa bersalah dan meminta maaf pada Gun. Karena dirinya, acara lamaran Gun gagal. Ternyata benar apa yang Gun katakan, kalau dirinya selalu bernasib buruk. Gun tertawa kecil. Tidak benar, ia mengatakan hal itu karena kesal. Ini sungguh bukan kesalahan Mi Young.

Mi Young mengganti topic pembicaraan, menyinggung masalah presdir Park dan kakak iparnya, Mr. Choi. Memang benar apa yang dilakukan kedua orang itu salah. Tapi mereka melakukannya karena merasa putus asa.  Jadi tak bisakah, Gun memaafkan mereka.

Gun setuju, baiklah. “Kalau di pikir-pikir, kita adalah korban. Karena salah satu dari kita meminta untuk memaafkan mereka, Mengapa tidak kita maafkan saja mereka. Aku tidak akan menyerahkan pekara ini ke kantor polisi”. 

Mi Young tersenyum mengucapkan terima kasih. Kemudian, Gun memberitahu namanya pada Mi Young. “Namaku Gun. Lee Gun. Itu satu karakter”.

Mi Young tampaknya merasa minder saat berkata kalau namanya sangat biasa dan umum. Gun ingin dengar sebiasa apa nama Mi Young.

“Kim Mi Young”.

“Kim Mi Young?”, ulang Gun.

Gun heran memang apa salahnya dengan nama itu. Mi Young menjelaskan  banyak orang yang memiliki nama itu. Kemanapun ia pergi selalu ada orang lain yang memiliki nama yang sama dengannya. Di perusahaan tempatnya berkerja, ada 3 orang yang bernama Kim Mi Young.  Dan diseluruh negeri ini kira-kira ada 20.000 orang lebih yang memakai nama Kim Mi Young.

Menanggapi itu, Gun sedikit bergurau. Orang yang bernama Mar dan bermarga Kim, jika digabung namanya menjadi Kim Mar-ee, yaitu nasi gulung rumput laut. Mi Young tertawa mendengar lelucon Gun.

“Percaya dirilah”, ucap Gun kemudian. “Mempunyai nama seumum itu hanya membuktikan betapa nama Kim Mi Young banyak disukai”.

Mi Young kembali tersenyum.  Mi Young berkata mulanya ia menilai kalau Gun orang yang aneh. Tapi ternyata tidak, sekarang Gun tampak seperti orang yang berbeda.

Gun ingat sesuatu. Ia mengeluarkan chip merah yang terselip di pergelangan jasnya. Chip keberuntungan yang tadi di doakan Mi Young.  Gun menyodorkan chip tersebut pada Mi Young.

“Terimalah. Ini chip yang membuatmu menjadi dewi keberuntungan.  Kita tidak bisa selalu memenangkan permainan dalam hidup. Tapi selama kau mempunyai chip itu, kau akan selalu punya harapan dan kesempatan.  Jadi simpan baik-baik.

Mi Young tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Sebagai balasan, Mi Young memberikan permen  Cherry Pink, “Ini untukmu”.

Wajah Gun nyengir saat melihat permen lolipop. Mengira kalau permen yang disodorkan padanya itu bekas air liur anjing yang mengejar mereka. Mi Young tertawa kecil dan berkata kalau ia membeli permen yang baru. Masa bekas dijilat anjing mau di kasi ke orang. Hehehe...

“Ini permen yang membantu untuk mewujudkan cinta. Itu kata-kata orang yang berhasil dengan permen ini. Aku mempercayainya. Tidak,  aku ingin percaya. Orang yang menyukai manis adalah orang yang ingin hidup bahagia”.

Biasanya Gun tak mempercayai hal-hal tahayul semacam itu, “Tapi, berikan padaku...”. Mi Young tersenyum saat memberikan permen itu, begitu pula dengan Gun yang menerimanya, “Terima kasih”, ucapnya kemudian.

Tak lama mobil jemputan Gun datang. Ia pamit pergi lebih dulu. Mi Young mengangguk menyilahkan. Gun berjalan beberapa langkah, lalu berbalik menghadap Mi Young.

“Kim Mi Young-shi. Tentang kejadian kemarin, lupakan saja”.

Mi Young menganguk tanda setuju. Tentu ia akan melupakan kejadian kemarin, lagi pula Mi Young yakin kalau ia dan Gun tidak akan bertemu lagi. Sebelum benar-benar pergi, Gun memberi nasehat.

“Tidak baik menjadi seseorang yang terlalu baik. Percaya dirilah dan jangan mudan terintimidasi. Kau tahu, jadilah wanita tangguh”. Gun tertawa lebar, memamerkan tawa khasnya.  Hahaha.

Bukan hanya saya, Mi Young juga tersenyum geli mendengar tawa konyol Gun yang menggelikan. Mi Young berkata akan mencoba nasihat yang di berikan Gun.

Gun masuk ke dalam mobil yang membawanya pergi menjauh.  Ia sempat melihat Mi Young yang membungkukkan badan melepasnya pergi. Gun menatap permen yang di hadiahkan Mi Young.

Sementara  Mi Young yang masih berdiri di tempatnya, memandang sesaat chip pemberian Gun. Takdir mereka, akankah berhenti disini?.


END

1 comment:

  1. Makasih ya mbk en lanjut sampe selesai y, mat idul fitri minal aizin wall faizin

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)