Mi Young berjalan
lemas masuk ke kamar. Betapa terkejutnya ia melihat pemandangan yang ada di
dalam kamar. Byun Ho, pria yang ia sukai berada dikamar bersama wanita lain,
parahnya lagi Byun Ho tampak menikmati kegiatannya yang sedang memijat nona
Kim.
Byun Ho
sedikit terkejut melihat Mi Young, “Sayang, kau sudah datang?”.
Nona Kim
bertanya apakah itu wanita yang Byun Ho ceritakan padanya. Wanita yang
tergila-gila pada Byun Ho. Nona Kim
menyindir lingkar hitam pada mata Mi Young menunjukan kalau semalam Mi Young
bersenang-senang dengan pria lain.
Mi Young
menatap Byun Ho dengan tatapan terluka, “Teganya, kau”. Byun Ho melihat Mi
Young yang bertelanjang kaki, ia bertanya kemana sepatu Mi Young. Apa yang Mi
Young lakukan sepanjang malam?.
Byun Ho
meminta Mi Young duduk, kau pasti terkejut bukan?. Byun Ho mencoba membenarkan
apa yang ia lakukan. Bukankah mereka ke Macau dengan tujuan bersenang-senang.
Anggap saja mereka bertukaran pasangan, jika Mi Young menganggapnya seperti itu
tidak akan ada masalah.
“Bagaimana
kau bisa melakukan ini dengan wanita lain?”.
Dengan
santaitnya Byun Ho meminta maaf, tenang dulu. Nona Kim memandang rendah Mi
Young, sekaligus meledek Byun Ho yang mempunyai selera payah. Bisa-bisanya Byun
Ho pergi berlibur bersama wanita seperti Mi Young.
Nona Kim
bangkit dari tempat tidur. Mi Young minta nona Kim mengembalikan anting
miliknya. Anting yang saat ini bertengger di telinga nona Kim adalah milik Mi
Young. Nona Kim bersikap cuek dengan melangkah ingin pergi ke kamar mandi. Mi
Young menahan tangan nona Kim, “Itu milikku. Berikan padaku”.
“Apaan
sih?”, elak nona Kim, “orang akan berpikir aku mencuri milikmu. Lagipula,
anting ini juga barang murahan”.
Nona
Kim melepas anting Mi Young, dengan
sengaja ia melempar sepasang anting itu ke lantai. Lalu pergi ke kamar mandi
tanpa perasaan bersalah.
Mi Young menangis saat berjongkok memungut anting miliknya. Byun Ho menyuruh Mi Young membuang anting itu. Mi Young memegang erat kedua anting tersebut, “Teganya kau!. Kau tidak boleh melakukan ini”,ucap Mi Young bergetar diantara isak tangis.
Seakan
tidak membuat kesalahan, Byun Ho malah bertanya kenapa Mi Young menangis. Mi
Young menyuruh Byun Hoo keluar dari kamar. Ini adalah kamar yang ia pesan atas
namanya, “Apa kau tak tahu betapa senangnya aku?. Kau tidak tahu betapa aku
menyukaimu”.
Byun
Ho berdalih Mi Young telah salah paham, “Kau pikir aku ini pacarmu. Aku
bersikap baik hanya karena kau polos dan manis. Dan sekarang kau mengaturku. Kau
lucu sekali. Jangan menipu diri sendiri. Kau hanya gadis post-it seperti
julukanmu. Seseorang yang bisa kugunakan dan saat tidak kubutuhkan, aku bisa
membuangnya”.
Penghinaan Byun Ho tak sampai disitu, ia juga membanggakan dirinya yang seorang
pengacara. Apa Mi Young pikir pengacara seperti dirinya mau berkencan dengan
pekerja parah waktu seperti Mi Young, “Bagaimana mungkin seorang bangsawan mau
berkencan dengan seorang petani?. Apa itu masuk akal?”.
Rupanya
dari luar Gun mendengarkan semua penghinaan yang ditujukan Byun Ho pada Mi
Young. Sebenarnya, Gun bermaksud ingin mengembalikan sepatu Mi Young, tapi siapa
sangka jika ia malah mendengar perkataan yang tidak pantas diucapkan seorang
pria pada wanita.
Tanpa
ragu, Gun masuk ke dalam. Ia berjongkok meletakan sepatu di dekat Mi Young, dan
meminta Mi Young untuk memakai sepatunya. Gun juga membantu Mi Young berdiri.
“Tidak perlu berbicara dengan makhluk seperti dia. Ayo kita pergi.
“Hei!.
Apa-apa’an kau ini?”, protes Byun Ho tidak terima
Gun
menatap Byun Ho dengan senyum mengejek. Gun menunjuk wajah Byun Ho, “Kau
seorang bangsawan?. Kau hanya sampah. Orang-orang sepertimu bahkan tak pantas
di anggap sebagai petani”.
Gun
menuntun Mi Young keluar dari kamar. Byun Ho menatap kesal kepergian mereka,
“Dasar brengsek”,
Gun
membawa Mi Young ketempat yang lebih tenang. Ia tak mengerti kenapa Mi Young
mendengarkan semua ucapan itu, apa Mi Young bodoh. Gun menujuk pada anting yang
Mi Yong pegang. Mi Young berkata kalau anting ini adalah miliknya.
Memangnya
kenapa, tanya Gun. Apa anting itu sangat mahal. Mi Young kembali berkata anting
ini miliknya, pokoknya anting ini miliknya. Hanya ini yang ia miliki. Tangis Mi
Young pecah. Gun menatap iba.
Mi Young bercerita sepanjang hidupnya, ia tak pernah beruntung mendapatkan hadiah.
Tapi kali ini ia mendapatkan hadiah, bahkan bisa berlibur. Akhirnya
keberuntungan itu datang juga, “Aku hanya ingin bersama orang yang aku sukai.
Aku hanya ingin mencintai seseroang dengan sepenuh hati. Aku benar-benar ingin
mencoba. Tapi sekarang…bagaimana nasibku”.
Mi
Young menangis sesengukan. Gun bertanya kenapa Mi Young menangis, kenapa Mi
Young menangis dan menyukai pria itu. Mi Young tak tahu, perasaaan itu datang
begitu saja. Memangnya ia harus bagaimana.
Gun
memarahi Mi Young, “Apa hidupmu sudah berakhir?. Kau dapat menunjukkan bahwa
hidup belum berakhir!. Kau menyukai pria itu dan memanggilnya pacar. Jika matamu buruk setidaknya otakmu harus
bekerja baik”.
“Aku benar-benar menyukai pria itu. Julukanku di kantor adalah gadis post-it. Tapi pria itu, memperlakukanku berbeda. Aku sungguh menyukainya. Itu sebabnya aku mempersiapkan liburan ini sebaik-baiknya. Aku mempersiapkan segalanya”.
Gun
yang merasa senasib dengan Mi Young merasa marah dan kesal. Mengapa orang yang
menyakiti selalu baik-baik saja. Mengapa orang yang disakiti selalu terluka.
Kenapa??. Gun meraih tangan Mi Young, “Ikut aku?”.
“Kemana?”.
“Mulai
sekarang kau bukanlah gadis post-it. Kau lem super. Setelah kau disingkirkan,
tubuh dan kulit akan terluka bahkan menjadi koreng. Akan kutunjukkan betapa hebatnya dirimu. Ikut
aku”.
“Astajim…”,
pekik terkejut petugas salon saat melihat Gun membawa Mi Young ke salon.
2 petugas salon yang gemulai ini terkejut dengan penampilan Mi Young yang
terkesan snf”. Rasanya sulit sekali merubah penampilan Mi Young seperti
yang Gun inginkan. Melihat kondisinya, mereka meminta Gun membayar 2 kali lipat
dari harga normal.
Gun
yang memang kaya raya tak peduli pada bayarannya, jangan khawatir soal uang. Walaupun
itu mustahul, Gun minta mereka untuk merubah penampilan Mi Young seluruhnya,
dari kepala hingga ujung kaki.
Mi
Young dengan polos berguman merasa
penampilannya baik-baik saja. Gun melepas kacamata yang bertengger di hidung Mi
Young. Menurutnya kacamata bundar itu adalah bagian terburuk dari Mi Young yang
harus di singkirkan pertama kali. Gun mendorong Mi Young pada ke dua petugas
salon, gunakan produk apapun dan rubah penampilan dia secara menyeluruh.
2
petugas salon menjentikan jari siap melaksanakan perintah Gun. Mereka
mengandeng lengan Mi Young dan menariknya secara paksa menaiki tangga. Mi Young
yang di bawa petugas berusaha menyakinkan Gun kalau penampilannya baik-baik, bahkan
ia sudah berdandan hari ini. Tapi yang baik menurut Mi Young belum tentu baik
di mata Gun, bukan?.
Hal
yang pertama di lakukan Mi Young adalah berendam di bathup yang penuh dengan
busa dan kelopak mawar. Mi Young sepertinya menikmati kegiatan itu dan sempat
bermain-main dengan busa.
Selanjutnya,
badan Mi Young di pijat. Mi Young yang tak pernah melakuan perawatan semacam
ini malah bergidik geli. Saat Waxing untuk mengangkat bulu-bulu kaki, Mi Young
berkali-kali menjerit kesakitan.
Kemudian,
wajah Mi Young dirias. Penata rias memuji mata Mi Young yang besar. Rambut Mi
Young juga di tata dengan cantik. Dengan gaya lebay, petugas salon
berputar-putar memilih gaun. Mereka kesulitan menemukan gaun yang sesuai dengan
badan Mi Young yang berpostur kecil dan pendek. Sementara gaun yang tersedia disana
kebanyakan untuk wanita berpostur tinggi.
Tak
ketinggalan, anting dan cincin berlian turut melengkapi penampilan Mi Young
malan ini. Dan terahkir, sebagai ganti kaca mata, mereka memasang kontak lensa
di kedua mata Mi Young.
2
petugas salon lemah gemulai menghampiri Gun yang sedang duduk menunggu
di sofa. Mereka berhenti tepat di belakang Gun dan berpose bak model. Gun
menoleh menyadari kehadiran 2 mahluk itu. Ia segera berdiri untuk mendengarkan
penjelasan mereka. Salah satu dari petugas salon berkata telah membuat maha
karya terbaik dalam hidupnya.
“Kau pasti melihatnya sebagai wanita yang sama sekali
berbeda sekarang”.
“Benar. Kurasa kami seperti penyihir”, sahut yang lainnya.
Gun melihat arloji seperti sedang mengejar waktu. Ia
mengerti dan meminta mereka untuk segara membawa Mi Young. Sebelum mengabulkan
permintaan Gun, petugas salon menagih
janji Gun yang akan membayar dua kali lipat. Gun menjentikan jari, tanda
setuju.
Kedua pria gemulai berbalik pergi dan tampaklah Mi Young
dengan penampilan barunya. Mi Young melangkah perlahan mendekati Gun. Gun
terpana melihat Mi Young yang terlihat cantik dan bersinar. Sama bersinarnya
seperti gaun perak yang dia kenakan.
Untuk sejenak, Gun terpaku mengagumi kecantikan Mi Young.
Benar apa yang dikatakan petugas salon tadi, wanita yang ada di hadapannya kini
tampak berbeda dengan wanita yang menangis karena dicampakan laki-laki. Mi
Young benar-benar berubah, bagaikan buruk itik rupa yang berubah menjadi angsa. Cantik kan?. Jang Nara gitu loh.
“Yah. Lumayan juga”, komentar Gun kemudian…
jaim…hahaha…padahal sampe ga bisa mingkem gitu mulutnya saking terpesonanya... kekeke
Kini Gun telah memakai setelah jas dengan tatanan rambut tersisir rapi. Gun tampak serasi mendampingi
Mi Young. Ia membawa Mi Young ke suatu tempat. Gun meminta Mi Young untuk
percaya diri. Karena mulai sekarang, Mi Young adalah ratu, “Tidak ada yang akan
bisa memandang rendah dirimu. Bersikap wajar saja seolah-olah ini rumahmu sendiri”.
Gun mengambil tangan Mi Young dan melingkarkan ke
lengannya. Dengan penuh percaya diri mereka melangkah masuk ke club casino. Gun
memang sengaja membawa Mi Young ke tempat itu, karena ia yakin Byun Ho berada
disana. Dan benar saja, dari jauh Gun melihat Byun Ho yang sedang bermain kartu
di temani nona Kim. Ia menuntut Mi Young menuju ke meja Byun Ho berada.
Suatu kebetulan, Byun Ho melihat Mi Young yang
bergandengan tangan dengan Gun. Ia terbelalak terkejut sekaligus takjub dengan
perubahan Mi Young. Gadis post-it yang ia kenal kini terlihat sangat cantik.
Tak hanya Byun H, nona Kim juga terkejut melihat Mi Young.
Gun dan Mi Young menempati 2 kursi kosong yang tersedia.
Mi Young berusaha bersikap wajar saat melihat Byun Ho. Gun menarik kursi untuk
Mi Young duduk. Mi Young dan Byun Ho saling pandang. Nona Kim menyindir Byun Ho
yang seperti tersihir dengan kecantikan Mi Young, “Kenapa kau tidak menghapus
air liur di wajahmu?”.
Byun Ho yang seakan tak percaya pada apa yang dilihatnya
berguman apa yang suah dilakukan Gun pada gadis kampung itu.
Gun ikut bermain kartu dengan Byun Ho dan juga
orang-orang yang ada di meja itu. Byun Ho yang merasa kartunya bagus terus
menaikan angka taruhan, membuat yang lain mundur. Gun tak gentar dan terlihat
santai. Sembari menikmati kacang, ia mempertaruhkan banyak chip miliknya.
Putaran pertama Byun Ho yang menang. Byun Ho senang sekali saat menarik semua
chip yang berhasil ia menangkan, kira-kira berapa jumlahnya ini jika di uangkan.
Byun Ho berkata sekarang ia menemukan dewi keberuntungan.
Byun Ho mencubit gemas pipi nona Kim. Byun Ho menyodorkan chip berwarna biru
pada nona Kim, meminta doa keberuntungan. Nona Kim memberikan keberuntungannya
dengan meniup chip itu sambil bergaya seksi.
Mi Young menatap was-was, apa tak masalah?, tanyanya pada
Gun. Gun minta Mi Young tidak usah khawatir, percaya saja padaku.
Presdir Park dan Mr. Choi merasa kelaparan setelah lelah
melarikan diri. Mereka jongkok di dekat warung makan. Melihat para pelanggan
yang makan dengan lahap membuat air liur mereka menetes.
Presdir Park mencoba menahan diri. Ia tak boleh
enak-enak’an makan sementara Mi Young sangat menderita karena ulah mereka.
Harus tetap setia. Mr. Choi membenarkan. Pasti saat ini Gun sedang mempersulit
Mi Young.
Benarkah seperti itu?. Tentu tidak bukan, justru sekarang
ini Gun berusaha membalaskan sakit hati Mi Young.
Kembali ke meja kasino. Gun masih bertaruh dengan Byun Ho. Ia minta Mi Young jangan gugup. Gun menyisahkan satu chip merah, lalu mempertaruhkan semua chip tersisa yang ia miliki. Mi Young panic, Gun hanya tertawa dengan gaya khasnya.
Byun Ho mengintip kartu yang ia miliki. Nona Kim
berbisik, “Kurasa kita tidak akan menang sekarang. Berhenti saja”.
“Sebagai seorang pria aku tidak bisa melakukannya”, sahut
Byun Ho.
Byun Ho ikut mempertaruhkan beberapa chip miliknya. Byun
Ho membuka kartu miliknya. Jack dan King wajik merah. Sebelum memperlihatkan
kartunya, Gun berkata pasti Byun Ho sangat gugup.
Byun Ho dan nona Kim bersorak senang mengetahui kartu Gun
lebih rendah dari miliknya. Putaran kali ini kembali Byun Ho menangkan. Nona
Kim girang bukan kepalang, chip yang mereka miliki bertambah banyak. Bukankah
semua ini berkat keberuntungannya.
Byun
Ho menahan tangan nona Kim yang ingin mengambil chip-chip itu, bukanya barusan
nona Kim menyuruhnya untuk berhenti bermain. Nona Kim mendelik kesal saat Byun
Ho menarik semua chip mendekat kearahnya.
Mi
Young menatap lemas, sementara Gun yang kehilangan seluruh chipnya hanya
tersenyum tipis melihat kemenangan Byun Ho. Sepertinya Gun sengaja membuat Byun
Ho menang di awal dan menangis di akhir permainan.
Telah mendapatkan chip yang banyak rupanya tak cukup membuat Byon Ho puas. Ia menjadi maruk dan menantang Gun untuk melanjutkan permainan. Byun Ho berkata chip yang ia miliki sudah terlalu banyak, sehingga
membuatnya bosan. Gun mengangguk, menerima tantangan Byun Ho.
Karena chip Gun sudah habis, ia meminta chip tambahan pada petugas kasino. Nona Kim dan Byun Ho merasa kartu yang mereka miliki kali ini sangat bagus. Gun memutar-mutar chip berwarna merah yang sengaja ia sisihkan tadi, seakan benda itu nantinya yang akan menjadi chip keberuntungan.
Nilai
taruhan terus bertambah seiring dengan semakin memanasnya permainan. Gun sama
sekali tidak terlihat ragu, takut ataupun cemas saat mempertaruhkan chip miliknya. Langkah itu pun di ikuti
Byun Ho yang merasa yakin dewi fortuna akan selalu memihak padanya.
Gun
menoleh pada Mi Young yang menyaksikan permainan itu dengan was-was. Ia
menyodorkan chip merah yang sedari tadi ia pegang kepada Mi Young, “Doakan aku
agar menang”.
Mi
Young segera mengambil chip itu, meletakkanya di kening dan berdoa dengan
sungguh-sungguh. Berharap Gun menang. Setelah selesai, Mi Young mengembalikan
chip itu pada Gun. Gun menerima chip itu
lalu menaruh diatas 2 kartu miliknya. Lalu menutup kedua benda itu dengan gelas
bekas kacang. Seperti sebuah firasat datang, kali ini gilirannya untuk menang.
Tanpa
pikir panjang lagi, Gun mempertarukan kembali semua chip yang ia miliki. All
In. Mi Young kembali dibuat terkejut dengan aksi nekat Gun. Siapa yang gak
was-was coba?.
Byun
Ho kembali mengintip kartu miliknya, As dan 10 wajik, yang bearti As Full House.
Dalam hati Byun Ho yakin tidak akan kalah. Byun Ho berkata bisa membaca wajah
Gun, kalau taktik ini hanya tipuan saja (menggertak maksudnya).
Huwahahaha…
Gun tertawa dengan gaya khasnya. Gun memberitahu Byun Ho, ada 3 hal penting
yang diperlukan penjudi untuk menang.
“Pertama,
adalah kesabaran untuk menunggu giiran. Kedua, tekad untuk bermain hingga titik
penghabisan”.
Belum
selesai Gun menyelesaikan kalimatnya, Byun Ho sudah mencibir, “Dasar pamer.
Memangnya apa yang terakhir”.
Yang
terakhir akan Gun katakan setelah Byun Ho merasa putus asa. Byun Ho pura-pura
takut, “Benarkah!. Oh…kau sungguh menakutkan. Tapi kurasa aku tidak akan
mendengar yang hal terakhir”.
Byun
Ho ikut mempertarukan semua chipnya. Bermain All In. Gun tersenyum senang
memang itulah yang ia harapkan. Sejenak suasana menjadi tegang. Petugas kasino
meminta kedua belah pihak membuka kartu.
Byun
Ho lebih dulu membuka kartu. As Full House. Byun Ho tersenyum merasa yakin akan
menang. Gun menatap Mi Young sejenak,
lalu mencium chip yang sudah di doakan Mi Young. Gun meletakan chip itu lalu
membuka salah satu kartu miliknya. Kartu daun dengan angka 8.
Byun
Ho tersenyum mengejek, merasa kartu yang Gun miliki jauh berada di bawahnya.
Tapi belum selesai. Gun melempar kartu itu ketengah meja lalu membuka kartu
satunya lagi. Kali ini kartu hati dengan angka 8 juga.
Huawahaha…
Gun tertawa terbahak… Byun Ho terbelalak syok, sampai-sampai ia setengah
berdiri untuk memastikan penglihatannya. Apa benar Gun memilki karut 8 double.
Petugas kasino menjejerkan 2 kartu milik Gun.
Jika
digabungkan dengan kartu yang ada di meja, maka kartu berangka 8 berjumlah 4
kartu. Isitlah permainanya di sebuat Four of a Kind 8 atau Empat kartu 8. Sementara
kartu As milik Byun Ho jika di gabungkan hanya berjumlah 3. Dengan begitu, Gun
memenangkan permainan. (Aduh, saya gak begitu ngerti istilah permainan kartu).
Mi Young bengong tak mengerti. Saat Gun berkata kita menang. Kita menang. Barulah Mi Young mengerti. Mi Young bersorak girang memeluk Gun dengan suka cita.
“Aku
lega sekali. Aku khawatir kita akan kalah karena nasib burukku!. Aku sangat
lega”.
Nona
Kim tidak terima kalah, ia menunjuk tumpukan chip yang kini menjadi milik Gun.
Apa yang akan Byun Ho lakukan. Sebagain chipnya ada disana, “Kembalikan uangku
sekarang. Sebenarnya apa kehebatanmu?!. Kau juga tidak hebat semalam...”.
Byung Ho jadi kesal karena perkataan nona Kim berubah. “Kau bilang kau bersenang-senang semalam!. Kau bilang tidak ada kuda putih lain sepertiku!”.
Pandangan
nona Kim tertuju pada bagian intim Byun Ho. Dengan nada mencibir nona Kim
berkata, “Kuda putih? Ya benar. Berhenti
bicara omong kosong”.
Nona
Kim yang kesal karena uangnya melayang, memilih pergi meninggalkan Byun Ho yang masih syok dengan kekalahannya.
Tangan Gun bergerak membereskan chip miliknya. Byun Ho yang putus asa mendekati Mi Young. Berusaha membujuk dan meminta belas kasih, “Kenapa kau menjadi seperti ini, sayang?. Kau tidak boleh begini terhadap rekan kerjamu. Bagaimana kau akan melihat wajahku besok di kantor?. Sekali saja..Ayo kita bermain sekali lagi”.
"Melihatnya berlutut di hadapan uang. Bukan dia yang menyedihkan, tapi aku yang tampak menyedihkan. Dia orang jahat, itu benar. Tapi perasaanku dulu padanya nyata. Perasaan itu seharusnya tidak menjadi sia-sia".
Gun terdiam, seperti merenungi perkataan Mi Young. Gun berkata kalau ia dan Mi Young senasib. Karena Se Ra tak datang, Gun merasa sendian, “Aku bahkan menyiapkan lamaran”.
Mi Young merasa bersalah dan meminta maaf pada Gun. Karena dirinya, acara lamaran Gun gagal. Ternyata benar apa yang Gun katakan, kalau dirinya selalu bernasib buruk. Gun tertawa kecil. Tidak benar, ia mengatakan hal itu karena kesal. Ini sungguh bukan kesalahan Mi Young.
Menanggapi itu, Gun sedikit bergurau. Orang
yang bernama Mar dan bermarga Kim, jika digabung namanya menjadi Kim Mar-ee,
yaitu nasi gulung rumput laut. Mi Young tertawa mendengar lelucon Gun.
Mi Young kembali tersenyum. Mi Young berkata mulanya ia menilai kalau Gun orang yang aneh. Tapi ternyata tidak, sekarang Gun tampak seperti orang yang berbeda.
“Terimalah. Ini chip yang membuatmu menjadi dewi keberuntungan. Kita tidak bisa selalu memenangkan permainan dalam hidup. Tapi selama kau mempunyai chip itu, kau akan selalu punya harapan dan kesempatan. Jadi simpan baik-baik.
Tak lama mobil jemputan Gun datang. Ia pamit pergi lebih dulu. Mi Young mengangguk menyilahkan. Gun berjalan beberapa langkah, lalu berbalik menghadap Mi Young.
Gun
tersenyum melihat wajah kalah Byun Ho. Ia mengatakan hal terakhir yang harus di
miliki penjudi, yaitu kemampuan untuk mengenali dewi keberuntungan. Tangan Gun
menunjuk pada Mi Young. Gun menambahkan Byun Ho tidak mempunyai kemampuan itu.
Byun
Ho yang belum bisa menerima kekalahan mengambil chip yang ada di meja. Ia mengajak
Gun bertanding sekali lagi..Sekali saja. Gun tidak boleh mengambil chip
miliknya, “Kau tak boleh melakukan ini!”. Gun mendorong Byun Ho dengan tawa
meledek, “Tentu saja aku bisa. Jangan seperti ini. Kau terlihat murahan.
Kupikir kau kalangan bangsawan”.
Tangan Gun bergerak membereskan chip miliknya. Byun Ho yang putus asa mendekati Mi Young. Berusaha membujuk dan meminta belas kasih, “Kenapa kau menjadi seperti ini, sayang?. Kau tidak boleh begini terhadap rekan kerjamu. Bagaimana kau akan melihat wajahku besok di kantor?. Sekali saja..Ayo kita bermain sekali lagi”.
Gun
mendorong Byun Ho menjauh dari Mi Young, “Hei!. Dengar. Semua ini kau yang
memulainya. Jika kau sungguh-sungguh menginginkannya. Di sini, sekarang juga,
di hadapan wanita ini, jika kau berlutut dan memohon maaf dengan tulus. Aku
akan mengembalikan uangmu. Silakan...”.
Tanpa pikir panjang, Byun Ho langsung berlutut di depan
Mi Young seperti yang di perintahkan Gun. Tak ada lagi yang namanya harga diri.
Memang, uang sering kali membuat seseorang melupakan harga dirinya sebagai
manusia.
“Aku minta maaf. aku bersalah. Aku benar-benar
merenungkan kesalahanku. Kau bisa melihatnya di wajahku, kan?. Aku minta maaf”.
Mi Young memang memiliki hati yang baik dan itulah
kelemahannya. Ia tak tega melihat Byun Ho yang memohon hingga berlutut seperti
itu. Mi Young menyuruh Byun Ho berhenti dan berdiri. Gun menatap tak percaya,
kenapa Mi Young begitu mudah melepaskan kesempatan untuk membalas penghinaan
Byun Ho.
Mi Young menundukkan kepala tanda terima kasihnya pada
Gun. Lalu berlari kecil meninggalkan tempat itu. Gun terpaku menatap kepergian
Mi Young
Kemudian, Gun dan Mi Young bicara di tempat lain. Mi
Young telah berganti pakaian, kembali menjadi Mi Young yang sederhana. Mi Young
bisa menebak, pasti Gun menganggap dirinya sangat bodoh. Gun telah memberinya
kesempatan untuk membalas dendam, tapi dengan mudahnya ia menyerah.
Gun tak mengerti kenapa Mi Young memaafkan orang seperti
Byun Ho. Apa karena Byun Ho terlihat menyedihkan.
"Melihatnya berlutut di hadapan uang. Bukan dia yang menyedihkan, tapi aku yang tampak menyedihkan. Dia orang jahat, itu benar. Tapi perasaanku dulu padanya nyata. Perasaan itu seharusnya tidak menjadi sia-sia".
Gun terdiam, seperti merenungi perkataan Mi Young. Gun berkata kalau ia dan Mi Young senasib. Karena Se Ra tak datang, Gun merasa sendian, “Aku bahkan menyiapkan lamaran”.
“Apa kekasihmu bernama Se Ra?”, tanya Mi Young.
Gun mengangguk. Mi Young ingat kejadian di tepi kolam
tempo hari, ketika ia mendengar Gun
melatih kalimatnya untuk melamar Se Ra.
Mi Young juga ingat kejadian saat
mereka di kejar anjing. Dan perkataan Gun yang bilang kalau acara lamarannya
gagal itu karena nasib buruk Mi Young.
Mi Young merasa bersalah dan meminta maaf pada Gun. Karena dirinya, acara lamaran Gun gagal. Ternyata benar apa yang Gun katakan, kalau dirinya selalu bernasib buruk. Gun tertawa kecil. Tidak benar, ia mengatakan hal itu karena kesal. Ini sungguh bukan kesalahan Mi Young.
Mi Young mengganti topic pembicaraan, menyinggung masalah
presdir Park dan kakak iparnya, Mr. Choi. Memang benar apa yang dilakukan kedua
orang itu salah. Tapi mereka melakukannya karena merasa putus asa. Jadi tak bisakah, Gun memaafkan mereka.
Gun setuju, baiklah. “Kalau di pikir-pikir, kita adalah
korban. Karena salah satu dari kita meminta untuk memaafkan mereka, Mengapa
tidak kita maafkan saja mereka. Aku tidak akan menyerahkan pekara ini ke kantor
polisi”.
Mi Young tersenyum mengucapkan terima kasih.
Kemudian, Gun memberitahu namanya pada Mi Young. “Namaku Gun. Lee Gun. Itu satu
karakter”.
Mi Young tampaknya merasa minder saat berkata
kalau namanya sangat biasa dan umum. Gun ingin dengar sebiasa apa nama Mi
Young.
“Kim Mi Young”.
“Kim Mi Young?”, ulang Gun.
Gun heran memang apa salahnya dengan nama itu.
Mi Young menjelaskan banyak orang yang
memiliki nama itu. Kemanapun ia pergi selalu ada orang lain yang memiliki nama
yang sama dengannya. Di perusahaan tempatnya berkerja, ada 3 orang yang bernama
Kim Mi Young. Dan diseluruh negeri ini
kira-kira ada 20.000 orang lebih yang memakai nama Kim Mi Young.
“Percaya dirilah”, ucap Gun kemudian.
“Mempunyai nama seumum itu hanya membuktikan betapa nama Kim Mi Young banyak
disukai”.
Mi Young kembali tersenyum. Mi Young berkata mulanya ia menilai kalau Gun orang yang aneh. Tapi ternyata tidak, sekarang Gun tampak seperti orang yang berbeda.
Gun ingat sesuatu. Ia mengeluarkan chip merah
yang terselip di pergelangan jasnya. Chip keberuntungan yang tadi di doakan Mi
Young. Gun menyodorkan chip tersebut
pada Mi Young.
“Terimalah. Ini chip yang membuatmu menjadi dewi keberuntungan. Kita tidak bisa selalu memenangkan permainan dalam hidup. Tapi selama kau mempunyai chip itu, kau akan selalu punya harapan dan kesempatan. Jadi simpan baik-baik.
Mi Young tersenyum dan mengucapkan terima
kasih. Sebagai balasan, Mi Young memberikan permen Cherry Pink, “Ini untukmu”.
Wajah Gun nyengir saat melihat permen lolipop. Mengira kalau permen yang disodorkan padanya itu bekas air liur anjing
yang mengejar mereka. Mi Young tertawa kecil dan berkata kalau ia membeli
permen yang baru. Masa bekas dijilat anjing mau di kasi ke orang. Hehehe...
“Ini permen yang membantu untuk mewujudkan
cinta. Itu kata-kata orang yang berhasil dengan permen ini. Aku mempercayainya.
Tidak, aku ingin percaya. Orang yang
menyukai manis adalah orang yang ingin hidup bahagia”.
Biasanya Gun tak mempercayai hal-hal tahayul
semacam itu, “Tapi, berikan padaku...”. Mi Young tersenyum saat memberikan
permen itu, begitu pula dengan Gun yang menerimanya, “Terima kasih”, ucapnya
kemudian.
Tak lama mobil jemputan Gun datang. Ia pamit pergi lebih dulu. Mi Young mengangguk menyilahkan. Gun berjalan beberapa langkah, lalu berbalik menghadap Mi Young.
Mi Young menganguk tanda setuju. Tentu ia akan
melupakan kejadian kemarin, lagi pula Mi Young yakin kalau ia dan Gun tidak
akan bertemu lagi. Sebelum benar-benar pergi, Gun memberi nasehat.
“Tidak baik menjadi seseorang yang terlalu
baik. Percaya dirilah dan jangan mudan terintimidasi. Kau tahu, jadilah wanita
tangguh”. Gun tertawa lebar, memamerkan tawa khasnya. Hahaha.
Bukan hanya saya, Mi Young juga tersenyum
geli mendengar tawa konyol Gun yang menggelikan. Mi Young berkata akan mencoba
nasihat yang di berikan Gun.
Gun masuk ke dalam mobil yang membawanya pergi
menjauh. Ia sempat melihat Mi Young yang
membungkukkan badan melepasnya pergi. Gun menatap permen yang di hadiahkan Mi
Young.
Sementara
Mi Young yang masih berdiri di tempatnya, memandang sesaat chip
pemberian Gun. Takdir mereka, akankah berhenti disini?.
Makasih ya mbk en lanjut sampe selesai y, mat idul fitri minal aizin wall faizin
ReplyDelete