Se Yoon mengatakan tempat dimana mereka berada saat ini akan menjadi tempat pernikahan mereka, "Ini mungkin kesempatan terakhir kita. Jika kita tidak melakukan seperti ini, mungkin kita akan berakhir selamanya".
Tetap saja, Chae Won tak ingin ada orang lain yang terluka karena tindakan mereka. Terlebih lagi jika orang itu adalah Choon Hee, ibu mereka.
"Kenapa kau tidak memperdulikan dirimu sendiri?. Kau begitu peduli ketika orang lain terluka. Apa kau benar-benar tidak peduli dengan penderitaanmu sendiri?. Dan bagaimana denganku?. Jika aku terluka dan jika aku kesakitan, kau tidak perduli?", tanya Se Yoon.
Se Yoon bertanya apa Chae Won sanggup memanggil dirinya dengan panggilan kakak. Chae Won merasa sesak napas membayangkan hal tersebut. Se Yoon yakin Chae Won pasti akan sulit menerimanya, "Saat aku melihatmu, aku ingin menciummu, memegang tanganmu, dan memelukmu. Aku tidak ingin menjalani sisa hidupku dengan mendengar kau memanggilku "Kakak".
Se Yoon minta Chae Won memberanikan diri. Yang perlu Chae Won lakukan hanyalah berada disisinya. Selebihnya ia yang akan menyiapkan dan mengurus semuanya. Akhirnya Chae Won mengangguk, menuruti permintaan Se Yoon.
Presdir Lee membentak Sol Joo yang minum alkohol disaat dirinya baru pulang dari kantor. Sol Joo memberitahu Se Yoon meninggalkan rumah, dan mereka akan melangsungkan pernikahan. Presdir Lee menyalahkan Sol Joo yang diam saja saat Se Yoon pergi dari rumah, "Apa kau masih waras?. Seharusnya kau menghentikannya?".
"Tentu saja itu yang harus aku lakukan. Memangnya apa hak ku mencegahnya?. Bahkan aku tidak melahirkannya. Aku adalah ibu yang mencurinya. Apa yang bisa ku lakukan?"
Sol Joo mengungkit perkataan presdir Lee yang akan menceraikannya jika Se Yoon benar-benar menikahi Chae Won. Maka, sekarang ia menyuruh presdir Lee untuk pergi. Dengan nada putus asa Sol Joo berkata bagaimana pun ia selalu sendirian, tak apa jika orang disekelilingnya mengabaikan dan meninggalkannya sendiri.
"Apa yang kau lakukan itu baik? Kenapa kau mabuk, hah!", bentak presdir Lee nyaring
"Jika kau tidak memaksanya sampai ke pinggir. Se Yoon kita tidak akan membuat pilihan yang nekat".
"Jadi kau menyalahkanku sekarang?".
Sol Joo berdiri sempoyongan, "Kau seharusnya mengijinkan saja mereka menikah!. Maka, Se Yoon tidak harus meninggalkan rumah!. Kau mengambil putra kita dariku!. Kembalikan putraku!!!. Cari Se Yoon sekarang!!", Sol Joo terak nyaring.
Presdir Lee membalas dengan suara yang tak kalah nyaring. Beraninya Sol Joo menyalahkan dirinya, disaat Sol Joo yang membuat kesalahan, "Kau tidak bisa di selamatkan. Baik, jika itu yang kau inginkan aku akan pergi".
Detik itu juga presdir Lee pergi meninggalkan rumah dengan marah, tanpa membawa barang-barang atau pakaian. Sejenak Sol Joo tertegun, dengan tangan bergetar ia kembali minum dan berkata dirinya baik-baik saja, tidak ada yang perlu di takutkan.
Choon Hee mencari Chae Won ke kamar dan mendapati kamar itu kosong. Ia berpikir mungkin Chae Won masih bekerja di pabrik. Choon Hee lalu membuka lemari, menyiapkan kasur serta selimut untuk tidur Chae Won.
"Chae Won tidak ada di kamar. Dia tidak ada disini", ucap kakek melangkah masuk ke kamar.
Choon Hee bertanya apa maksdunya. Kakek berkata jujur tentang kedatangan Se Yoon yang bertanya apakah boleh dia menculik Chae Won. Dan kakek pun mengijinkannya, "Sepertinya mereka berdua akan melangsungkan upacara pernikahan".
Hyo Dong yang kebetulan berada di depan pintu sedikit mendengar perkataan kakek. Untuk lebih jelasnya, ia bertanya upacara pernikahan apa, siapa yang menikah?. Kakek balik tanya, "Siapa menurutmu?. Tentu saja Se Yoon dan Chae Won".
"Ayah!", seru Hyo Dong terkejut
"Apa yang sudah kukatakan padamu?. Kau harus membiarkan hal-hal berjalan seperti yang ditakdirkan", ujar kakek.
"Meski begitu tanpa ijin orang tua bagaimana bisa mereka kawin lari?. Ini tidak boleh", sahut Hyo Dong.
Kakek tidak mempermasalahkan hal itu, yang penting mereka saling mencintai. Kakek pergi. Hyo Dong marah dan menilai putrinya sudah kehilangan kesadaran. Bagaimana dia bisa berpikir untuk kawin lari. Ia mengambil ponsel berniat menghubungi Chae Won, tapi Choon Hee melarang, "Biarkan saja. Semua sudah terjadi. Kita awasi saja mereka".
"Aku sangat kecewa", kata Hyo Dong dengan nada tinggi, "Jika kau berpikir Chae Won adalah putrimu sendiri, kau tidak akan bertindak seperti ini. Se Yoon adalah putramu dan Chae Won adalah putrimu juga. Seolah-olah tidak ada yang salah dengan itu, kau ingin mereka menikah".
"Bagaimana kau bisa berkata seperti itu. Selama aku tinggal disini, aku sudah menganggap Chae Won seperti putriku sendiri".
Nenek yang mendengar suara ribut dari luar, melangkah masuk ke dalam untuk melihat apa yang terjadi. Pertama kalinya melihat Hyo Dong dan Choon Hee bertengkar membuat nenek heran, "Kalian tidak pernah bertengkar sebelumnya. Kenapa suara kalian begitu keras?. Ada masalah apa? ".
"Aku sangat kecewa!", ucap Hyo Dong nyaring lalu pergi dengan marah.
Nenek bisa menebak pasti Choon Hee dan Hyo Dong bertengkar karena masalah pernikahan Chae Won. Choon Hee yang merasa terpojok hanya bisa meminta maaf karena membuat keributan.
Se Yoon membawa Chae Won pergi ke sebuah penginapan yang akan menjadi tempat mereka menginap malam ini. Ia mengetahui tempat ini dari Seok Joon, penginapan yang menyediakan kamar dan sarapan terbaik di lingkungan sini. Setelah mereka menikah, Se Yoon akan mengajak Chae Won ke suatu tempat yang bagus untuk berbulan madu.
"Kau kenal Seok Joo, kan?. Kau dulu pernah bertemu dengannya sekali. Dia bekerja sebagai dokter di rumah sakit Namhae".
Chae Won ingat. Se Yoon berkata besok Seok Joon akan datang menjadi saksi penting pernikahan mereka. Dan pastur yang memimpin upacara pernikahan besok adalah kakak ipar Seok Joon.
"Aku adalah orang yang sangat berkemampuan", ujar Se Yoon narsis memuji diri sendiri, berharap Chae Won tertawa.
Tapi Chae Won malah memandang Se Yoon lekat, Se Yoon malu di pandang seperti itu. Bagi Chae Won, Se Yoon memang memiliki
kemampuan (cakap), hingga membuat nya merasa rendah diri, “Kau terlalu bagus
untukku”.
Meski Se Yoon berhasil membawa Chae Won pergi
dari rumah, tapi jujur saja awalnya ia merasa khawatir jika Chae Won memaksa
untuk kembali ke Seoul. Pengertian sikap Chae Won yang bisa selalu bisa
memahami membuat Se Yoon merasa tenang.
Young Ja dan Chul Goo terus memikirkan cara bagaimana menyelesaikan masalah yang menimpa perusahaan. Bisakah mereka mendapatakan uang sebelum jam 10 pagi besok. Young Ja yakin Direktur eksekutif Kim dan Kepala Operasional sudah melakukan terbaik terbaik, jadi percaya pada mereka.
Chul Goo meminta maaf, jika saja ia sadar dan
lebih peduli sejak awal, mungkin keadaan perusahaan tidak akan sekacau
sekarang. Meskipun sekarang sedikit terlambat, tapi Young Jaga lega akhirnya
Chul Goo sadar (tidak lagi sibuk mengejar Chae Won).
Dari arah dapur, ibu dan anak ini mendegar
suara Joo Ri yang marah-marah. Joo Ri
berkata tidak bisa hidup dengan harga diri terinjak-injak. Berakhir seperti ini
membuatnya marah sangat marah.
“Aigo...”, keluh Young Ja lelah, “Setelah
satunya sadar, yang satunya lagi membuatku jungkir balik. Aigo...hidupku”.
Benar saja, Joo Ri meracau karena terlalu
banyak minum. Tak tanggung-tanggung ia langsung minum alkohol langsung dari
botolnya tanpa gelas. Serta merta Chul Goo menarik paksa botol tersebut
diiringi omelan yang memang pantas untuk Joo Ri terima.
Joo Ri ingin terus minum hingga tak kuat lagi,
dan setelahnya ia ingin mati saja. Young Ja menyusul ke dapur. Ia marah karena
Joo Ri berani merengek disaat dialah yang membuat kekacauan, terlebih perkataan
ingin mati saja membuat Young Ja makin kesal.
Chul Goo mengerti, perkataan itu keluar dari mulut Joo Ri
dikarenakan dia sangat frustasi. Young Ja menyesali keputusannya yang
mengijinkan Joo Ri untuk mengambil alih perusahaan, “Akulah orang paling bodoh
di dunia ini. Ibu menghabiskan banyak uang untuk menyekolahkanmu keluar
negeri. Dengan bodohnya kau dipermainkan
oleh pemasok. Bersama orang-orang itu, kau mengacaukan perusahaan. Dasar kau idiot!".
"Apa aku tahu kalau masalahnya akan berubah seperti ini", racau Joo Ri tak ingin disalahkan, "Aku ingin suksse dan memberikan pukulan telak pada Se Yoon. Satu-satunya kejahatan adalah karena aku melakukan yang terbaik".
Young Ja muak mendengar Joo Ri menyebut nama Se Yoon, "Ibu muak", teriaknya lalu pergi. Chul Goo berkata Se Yoon benar-benar musuh masyarakat. Tenyata berada di dekat Chae Won tidaklah cukup. Ia menyalahkan Se Yoon yang menjadi penyebab kacaunya perusahaan.
Ki Ok yang sedang hamil muda tidak memiliki selera makan. Baru makan sepotong daging saja saja sudah membuatnya tak selara. Padahal makanan itu Kang Jin beli jauh-jauh sampai ke Jangchundo.
Ki Ok berkata rasanya tidak seenak dulu. Rasa masakan (kaki babi) yang dimasak Kang Sook jauh lebih enak dari yang sekarang, tidak berbau dan terasa kenyal. Ki Ok menginginkan makanan itu sekarang.
Ki Ok berkata rasanya tidak seenak dulu. Rasa masakan (kaki babi) yang dimasak Kang Sook jauh lebih enak dari yang sekarang, tidak berbau dan terasa kenyal. Ki Ok menginginkan makanan itu sekarang.
Otak Kang Sook benar-benar di penuhi sosok Bong Soo. Ia sangat yakin, dirinya lah cinta pertama pria itu. Ponselnya yang tiba-tiba berdering mengagetkan sekaligus membuyarkan lamunannya. Telepon itu dari Ki Ok.
Ki Ok minta Kang Sook membuatkan masakan kaki babi buatan Kang Sook. Kang Sook mengerti pasti Ki Ok nyidam kaki babi karena hamil, suruh saja Kang Jin membelikan di tempat lain. Ki Ok cemberut, "Tidak. Aku harus makan kaki babi yang khusus buatanmu".
"Apa maksdumu?. Jadi kau ingin aku membuatkanya sekarang?. Begitu?".
"Selama hamil, orang bilang jika kau tidak makan apa yang kau idamkan, bayinya akan kecil".
Kang Sook kesal, memangnya sekarang jam berapa hingga Ki Ok menyuruhnya untuk memasak. Selain itu, secara pribadi Kang Sook merasa muak jika menyangkut masalah kaki babi. Ki Ok tak ingin menggunakan trik ini, tapi jika terpaksa ia akan menelpon oppa (kakak). Kang Sook berkata, oppa Ki Ok (Ki Choon) tidak pintar memasak, dia hanya tahu mengantar makanan saja.
"Bukan Ki Choon oppa, tapi Bong Soo oppa. Presdir Sugar Entertainment", sahut Kang Sook lantang.
Kang Sook terperanjat mendengar nama Bong Sook. Demi persahabatannya dengan Kang Sook (sebelum menjadi ipar, mereka berteman baik), Ki Ok menutup mulut. Tapi jika Kang Sook bersikap seperti ini, maka ia tak segan-segan untuk memberitahu Ki Choon.
Gertakan Ki Ok rupanya sangat ampuh, Kang Sook yang semula ogah memasak kaki babi, mau tak mau menuruti permintaan Ki Ok. Ki Choon menyusul Ki Choon ke dapur dan bertanya kenapa Kang Sook malam-malam memasak kaki babi. Kang Sook mengatakan Ki Ok yang meminta.
Ki Choon kesal, berani sekali Ki Ok menyuruh Kang Sook memasak malam-malam. Apa karena dia hamil jadi bisa meminta seenaknya. Ki Choon hendak menelpon Ki Ok, Kang Sook yang melihatnya langsung menahan, "Tidak apa-apa, ibu bahkan belum menjenguknya sekali pun. Paling tidak aku harus sedikit memperhatikannya. Dan itu karena dia sedang ngidam".
Ki Choon menatap Kang Sook heran sembari mengulum senyum. Tak biasanya mantan istrinya itu bersikap baik. Kang Sook yang ia kenal akan menggerutu dan mengeluakan semua kata-kata makian, jika dirinya di repotkan. Tapi hari ini Kang Sook mau bersusah payah merebus kaki babi di tengah malam tanpa mengeluh sedikit pun. Ki Choon mengira Kang Sook melakukan ini untuk mendapatkan nilai bagus dimatanya.
Ki Choon membuka kedua tangan. Ia siap menerima pelukan Kang Sook hingga rusuknya remuk. Sikap asli Kang Sook keluar, ia menyuruh Ki Choon segera keluar dari dapur sebelum tulang rusuk Ki Choon remuk dipukuli kaki babi. Ujung-ujungnya malah Kang Sook yang pergi diiringi dengan omelan.
Ki Choon tertawa, "Dia pura-pura marah, padahal dia menyukainya. Hahahaha. Baiklah, malam ini kita akan melakukannya. Kang Sook-ah". (Hm....Melakukan apa???.. Hahaha)
Ki Choon tertawa, "Dia pura-pura marah, padahal dia menyukainya. Hahahaha. Baiklah, malam ini kita akan melakukannya. Kang Sook-ah". (Hm....Melakukan apa???.. Hahaha)
Hyo Dong masuk kekamar dan melihat Choon Hee yang menangis. Disaat emosinya telah reda, ia sadar perkataannya kasar tadi telah menyakiti Choon Hee, "Bahkan jika aku marah, tidak seharusnya mengatakan itu. Aku hanya merasa sangat frustasi, jadi tidak berpikir panjang".
"Aku sudah melakukan yang terbaik yang bisa ku lakukan. Tidak pernah sekalipun aku berpikir kalau Chae Won putri orang lain. Tapi kelihatanya seperti itulah nilaiku dimatamu. Jika aku tidak disini, bukankah anak-anak kita bisa menikah?".
"Yobo!".
Choon Hee kembali menangis, "Aku....meski Se Yoon adalah putraku....jika aku bukan ibunya Chae Won....", ucapan Choon Hee terhenti karena ia tak sanggup meneruskan. Berlari keluar kamar sembari terisak.
Hyo Dong bingung dan juga tak mengerti apa yang ada di dalam pikiran Choon Hee sekarang. (Jangan bilang, Choon Hee mempunyai pikiran ingin berpisah dari Hyo Dong).
Se Yoon menyusun tempat tidur dan selimut untuk Chae Won. Setelah selesai, ia menyuruh Chae Won istirahat. Perjalanan tadi pasti membuat Chae Won lelah, jika butuh sesuatu kamar Se Yoon tepat berada di sebelah. Chae Won tampak kikuk saat mengucapkan selamat malam.
"Apa?"
"Mungkin akan menakutkan tidur sendiri. Biarkan aku tidur disini. Di pojok kamar juga tak apa, aku akan tidur. Aku tidak akan melakukan apa-apa".
"Kau bercanda lagi?".
Se Yoon tidak bercanda, ia berniat tidur di sini karena benar-benar takut. Chae Won tidak mengijinkan, "Kau tidur di kamarmu". Se Yoon tersenyum, "Baiklah. Aku hanya bercanda".
Ponsel Chae Won berdering, dari Choon Hee. Se Yoon mengambil ponsel Chae Won, menekan tombol reject dan berkata jangan di jawab. Chae Won berkata ayahnya juga menelpon beberapa kali. Mereka pasti sangat khawatir. Se Yoon minta Chae Won untuk mematikan telponya. Sampai pernikahan besok terlaksana ia tidak ingin di hubungi oleh siapa pun.
Di halaman belakang, Choon Hee terus berusaha menghubungi ponsel Chae Won meski di alihkan ke panggilan suara. Karena tak bisa dihubungi, Choon Hee memutuskan meninggalkan pesan diiringi dengan deraian air mata.
Berada di rumah sebesar itu sendirian, tak ada yang Sol Joo lakukan selain memandangi foto kecil Se Yoon. Tiba-tiba ia merasa dadanya terasa panas. Ia mengambil segenggam penuh pil penenang, yang ia minum dengan alkohol. Entah Sol Joo sadar atau tidak bahwa air yang ia tegak bukanlah air putih, melainkan alkohol.
Malam itu, baik Se Yoon maupun Chae Won tidak bisa memejamkan mata. Se Yoon teringat bagaimana eksprersi wajah pasrah Sol Joo ketika ia bilang akan meninggalkan rumah. Jauh di lubuk hatinya ia merasa bersalah dan tidak tega meninggalkan ibu yang telah membesarkannya seperti itu, "Maafkan aku, ibu".
Pagi hari. Nenek terkejut bukan kepalang ketika mengetahui kabar kaburnya Chae Won dan Se Yoon dari rumah untuk melangsungkan pernikahan tanpa restu orang tua. Kakek berkata mereka tidak lari dari rumah, dan lagipula ia yang memberikan ijin.
"Jadi semua manusia yang duduk disini tidak masuk hitungan dan kau satu-satunya manusia disini?. Jika maksudmu jika tuan Uhm Pang Dal (nama kakek) menginjinkan, mata tidak apa-apa melangsungkan upacara pernikahan?", tanya nenek kesal.
"Woah...Daebak...Chae Won noona membuat masalah", sahut Seul Hong enteng yang langsung mendapat delikan tajam dari sang ibu, Do Hee.
Do Hee lalu bertanya apa keluarga Se Yoon mengetahui hal ini. Ia berani bertaruh pasti Sol Joo akan pingsan dengan mulut berbusa. Choon Hee diam tak berkomentar. Ki Choon heran apa kawin lari menjadi tren akhir-akhir ini. Dulu Ki Ok dan sekarang Chae Won juga, kenapa mereka bersikap seperti ini, "Wanita keluarga Uhm tidak boleh melakukannya. Kita akan memukuli mereka sampai mereka sadar".
Do Hee memukul Ki Moon agar hati-hati bicara. "Kenapa?", tanya Ki Moon bingung. Do Hee memberi isyarat ada Choon Hee ditengah-tengah mereka. Ki Moon baru sadar kalau Choon Hee adalah ibu kandung Se Yoon. Ki Moon diam, giliran Ki Choon yang buka suara.
"Mengapa kau harus mengkhawatirkan hal seperti itu?", Kang Sook menegur Ki Choon.
Dasar Ki Choon tidak peka, ia balik tanya apa Kang Sook tidak merasa khawatir. Pembicaraan yang tidak mengenakan ini membuat Hyo Dong bangkit dari duduknya, meski sempat menyentuh sarapannya. Nenek minta Hyo Dong makan sedikit, "Semalam kau juga tidak makan sama sekali".
"Aku tidak selera makan", jawab Hyo Dong lalu pamit berangkat kerja.
"Aigo...", keluh nenek, "Tentu saja dalam situasi begini apa ada makanan yang bisa turun ke kerongkongannya?".
Se Yoon bangun lebih pagi dari Chae Won, ia sudah berolahraga pagi dan membasuh wajah. Ia baru tahu kalau calon istrinya ternyata tukang tidur. Chae Won tersenyum malu, "Aku berguling bolak-balik semalaman karena aku tidak bisa tidur. Kurasa akhirnya aku tertidur saat subuh. Apa kau tidur nyenyak Se Yoon?".
"Tentu, aku tidur mendengkur segera setelah aku membaringkan kepalaku di bantal", (haha..bohong).
Se Yoon sudah menyiapkan air hangat untuk Chae Won cuci muka. Untuk hari ini ia akan memberikan pelayanan penuh, "Aku akan membasuh wajahmu". Chae Won tertawa, "Tidak perlu".
"Apanya yang tidak perlu. Saat kau menjadi istriku, aku tidak akan membiarkan tanganmu basah sedikitpun. Bersih-bersih, mencuci piring, mencuci baju, aku akan melakukan semuanya".
"Kau bohong", sahut Chae Won geli.
"Apa maksudnya aku bohong?. Kau hanya harus percaya padaku".
Se Yoon menuangkan air hangat ke baskom yang lebih kecil. Chae Won berkata biar saja ia yang melakukannya. Se Yoon melarang, "Ah...kau benar-benar tidak mendengarkanku. Bahkan sebelum menikah, kau tidak mendengarkan suamimu dengan baik. Setelah menikah, kau cuma akan mengomeli dan menyiksaku?".
"Apa?", tanya Chae Won tertawa mendengar candaan Se Yoon.
"Jadi tolong dengarkan suamimu, istriku sayang", ucap Se Yoon tertawa. Chae Won menurut, membiarkan Se Yoon membasuh wajahnya.
Do Hee yang khawatir menelpon kediaman keluarga Lee untuk mengecek keadaan Sol Joo. Sejak tadi ia tak bisa menghubungi ponsel Sol Joo. Bibi berkata Ny. Sol Joo belum bangun, semalam dia minum hingga larut malam. Do Hee berpesan pada untuk segera menelponya jika sudah Sol Joo sudah bangun.
Choon Hee keluar dari dapur dan bertanya apa
Do Hee menelpon Sol Joo onnie. Do Hee menjawab sepertinya Sol Joo tertidur
setelah minum sampai larut malam. Do Hee
sangat tahu pasti Sol Joo akan sangat
rapuh dengan kepergian Se Yoon.
Do Hee minta
Choon Hee jangan salah paham, ia adalah saksi hidup yang melihat bagaimana cara
Sol Joo membesarkan Se Yoon. Segenap perhatian ia curahkan pada Se Yoon yang
menjadi satu-satunya harapan baginya. Tapi apa yang dilakukan Sol Joo itu juga
tidak bisa dibenarkan (menculik Se Yoon).
“Aku tahu. Aku tidak akan salah paham”, jawab
Choon Hee.
Se Yoon dan Chae Won pergi ke butik untuk
mempersiapkan baju pengantin dan cincin pernikahan. Karena mendadak, mereka berdua memilih yang
sederhana saja. Tak hanya itu mobil Se Yoon juga dihiasi layaknya mobil
pengantin.
“Rasanya otakku akan mengering. Bagaimana bisa
aku duduk-duduk saja”.
Young Ja bertanya dimana Joo Ri. Chul Goo
tidak tahu, anak itu bahkan tidak masuk kantor.
Young Ja geram, “Anak nakal. Dia menelan perusaaan ini dalam sekali
telan. Sekarang dia bahkan tidak datang ke kantor”.
“Belum lama ini aku adalah CEO boneka, ibu
bertepuk tangan saat Joo Ri mengurus segala sesuatunya untuk perusahaan. Apa
ibu sangat tidak menyukainya?”, sindir Chul Goo.
Disindir seperti itu, Young Ja pun mengambil perumpaan lain.
Orang bilang bahkan dewa hades menutup satu matanya di depan uang. Joo Ri
hampir menghancurkan perusahaan yang tadinya berjalan baik. Apa Chul Goo pikir ia
akan tetap bersikap baik pada Joo Ri meskipun gadis itu adalah anaknya sendiri.
Asisten Young Ja masuk memberikan kabar,
dengan sangat menyesal ia memberitahu bahwa direktur perusahaan LK Investment
menolak meminjamkan modal, “Baru saja kami menerima pemberitahuan bahwa
perusahaan sedang dalam kebangkurtan awal”.
Chul Goo menginstruksikan agar asisten segera
memberitahu para kreditur. Young Ja khawatir dalam siatuasi ini akan ada
tuntutan tidak masuk akal dari para kreditur. Tapi Chul Goo tidak bisa duduk
diam dan menoton saja ketika seluruh karyawan mungkin akan kehilangan pekerjaan
dalam sekejap.
Young Ja bertanya bagaimana dengan Restrukturasi rencana pelunasan hutang. Asisten bekata sudah disiapkan, tapi para pemegang saham kelihatannya sangat cemas. Chul Goo akan mempertaruhkan hidupnya agar tidak dihapus dari pasar modal, jadi katakan pada mereka untuk tidak khawatir, “Golden Dragon Foods tidak akan mati semudah ini", ucap Chul Goo penuh keyakinan.
Do Hee menerima telpon dari bibi keluarga
Lee. Melihat Do Hee yang tergesa-gesa,
Choon Hee bertanya apa terjadi sesuatu dengan Sol Joo. Do Hee juga tidak tahu
secara pasti, tapi tampaknya ada yang aneh. Sol Joo mengunci pintu dan tidak
ada suara dari dalam, entah bagaimana rasanya aada pertanda buruk. Choon Hee ikut khawatir, ia minta Do Hee segera memberi kabar jika
terjadi sesuatu.
Do Hee mengerti, lalu pergi. Choon Hee
berharap tidak ada hal yang buruk menimpa Sol Joo. Ia lalu melihat jam di
dinding, waktu menunjukan pukul 12.45.
Choon Hee bertanya-tanya sendiri, apa pernikahan Chae Won dan Se Yoon sudah
dimulai.
Chae Won duduk di halaman gereja. Tak lama Se Yoon
datang bersama Seok Joon. Chae Won mengucapkan terima kasih atas kedatangan
Seok Joo yang masih sempat meluangkan waktu ditengah kesibukannya. Seok Joon
mengucapkan selamat sekaligus memberi pujian Chae Won tampak cantik. Chae Won
tersipu malu. Se Yoon sangat setuju dengan Seok Joon. Chae Won selau terlihat
cantik dalam kondisi apapun.
“Oh, ya ampun ternyata kondisimu lebih serius
dari yang aku pikirkan”, sahut Seok Joon.
(Hahaha..Se Yoon yang lagi kasmaran).
Mereka bertiga lalu tertawa bersama. Seok Joon
bertanya dimana kakak iparnya. Chae Won menyahut ada di dalam gereja. Seok Joo
menyusul masuk ke dalam.
Tinggalah mereka berdua, Se Yoon meraih tangan Chae Won dan menatap wajah calon istrinya yang terlihat cantik meski hanya memakai baju sederhana, “Terima kasih, karena sudah mempercayaiku dan bersikap berani.
Terpancar sorot bahagia dari mata keduanya. Se Yoon melihat jam tangan, upacara akan di mulai sebentar lagi. Se Yoon masuk ke gereja lebih dulu. Ia akan menunggu Chae Won di dalam.
Meski Chae Won merasa bahagia, tapi rasa sedih
juga terlukis di wajahnya saat menatap punggung Se Yoon yang menjauh.
Do Hee yang baru tiba dirumah langsung menuju
kamar Sol Joo. Berkali-kali ia memanggil dan mengetuk pintu kamar berkali-kali
tetap tidak ada sahutan. Untungnya bibi mempunyai kunci duplikat sehingga
mereka bisa membuka pintu.
Ketika pintu terbuka, mereka mendapati Sol Joo
tidur dalam posisi duduk. Semakin yakinlah ada sesuatu yang tidak beres. Sol
Joo mengoyang-goyangkan badan Sol Joo, tetap saja Sol Joo tak bergeming.
“Kenapa dia begini?”, ucap Do Hee panik.
Perhatiannya lalu tertuju pada botol yang terletak di atas meja, “Obat apa
itu?”, tanyanya kemudian.
Bibi menjawab itu adalah botol obat penenang
(anti depresi) yang sering di minum Sol
Joo. Do Hee yakin, Sol Joo pasti meminum obat itu saat mabuk. Tanpa membuang waktu, Do Hee langsung membawa
Sol Joo ke UGD.
Ditempat lain, Seok Joo menyarankan apakah tidak sebaiknya Se Yoon menghubungi Sol Joo sebelum upacara dimulai, "Ibu pasti sangat khawatir, telpon dia". Se Yoon akan menelpon setelah semuanya selesai.
"Apa kalian semua siap?", tanya Pastor.
"Ya", jawan Se Yoon penuh keyakinan.
Selang beberapa menit sebelum upacara di mulai. Chae Won mengaktifkan kembali ponselnya. Air matanya tak kuasa ia tahan saat mendengar pesan suara yang ditinggalkan Choon Hee.
"Ibu
mendengar dari Kakek. Pernikahan kalian, Ibu akan merasa bahagia.
Langsungkan pernikahan yang indah dan kembalilah ke rumah. Dan untuk Se
Yoon juga, katakan padanya kalau Ibu mengucapkan selamat. Ibu sangat
ingin melihat pernikahan kalian berdua. Ibu menyayangimu, Putriku, dan juga
Putraku".
"Chae Won-shi", panggil Se Yoon dari jauh, "Cepat kemari, acara akan segera dimulai".
Chae Won segera menutup telpon, menghapus air matanya lalu berbaik, "Baik aku datang".
Upacara penikahan yang sederhana ini di mulai, dengan hanya dihadiri satu undangan saja. Pastor mempersilahkan pengantin pria masuk. Munculah Se Yoon yang melangkah masuk ke altar dengan langkah yakin, diiringi jepretan kamera Seok Joon.
"Selanjutnya pengantin wanita akan masuk. Pengantin wanita silahkan masuk", panggil pastor kemdian.
Senyum Se Yoon mengembang menunggu pengantin wanita muncul. Iringan piano mengalun, tapi pengantin wanita belum terlihat. Pastor kembali memanggil hingga 3 kali, tapi Chae Won tak juga tampak di depan pintu.
Perlahan senyum Se Yoon memudar berganti was-was. Seok Joon permisi keluar untuk memeriksa. Saat kembali ia berkata tidak melihat pengantin wanita di depan. Keberadaan Chae Won tidak terlihat di manapun.
Wajah bahagia Se Yoon berubah menjadi tegang, apa yang terjadi. Kemana Chae Won?????...
Lanjut ke Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 46 Part 2
Komentar :
Maaf ya, baru bisa di posting sekarang. Untuk gambar menyusul kemudian. Thanks untuk semua reader yang telah menunggu dengan sabar.
✽̶┉♏∂ƙ∂șîħ┈⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴. Yac , smgatt smpai episode final, happy ending kaaannnnn ???? ƪ(°͡▿▿▿°")͡ƪ
ReplyDeletemakasih yaa mba udah dibikin sinop nya,, kelanjutannya ditunggu ya mba^^
ReplyDeleteceritany nyebelin.mbulet bgt bikin gemes.ms dah sedetik mo nikah aja hrs dbatalin.mbok nikah dl ga sampai sejam jg pemberkatanny.kl udah sah trus plg (hehe..kl aq yg jd sutradara episode na g bkl sepanjang ini).btw makasih mba nuri ayo fight tinggl dikit lg dah tamat
ReplyDelete