Jaksa menangkap Young Ja atas tuduhan memproduksi, mendistribusi dan menjual mie yang mengandung logam berat. Penangkapan Young Ja ini diliput para wartawan yang telah menunggu dipintu keluar.
Young Ja meneriaki para wartawan yang terus mengambil fotonya. Chul Goo berusaha mati-matian mencegah jaksa membawa ibunya. Beda dengan Joo Ri yang memilih bersembunyi di punggung Young Ja, karena tak ingin wajahnya tertangkap kamera. Hm..malu neng?.
"Ibu...Ibu...Ibu..", rengek Chul Goo takut kehilangan ibunya.
"Jangan menangis...jangan menangis...kita tidak melakukan kesalahan apapun", ucap Young Ja.
Di depan hadapan para wartawan, Young Ja mengatakan bahwa perusahaan Dragon Golden Foods miliknya adalah perusahaan yang jujur, yang bahkan telah menerima penghargaan dari Menteri Perdagangan, "Kami hanyalah korban penipuan dari pemasok bahan makanan. Dalam waktu dekat kami akan mengajukan tuntutan dan mengembalikan intregitas perusahaan kami".
Jaksa menambahkan akan mengungkapkan detail permasalahannya setelah proses investigasi. Ia pun meminta para wartawan menjauh dan memberi jalan.
Chul Goo yang panik terus mengikuti Young Ja hingga masuk ke dalam mobil. Ia minta ibunya untuk tenang dan tidak terlalu khawatir. Karena permasalahan ini akan mereka alihkan pada pengacara. Young Ja mengerti dan minta pada Chul Goo untuk tidak menangis, meski dia sendiri sudah hampir menangis.
Joo Ri yang terlalu syok hanya bisa berdiam diri di depan pintu keluar. Melihat mobil jaksa yang membawa ibunya pergi ke kantor polisi. Chul Goo berlari menghampiri Joo Ri yang hampir pingsan. Joo Ri menangis dan menyadari kalau semua ini adalah kesalahannya, "Bagaimana ini?. Bagaimana dengan ibu?"
"Keluarga kita hancur seperti ini", ucap Joo Ri diantara isak tangisnya.
"Apa maksudmu hancur?. Kita tidak melakukan ini dengan sengaja. Jelas-jelas kita adalah korban, menurutmu apa yang akan terjadi pada kita?. Jangan khawatir. Kakak akan mengurus semuanya".
Dikantor polisi, Young Ja bengong di interogasi oleh petugas polisi yang menanyakan apakah Young Ja benar-benar tidak tahu kalau mugwort di impor melalui jalur distribusi ilegal.
"Aih...Jika kami tahu, kenapa kami mau menerimanya?. Berapa kali harus aku katakan padaku. Kami adalah korban", seru Young Ja nyaring.
"Supaya mendapatkan pasokan mugwort dengan harga murah, bukankah kau mengabaikan masalahnya meskipun kau tahu?", tuduh polisi.
Young Ja bersikeras bahwa ia tak mengetahui sama sekali masalah itu. Sebelum menjalin kerjasama, pihaknya telah menerima sertifikat yang membuktikan mugwort berkualitas baik, "Sudahlah. Aku tidak melakukan kejahatan apapun jadi cepatlah selidiki dan biarkan aku segera keluar dari sini".
Petugas polisi menghela napas mendengar suara Young Ja yang nyaring seperti suara mercon...Beuh...polisi aja kalah sama Young Ja. Hihihi...
Kabar mie yang mengundang logam berat produksi Golden Dragon Foods sudah sampai ke telinga Se Yoon. Manager Kim memberikan informasi semua mie yang telah di produksi dan dipasarkan akan ditarik untuk di musnahkan.
"Lalu, apa mereka akan menerima saksi pidana?", tanya Se Yoon.
Manger Kim belum tahu, karena masih dalam tahap investigasi. Ia pergi keluar dari ruangan Se Yoon setelah menyampaikan informasi yang ia peroleh.
Sekertaris Se Yoon masuk dengan membawa pket berisi undangan pernikahan yang telah selesai di cetak. Ia kembali keruangannya setelah memuji design undangan tersebut sangat bagus.
Diundangan tersebut tertera nama Se Yoon dan Chae Won yang akan menjadi calon pengantin. Ultimatum Presdir Lee tadi pagi kembali terdengar di telinga Se Yoon. Jika Se Yoon memaksa menikahi Chae Won, maka hubungan anak dan ayah diantara mereka putus. Tak hanya itu saja, Presdir Lee telah mengambil keputusan akan menceraikan Sol Joo.
Se Yoon menghela napas berat. Keputusan kini berada ditangannya. Sebuah pilihan yang sangat sulit.
Sol Joo menyerahkan sebuah kotak pada Choon Hee. Kotak yang berisi pakaian bayi Se Yoon dan gelang kaki yang dibuat kepala panti. Didalamnya juga ada video dan foto masa kecil Se Yoon. Itu semua barang-barang yang terus Sol Joo simpan, dan ia merasa harus menyerahkan semua barang itu pada Choon Hee.
"Kakak iparmu (Presdir Lee) berkata pada Se Yoon, jika dia menikahi Chae Won maka dia akan memutuskan hubungan ayah dan anak dan juga menceraikanku".
Choon Hee terkejut. Sol Joo mengakui semua ini adalah kesalahannya. Ia telah mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk. Sol Joo bersedia mengikuti kemauan Choon Hee dan Se Yoon tanpa syarat, "Jadi kalian berdua harus mendiskusikan apa yang akan kalian lakukan dan beritahu aku".
"Apa onnie sakit?. Kau terlihat mengalami masa-masa yang sulit", tanya Choon Hee prihatin.
Sol Joo tersenyum getir, " Se Yoon berkata kalau aku mengerikan dan menakutkan hingga membuatnya gemetaran Aku tahu aku pantas mendengar kata-kata itu 100 kali bahkan1000 kali. Tapi saat aku benar-benar mendengarnya itu menyakitkan hatiku. Selama 30 tahun, aku merasa seolah-olah hidupku telah menjadi pasir yang tertiup angin. Kejam dan menyedihkan. Seperti inilah aku. Betapa tidak tahu dirinya aku, jika berkata mengalami masa-masa yang sulit di hadapanmu".
"Maafkan aku...Choon Hee", pinta Sol Joo tulus.
Choon Hee merasa iba, tapi ia membuang perasaan itu jauh-jauh dan tetap bersikap dingin. Ketika Choon Hee hendak pergi, Sol Joo berkata semua foto masa kecil Se Yoon ia kumpulkan di album foto yang ia berikan pada Choon Hee. Dan sekarang tak satupun foto masa kecil Se Yoon yang ia miliki, "Apa kau mau memberikan satu saja foto itu untukku?".
Sol Joo kembali meminta maaf, sekaligus memohon agar Choon Hee berbaik hati memberikan satu lembar saja foto kecil Se Yoon. Choon Hee menyodorokan kotak yang akan ia bawa, sebagai tanda memperbolehkan Sol Joo untuk mengambil satu foto.
Sol Joo membuka lembaran album dan tersenyum bahagia ketika melihat foto kecil Se Yoon saat berumur 100 hari. Foto itulah yang ia pilih sebagai satu-satunya kenangan yang ia miliki.
"Terima kasih Choon Hee...benar-benar terima kasih", ucap Sol Joo tersenyum sekaligus menangis.
Choon Hee tampak terenyuh, lalu pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan. Kemudian ia berbalik. Dari kaca jendala, Choon Hee bis melihat Sol Joo yang tersenyum memandangi foto Se Yoon. Choon Hee juga seorang ibu, tentu ia bisa merasakan apa yang tengah Sol Joo rasakan saat ini.
Setelah Choon Hee pergi, Sol Joo menangis sesengukan sembari mendekap foto Se Yoon ke dalam dadanya.
Choon Hee langsung memutar video masa kecil Se Yoon begitu tiba di rumah. Rekaman saat Se Yoon mulai belajar berjalan. Sanggupkah Choon Hee tidak menangis saat melihat video tersebut?. Tentu saja tidak, Choon Hee menangis sesengukan. Perasaanya benar-benar terpukul. Anak yang ia lahirkan tumbuh besar tanpa kehadirannya. Sejak lahir hingga saat hingga sekarang ini. Ia bahkan belum pernah memeluk putra kandungnya sendiri.
Pintu kamar yang terbuka membuat Chae Won bisa melihat apa yang tengah di lakukan Choon Hee. Suara tangis Choon Hee yang menyedihkan membuat Chae Won ikut menangis diam-diam. Perlahan-lahan ia menutup pintu, membiarkan ibu tirinya yang baik hati itu meluapkan kesedihan.
Ki Moon tegopoh-gopoh masuk keruang tengah mengabarkan tentang Young Ja yang digiring ke kantor polisi, "Kurasa masalahya tidak berjalan baik. Mereka terus memberitakanya".
"Apa?", seru Chae Won kaget.
Young Ja yang kini mendekam di dalam sel terus-terus'an berteriak meminta di keluarkan, "Hei! Apa kau tahu siapa yang kau masukkan ke sini?. Aku Presdir Dragon Golden Foods, Bang Young Ja!.
Sipir wanita datang dan menegur Young Ja, sekeras apapun dia berteriak tidak akan mengubah apapun. Young Ja berkata berada di dalam sel membuatnya sesak napas, "Apa yang kalian lakukan dengan menahan orang yang tidak bersalah disini, huh?.Aku bukan pengangguran yang bisa diletakkan saja disini. Mengeluarkan aku dari sini adalah satu-satunya cara aku bisa mengerjakan semua jaminan di perusahaanku! ".
Sipir wanita pergi meninggalkan Young Ja yang masih saja terus mengoceh. Kesal di tinggalkan begitu saja, Young Ja teriak semakin nyaring. Teguran dari para penghuni sel tak juga bisa menghentikan kegilaan Young Ja. Bahkan ia mengatai 3 ahjuma itu bermulut busuk, "Memangnya dengan siapa kalian bicara?".
Ketiga ahjuma itu marah dan siap memukul Young Ja jika tidak juga bisa tenang. Takut babak belur, Young Ja pun langsung jinak..hehehe.
Chul Goo berkonsultasi dengan pengacara perusahaan. Pengacara mengatakan meskipun mereka terbukti di tipu oleh pemasuk mugwort. Tetap saja sulit bagi mereka untuk menghindari tindakan administratif karena kelalaian management. Chul Goo yang kurang mengerti maksdunya minta pada pengacara untuk menjelaskan apa maksdunya.
Pengacara menjelaskan sesuai dengan peraturan Sanitasi makanan, Golden Dragon Foods bisa mendapatkan denda 1 bulan penghentian produksi, memusnahkan seluruh produk terkait dan tidak punya pilihan selain menerima 1 bulan pengehentian operasi.
Chul Goo lemas mendengar penjelasan pengacara. Asisten Young Ja masuk membawa berita buruk. Chul Goo syok, "Berita buruk apa lagi?". Asisten mengatakan. para konsumen yang merupakan korban bergerak membentuk aktifitas anti Dragon Golden Foods. Pasar saham juga mengalami penurunan.
Kang Jin pergi ke apotek, malu - malu ia meminta pada pegawai apotik tes kehamilan, "Putriku belum lama ini menikah. Kelihatannya dia hamil jadi dia memintaku untuk membelikannya tes kehamilan", ucap Kang Jin mengarang cerita.
Semenit kemudian, Kang Sook dan Do Hee datang ke apotek yang sama. Do Hee meminta obat sakit kepala untuk dan penghilang stress. Kang Sook yang pertama kali melihat Kang Jin melotot terkejut. Ada keperluan apa Kang Jin datang keapotek.
"Tes Kehamilan!", seru Do Hee dan Kang Sook terkejut bareng.
Petugas apotik menjelaskan alat tes kehamilan memiliki petunjuk, jika 2 garis yang muncul berarti hamil, "Tolong katakan pada putrimu, agar dia tidak bingung".
"Putri?", seru Kang Sook dan Do Hee kembali terkejut..
Kang Jin tersenyum-senyum lalu pergi. 2 ahjuma penguntit ini secara serentak mengikuti kemana Kang Jin pergi.
Dirumah, Ki Ok gelisah menunggu Kang Jin. Sang suami pulang, tak sendiri tapi bersama kakak - kakak ipar Ki Ok yang kepo. Ki Ok bertanya kenapa kalian ke sini. Do Hee berdecak heran belum lama Ki Ok menikah, tapi sekarang sudah menggunakan alat tes kehamilan.
Kang Jin tidak memperdulikan ocehan Do Hee, ia menarik Ki Ok untuk segera melakukan tes. Tapi Do Hee menahan. Dia berteriak pada Kang Jin untuk menunggu di luar saja, biar Ki Ok yang masuk ke kamar mandi sendirian.
Do Hee terus-terus'an berdecak, "Kau seharusnya berhati-hati. Bagaimana bisa kau melakukan itu tanpa berpikir?".
"Tanpa berpikir?. Bukankah saat kau menikah, kau menginginkan bayi", kata Kang Jin.
"Oh, tuhanku!. Kau terlalu rakus", semport Kang Sook
Do Hee mencibir tidakah Kang Jin sadar berapa usianya sekarang, "Apa kau pikir, kau bisa melewati musim semi tahun depan?"... (Hahaha. secara gak langsung Do Hee mendoakan Kang Jin cepat meninggal).
Kang Jin berguman tidak percaya dan menilai sikap Kang Sook dan Do Hee terlalu berlebihan, "Meskipun kita keluarga. Kalian seharusnya tidak selalu ikut campur dalam urusan pribadi suami istri. Urus saja masalah kalian sendiri!".
Ketiganya langsung berdiri ketika Ki Ok keluar dari kamar mandi. Kang Jin ingin tahu bagaimana hasilnya. Dengan rona bahagia, Ki Ok menjawab, "Hasilnya...2 garis", sembari menunjukan atas tes.
Sepasang suami istri itu merasa bahagia. Do Hee merasa meriang mendengarnya, tak mengira Ki Ok bisa hamil secepat ini.
Kemudian, Kang Jin dan Ki Ok menemui kakek dan nenek untuk mengabarkan kabar kehamilan Ki Ok. Mereka telah pergi ke rumah sakit dan memastikan kalau Ki Ok sedang mengandung. Nenek terkejut, sembari memegangi kepalanya yang pusing. Do Hee memberikan nenek obat sakit kepala yang telah ia persiapkan sebelumnya.
Kang Jin menunduk saat nenek melihatnya dengan pandangan marah. Ki Choon menyindir Kang Jin sungguh berbakat, "Kau menancapkan paku terakhir hingga keluarga ini tidak bisa pergi kemana-mana".
"Kau musang tua...berekor 99. Aku harusnya memotong ekor-ekor itu terlebih dahulu, ucap nenek geram bukan main.
Nenek mengeluh berapa umur Kang Jin sekarang hingga berpikir ingin memiliki bayi. Kang Sook menyidir sepertinya Kang Jin akan memakai popok orang dewasa (karena pikun) saat anak-anaknyanya masuk bangku kuliah. Ki Ok mendelik kesal disindir seperti itu.
Nenek berkata kepalanya seakan ingin meledak. Masalah Chae Won saja sudah membuat kepalanya pusing, dan sekarang Ki Ok menambahkan lagi masalah. Do Hee mengantar nenek masuk ke kamar.
Ki Ok yang ketinggalan berita bertanya apa yang terjadi dengan Chae Won?. Tak ada yang berani menjawab. Ki Choon mengalihkan pembicaraan dengan berkata merasa lapar dan minta pada Kang Sook untuk menyiapkan makanan. Kang Sook dan Ki Choon ngacir pergi ke dapur.
Ki Moon ikut pergi dengan berasalan lupa menghubungi rekan bisnis. Ki Ok kesal, tidak ada yang memperdulikannya. Kakek mengucapkan selamat atas kehamilan Ki Ok. Kang Jin terharu, ia berjanji akan menjadi ayah yang baik. Kakek menasehati Ki Ok untuk lebih berhati-hati dan memperhatikan kesehatannya, demi Ki Ok sendiri dan juga bayi yang kini ia kandung.
Chae Won mengikuti Choon Hee yang terus berjalan sambil melamun. Berkali-kali Chae Won memanggil, tapi Choon Hee tak juga mendengar. Akhirnya ia berlari menghampiri dan bertanya apa yang sedang ibunya pikirkan. Walau Chae Won tahu secara pasti apa yang sedang di pikirkan ibunya saat ini.
Choon Hee cerita bertemu dengan Sol Joo siang tadi. Ia tak tahu pasti apa yang ada di pikiran Sol Joo saat memberikan foto dan video masa kecil Se Yoon. Choon Hee bisa mengerti jika Chae Won merasa kecewa padanya.
"Pada akhirnya, Ibu merasa menjadi penghalang masa depanmu. Ibu tidak bisa melihatmu
ataupun Ayahmu karena merasa bersalah".
"itu tidak masuk akal, Bagaimana bisa Ibu berkata "penghalang"?".
Choon Hee berkata jika saja ia tidak menikah dengan Hyo Dong, pastinya Chae Won dan Se Yoon tidak akan mendapat masalah apapun, "Dan juga, jika Ibu tidak muncul dihadapan Se Yoon, dia juga tidak akan menderita sakit hati. Kalau dipikir-pikir sekarang, seharusnya ibu tidak kembali ke rumah".
"Kenapa ibu berkata seperti itu. Jika ayah mendengarnya, dia pasti akan sangat sedih".
Choon Hee meraih tangan Chae Won dan minta Chae Won untuk menunggu sebentar lagi. Pasti ia akan mengakhiri kesedihan Chae Won yang disebabkan oleh dirinya. Ponsel Choon Hee berdering menerima panggilan dari Se Yoon yang meminta padanya untuk bertemu malam ini.
Seperti hari-hari biasa, Sol Joo selalu berdiri di ruang tamu menunggu Presdir Lee dan Se Yoon pulang. Presdir Lee pulang lebih dulu, jalan melewati ruang tengah begitu saja tanpa melihat dan mengabaikan sapaan Sol Joo.
Walau diabaikan, Sol Joo tetap menyusul presdir Lee ke kamar. Sembari melepas jasnya, Presdir Lee bertanya dimana Se Yoon. Sol Joo menjawab Se Yoon mengirim sms akan pulang terlambat. Tangan Sol Joo terulur hendak mengambil jas suaminya. Presdir Lee lansung membuang jas itu begitu saja ke atas kasur.
Sol Joo berkata bertemu dengan Choon Hee tadi siang untuk menyerahkan semua barang-barang masa kecil Se Yoon. Album, video dan pakaian. Presdir Lee marah, "Apa maksudmu dengan menyerahkan semua barang-barang itu kepada Choon Hee?". Sol Joo ingin melepas Se Yoon dengan nyaman, tanpa memaksan Se Yoon harus memilih siapa.
Presdir Lee membentak, "Kau melakukan semuanya semaumu sendiri!. Dimatamu, apa aku terlihat seperti bahan tertawaan. Jika kau membawa pulang bayi curian, aku akan bersikap bodoh dan menjadi Ayahnya. Jika kau bilang untuk melepaskan Se Yoon maka aku harus bersikap bodoh sekali lagi dan menerimanya saja. Melambaikan perpisahan adalah yang harus kulakukan?".
"Sayang, aku tidak bermaksud seperti itu?", jawab Sol Joo.
Presdir Lee tidak mau menyerahkan Se Yoon. Baik 30 tahun lalu ataupun sekarang, Se Yoon satu-satunya yang akan memimpin perusahaan dan melanjutkan keturunan keluarga ke generasi selanjutnya, "Oleh karena itu, temuilah Choon Hee dan jelaskan padanya".
"Apa maksdumu, aku harus menjelaskannya?", tanya Sol Joo hampir menangis.
"Pastikan Choon Hee berjanji kalau dia tidak akan terlibat dengan masalah hukum (menuntut hak atas Se Yoon)", ucap Presdir Lee tajam.
Sol Joo menilai perkataan dan sikap presdir Lee terlalu kasar. Bagaimana bisa meminta hal seperti itu kepada Choon Hee. Presdir Lee berkata Sol Joo tidak berhak menghakiminya. Sangat disayangkan sekali, Choon Hee yang harus mengalami hal ini. Tapi tidak ada pilihan lagi dan keputusannya sudah bulat, "Ini adalah masalah yang kau mulai, jadi kau yang harus mengakhirinya".
Sol Joo tidak mau, "Itu seperti membunuh Choon Hee 2 kali. Aku lebih baik mati, dari pada harus melakukan apa yang kau perintahkan".
Se Yoon termenung memandang sungai Han yang tenang. Choon Hee datang dengan napas ngos-ngous'an, ia meminta maaf datang terlambat karena jalanan macet, "Kau pasti sudah menunggu lama, kan?".
"Tidak apa. Eomeonim (ibu mertua) sudah menunggu selama 30 tahun. Ada seorang ibu yang menungguku selama 30 tahun. Bagaimana aku tidak bisa menunggu hanya 30 menit", jawab Se Yoon lembut.
"Se Yoon-ah. Terima kasih. Sungguh Ibu yang bodoh yang kehilangan putranya, sungguh Ibu yang bodoh...aku khawatir kau akan mengutukku dan menyalahkanku. Sebagai seorang Ibu, aku bahkan tidak bisa mengenali putra yang kulahirkan sendiri. Maafkan Ibu. Ibu benar-benar minta maaf".
"Itu bukan kesalahan Ibu, jadi jangan merasa bersalah".
Petugas apotik menjelaskan alat tes kehamilan memiliki petunjuk, jika 2 garis yang muncul berarti hamil, "Tolong katakan pada putrimu, agar dia tidak bingung".
"Putri?", seru Kang Sook dan Do Hee kembali terkejut..
Kang Jin tersenyum-senyum lalu pergi. 2 ahjuma penguntit ini secara serentak mengikuti kemana Kang Jin pergi.
Dirumah, Ki Ok gelisah menunggu Kang Jin. Sang suami pulang, tak sendiri tapi bersama kakak - kakak ipar Ki Ok yang kepo. Ki Ok bertanya kenapa kalian ke sini. Do Hee berdecak heran belum lama Ki Ok menikah, tapi sekarang sudah menggunakan alat tes kehamilan.
Kang Jin tidak memperdulikan ocehan Do Hee, ia menarik Ki Ok untuk segera melakukan tes. Tapi Do Hee menahan. Dia berteriak pada Kang Jin untuk menunggu di luar saja, biar Ki Ok yang masuk ke kamar mandi sendirian.
Do Hee terus-terus'an berdecak, "Kau seharusnya berhati-hati. Bagaimana bisa kau melakukan itu tanpa berpikir?".
"Tanpa berpikir?. Bukankah saat kau menikah, kau menginginkan bayi", kata Kang Jin.
"Oh, tuhanku!. Kau terlalu rakus", semport Kang Sook
Do Hee mencibir tidakah Kang Jin sadar berapa usianya sekarang, "Apa kau pikir, kau bisa melewati musim semi tahun depan?"... (Hahaha. secara gak langsung Do Hee mendoakan Kang Jin cepat meninggal).
Kang Jin berguman tidak percaya dan menilai sikap Kang Sook dan Do Hee terlalu berlebihan, "Meskipun kita keluarga. Kalian seharusnya tidak selalu ikut campur dalam urusan pribadi suami istri. Urus saja masalah kalian sendiri!".
Sepasang suami istri itu merasa bahagia. Do Hee merasa meriang mendengarnya, tak mengira Ki Ok bisa hamil secepat ini.
Kemudian, Kang Jin dan Ki Ok menemui kakek dan nenek untuk mengabarkan kabar kehamilan Ki Ok. Mereka telah pergi ke rumah sakit dan memastikan kalau Ki Ok sedang mengandung. Nenek terkejut, sembari memegangi kepalanya yang pusing. Do Hee memberikan nenek obat sakit kepala yang telah ia persiapkan sebelumnya.
Kang Jin menunduk saat nenek melihatnya dengan pandangan marah. Ki Choon menyindir Kang Jin sungguh berbakat, "Kau menancapkan paku terakhir hingga keluarga ini tidak bisa pergi kemana-mana".
"Kau musang tua...berekor 99. Aku harusnya memotong ekor-ekor itu terlebih dahulu, ucap nenek geram bukan main.
Nenek mengeluh berapa umur Kang Jin sekarang hingga berpikir ingin memiliki bayi. Kang Sook menyidir sepertinya Kang Jin akan memakai popok orang dewasa (karena pikun) saat anak-anaknyanya masuk bangku kuliah. Ki Ok mendelik kesal disindir seperti itu.
Nenek berkata kepalanya seakan ingin meledak. Masalah Chae Won saja sudah membuat kepalanya pusing, dan sekarang Ki Ok menambahkan lagi masalah. Do Hee mengantar nenek masuk ke kamar.
Ki Ok yang ketinggalan berita bertanya apa yang terjadi dengan Chae Won?. Tak ada yang berani menjawab. Ki Choon mengalihkan pembicaraan dengan berkata merasa lapar dan minta pada Kang Sook untuk menyiapkan makanan. Kang Sook dan Ki Choon ngacir pergi ke dapur.
Ki Moon ikut pergi dengan berasalan lupa menghubungi rekan bisnis. Ki Ok kesal, tidak ada yang memperdulikannya. Kakek mengucapkan selamat atas kehamilan Ki Ok. Kang Jin terharu, ia berjanji akan menjadi ayah yang baik. Kakek menasehati Ki Ok untuk lebih berhati-hati dan memperhatikan kesehatannya, demi Ki Ok sendiri dan juga bayi yang kini ia kandung.
Chae Won mengikuti Choon Hee yang terus berjalan sambil melamun. Berkali-kali Chae Won memanggil, tapi Choon Hee tak juga mendengar. Akhirnya ia berlari menghampiri dan bertanya apa yang sedang ibunya pikirkan. Walau Chae Won tahu secara pasti apa yang sedang di pikirkan ibunya saat ini.
Choon Hee cerita bertemu dengan Sol Joo siang tadi. Ia tak tahu pasti apa yang ada di pikiran Sol Joo saat memberikan foto dan video masa kecil Se Yoon. Choon Hee bisa mengerti jika Chae Won merasa kecewa padanya.
"Pada akhirnya, Ibu merasa menjadi penghalang masa depanmu. Ibu tidak bisa melihatmu
ataupun Ayahmu karena merasa bersalah".
"itu tidak masuk akal, Bagaimana bisa Ibu berkata "penghalang"?".
Choon Hee berkata jika saja ia tidak menikah dengan Hyo Dong, pastinya Chae Won dan Se Yoon tidak akan mendapat masalah apapun, "Dan juga, jika Ibu tidak muncul dihadapan Se Yoon, dia juga tidak akan menderita sakit hati. Kalau dipikir-pikir sekarang, seharusnya ibu tidak kembali ke rumah".
"Kenapa ibu berkata seperti itu. Jika ayah mendengarnya, dia pasti akan sangat sedih".
Choon Hee meraih tangan Chae Won dan minta Chae Won untuk menunggu sebentar lagi. Pasti ia akan mengakhiri kesedihan Chae Won yang disebabkan oleh dirinya. Ponsel Choon Hee berdering menerima panggilan dari Se Yoon yang meminta padanya untuk bertemu malam ini.
Seperti hari-hari biasa, Sol Joo selalu berdiri di ruang tamu menunggu Presdir Lee dan Se Yoon pulang. Presdir Lee pulang lebih dulu, jalan melewati ruang tengah begitu saja tanpa melihat dan mengabaikan sapaan Sol Joo.
Walau diabaikan, Sol Joo tetap menyusul presdir Lee ke kamar. Sembari melepas jasnya, Presdir Lee bertanya dimana Se Yoon. Sol Joo menjawab Se Yoon mengirim sms akan pulang terlambat. Tangan Sol Joo terulur hendak mengambil jas suaminya. Presdir Lee lansung membuang jas itu begitu saja ke atas kasur.
Sol Joo berkata bertemu dengan Choon Hee tadi siang untuk menyerahkan semua barang-barang masa kecil Se Yoon. Album, video dan pakaian. Presdir Lee marah, "Apa maksudmu dengan menyerahkan semua barang-barang itu kepada Choon Hee?". Sol Joo ingin melepas Se Yoon dengan nyaman, tanpa memaksan Se Yoon harus memilih siapa.
Presdir Lee membentak, "Kau melakukan semuanya semaumu sendiri!. Dimatamu, apa aku terlihat seperti bahan tertawaan. Jika kau membawa pulang bayi curian, aku akan bersikap bodoh dan menjadi Ayahnya. Jika kau bilang untuk melepaskan Se Yoon maka aku harus bersikap bodoh sekali lagi dan menerimanya saja. Melambaikan perpisahan adalah yang harus kulakukan?".
"Sayang, aku tidak bermaksud seperti itu?", jawab Sol Joo.
Presdir Lee tidak mau menyerahkan Se Yoon. Baik 30 tahun lalu ataupun sekarang, Se Yoon satu-satunya yang akan memimpin perusahaan dan melanjutkan keturunan keluarga ke generasi selanjutnya, "Oleh karena itu, temuilah Choon Hee dan jelaskan padanya".
"Apa maksdumu, aku harus menjelaskannya?", tanya Sol Joo hampir menangis.
"Pastikan Choon Hee berjanji kalau dia tidak akan terlibat dengan masalah hukum (menuntut hak atas Se Yoon)", ucap Presdir Lee tajam.
Sol Joo menilai perkataan dan sikap presdir Lee terlalu kasar. Bagaimana bisa meminta hal seperti itu kepada Choon Hee. Presdir Lee berkata Sol Joo tidak berhak menghakiminya. Sangat disayangkan sekali, Choon Hee yang harus mengalami hal ini. Tapi tidak ada pilihan lagi dan keputusannya sudah bulat, "Ini adalah masalah yang kau mulai, jadi kau yang harus mengakhirinya".
Sol Joo tidak mau, "Itu seperti membunuh Choon Hee 2 kali. Aku lebih baik mati, dari pada harus melakukan apa yang kau perintahkan".
Se Yoon termenung memandang sungai Han yang tenang. Choon Hee datang dengan napas ngos-ngous'an, ia meminta maaf datang terlambat karena jalanan macet, "Kau pasti sudah menunggu lama, kan?".
"Tidak apa. Eomeonim (ibu mertua) sudah menunggu selama 30 tahun. Ada seorang ibu yang menungguku selama 30 tahun. Bagaimana aku tidak bisa menunggu hanya 30 menit", jawab Se Yoon lembut.
"Se Yoon-ah. Terima kasih. Sungguh Ibu yang bodoh yang kehilangan putranya, sungguh Ibu yang bodoh...aku khawatir kau akan mengutukku dan menyalahkanku. Sebagai seorang Ibu, aku bahkan tidak bisa mengenali putra yang kulahirkan sendiri. Maafkan Ibu. Ibu benar-benar minta maaf".
"Itu bukan kesalahan Ibu, jadi jangan merasa bersalah".
Mereka bicara dari hati ke hati. Se Yoon bertanya orang seperti apa ayah kandungnya. Choon Hee menjawab, ayah kandung Se Yoon adalah orang yang hangat. Dia sangat cerdas sehingga dia diterima di sekolah hukum perguruan tinggi. Lalu, Se Yoon bertanya bagaimana mereka bertemu.
Sama seperti dirinya, ayah Se Yoon juga seorang yatim piatu. Saat itu kehidupan ekonomi sedang sulit. Karena tidak ada biaya kuliah, ayah Se Yoon mengambil cuti kuliah dan bekerja paruh waktu di perusahaan percetakan tempat Choon Hee bekerja. Mereka tidak memiliki cukup uang untuk menikah dengan layak. Tapi Choon Hee dan ayah Se Yoon membangun sebuah rumah kecil bersama-sama dan hidup bahagia.
"Ayahmu begitu perhatian dan lembut sehingga saat Ibu melihatmu bersama dengan Chae Won sejujurnya, Ibu sering memikirkan Ayahmu. Ibu tidak tahu apa Ibu berhak untuk muncul dihadapanmu karena perasaan bersalah".
"Setelah Ayahmu meninggal karena kecelakaan mobil. Ibu tidak punya kepercayaan diri untuk hidup sebagai ibu tunggal di usia muda. Ibu mencoba untuk aborsi saat Ibu mengandungmu, bahkan mendatangi rumah sakit dan meminum beberapa obat. Aku...Aku tidak berhak untuk mendengarmu memanggilku dengan sebutan Ibu kandung (eomma)".
"Setelah Ayahmu meninggal karena kecelakaan mobil. Ibu tidak punya kepercayaan diri untuk hidup sebagai ibu tunggal di usia muda. Ibu mencoba untuk aborsi saat Ibu mengandungmu, bahkan mendatangi rumah sakit dan meminum beberapa obat. Aku...Aku tidak berhak untuk mendengarmu memanggilku dengan sebutan Ibu kandung (eomma)".
Choon Hee tak bisa menahan tangis saat mengenang masa lalu. Se Yoon tidak menyalahkan dan bisa mengerti perasaan Choon Hee saat itu.
"Eomm...Eomma", ucap Se Yoon bergetar...."Itu bukan kesalahanmu"
Choon Hee terisak terharu. Mendengar Se Yoon menyebutnya Eomma seakan mencarikan kebekuan yang terpendam selama 30 tahun di hati Choon Hee, "Terima kasih. Untuk memanggil "Ibu" pada seseorang seperti aku yang tidak layak mendengarnya. Sungguh, terima kasih, Se Yoon".
"Kenapa Ibu berkata seperti itu?. Tidak peduli apapun yang orang katakan, wanita yang melahirkanku adalah Ibu".
Se Yoon memeluk Choon Hee. Mereka menangis bersama, dan untuk pertama kalinya, Choon Hee bisa memeluk putra yang ia lahirkan.
Lanjut ke Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 45 Part 2
Heeem gak nyangka ternyata presdir lee jahat juga ya, tega sama CH
ReplyDeleteSampe segitunya gak mau kehilangan keturunannya ><
thx buat sinopsisnya eonni...lanjut y...:)
ReplyDelete