Keesokan harinya Sun Restoran kedatangan seorang blogger wanita yang tengah naik daun. Wanita itu sibuk memotret menu special Sun Restoran yang nantinya akan ia jadikan referensi di blog kuliner miliknya.
Tak sendiri, blogger wanita itu datang bersama putranya Joon Soo, yang tidak bisa diam dan terus saja berlarian di samping Bong Sun yang sedang membersikan meja.
Dengan alasan hasil gambar tidak bagus, blogger wanita itu menyuruh Bong Sun untuk menghangatkan sup yang sedang dia potret. Bong Sun menjelaskan mienya akan menjadi lembek jika dipanaskan ulang.
"Dengar, aku telah menjalankan blog makanan selama lima tahun. Aku tahu semua tentang ini. Jadi kalau kusuruh menghangatkan itu, lakukan saja seperti yang aku katakan", sahut wanita itu angkuh.
Bong Sun menurut dan membawa sup ke dapur untuk di panaskan.
Joon Soo yang mulai bosan mengeluh pada ibunya, "Ibu, kapan ibu selesai?". Blogger wanita itu mengelus rambut putranya dan meminta Joon Soo menunggu sebentar lagi.
Bong Sun berjalan dengan membawa sup yang baru saja di panaskan. Joon Soo muncul tiba-tiba di hadapannya, membuat Bong Sun kaget dan menumpahkan kuah sup. Melihat itu, blogger wanita langsung mendekati Joon Soo untuk melihat keadaan anaknya.
Wanita itu langsung mengomeli Bong Sun habis-habisan. Ia mengatai Bong Sun ceroboh yang tidak hati-hati membawa sup panas. Bagaimana jika anaknya kena luka bakar. Padahal wanita itu tahu anaknya baik-baik saja, justru tangan Bong Sun yang memerah tersiram kuah panas.
Seperti biasa Bong Sun meminta maaf. Wanita itu terus mengomeli Bong Sun dan membela anaknya, "Anakku berlarian karena dia masih anak-anak. Orang dewasalah yang harusnya berhati-hati, bukan sebaliknya. Pegawai magang macam apa kau ini!".
"Maafkan saya. Maafkan saya", ucap Bong Sun membungkuk badan.
Melihat karyawanya di marahi, Sun Woo tidak tinggal diam. Ia menghampiri Joon Soo dan bertanya, "Hei Nak, berapa usiamu?. Kau sudah TK atau belum?. Apa kau sudah tahu kalau kau tidak boleh berlarian di tempat umum?".
"Saya tahu", jawab Joon Soo
"Kau tahu. Berarti kau berbuat salah?".
"Ya. Benar".
"Ya. Saya salah".
"Kau salah kan", ucap Sun Woo menyentuh telinga anak itu, seperti menjewer tapi tidak keras.
Melihat anaknya di tegur Sun Woo, wanita blogger marah dan tidak terima, "Hei, apa yang kau lakukan!?".
"Oh, anda marah karena aku mendisplinkan anak anda?. Aku juga marah karena kau mendisiplinkan karyawanku".
Blogger wanita menyebut ini hal konyol. Sun Woo tahu itu, lebih konyol lagi meminta sup di panaskan padahal tahu mie akan menjadi lembek. Sun Hee yang juga berada di sana mencoba menenangkan kakaknya.
Tapi Sun Woo yang terlanjur kesal menyalahkan wanita blogger yang seenaknya menyalahkan orang lain, ketika dia sendiri tidak bisa menjaga anaknya. Blogger wanita semakin meradang, ia menyebut Sun Woo merasa hebat karena sering muncul di TV.
Sun Hee mencoba menenangkan. Bukannya tenang, blogger wanita itu semakin menjadi. Melihat Sun Hee yang duduk di kursi roda, dia malah berani menghina dan merendahkan Sun Hee, "Cih... Kurasa tidak ada orang normal di sini".
Dihina seperti itu, Sun Hee terdiam canggung dan sedih. Bong Sun dan lainnya terkejut mendengar penghinaan itu.
Tentu saja sebagai kakak, Sun Woo tidak akan diam saja mendengar adik kesayangannya di hina. Tanpa pikir panjang, Sun Woo menarik wanita itu untuk segera keluar dari restorannya,
"Kami hanya melayani pelanggan yang normal. Pergi saja sana!", usir Sun Woo.
Sebelum pergi, wanita itu berkata tidak akan tinggal diam saja di perlakukan seperti ini, "Kau tidak tahu siapa aku!".
Bong Sun keluar memberikan kartu milik wanita blogger yang terjatuh. Wanita itu mengambil kartunya dengan kasar lalu pergi, di iringi salam perpisahan dari Bong Sun. "Saya minta maaf. Sampai jumpa"
Bong Sun keluar memberikan kartu milik wanita blogger yang terjatuh. Wanita itu mengambil kartunya dengan kasar lalu pergi, di iringi salam perpisahan dari Bong Sun. "Saya minta maaf. Sampai jumpa"
"Saya minta maaf", hanya itu yang bisa Bong Sun ucapkan.
Sun Woo menatap Bong Sun kesal, tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia menyuruh Bong Sun segera masuk kedalam. Bong Sun yang tahu akan di marahi, menghela napas berat.
Bong Sun gemetaran dan menunduk takut ketika berhadapan dengan Sun Woo, "Saya benar-benar menyesal Chef. Saya seharusnya lebih berhati-hati".
Sun Woo menghela napas dalam, "Kau tahu kenapa aku tidak menyukaimu?. Sikapmu membuat aku kesal. Entah kau melakukan suatu kesalahan atau tidak, kau selalu minta maaf. Selalu di salahkan dan selalu salah. Sikap itu bahkan tidak ada bagusnya. Kau bahkan tidak tahu caramu bersikap membuat orang lain di sekitarmu terlihat buruk".
"Saya sungguh.....minta maaf", ucap Bong Sun terbata
Sun Woo menghela napas kesal, "Dapur bukanlah tempat yang mudah. Ini medan perang. Hanya yang kuat dan tangguh yang bisa bertahan. Kau tidak akan mempunyai kesempatan jika kau terus membuat dirimu menjadi lemah. Kuberi saran yang tulus, kau harus berpikir panjang dan keras apakah kau pantas berada didapur atau tidak. Jangan bodoh dan keras kepala, terluka dan menjadi gangguan bagi orang lain".
Bong Sun diam menerima saran dari Sun Woo yang menohok hati. Sebelum pergi, Sun Woo melihat tangan Bong Sun yang sedikit melepuh. Ia menyuruh Bong Sun mengoleskan salep. Tangan wanita tidak seharusnya memiliki bekas luka bakar.
(Hm.. walau sikapnya agak kasar, tapi Sun Woo ternyata perhatian juga).
Begitu melihat Sun Woo, Sun Hee langsung bertanya apa kakaknya baru saja mempersulit Bong Sun. Sun Hee membela Bong Sun dan berkata kali ini bukanlah kesalahannya. Menjadi baik bukanlah kejahatan. Tapi menurut Sun Woo kejahatan Bong Sun karena terlalu baik.
Sun Hee khawatir, apa tidak apa-apa. Wanita tadi adalah seorang blogger yang berpengaruh. Sun Woo kesal, apa blogger itu jabatan resmi (seperti pejabat). Belakangan ini blogger lebih menjengkelkan dari pada wartawan. Apa hak mereka dan berdasarkan standar apa mereka memberikan penilaian. Memangnya siapa yang coba mereka tipu.
Perhatian Sun Woo beralih mendengar suara pesan masuk. Sun Woo memeriksanya dan ternyata undangan reuni dari teman SMA. Sun Hee bertanya pesan apa itu. Sun Woo menjawab bukan apa-apa, hanya spam lalu menghapusnya.
Flashback. Sun Woo remaja membawa tempat sampah dan bertabrakan dengan salah satu siswa. Siswa itu menyalahkan Sun Woo dan menendang tempat sampah. Sun Woo yang terlihat takut segera meminta maaf dan berkata akan membersihkannya.
Teman siswa itu datang, "Hei. Itu kesalahanmu".
"Tutup mulutmu. Ini salah si idiot Kang Sun Woo", jawab siswa itu tak mau di salahkan.
Sun Woo lalu pulang dan mendapati rumahnya yang sepi. Di meja makan ia menemukan memo dan uang yang di tinggalkan ibunya. Ibu Sun Woo berpesan tidak bisa pulang malam ini. Ia merasa bersalah padahal hari ini ulang tahun Sun Woo. Sebagai gantinya, ibu menyuruh Sun Woo membeli kimbab dengan uang yang dia tinggalkan.
Sun Woo menghela napas, sudah terbiasa dengan hal ini. Ia merebus air dan masak ramen. Kemudian dia pergi ke kamar mandi, membasuh wajahnya. Flashback end.
Bong Sun membasuh wajahnya, mungkin habis menangis. Usai mengeringkan wajahnya dengan handuk.
Bong Sun hendak keluar, tapi tidak jadi dan kembali menutup pintu kamar mandi begitu melihat Sun Woo berjalan menuju lantai atas. Bong Sun memilih bersembunyi di dalam toilet. Melihat Sun Woo membuat Bong Sun kembali merasa sedih dan menangis.
2 polisi baru saja selesai makan di sebuah rumah makan. Salah dari polisi itu, Choi Sung Jae membayar makannya sembari menelpon seseorang dan memberitahu 20 menit lagi dia akan datang. Pemilik rumah makan, Shin Myung Ho meminta maaf karena hanya menghidangkan lauk yang sedikit. Itu karena ia tidak sempat pergi ke pasar hari ini.
Sung Jae yang tidak mempermasalahkan hal itu justru tersenyum dam malah memuji makanan hari ini terasa lezat. Polisi baik hati ini juga memberitahu kalau uang kembalian yang di berikan Sung Jae kelebihan. Sung Jae menyadari hal itu, ia heran dengan dirinya sendiri dan meminta maaf. Sung Jae lalu tanya dimana, Kyung Mo, anak laki-laki Myung Ho.
"Nongkrong dengan teman-temannya", jawab Myung Ho, "Lebih baik bagiku kalau dia tidak ada".
Teman Sung Jae, petugas Hwang ingin minum kopi, tapi mesin kopinya rusak dan memberitahu hal itu pada Myung Ho. Myung Ho berguman lagi-lagi mesin itu rusak. Ia memukul-mukul mesin dengan maksud membuat mesin kembali berfungsi, tapi tidak berhasil. Sung Jae yang melihatnya, menatap Myung Ho dengan tatapan iba.
Sun Woo mengantar Eun Hee ke luar restoran. Sun Hee tersenyum ketika Sun Woo mengaku takut setiap kali melewati turunan (karena Sun Hee menggunakan kursi roda, dia melewati turunan/papan luncur bukan tangga). Tak lama kemudian, Sung Jae datang menjemput. Polisi baik hati yang murah senyum itu tak lain adalah suami Eun Hee.
Petugas Hwang memuji Eun Hee cantik bagaikan dewi. Eun Hee tersenyum. Sun Woo menyapa petugas Hwang yang sudah lama tidak mampir ke restoranya. Petugas Hwang menjelaskan bahwa sebenarnya ia ingin makan mie seafood disini, tapi ia tahu restoran Sun Woo selalu ramai hingga ia harus antri untuk mendapatkannya.
Eun Hee berjanji akan menyediakan meja khusus jika petugas Hwang datang berkunjung. Petugas Hwang senang ternyata kesetiannya berhasil selama ini. Ia berpesan agar Sung Jae menjaga Eun Hee baik-baik. Sung Jae tersenyum mengiyakan.
Sung Jae melihat Sun Woo berpakaian rapi dan bertanya ingin pergi ke mana. Sun Woo menjawab akan menghadiri salah satu pembukaan restoran salah satu adik kelasnya. Sun Woo pamit pergi pada mereka. Di susul petugas Hwang.
Sung Jae menatap Eun Hee dan bertanya, "Bagaimana kalau kita pergi sekarang?".
Eun Hee tersenyum, "Ya. Suamiku".
Sun Woo mengelilingi dapur restoran milik salah satu junior-nya. Ia berkomentar dapur ini terlihat canggih dan elegan. Kenapa Sun Woo berpikir begitu, karena dapur ini sangat mirip dengan dapur restorananya. Junior Sun Woo mengakui kalau ia memang meniru konsep dapur Sun Woo. Bukankah Sun Woo sendiri yang bilang hal-hal yang bagus perlu ditiru.
Mereka lalu duduk di meja makan bersama teman-teman mereka yang lain. Si junior memberikan spaghetti untuk Sun Woo cicipi. Sun Woo membaui makanan itu dan berkata seorang chef makan dengan mulut dan hidung mereka. Ia mulai mencicipinya dan langsung terdiam. Semua tegang menunggu komentar Sun Woo. Lebih terkejut lagi saat Sun Woo melempar garfu di meja. Tapi setelah itu Sun Woo berkata,
"Kau tidak akan bangkrut. Ini punya tekstur bagus dan rasa yang rasa yang enak".
Si Junior tentu saja senang dengan penilaian Sun Woo. Lalu ia bertanya, apakah sekarang ia sudah setingkat lebih tinggi dari tumit Sun Woo. Sun Wo oprotes, mana bisa dewa di bandingkan dengan manusia. Ia membanggakan masakannya yang merupakan rahasia terdalam dari langit.
Mendengar itu semua teman-temanya berseru nyaring. Sun Woo berdiri dan memberikan wejangan pada mereka, "Hey. Tidak semua orang bisa mendengar saranku. Dengan dengan seksama. Jangan pernah bermain dengan makanan. Apa yang kalian taruh pada piring bukanlah makanan. Itu wajah (nama baik) kalian".
Seorang wanita cantik bernama Wang Joo datang menghampiri mereka. Si Junior menyambut kedatangan Wang Joo dan memperkenalkan pada Sun Woo dan teman-temanya yang lain. Sebagian besar mereka semua adalah chef.
Bong Sun pulang ke kamar kostnya yang sempit. Hal pertama yang Bong Sun lakukan adalah membakar dupa, untuk mengusir roh jahat. Buru-buru Bong Sun mematikannya ketika mendengar suara ketukan. Pintu kamar Bong Sun terbuka dan muncullah ahjushi pemilik kost. Ahjushi sudah menduga pasti Bong Sun membakar dupa lagi. Bong Sun meminta maaf dengan terbata.
Ahjushi ngomel, sudah berapa kali ia bilang agar Bong Sun tidak menyalakan dupa, tapi Bong Sun tetap saja melakukannya. Kamar kost ini tidak berjendela dan tidak memiliki ventilasi yang baik. Membakar dupa bisa memicu kebakaran, selain itu asap dupa membuat penghuni lain merasa tidak nyaman. Orang bisa mati lemas.
Bong Sun kembali meminta maaf dan berjanji akan lebih berhati-hati. Ahjushi tidak tahan lagi, sudah cukup ia mentoleransi Bong Sun dan meminta Bong Sun untuk mencari tempat tinggal lain. Ahjushi menunjuk dupa dan berbagai macam jimat dan gantungan di dinding. Benda-benda aneh itu membuatnya merinding. Ia menyuruh Bong Sun segera pindah.
Bong Sun mencoba membujuk, tapi ahjushi yang tidak mau mendengarkan langsung menutup pintu dan pergi. Tentu saja hal ini membuat Bong Sun bertambah sedih.
Bong Sun mengambil buku kliping berisi resep makanan. Diantara juga ada potongan artikel-artikel majalah tentang Sun Woo. Bong Sun teringat perkataan Sun Woo tadi siang, yang berkata prilaku Bong Sun membuat orang lain di sekitarnya menjadi buruk dan menyuruhnya untuk berpikir keras apakah dia pantas berada di dapur atau tidak.
Bong Sun hendak keluar, tapi tidak jadi dan kembali menutup pintu kamar mandi begitu melihat Sun Woo berjalan menuju lantai atas. Bong Sun memilih bersembunyi di dalam toilet. Melihat Sun Woo membuat Bong Sun kembali merasa sedih dan menangis.
2 polisi baru saja selesai makan di sebuah rumah makan. Salah dari polisi itu, Choi Sung Jae membayar makannya sembari menelpon seseorang dan memberitahu 20 menit lagi dia akan datang. Pemilik rumah makan, Shin Myung Ho meminta maaf karena hanya menghidangkan lauk yang sedikit. Itu karena ia tidak sempat pergi ke pasar hari ini.
Sung Jae yang tidak mempermasalahkan hal itu justru tersenyum dam malah memuji makanan hari ini terasa lezat. Polisi baik hati ini juga memberitahu kalau uang kembalian yang di berikan Sung Jae kelebihan. Sung Jae menyadari hal itu, ia heran dengan dirinya sendiri dan meminta maaf. Sung Jae lalu tanya dimana, Kyung Mo, anak laki-laki Myung Ho.
"Nongkrong dengan teman-temannya", jawab Myung Ho, "Lebih baik bagiku kalau dia tidak ada".
Teman Sung Jae, petugas Hwang ingin minum kopi, tapi mesin kopinya rusak dan memberitahu hal itu pada Myung Ho. Myung Ho berguman lagi-lagi mesin itu rusak. Ia memukul-mukul mesin dengan maksud membuat mesin kembali berfungsi, tapi tidak berhasil. Sung Jae yang melihatnya, menatap Myung Ho dengan tatapan iba.
Sun Woo mengantar Eun Hee ke luar restoran. Sun Hee tersenyum ketika Sun Woo mengaku takut setiap kali melewati turunan (karena Sun Hee menggunakan kursi roda, dia melewati turunan/papan luncur bukan tangga). Tak lama kemudian, Sung Jae datang menjemput. Polisi baik hati yang murah senyum itu tak lain adalah suami Eun Hee.
Petugas Hwang memuji Eun Hee cantik bagaikan dewi. Eun Hee tersenyum. Sun Woo menyapa petugas Hwang yang sudah lama tidak mampir ke restoranya. Petugas Hwang menjelaskan bahwa sebenarnya ia ingin makan mie seafood disini, tapi ia tahu restoran Sun Woo selalu ramai hingga ia harus antri untuk mendapatkannya.
Eun Hee berjanji akan menyediakan meja khusus jika petugas Hwang datang berkunjung. Petugas Hwang senang ternyata kesetiannya berhasil selama ini. Ia berpesan agar Sung Jae menjaga Eun Hee baik-baik. Sung Jae tersenyum mengiyakan.
Sung Jae melihat Sun Woo berpakaian rapi dan bertanya ingin pergi ke mana. Sun Woo menjawab akan menghadiri salah satu pembukaan restoran salah satu adik kelasnya. Sun Woo pamit pergi pada mereka. Di susul petugas Hwang.
Sung Jae menatap Eun Hee dan bertanya, "Bagaimana kalau kita pergi sekarang?".
Eun Hee tersenyum, "Ya. Suamiku".
Sun Woo mengelilingi dapur restoran milik salah satu junior-nya. Ia berkomentar dapur ini terlihat canggih dan elegan. Kenapa Sun Woo berpikir begitu, karena dapur ini sangat mirip dengan dapur restorananya. Junior Sun Woo mengakui kalau ia memang meniru konsep dapur Sun Woo. Bukankah Sun Woo sendiri yang bilang hal-hal yang bagus perlu ditiru.
Mereka lalu duduk di meja makan bersama teman-teman mereka yang lain. Si junior memberikan spaghetti untuk Sun Woo cicipi. Sun Woo membaui makanan itu dan berkata seorang chef makan dengan mulut dan hidung mereka. Ia mulai mencicipinya dan langsung terdiam. Semua tegang menunggu komentar Sun Woo. Lebih terkejut lagi saat Sun Woo melempar garfu di meja. Tapi setelah itu Sun Woo berkata,
"Kau tidak akan bangkrut. Ini punya tekstur bagus dan rasa yang rasa yang enak".
Si Junior tentu saja senang dengan penilaian Sun Woo. Lalu ia bertanya, apakah sekarang ia sudah setingkat lebih tinggi dari tumit Sun Woo. Sun Wo oprotes, mana bisa dewa di bandingkan dengan manusia. Ia membanggakan masakannya yang merupakan rahasia terdalam dari langit.
Mendengar itu semua teman-temanya berseru nyaring. Sun Woo berdiri dan memberikan wejangan pada mereka, "Hey. Tidak semua orang bisa mendengar saranku. Dengan dengan seksama. Jangan pernah bermain dengan makanan. Apa yang kalian taruh pada piring bukanlah makanan. Itu wajah (nama baik) kalian".
Seorang wanita cantik bernama Wang Joo datang menghampiri mereka. Si Junior menyambut kedatangan Wang Joo dan memperkenalkan pada Sun Woo dan teman-temanya yang lain. Sebagian besar mereka semua adalah chef.
Bong Sun pulang ke kamar kostnya yang sempit. Hal pertama yang Bong Sun lakukan adalah membakar dupa, untuk mengusir roh jahat. Buru-buru Bong Sun mematikannya ketika mendengar suara ketukan. Pintu kamar Bong Sun terbuka dan muncullah ahjushi pemilik kost. Ahjushi sudah menduga pasti Bong Sun membakar dupa lagi. Bong Sun meminta maaf dengan terbata.
Ahjushi ngomel, sudah berapa kali ia bilang agar Bong Sun tidak menyalakan dupa, tapi Bong Sun tetap saja melakukannya. Kamar kost ini tidak berjendela dan tidak memiliki ventilasi yang baik. Membakar dupa bisa memicu kebakaran, selain itu asap dupa membuat penghuni lain merasa tidak nyaman. Orang bisa mati lemas.
Bong Sun kembali meminta maaf dan berjanji akan lebih berhati-hati. Ahjushi tidak tahan lagi, sudah cukup ia mentoleransi Bong Sun dan meminta Bong Sun untuk mencari tempat tinggal lain. Ahjushi menunjuk dupa dan berbagai macam jimat dan gantungan di dinding. Benda-benda aneh itu membuatnya merinding. Ia menyuruh Bong Sun segera pindah.
Bong Sun mencoba membujuk, tapi ahjushi yang tidak mau mendengarkan langsung menutup pintu dan pergi. Tentu saja hal ini membuat Bong Sun bertambah sedih.
Bong Sun mengambil buku kliping berisi resep makanan. Diantara juga ada potongan artikel-artikel majalah tentang Sun Woo. Bong Sun teringat perkataan Sun Woo tadi siang, yang berkata prilaku Bong Sun membuat orang lain di sekitarnya menjadi buruk dan menyuruhnya untuk berpikir keras apakah dia pantas berada di dapur atau tidak.
Bong Sun menghela napas panjang, mengingat perkataan itu membuatnya semakin sedih. Ia lalu merobek selembar kertas, meraih ballpoint dan menulis surat.
Setelah menulis surat, Bong Sun berjalan menuju suatu tempat. Karena berjalan sambil melamun, Bong Sun bertabrakan dengan orang lain. Buru-buru, Bong Sun meminta maaf meski bukan sepenuhnya dia yang salah.
Sun Woo bersama teman sesama chef tertawa mendengar lelucon salah satu dari mereka. Wang Joo memberitahu kalau minggu depan adalah ulang tahunnya dan berencana mengadakan pesta. Ia meminta Sun Woo untuk bertanggung jawab pada bagian makanan. Karena semua teman-temannya adalah penggemar-nya Sun Woo.
Dengan nada bercanda Sun Woo berkata bayarannya mahal. Wang Joo tak peduli seberapa mahalnya bayaran Sun Woo, ia pasti akan membayarnya. Raut wajah Sun Woo berubah tidak suka mendengar perkataan Wang Joo.
"Hyung, kau bisa pasang tarif mahal. Dia putri pemilik Young Chang Group", ujar si junior.
"Oh, begitu", sahut Sun Woo, "Aku akan melakukannya karena kau cantik. Tapi kurasa aku punya janji pada hari itu. Maaf", tolak Sun Woo.
Wang Joo tidak bisa menyembuyikan wajah kecewanya. Dengan alasan ada janji lain, Sun Woo buru-buru pergi dari tempat itu. Junior heran kenapa buru-buru. Tapi Sun Woo memutuskan untuk tetap pergi.
Si Junior mengantar Sun Woo hingga ke depan, ia berusaha menahan Sun Woo untuk menikmati secangkir kopi dan berbincang sebentar lagi. Sun Woo beralasan akan bertemu dengan seseorang dan minum kopi. Junior menduga Sun Woo akan bertemu dengan seorang wanita.
Seperti membenarkan, Sun Woo berkata bukankah terasa aneh jika jam segini ia justru bertemu dengan seorang pria. Sebelum pergi ia memberikan amplop pada juniornya. Pada awalnya junior menolak tapi pada akhirnya diambil juga. Sun Woo berpesan agar junior-nya tidak terlalu dekat dengan Wang Joo, si putri konglomerat itu.
Sepulang dari restoran, Sun Woo mampir membeli kopi di tempat langganannya. Ia memuji kopi buatan ahjuma benar-benar terbaik, tidak hanya lezat tapi juga memberikan ketenangan. Sembari menikmati kopi, Sun Woo berkeling di pasar tradisional melihat-lihat hasil tangkapan laut yang di jual para pedagang.
Sun Woo terlihat akrab saat berinteraksi dengan para penjual ikan. Meski begitu, ia sangat pemilih dan hanya membeli ikan yang benar-benar segar. Setelah berkeliling cukup lama, Sun Woo akhirnya membeli beberapa kilo udang dan kerang.
Bong Sun masuk kerestoran. Karena sudah larut malam, restoran gelap dan tidak ada seroangpun di sana. Sejenak Bong Sun mengedarkan pandangannya ke ruangan dengan raut wajah sedih. Lalu meletakan surat pengunduran dirinya di salah satu meja.
Ketika Bong Sun ingin pergi, seseorang datang. Bong Sun terkejut dan berusaha menyembunyikan wajahnya. Ternyata yang datang adalah Sun Woo dengan membawa belanjaan dari pasar. Sun Woo yang mengenali wajah Bong Sun merasa heran apa yang di lakukan Bong Sun tengah malam begini.
Sun Woo meletakan kotak belanjaanya di meja dan menyalakan sebagian lampu, lalu bertanya, "Apa kau datang untuk bekerja atau mau pulang kerja?".
"Saya datang.....ah....pulang kerja", jawab Bong Sun gugup.
Sun Woo tak paham dengan maksud Bong Sun, ia hendak mengambil kotak belanjaanya di meja, tapi Bong Sun menawarkan diri untuk membawa kotak belanjaan ke ruang penyimpanan, sebelum Sun Woo melihat surat pengunduran diri yang dia tinggalkan disana.
Sun Woo berada di kamarnya dan sedang membuat ramen. Kemudian dia menyalakan laptop dan mengetik namanya sendiri mesin pencari. Sun Woo tak percaya melihat namanya turun peringkat, berada di bawah Chef Marco.
Sun Woo mengunjungi blog Chef Marco untuk mencari tahu kenapa chef bertubuh gemuk itu berada di peringkat 2. Sun Woo kesal saat melihat postingan blog Chef Marco, yang membuat foto Chef Marco bersama beberapa artis terkenal. Sun Woo menyadari ini lah caranya yang di gunakan Chef Marco untuk menaikkan popularitasnya, sekaligus menutupi kemampuannya yang kurang.
Sun Woo kembali menjelajah di internet dan membuka blog "You are my sunshine"", yang memuat resep memposting resep bubur kubis (blog milik Bong Sun, tapi Sun Woo tentu tidak mengetahui hal itu).
Sun Woo membaca catatan kecil di blog itu, "Sukacita kehidupan sehari-hari. Memimpikan meja yang hangat". Sun Woo menilai betapa bagusnya motto itu. Sun Woo bisa merasakan ketulusan pemilik blog dalam setiap postingannya.
Sun Woo kemudian meninggalkan komentar, "Untuk Sunshine-nim. Resepmu selalu mengandung kebahagiaan yang bisa di rasakan melalui rasa. Aku penggemarmu. Semangat. Semangat!!".
Setelah menulis surat, Bong Sun berjalan menuju suatu tempat. Karena berjalan sambil melamun, Bong Sun bertabrakan dengan orang lain. Buru-buru, Bong Sun meminta maaf meski bukan sepenuhnya dia yang salah.
Sun Woo bersama teman sesama chef tertawa mendengar lelucon salah satu dari mereka. Wang Joo memberitahu kalau minggu depan adalah ulang tahunnya dan berencana mengadakan pesta. Ia meminta Sun Woo untuk bertanggung jawab pada bagian makanan. Karena semua teman-temannya adalah penggemar-nya Sun Woo.
Dengan nada bercanda Sun Woo berkata bayarannya mahal. Wang Joo tak peduli seberapa mahalnya bayaran Sun Woo, ia pasti akan membayarnya. Raut wajah Sun Woo berubah tidak suka mendengar perkataan Wang Joo.
"Hyung, kau bisa pasang tarif mahal. Dia putri pemilik Young Chang Group", ujar si junior.
"Oh, begitu", sahut Sun Woo, "Aku akan melakukannya karena kau cantik. Tapi kurasa aku punya janji pada hari itu. Maaf", tolak Sun Woo.
Wang Joo tidak bisa menyembuyikan wajah kecewanya. Dengan alasan ada janji lain, Sun Woo buru-buru pergi dari tempat itu. Junior heran kenapa buru-buru. Tapi Sun Woo memutuskan untuk tetap pergi.
Si Junior mengantar Sun Woo hingga ke depan, ia berusaha menahan Sun Woo untuk menikmati secangkir kopi dan berbincang sebentar lagi. Sun Woo beralasan akan bertemu dengan seseorang dan minum kopi. Junior menduga Sun Woo akan bertemu dengan seorang wanita.
Seperti membenarkan, Sun Woo berkata bukankah terasa aneh jika jam segini ia justru bertemu dengan seorang pria. Sebelum pergi ia memberikan amplop pada juniornya. Pada awalnya junior menolak tapi pada akhirnya diambil juga. Sun Woo berpesan agar junior-nya tidak terlalu dekat dengan Wang Joo, si putri konglomerat itu.
Sepulang dari restoran, Sun Woo mampir membeli kopi di tempat langganannya. Ia memuji kopi buatan ahjuma benar-benar terbaik, tidak hanya lezat tapi juga memberikan ketenangan. Sembari menikmati kopi, Sun Woo berkeling di pasar tradisional melihat-lihat hasil tangkapan laut yang di jual para pedagang.
Sun Woo terlihat akrab saat berinteraksi dengan para penjual ikan. Meski begitu, ia sangat pemilih dan hanya membeli ikan yang benar-benar segar. Setelah berkeliling cukup lama, Sun Woo akhirnya membeli beberapa kilo udang dan kerang.
Bong Sun masuk kerestoran. Karena sudah larut malam, restoran gelap dan tidak ada seroangpun di sana. Sejenak Bong Sun mengedarkan pandangannya ke ruangan dengan raut wajah sedih. Lalu meletakan surat pengunduran dirinya di salah satu meja.
Ketika Bong Sun ingin pergi, seseorang datang. Bong Sun terkejut dan berusaha menyembunyikan wajahnya. Ternyata yang datang adalah Sun Woo dengan membawa belanjaan dari pasar. Sun Woo yang mengenali wajah Bong Sun merasa heran apa yang di lakukan Bong Sun tengah malam begini.
Sun Woo meletakan kotak belanjaanya di meja dan menyalakan sebagian lampu, lalu bertanya, "Apa kau datang untuk bekerja atau mau pulang kerja?".
"Saya datang.....ah....pulang kerja", jawab Bong Sun gugup.
Sun Woo tak paham dengan maksud Bong Sun, ia hendak mengambil kotak belanjaanya di meja, tapi Bong Sun menawarkan diri untuk membawa kotak belanjaan ke ruang penyimpanan, sebelum Sun Woo melihat surat pengunduran diri yang dia tinggalkan disana.
Sun Woo berada di kamarnya dan sedang membuat ramen. Kemudian dia menyalakan laptop dan mengetik namanya sendiri mesin pencari. Sun Woo tak percaya melihat namanya turun peringkat, berada di bawah Chef Marco.
Sun Woo mengunjungi blog Chef Marco untuk mencari tahu kenapa chef bertubuh gemuk itu berada di peringkat 2. Sun Woo kesal saat melihat postingan blog Chef Marco, yang membuat foto Chef Marco bersama beberapa artis terkenal. Sun Woo menyadari ini lah caranya yang di gunakan Chef Marco untuk menaikkan popularitasnya, sekaligus menutupi kemampuannya yang kurang.
Sun Woo kembali menjelajah di internet dan membuka blog "You are my sunshine"", yang memuat resep memposting resep bubur kubis (blog milik Bong Sun, tapi Sun Woo tentu tidak mengetahui hal itu).
Sun Woo membaca catatan kecil di blog itu, "Sukacita kehidupan sehari-hari. Memimpikan meja yang hangat". Sun Woo menilai betapa bagusnya motto itu. Sun Woo bisa merasakan ketulusan pemilik blog dalam setiap postingannya.
Sun Woo kemudian meninggalkan komentar, "Untuk Sunshine-nim. Resepmu selalu mengandung kebahagiaan yang bisa di rasakan melalui rasa. Aku penggemarmu. Semangat. Semangat!!".
Kemudian Sun Woo mulai memakan ramennya, sembari berguman penasaran apakah pemilik blog itu seorang chef.
Bong Sung berada di luar, memandang gedung Sun Restoran dengan sedih. Terdengar suara hati Bong Sun.
"Chef, aku ingin mengucapkan terima kasih untuk semuanya. Kau benar dengan perkataanmu. Ingin melakukan sesuatu dan mampu melakukannya adalah hal berbeda. Aku terlalu ambisius. Maaf untuk semua orang di restoran. Selamat tinggal untuk kalian semua. Ini sesuatu yang tidak bisa kutulis di surat. Aku belajar satu hal lagi berkatmu, chef. Perasaans seseorang seperti flu. Setelah itu di mulai, tidak peduli seberapa keras kau mencoba untuk menolak jadi sakit, itu hanya berakhir setelah kau melalui rasa sakit yang di perlukan".
Bong Sun mengingat kenangannya saat pertama kali di terima sebagai koki di Sun Restoran. Saat itu Sun Woo berkata tidak tahu apakah mimpi Bong Sun menjadi Chef atau bukan, tapi meski begitu mari bekerja keras. Sun Woo menepuk pelan pundak Bong Sun, dan membuat Bong Sun tersenyum bahagia.
Bong Sun ingat betapa terkejut dan takutnya dia, ketika melihat Sun Woo marah pada Dong Chul yang masakannya tidak enak.
Bong Sun kemudian ingat saat Sun Woo memeluknya dari belakang, untuk memberi contoh bagaimana cara mengiris bawang dengan benar. Bong Sun terlihat gugup tapi bahagia.
"Aku ingin menjadi chef sepertimu. Aku sangat bersemangat karenamu. Aku senang karenamu. Aku merasakan sakit karenamu....lagi dan lagi. Aku sudah melalui rasa sakit yang di perlukan, jadi sekarang aku akan pergi. Untuk orang abnormal sepertiku, "Sun Restoran" seperti sebuah rumah bagiku. Dan dunia mungkin mendorongku menjauh lagi. Tapi, bagaimana pun aku akan pergi. Selamat tinggal, Chef".
Bong Sun membungkuk hormat pada gedung Sun Restoran, lalu pergi dengan langkah pasti.
Sun Woo ke restoran dan membaca surat pengunduran diri yang Bong Sun tinggalkan. Eun Hee sedih karena Bong Sun bahkan tidak sempat mengucapkan selamat tinggal. Melihat kepribadian Bong Sun, Sun Woo menduga gadis itu tidak memiliki keberanian mengucapkan selamat tinggal, "Bulan ini, beri gaji dia tiga bulan".
Min Soo datang dengan panik memberitahu kalau kunci ruang penyimpanan hilang. Ia menduga Bong Sun yang membawanya. Sun Woo semula tak mengerti, lalu ingat kejadian semalam saat Bong Sun menawarkan diri membawakan kotak belanjaan keruang penyimpanan.
Meski begitu, Sun Woo ragu. Ia bertanya apa Min Soo yakin Bong Sun yang membawa kunci itu. Apa sudah dicari di tempat lain?. Dong Chul menjawab sudah mencari ke semua tempat dan laci. Tapi tidak ketemu. Seo Joon khawatir, itu adalah kunci khusus perlu waktu untuk membobol pintunya dan sekarang sudah jam 10.00, 1 jam lagi restoran akan buka.
Sun Woo menyuruh mereka untuk menghubungi Bong Sun, mungkin dia belum pergi jauh. Ji Woong sudah mencoba tapi tidak di angkat. Sun Woo langsung kesal, sampai akhir Bong Sun terus saja membuat masalah.
Sun Woo membagi tugas, ia menyuruh Ji Woong utnuk terus menghubungi ponsel Bong Sun. Seo Joon mencari pembuat duplikat kunci, sementara Dong Chul dan Min Soo persiapakan adonan, bagaimana pun mereka harus membuka restoran. Keempatnya langsung bergerak sesuai tugas masing-masing.
Bong Sun yang mereka cari kini sedang berusaha mencari tempat tinggal baru. Bong Sun tertunduk lemas mengetahui mahalnya harga kamar berjendela ditambah biaya pemeliharaan. Ponsel Bong Sun berdering, dari Ji Woong. Berpikir kalau Ji Woong menanyakan perihal pengunduran dirinya. Bong Sun berguman meminta maaf karena tidak bisa menjawab telpon dari seniornya itu.
Bong Sun berjalan meninggalkan tempat yang baru saja dia datangi. Tiba-tiba dia mendengar suara teriakan yang sangat nyaring menggema di telinga. Membuat kepalanya terasa sangat sakit.
Suara nyaring itu ternyata suara Soon Ae yang merasa bosan terkurung di rumah Suhbingo, "Aaaaahhhhh.... aku bosan. Aku bisa gila ini", saking bosannya, Soon Ae sampai berguling-guling di lantai.
"Ahh... diam", gerutu Suhbingo, "BAB-ku sampai masuk kembali karenamu".. Hahaha...
"Itu karena aku sangat bosan", ujar Soon Ae membela diri, "Kau bahkan tidak punya pelanggan".
"Itu semua salahmu. Kaulah yang menghalangi pekerjaan orang (menghalangi keberuntungan).
"Karena itu kau harus membiarkan ku pergi saja. Tidak ada bagusnya kalau kita bersama. Jika kau melepaskanku, aku akan hidup dengan tenang seperti sudah mati".
"Kau sudah mati. Mana bisa kau hidup sesudah mati", Hahaha, "Jika kau jadi aku, apa kau akan percaya?".
"Tidak", jawab Soon Ae polos.
Terdengar bunyi bel. Soon Ae bersorak girang mengira itu pelanggan. Suhbingo menyahut itu pengantar makanan perut babi yang ia pesan. Soon Ae mengaku juga menyukai makana itu.
Pengantar makanan masuk ke dalam rumah dan menyebutkan ongkos yang harus di bayar. Suhbingo dengan santainya memberikan kupon makanan yang ia punya. Melihat itu, pengantar makanan langsung mengeluh, "Oh. Anda harusnya memberi tahu lebih dulu (kalau akan membayar dengan kupon).
"Kenapa aku harus memberitahumu lebih dulu?. Jika aku memberitahu sebelumnya, apa kalian akan mengurangi dagingnya", ujar Suhbingo.
Pengantar makanan berkata bukan seperti itu, tapi yang jelas ia akan mendapatkan masalah karena hal ini. Suhbingo kesal, masalah apa dan berkata akan bicara dengan pemilik rumah makan. Subhingo meraih ponselnya, sembari mengingatkan Soon Ae untuk tidak lari.
Tapi terlambat, karena saat Suhbingo menoleh kebelakang, Soon Ae sudah menghilang. Suhbingo panik dan kesal. Buru-buru dia keluar untuk mengejar Soon Ae.
Mengetahui Suhbingo akan mengejarnya, Soon Ae berlari secepat mungkin menembus pintu kaca lobby. Tak lama terlihat Suhbingo mengejar secepat yang ia bisa, sampai-sampai menabrak pintu kaca di depannya.
Subhingo berteriak menyuruh Soon Ae berhenti, tentu saja Soon Ae tidak mau. Suhbingo mengancam akan membunuh Soon Ae jika berhasil menangkapnya.
Sementara itu, Bong Sun berjalan menuju halte bis dengan terhuyung karena mengantuk. Kemudian dia duduk sembari menunggu bis datang.
Disaat yang sama, Soon Ae tiba di halte bis. Ia melihat banyak orang di sana dan mulai mencari seseorang yang akan dia rasuki. Pandangan Soon Ae tertuju pada Bong Sun. Dalam pandangan Soon Ae, badan Bong Sun mengeluarkan cahaya paling terang diantara orang-orang lain yang ada disana. Tak berpikir panjang lagi, Soon Ae langsung masuk ke tubuh Bong Sun.
Bong Sun yang semula duduk terantuk-antuk, menjadi duduk tegak begitu Soon Ae mengambil alih badannya. Tak lama, Suhbingo datang dengan terengah-engah kehilangan jejak Soon Ae. Ia tahu pasti hantu jahil itu masuk ketubuh seseorang. Tapi dimana dia?. Suhbingo celingukan mencari tawanannya. Soon Ae yang kini berada di dalam tubuh Bong Sun berusaha bersikap tenang agar tidak di curigai.
Disaat yang tepat, Seo Joon melihat Bong Sun duduk dihalte dan langsung menyuruh Bong Sun naik motornya. Soon Ae tampak bingung, tapi Seo Joon yang di kejar waktu langsung menariknya untuk naik keatas motor dan langsung pergi dari tempat itu.
Terdengar bunyi lonceng yang familiar, Suhbingo sadar bahwa Soon Ae berada dalam tubuh wanita yang barusan pergi itu.
Begitu sampai di depan restoran, Seo Joon menyuruh Bong Sun untuk masuk dulu. Soon Ae yang tak tahu apa-apa bertanya dengan binggung tempat apa ini?. Seo Joon heran dengan pertanyaan Soon Se dan langsung menyeretnya masuk ke dalam. Sambil teriak memanggil Sun Woo, memberi tahu kalau ia berhasil menemukan Bong Sun.
Sun Woo berusaha bersikap tenang dan mengadahkan tangannya pada Bong Sun. Soon Ae bengong menatap tangan Sun Woo. Sun Woo mendelik kesal dan mengoyangkan tangannya minta kunci. Soon Ae yang tidak mengerti apa maksudnya mengira Sun Woo mengajaknya berjabat tangan. Maka dia pun langsung menjabat tangan Sun Woo.
"Ah.....senang bertemu denganmu".
Sun Woo menepis tangan Bong Sun, "Serahkan. Berhenti main-main".
"Apa?", ucap Soon Ae
"Serahkan kuncinya?".
"Kunci apa?", Soon Ae menatap Sun Woo dengan kesal dan berguman dalam hati, kenapa dengan orang ini.
Karena Bong Sun diam saja, Sun Woo langsung meraba-raba tubuh Bong Soo untuk mencari kunci. Soon Ae yang berada dalam tubuh Bong Sun terkejut dan tidak terima di perlakukan seperti itu. Ia menjadi marah dan memelintir tangan Sun Woo lalu mendorongnya hingga jatuh terjerembab di lantai. Dan tentunya semua orang yang melihatnya di buat melongo terkejut.
END
Note :
Untuk memudahkan dan tidak membuat binggung, saya akan menggunakan nama "Boon Ae", saat Soon Ae berada dalam tubuh Bong Sun. Sepertinya Soon Ae adalah hantu yang mengalami lupa ingatan, mungkin saja ada rahasia di balik kematiannya.
No comments:
Post a Comment
Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)