Pages - Menu

Sunday, July 05, 2015

Sinopsis Oh My Ghost Episode 1 Part 1

Na Bong Sun berjalan dengan mata setengah terpejam karena mengantuk. Bersamaan dengan itu sebuah mobil ambulance berjalan menuju rumah sakit dengan membawa seorang pasein berusia 25 tahun. Setibanya di rumah sakit, tim medis langsung membawa pria itu yang ditemukan tidak sadarkan diri di diskotik daerah Taewon. 

Petugas ambulance yang membawa pasien,  menjelaskan bagian vital pria itu tidak stabil dan suhu tubuhnya 25 derajat celcius. Sepertinya dia terkena hyportermia. Dalam bulan ini, sudah ada beberapa pasien yang mengalami hal yang sama. 

*Hyporemia : Adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin

Salah satu dokter yang melihat pasein itu, berkesimpulan mungkinkah hal ini di karenakan virus ebola. Rekan dari dokter itu tidak setuju, ebola apanya. Menurut teorinya kondisi seperti itu di sebabkan penggunaan obat-obatan. Lalu dia bertanya apa kata polisi. 

Beralih ke kantor polisi. Pertanyaan dokter itu seolah di jawab oleh polisi yang tengah membahas masalah itu. Ketiga polisi itu membahasnya sembari menikmati malam malam mereka. Polisi berkaca mata berkata para korban selalu bersama wanita sebelum kejadian. Data diri dan pekerjaan mereka sesuai dengan yang tertera di kartu identitas. Tapi, anehnya hal itu tidak ada hubungannya dengan wanita tersebut sama sekali. 

Siapa jadi diri wanita itu masih menjadi pertanyaan. Mereka hanya menemukan kemiripan dari para wanita itu. Berwajah cantik dan memiliki bentuk tubuh yang proporsional. Siapa wanita itu sebenarnya tidak ada yang tahu. Seperti hantu saja. Apa wanita itu hantu???.

Di dalam mobil, ada pria dan wanita tengah bercumbu. Tapi tak berlangsung lama karena pria itu teriak kesakitan. Lalu wanita cantik itu keluar dan mengumpat kesal. Tapi yang terjadi kemudian, wanita itu tampak linglung. Dia tidak sadar kalau tubuhnya baru saja di rasuki hantu jahil, Shin Soon Ae. 

Setelah keluar dari tubuh wanita itu, Soon Ae berjalan pelan. Dia tidak peduli pada orang-orang yang berjalan berlain arah dengannya. Orang-orang itu juga tidak menyadari Soon Ah. Karena hantu, arwah Soon Ae dapat menembus sehingga tidak bertabrakan dengan orang-orang itu. Tanaman pun menjadi kering dan layu ketika di lalui Soon Ae.

Na Bong Sun yang berjalan dengan mata mengantuk hampir saja bertabrakan dengan Soon Ae. Lalu dia tersadar dan meminta maaf pada Soon Ae. Setelah meminta maaf, Bong Sun kembali berjalan. Soon Ae mengamati Bong Sun yang menjauh dengan pandangan heran,

"Apa?. Kau bisa melihat?. Diriku?". Sedetik kemudian Soon Ae menghilang seperti angin... Wush....

Episode 1 

Musim panas. Jalanan Seoul yang ramai dimana orang-orang berlalu lalang sibuk dengan aktifitas masing-masing. Terdengar suara DJ Ji Hee menyapa para pendengar melalui siaran radio. Dia memberitahu suhu pada siang hari ini mencapai 30 derajat celcius. Namun, Ji Hee yakin setiap orang mempunyai cara tersendiri untuk mengatasi cuaca panas ini. Seperti menghidupkan kipas angin atau AC. 

Menurut Ji Hee, menonton film horor juga merupakan salah satu cara mengatasi cuaca panas. Meski hantu tampak menakutkan, tapi dari buku yang pernah ia baca, hantu di gambarkan berwajah pucat, berambut hitam dan panjang dan hanya muncul di rumah angker. Padahal sesungguhnya mereka itu ada di kehidupan sehari-hari, "Hantu. Pergilah kalian". 

Hantu Soon Ae saat ini tengah berjalan-jalan ditengah kerumunan manusia. Soon Ae berguman menyukai cuaca hari ini yang tampak bagus. Berbeda dengan 3 pria disebelahnya, cuaca panas ini membuat mereka malas. Salah satu dari pria itu bertanya makan apa mereka hari ini?. 

"Aku bibimpap. Atau sup pasta kacang. Sup pasta kacang pasti enak", ucap Soon Ae antusias.

Tentu saja ucapan Soon Ae tidak di dengar pria-pria itu. Menurut mereka di cuaca panas seperti ini, tentu saja makan Naengmyun (mie yang terbuat dari gandum yang di sajikan dengan kuah kaldu sapi dingin). Soon Ae protes, setidaknya mereka harus makan nasi. Lalu ia berlari agak ke depan dan meloncat-loncat, "Nasi..nasi...".

Ketiga pria itu berjalan tanpa beban, dan menebus badan Soon Ae. Menyadari dirinya di tinggalkan, Soon Ae sedikit kesal, "Harusnya ajak aku juga. Aku juga ingin ikut dan cuci mata, tapi tidak boleh. Kalian pikir, kalian semua tampan?". 

Saking kesalnya, Soon Ae menyemburkan hawa dinginya pada orang yang tidak bersalah. Membuat sepasang kekasih yang berjalan disampingnya menggigil.

"Aku ini hantu. Hantu perawan. Hantu yang paling memiliki dendam. Bayangkan rasanya mati sebagai perawan, menolak surga dan bergentayangan di dunia lain. Aku dikenal sebagai ratunya pembenci wanita di dunia hantu. Aku harap bisa di maklumi. Aku adalah lagu yang menyedihkan, arwah yang penuh penyesalan. Dan juga sangat bosan".

Soon Ae duduk bangku taman, ia mencoba menyentuh penutup kaleng yang berada di atas bangku. Tapi tidak berhasil, hal itu membuat Soon Ae menjadi bosan dan menghentak kakinya ke tanah dengan kesal. Terdengar suara balita seakan menyapa Soon Ae. Soon Ae tersenyum dan mendekati si balita, bertanya siapa nama dari balita imut itu.

Balita itu tersenyum ketika Soon Ae mengajaknya bermain. Balita yang bisa melihat Soon Ae, itu tertawa setiap kali Soon Ae bicara padanya. Tak jauh dari tempat balita, ada sekelompok remaja yang sedang bermain basket. Bola basket melambung tinggi dah hampir mengenai balita, refleks Soon Ae dengan cepat mendorong bola itu menjauh agar tidak melukai balita.

Ibu balita yang sedang menelpon, terkejut dan segera mengampiri anaknya. Soon Ae juga terkejut menatap tangannya dan si balita secara bergantian. Baru saja tangannya bisa menyentuh benda. 

Soon Ae berbaring di bangku taman memandang ke atas langit. Langit indah berwarna biru.  Merasa dirinya menyedihkan, Soon Ae lalu bangkit mencari makanan persembahan untuk mendapatkan energi.

Beralih ke Sun Restoran dimana Souschef Heo Min Soo mengawasi kerja para bawahannya. Min Soo menegur Jo Dong Chul yang sedang membuat saus. Min Soo menyuruh Dong Chul untuk mengaduk sausnya satu arah, bukan seperti yang Dong Chul lakukan. Masa begitu saja tidak tahu. Ia lalu memberikan contoh, tapi caranya kasar. Dong Chul mengerti dan beralasan tangannya kesemutan. Karena itulah Min Soo menyuruh Dong Chul untuk olahraga. 

*Souschef : Asisten Chef , satu tingkat di bawah kepala Chef (Executive Chef)

Min Soo lalu meledek Dong Chul yang dilihat dari penampilan tampak seperti manager, tapi siapa yang tahu kalau Dong Chul lebih muda setahun darinya. Dengan gemas Min Soo mencubit pipi Dong Chul sembari berkata wajah Dong Chul terlihat menakutkan.

Choi Ji Woon berkata wajah Dong Chul memang tampak lebih tua di bandingkan usianya. Dan memuji Min Soo yang tampak lebih muda. Pasti orang-orang mengira Min Soo berumur 20 tahun'an. Dengan pedenya Min Soo berkata pernah di kira anak SMA....haha ngarang. Min Soo menepuk bokong Dong Chul dan meminta maaf atas perkatannya barusan. 

Min Soo lalu menegur Seo Joon yang menurutnya memotong daging terlalu tebal. Daging kaldu harus di potong dengan baik, "Apa kau tidak tahu?. Apa kau tidak mempelajari hal itu di Le Gordon Blue?".

*Le Gordon Blue : Sekolah pendidikan kuliner terbesar di dunia.

"Mereka tidak mengajari hal itu?", jawab Seo Joon tanpa memandang wajah Min Soo.

"Kau pikir aku tidak tahu?. Itu hanya perumpamaan. Kau tidak tahu metafora dan semacamnya?", sahut Min Soo kesal. 

Semakin kesal Min Soo karena Seo Joon tidak bergeming saat ia memarahinya. Apa sebaiknya ia pecat saja Seo Joon. Ji Woong mencium sesuatu yang terbakar dan mengatakan hal itu pada Min Soo. Min Soo berkata saat ini yang terbakar adalah hatinya.

Min Soo kembali mengomeli Seo Joon, "Karena itulah aku tidak suka orang yang belajar di luar negeri. Apa bagusnya kemampuan hebat jika perilakumi jelek". 

Kali ini Dong Chul mencium bau gosong. Seo Joon juga menciumnya dan bau gosong itu berasal dari luar. 

Mereka lalu lari keluar dan membangunkan Bong Sun yang tidur dalam posisi duduk di depan kompor. Min Soo berteriak memarahi Bong Sun, "Apa kau gila?. Mana ada orang yang tertidur saat masak saus. Mana ada!".

Bong Sun buru-buru bangun dan membungkuk meminta maaf. Min Soo berteriak, "Kau pikir minta maaf saja cukup?. Kau hampir menyebabkan kebakaran. Melakukan hal dasar saja tidak becus. Seharusnya kau kupecat saja kau ini. Restoran siapa yang kau bakar ini?". 

"Bukan restoranmu, toh", sahut Kang Sun Woo tiba-tiba sudah berdiri di depan mereka. 

Min Soo yang semula galak langsung diam begitu melihat wajah atasannya. Sun Woo melihat asap yang dan menyindir tebalnya asap membuatnya mengira kalau tempat ini himalaya, "Pemandangan yang bagus, iyakan?". 

Sindiran itu membuat Bong Sun menunduk menyesali kecerobohannya.

Di dalam restoran, Sun Woo memarahi Min Soo dan Bong Sun. Sun Woo bertanya apa jabatan Min Woo di dapur. Souschef jawab Min Soo. Sun Woo berakta itu berarti Min Soo orang nomor 2 di dapur. 

"Sebelum menganggap ini restoranmu. Kau harus mengurusnya. Tapi kau malah menyuruh orang seperti ini untuk membuat saus?", bentak Sun Woo

"Sebenarnya aku yang mengerjakan saus, aku hanya menyuruh dia untuk mengawasi selama 10 menit. Ternyata sebentar saja dia tidak bisa melakukannya", jelas Min Soo terbata

"Memangnya aku ada waktu sebentar di dapur?. Sebentar itu bagai hidup dan mati. Kau tahu", ucap Sun Woo dengan nada tinggi. 

Min Soo meminta maaf. Bong Sun juga meminta maaf dan mengakui hal itu murni kesalahannya. Sun Woo tak menanggapi Bong Sun. Ia mengambil sumpit kayu yang terselip di celemek Min Soo. Sun Woo tahu, Min Soo sering menjelek-jelekannya. Tidak apa. Bekerja di sini memang sulit dan pekerjaanya berat. Sehingga wajar jika Min Soo sering menjelekannya.

Min Soo membela diri, mana berani ia melakukan hal itu. Sun Woo mendorong perut Min Woo dengan sumpit seraya berkata, "Kau kurang propesional, menyuruh orang lain mengerjakan pekerjaanmu. Tidak bisa ku tolerasansi. Ini bagian dari sifatmu, bukan dari hal yang kau pelajari". 

"Maafkan aku, chef", ujar Min Soo

"Lakukan dengan benar Min Soo-ah, kau bisa kan?. Jangan di ulangi". 

"Ya, chef", jawab Min Soo menundukan kepala. 

Sun Woo mengembalikan sumpit milik Min Soo lalu pergi. Masalah selesai. 

Tapi masalah Min Soo dengan Bong Sun belum selesai. Begitu Sun Woo pergi, Min Soo melingkarkan lengannya ke leher Bong Sun dan menarik gadis itu pergi ke belakang. Min Soo memojokan Bong Sun ke tembok. Ia kesal, usainya sudah 30 tahun'an dan dimarahi seperti anak kecil. Sungguh memalukan. Seharusnya ia pergi dari sini dan membuka restoran sendiri.

"Maafkan aku, Souschef". 

"Bong Sun. Kau ini. Hei Bong, Bong sialan. Benar-benar. Kenapa kau tidak tidur di malam hari?. Kenapa selalu ketiduran siang hari?. Kenapa?. Kenapa!!!". 

Min Soo mengeluarkan sumpitnya seakan mengancam, "Lakukan dengan baik, hah".

"Baik" jawab Bong Sun pelan. Min Soo kesal pura-pura memukul Bong Sun lalu pergi. 

Bong Sun menggosok panci yang dia gosongkan, lagi-lagi ia melakukan pekerjaanya sembari terantuk-antuk. Tau tidak boleh seperti ini, Bong Sun memberi penyegar pada matanya. Saat itu lah ia melihat bayangan hitam melayang tepat di depan matanya.

Bong Sun terkejut sekaligus takut. Ia menutup mata dan berdoa. Tiba-tiba, Bong Sun merasakan ada sebuah tangan menyentuh tengkuknya. Bong Sun terus berdoa, dan tangan tanpa badan itu perlahan-lahan menghilang seperti uap.

Ponsel Bong Sun berdering, dari nenek. Nenek heran mendengar suara Bong Sun yang terdengar lemah, ia bertanya apa cucunya itu sudah makan. Bong Sun menjawab sudah makan lalu bertanya bagaimana kabar nenek, sehat-sehat saja?'.

Nenek mengiyakan, lalu balik tanya bagaimana kabar Bong Sun. Sudah bisa tidur?. Apa hantu terus menganggu?. Tak ingin membuat neneknya khawatir, Bong Sun terpaksa berbohong. Akhir-akhir ini hantu muncul dan ia bisa tidur dengan baik. 

Nenek Bong Sun lega, baguslah. Ia menyarankan Bong Sun untuk hidup sebagai dukun seperti dirinya. Dan juga berpesan agar Bong Sun selalu membakar dupa di sebelah tempat tidur. Bong Sun mengangguk dan menutup telepon. 

Mata Bong Sun berkaca-kaca. Ia mengusap air matanya, tapi hal itu malah membuat matanya terasa perih. Bong Sun tidak sadar tangannya terkena saus dari panci yang ia sedang ia cuci.

Kang Eun Hee, adik Kang Sun Woo memberikan kartu laporan  pada Sun Woo sekaligus memuji kakanya yang telah bekerja keras. Sun Woo membanggakan diri, memangnya apa yang tidak bisa ia lakukan, "Aku pintar memasak, lucu dan tampan. Surga memberikan semua padaku". 

"Oppa pasti sempurna jika tidak selalu memuji diri sendiri", sahut Eun Hee. 

Sun Woo tertawa, itu salah satu kekurangan yang ia buat dengan sengaja. Ia bisa di benci jika terlalu sempurna. Eun Hee tertawa, menurutnya Sun Woo sangat ramah, tapi Sun Hee heran pada kakaknya yang galak sekali pada 2 wanita.

"Siapa?", tanya Sun Woo 

"Bong Sun-shi", jawab Eun Hee, "Dia jadi berubah semenjak oppa galak padanya". 

"Dia memang tidak bagus. Siapa satunya?". 

Terdengar pintu terbuka. Eun Hee tersenyum melihat kedatangan ibunya, tapi beda dengan wajah Sun Woo yang tampak masam. Dan kita tahu pada siapa Sun Woo bersikap galak, pada Bong Sun pada ibunya sendiri.
Sun Woo menunjukan wajah tidak suka melihat ibunya terus berkeliling di sekitar restoran, "Ibu ingin memeriksa sesuatu?. Apa tidak bisa duduk?. Membuat pusing saja. Sudah kubilang jangan datang ke restoran". 

"Kau malu padaku?. Kenapa aku tidak boleh datang ke restoran anakku?". 

"Ada pelanggan yang bertanya. Mereka bertanya apa ibu itu bibiku, atau kekasih rahasiaku. Tidak masuk akal. Melahirkanku saat berusia 19 tahun". 

"Memangnya kenapa, hah", ucap ibu Sun Woo tersinggung, "Apa ini hidup merek. Siapa yang bicara seperti itu?". 

Karena itu Sun Woo menyuruh ibunya untuk menjalani hidup sendiri dan kenapa malah datang kesini. Ibu Sun Woo terkejut, menilai putranya telah banyak belajar bagaimana caranya bicara yang menyakitkan. Sun Hee hanya tersenyum dan memandangi ibunya. 

Meski begitu ibu Sun Woo tidak marah, sebaliknya ia memanggil nama Sun Woo dengan lemah lembut. Ibu Sun Woo memberikan amplop berwarna kuning dan berkata kalau Sun Woo mempunyai keberuntungan "tangan bercahaya". 

"Kau mempunyai kekuatan besar di tahun ini dan ada hantu di garis nasib Sun woo. Hantu akan menempel padamu. Hantu menakutkan, bukan".

"Siapa yang mengatakan itu?. Dukun Tae?". 

Ibu Sun Woo menggeleng. Bukan. Jimat ini dari dukun Jang di Sungbuk. Sun Woo tertawa, ia tak percaya hal tahayul macam itu dan merasa baik-baik saja, "Sudah kubilang aku tidak percaya hantu".

Ibu Sun Woo tidak mengharuskan Sun Woo untuk percaya. Pokoknya simpan saja jimat ini. Ibu Sun Woo terus memaksa meski Sun Woo tidak mau menerima. Sun Woo heran pada ibunya yang seorang profesor tapi masih percaya tahayul. Apa murid-murid ibunya di universitas tahu, kalau dosen mereka mempercayai hal semacam ini.

Terdengar dering ponsel, ibu Sun Woo memberi ponsel Sun Woo berdering. Sun Woo menjawab telpon yang ternyata dari PD Lee Sun Young.

Soon Ae bertemu dengan teman sesama hantunya di sebuah tempat yang sedang mengadakan acara pemakaman. Soon Ae mulai makan dan menyapa hantu berpenampilan punk di sampingnya. Hantu wanita itu merasa heran karena Soon Ae tidak pernah datang. Ia yakin pasti Soon Ae sedang merasa sangat lapar karena tidak pernah mendapat makanan persembahan. Jika di pikir-pikir lucu juga, hantu wanita itu tidak pernah mendengar hantu mengalami lupa ingatan.

Salah satu hantu ahjushi membenarkan. Mana bisa hal itu terjadi. Hantu wanita itu kembali berkata menurutnya jika mati karena trauma tiba-tiba, mungkin saja. Ia menyindir Soon Ae jika hantu tidak bisa berbagi makanan persembahan tidak seharusnya dia makan milik orang lain seperti itu. Bahkan hantu juga punya tata krama.

"Orang bilang nafsu makan dan sex itu setara. Kau tidak bisa menyembunyikan fakta kalau kau itu hantu perawan, kan?".

"Hei. Hentikan. Anjing saja tidak mau di ganggu saat makan", ucap Soon Ae.

Tapi hantu wanita itu tidak berpikir Soon Ae lebih baik dari pada anjing. Ia mendegar Soon Ae terus merasuki wanita untuk menggoda laki-laki, "Aku dengar Suhbingo ingin menangkapmu", ucapnya nyolot

"Tidak ada hubungannya denganmu", jawab Soon Ae dengan mulut penuh makanan. 

"Aku bicara begini karena ada hubungannya denganku. Karena dirimu, kami semua dalam masalah. Mereka sudah melarang kita melakukannya. Kenapa kau terus merasuki manusia?".

Soon Ae terpancing emosi, "Kau sendiri bagaimana, kau tidak pernah berbuat salah?. Aku ingat kau juga sering merasuki manusia. Kita sama-sama hantu gila. Ayo berkelahi!". 

Hantu wanita itu menerima tantangan Soon Ae. Mereka sibuk berdebat dan tidak menyadari seorang wanita berbadan gemuk mendekati mereka. Tapi hantu-hantu lain yang melihat kedatangan wanita itu langsung berdiri dan lari terbirit-birit. Melihat teman hantunya lagi, hantu wanita yang bertengkar dengan Soon Ae ikut lari setelah mengetahui siapa yang datang. 

Tapi Soon Ae tidak menyadari hal itu. Ia mengira semua hantu lari karena takut padanya. Ia berteriak memanggil mereka dan akan menghajar mereka satu persatu. Tiba-tiba Soon Ae terdiam merasakan aura lain. Ia menoleh pada wanita di sebelahnya. Wanita bertubuh gemuk itu berkata, "Kau...bajin*** kecil...".

Soon Ae tersenyum dan memanggil wanita itu dengan panggilan Onnie. Setelah itu Soon Ae langsung lari menggunakan jurus langkah kaki seribu. Wanita bertubuh gemuk itu adalah Suhbingo, penangkap hantu.

Suhbingo tidak diam saja melihat Soon Ae lari, ia mengejar hantu usil itu. Orang-orang yang tidak bisa melihat Soon Ae yang kasat mata memandang Suhbingo dengan pandangan aneh, mengira Sunbingo orang gila karena bicara dan mengejar sesuatu yang tidak terlihat.

Soon Ae terus berlari ke jalan raya, ia mengumpat kesal karena lari Suhbingo ternyata cepat juga. Suhbingo juga kesal karena Soon Ae berlari cepat sekali. Pasti dia mendapatkan energi setelah memakan makanan persembahan.

Soon Ae lalu masuk ke dalam bis yang kebetulan lewat. Suhbingo mengejar menggunakan taksi. Dari jendela bis, Soon Ae melihat Suhbingo yang terus mengejarnya, ia berguman tak percaya melihat kegigihan penangkap hantu itu. Di dalam taksi, Suhbingo terus saja berteriak dan menunjuk-nunjuk Soon Ae.

Soon Ae lalu turun dengan menembus bis. Sunbingo berhenti dan kembali mengejar Soon Ae, yang berlari ke dalam kuruman orang-orang yang sedang mengantri untuk masuk ke stasiun televisi.

Soon Ae menggunakan kesempatan ini untuk bersembunyi dengan merasuki seorang wanita. Trik yang di gunakan Soon Ae berhasil. Suhbingo kehilangan jejak, tapi dia tahu pasti Soon Ae merasuki seseorang. Suhbingo kesal pada Soon Ae yang selalu saja melanggar aturan.

Disaat yang sama, Sun Woo masuk ke lobby stasiun televisi untuk bertemu dengan PD Lee.  Sun Woo berjalan melewati wanita yang di rasuki Soon Ae. Seketika itu juga, arwah Soon Ae keluar dengan sendiri dari tubuh si wanita. Merasa panik, Soon Ae ingin kembali merasuki wanita itu. Tapi ia malah terpental karena tubuh wanita itu menolak arwah Soon Ae.

Suhbingo yang melihat Soon Ae langsung menangkapnya. Dia yang begitu girang berhasil menangkap Soon Ae, seraya menggunakan tongkatnya untuk menarik leher Soon Ae. Soon Ae mengeluh kesakitan, tak mau kalah Suhbingo juga mengeluh sakit saat mengejar Soon Ae tadi.

Lagi-lagi sikap aneh Suhbingo yang berbicara dan tertawa sendiri, membuat orang-orang menatap aneh padanya. Maklum saja, orang-orang itu tidak bisa melihat hantu Soon Ae. 

Di tempat duduknya, Sun Woo merogoh kantong dan menemukan kertas jimat yang terselip disana. Sun Woo tahu pasti ibunya yang memasukkan kertas itu tanpa sepengetahuannya. Sun Woo yang kesal meremas kertas itu lalu membuangnya.

Tak lama PD Lee datang membawa 2 gelas kopi untuk mereka. PD Lee membelikan Sun Woo Americano hangat. Ia tahu Sun Woo tidak menyukai minuman panas karena bisa mengacaukan indera perasanya. Sun Woo berdalih, hal itu di lakukan saat ia masih menjadi pemula, sekarang dia bukanlah pemula (tapi seorang chef terkenal).

Sun Woo bertanya maksud PD Lee menyuruhnya datang. PD Lee menawari Sun Woo untuk membintangi program baru yang akan ia kerjakan. Acara  memasak dimana Sun Woo akan menerima tugas dari penonton. PD Lee ingin Sun Woo muncul di episode 1 bersama Chef Marco.

Sun Woo heran pada Chef Marco yang berlagak seperti artis saja. PD Lee menilai Chef Marco mempunyai kualitas bintang dan karir yang menarik, "Bagaimana, kau mau melakukannya?"

"Tidak. Aku tidak mau acara percontohan. Akan kupertimbangkan jika acara itu jadi acara tetap". 

"Hei... Meskipun aku memohon", pinta PD Lee memelas.

"Aku harus mengurangi acara TV. Aku tidak memperhatikan restoranku dan sekarang menjadi berantakan". 

PD Lee mencibir Sun Woo yang tukang pamer. Sun Woo berkilah, bukan tukang pamer tapi dirinya memang hebat. PD Lee meminta sekali lagi. Tapi Sun Woo menolak meski PD Lee terus memohon. PD Lee berguman tak percaya baru saja di tolak oleh teman yang ia percaya. Ia kesempatan sekali seumur hidup.

Sun Woo tersenyum dan pamit pergi. Sebelum pergi, PD Lee berkata akan pergi ke suatu tempat akhir pekan ini, apa Sun Woo ingin ikut?. Sun Woo belum tahu, "Lihat saja nanti. Lagipula, dia hanya ingin kalian berdua saja. Aku pergi dulu". 

Begitu berada di luar, Sun Woo termenung menatap foto di ponselnya. Foto dirinya bersama PD Lee dan seorang pria. Hm... mungkinkah mereka terlibat cinta segitiga?.

Suhbingo membawa Soon Ae kerumahnya Ia menyuruh Soon Ae memalingkan wajah ketika hendak memasukkan password. Soon Ae melotot kesal memangnya apa untungnya jika ia mengetahui password Suhbingo. Yang ada dia ingin keluar dari tempat ini bukannya masuk. Suhbingo baru sadar, benar juga lalu menekan kode password.

"7128", ucap Soon Ae mengetahui kode password Suhbingo

"Akan kuganti nanti", sahut Suhbingo mendorong Soon Ae masuk kedalam.

Di dalam rumah Suhbingo banyak jimat-jimat menempel dinding. Soon Ae merasa kesakitan, jatuh ke lantai sembari memegangi dadanya. Tapi Suhbingo tahu Soon Ae sedang berakting...hahahaha. Suhbingo menendang Soon Ae dan berkata jimat ini tidak menyakiti hantu tapi hanya untuk mengurung.

Dengan pose dan wajah lucu, Soon Ae bertanya kenapa Suhbingo mengejarnya. Suhbingo balik tanya apa Soon Ae benar-benar tidak tahu, "Karena kau merasuki orang-orang dan berkeliaran menggoda laki-laki. Membuat keributan di atas sana. Sampai aku mengurungmu, mereka tidak akan membantuku". 

"Yah. Apa boleh buat, aku suka laki-laki", jawab Soon Ae santai.

"Tentu saja. Kau itu kan hantu perawan. Kau akan merasuki tubuh orang lain dan menggoda laki-laki yang tidak pernah ada selama hidupmu. Coba saja, tidak ada laki-laki yang bisa menahan hawa dingin hantu".

Soon Ae membantah, ia pernah mendengar keberuntungan "tangan bercahaya". Pria dengan kekuatan. Bantahan itu membuat Suhbingo tertawa, "Apa kau ingin mencarinya. Pria itu 1 dari 1 juta pria".

"Tentu saja aku harus mencoba. Jika aku terus menjadi hantu selama 3 tahun, aku akan menjadi roh jahat. Aku harus menyelesaikan penyesalanku dan meninggalkan tempat ini". 

Suhbingo mengerti, "Itulah maksudku. Kau harus menyelesaikan penyesalanmu. Lupakan dendammu, temukan kedamaian dan naiklah ke surga".

"Kau pikir itu semua atas kendaliku". 

Suhbingo marah, jika Soon Ae terus seperti ini sesuatu yang salah akan terjadi. Jika secara kebetulan Soon Ae masuk ke dalam tubuh yang mempunyai gelombang yang cocok, maka arwah Soon Ae akan terperangkap selamanya dan tidak bisa keluar.

Suhbingo menangis merasa simpati pada Soon Ae. Soon Ae merasa senang ada seseorang yang mengkhawatirkannya, seseorang yang bisa ia ajak bicara. Soon Ae risih saat Suhbingo tiba-tiba memeluknya. Tak hanya itu, Suhbingo juga menyebutnya cantik dan berkata menyayangi Soon Ae.

Tapi ternyata diam-diam Suhbingo mengenakan kalung di leher Soon Ae. Ia tertawa geli setelah berhasil melakukannya. Kalung itu cocok sekali untuk Soon Ae. 

Soon Ae terkejut menyadari tiba-tiba saja kalung itu sudah melingkar di leharnya "Apa ini?. Apa ini?".

Suhbingo tertawa, "Mana bisa aku percaya padamu?. Aku harus mengenakan lonceng di lehermu, agar kau tidak lari". 

"Woahh... apa aku ini anjing atau kucing", ucap Soon Ae tak percaya. 

Soon Ae mencoba melepasnya, tapi tangannya seperti kesetrum listrik. Suhbingo berkata jangan harap bisa melepas benda itu. Hanya ia yang bisa menyentuh dan melepasnya. Soon Ae meloncat, merengek-rengek seperti anak kecil minta kalung di lepaskan. Suhbingo tidak peduli, sibuk melihat nota tagihan yang tinggi sekali. 

Sun Restoran. Para koki Sun tengah besiap membuka restoran. Bong Sun dan Seo Joon menata meja makan. Dong Chul dan Ji Woong menyiapakan bahan makanan yang akan mereka masak hari ini. Lalu Min Soo, asyik main ponsel. 

Dong Chul bertanya makan apa mereka hari ini, sepertinya malam ini mereka akan lembur. Karena Sun Woo belum datang, Min Soo menyarankan bagaimana kalau mereka pesan nasi. Yang lainnya tampak enggan, jika Sun Woo melihatnya dia tidak akan suka, karena chef mereka itu tidak menyukai nasi dan lauk pauknya.

Min Soo kesal, memangnya kenapa kalau Sun Woo tidak suka nasi. Apa mereka harus selalu mengikuti Sun Woo dan makan mie juga?. Min Soo mulai menjelek-jelekkan Sun Woo dan menyebutnya sebagai diktator.

"Chef tidak pernah memaksa, kita yang mengikutinya", celetuk Seo Joon. 

Min Soo kesal, "Bajin*** Gordon ini!". 

Ji Woong menengahi, jika ingin makan nasi mereka harus segera memesannya sebelum Sun Woo datang. Ji Woon ingin makan nasi dengan bibimbab daun bawang. Seo Joon dan Min Soo memesan sama. Sementara Dong Chul ingin makan sup lobak kering. 

*Bbimbab : Nasi campur ala korea, terdiri dari nasi, sayur-sayuran, daging sapi, telur dan saus pedas.
Ujung-ujungnya, maknae Bong Sun lah yang mendapat tugas untuk memesan semua makanan mereka. Min Soo menyuruh Bong Sun untuk memesan 3 posri bibimbab daun bawang, 1 porsi sup lobak kering dan 1 porsi sup kimchi untuk Bong Sun. (Wek... Min Soo menentukan apa yang harus di makan Bong Sun).

Bong Sun menurut, tapi ia ragu. Dengan nada pelan, dia bertanya, "Apa kita sungguh akan memesannya?". Min Soo mengiyakan, ini adalah perkataan Souschef, mau pikir apa lagi. Hari ini mereka duduk sebagai manusia dan menikmati malam malam dengan santai. Jangan berdiri dan makan seperti gelandangan (seperti yang sering mereka lakukan". 

Baru saja, Bong Sun mengeluarkan ponselnya hendak memesan makanan. Sun Woo datang dan bertanya, "Kalian belum makan, kan?. Ayo kita buat Jjampong".

*Jjampong : Mie pedas campuran seafood, daging sapi dan sayuran. 

"Iya, chef", ucap Ji Woong, Dong Chul, Seo Joon dan Bong Sun bersamaan lalu pergi ke dapur mengikuti Sun Woo.   

Meski kesal, mau tak mau Min Soo mengikuti kemauan Sun Woo dan menyusul mereka. 

Setelah masakan siap, mereka berenam menyantap makanan mereka di dapur. Benar apa yang di katakan Min Soo, mereka makan sambil berdiri. Hanya Sun Woo dan Min Soo yang duduk. Itupun bukan duduk di meja makan.

Belum selesai makan, Sun Woo tanya apa ikan salmon pesanan mereka sudah datang. Ji Woong mengiyakan. Sun Woo langsung menyelesaikan makannya di ikuti yang lain, meski makanan mereka belum habis.

Dengan cekatan, Sun Woo memotong kepala ikan dan memisahkan daging dari tulangnya. Sun Woo kecewa salmon yang mereka terima tidak segar seperti harapannya. Memangnya pelanggan mereka itu kucing kampung di sajikan daging tidak segar begini, "Kembalikan ikan ini. Beritahu mereka, kita akan memutus kerja sama jika mereka terus seperti ini".

Dong Chul bertanya apa yang mereka lakukan dengan kerang kemarin. Jika di biarkan terus kerang-kerang itu akan membusuk. Sun Woo baru ingat memesan kerang terlalu banyak. Ia lalu bertanya apa ada persediaan bayam. Ji Woong mengiyakan. Sun Woo akhirnya memutuskan untuk mengganti menu special hari ini dengan kerang dan pasta ayam.

"Aku akan bertanggung jawab pada rasanya. Jadi, sarankan pelanggan untuk memesan menu special kita hari ini".

Setiap harinya, Sun Restoran buka dari pukul 11.00 siang hingga 11.00 malam. Para pelanggan datang silih berganti. Semua karyawan Sun Woo sibuk dengan tugas masing-masing. Sun Woo dan Min Soo memasak, Seo Joon dan Ji Woong menyiapkan bahan-bahan. Dong Chul berjaga di meja kasir mencatat pesanan dan Bong Sun bertugas mencuci peralatan kotor.

Suhbingo dengan khusyuk berdoa menurut kepercayaannya. Soon Ae mondar-mandir dan bergerak-gerak sesuka hati membuat lonceng di lehernya berbunyi. Ia sengaja menggangu Suhbingo yang tidak tahan lagi memarahi Soon Ae, "Bisa diam, tidak!. Duduk!".

"Siapa suruh memasang lonceng dileherku?", jawab Soon Ae terus bergoyang.

Subingo berdiri dan langsung memukul kepala Soon Ae dengan keras, "Plak", membuat Soon Ae teriak nyaring, "Aduh!. Sakit!".

Bong Sun yang sedang mencuci peralatan kotor tiba-tiba memegangi kupingnya yang terasa sakit, seperti baru saja mendengar suara teriakan yang sangat nyaring.

Selesai melayani para pelanggan, karyawan Sun Woo beres-beres sebelum pulang. Min Soo mengajak Sun Woo untuk minum bersama. Sun Woo tak mau, ia ingin pergi olah raga. Setelah Sun Woo pergi, Min Soo mulai menjelek-jelekan Sun Woo, "Sepertinya dia tahu kalau kehadirannya tidak di harapkan".

Min Soo mengajak yang lainnya untuk mandi dan bersiap-siap. Dan meninggalkan pekerjaan yang belum selesai pada Bong Sun.

Ruang loker. Min Soo yang baru selesai mandi mengeluh karena memasak 100 porsi pasta hari ini. Kenapa pelanggan terus saja berdatangan. Menyebalkan saja. Ji Woong justru merasa senang, bukankah jika bisnis lancar gaji mereka akan naik. Min Soo tidak yakin, menurutnya Sun Woo merupakan chef yang tidak perhatian pada karyawan. Dia hanya baik pada adiknya saja, Sun Hee.

Ji Woong membela, Sun Hee bukanlah adik biasa. Dia berbeda. Dulu dia sangat ceria. Dia kehilangan kakinya karena tabrak lagi, apa Min Soo tahun bagaimana sedihnya?. Bukannya simpati, Min Soo terus memojokkan, "Karena itulah surga itu adil. Sebagai gantinya, dia punya suami dan kakak yang baik. Bagus buatnya, mereka bedua orang hebat".

Bong Sun hendak masuk ke loker, tapi tidak jadi begitu melihat para pria itu sedang ganti baju.

Ji Woong, Seo Joon dan Dong Chul yang tidak setuju menatap Min Soo dengan pandangan heran. Min Soo tersinggung dengan cara Seo Joon memandangnya, "Gordon, kenapa kau melihat aku seperti itu?. Apa mereka mengajarimu hal itu di Le Gordon Blue".

"Tidak", jawab Seo Joon kesal.

Min Soo tidak terima dan ingin berdebat, beruntung Ji Woong menghentikannya dan mengajaknya segera pergi dari sana. Tinggallah Dong Chul dan Seo Joon yang belum selesai ganti baju.

Begitu Min Soo pergi, Dong Chul meluapkan kekesalannya pada Min Soo, "Aku tidak tahan lagi. Dia itu jauh lebih muda dariku. Souschef itu bukan apa-apa. Memangnya dia itu raja, hah?. Aku harap bisa meninju dan menendangnya".

"Lalu, kenapa kau berbohong dengan umurmu", sahut Seo Joon.

Dong Chul tidak bisa berbuat apa-apa, mau bagaimana lagi ia tidak bisa melamar pekerjaan dengan usiannya yang sebenarnya. Seharusnya ia tetap bekerja di bengkel saja, bukan menjadi koki.

Terdengar teriakan Min Soo yang bertanya, "Dong Chul, Kau ikut tidak?". Buru-buru Dong Chul menjawab ya, lalu berlari menyusul Min Soo.

Bong Sun sedikit mengintip untuk memeriksa apakah pria-pira itu sudah selesai berganti pakaian. Seo Joon yang mengetahui hal itu menyuruh Bong Sun untuk masuk dan memberi tahu kalau mereka sudah selesai. Seo Joon lalu pergi menyusul yang lain. Bong Sun pergi ke lokernya, berganti pakaian dan siap untuk pulang.

(Ck..ck..ck.. parah amat, loker wanita dan loker pria campur jadi satu)

Bong Sun keluar dari restoran berjalan menuju stasiun kereta api bawah tanah. Sepanjang jalan, Bong Sun terus. saja menundukan wajah. Saat di dalam kereta, Bong Sun lebih banyak diam dan melamun.

Bong Sun lalu mampir ke pasar untuk membeli kubis. Tak berbeda saat di restoran, Bong Sun selalu menundukan wajah setiap kali berhadapan atau berbicara dengan orang lain.

Sampailah Bong Sun di Kos Joongang yang dia tempati. Begitu sampai, Bong Sun langsung mengiris kubis yang barusan dia beli di aula belajar Joongang. Seseorang datang dan mengeluh dengan suara berisik yang Bong Sun timbulkan saat mengiris sayuran. '

Seperti biasa, Bong Sun tak segan-segan meminta maaf. Dengan suara tak bersemangat Bong Sun memberi alasan bahwa ia seorang asisten juru masak. Ia sedang berlatih dan mencoba untuk tidak berisik.

Pria itu kesal, akhir-akhir ini banyak orang ingin menjadi koki, karena acara TV yang menghancurkan industri itu. Pria itu pergi. Bong Sun menundukan kepala dan meminta maaf sekali lagi.

Selesai memasak, Bong Sun memotret masakannya lalu mengupload di blog pribadi. Kamar tidur Bong Sun sangat sempit, meski begitu dia tidak mengeluh. Jari-jari Bong Sun menari di atas keyboard laptop menulis sesuatu di blog pribadinya.

"Karena aku anak yang lemah yang sering mengalami masalah pencernaan, nenekku sering membuatkan bubur kubis ini. Nenek menakutiku dengan akupuntur, kalau aku tidak mau makan bubur itu. Jadi, aku sering memakannya karena ketakutan. Kalau di pikir nenek tidak saja melegakan perutku tapi juga hatiku. Hari ini, aku akan membagi resep bubur kubis ini". 

Terdengar suara ketukan di pintu. Buru-buru Bong Sun mematikan dupa, agar tidak tercium dari luar. Orang yang mengetuk pintu memberitahu ada paket untuk Bong Sun. Bong Sun mengiyakan tanpa berdiri dari tempatnya. Merasa orang itu telah pergi, Bong Sun kembali menyalakan dupa.


Lanjut ke Sinopsis Oh My Ghost Episode 1 Part 2


Komentar :
Ceritanya cukup menarik. Niat awal membuat sinopsis ini karena Park Bo Young. Udah lama banget gak liat gadis imut ini main drama. Kehadiran Kim Seul Gi juga menambah daya tarik dari drama ini.

Seperti biasa, episode satu berisi pengenalan beberapa tokoh. Sejauh ini kita sudah mengenal Bong Sun, Sun Woo dan juga koki-koki lain yang bekerja di Sun Restoran. Tak ketinggalan hantu usil Shin Soon Ae dan penangkap hantu Suhbingo. Soon Ae ini lucu, selalu saja tertawa melihat tingkahnya. Jika ada hantu kocak seperti ini, kira-kira kalau dia muncul manusia yang melihatnya bakal ketakutan gak ya?.. hahaha...

22 comments:

  1. cepet di lanjut unnie...
    #makda.. :D
    penasaran sih...
    semangaat...

    ReplyDelete
  2. Senengnya ketemu blog ini, saya jd gak takut ketinggalan episode manapun, terimakasih ya mbak Nuri....love it very much

    ReplyDelete
  3. Terima kasih mbak nuri, karena blog anda sya dpt mengikuti drama ini tnp hrs menontonnya. Terima kasih,,,

    ReplyDelete
  4. Terimakasih ya kak, kesini gegara ketinggalan episode di Net tv

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)