"Meskipun mereka tidak memiliki darah yang sama, tetap saja mereka kakak adik. Bagaimana bisa mereka menikah, hah?", ucap Chul Goo lantang mengagetkan semua yang ada di ruang tengah.
Suasana menjadi tegang. Se Yoon yang geram menuntut penjelasan, "Kau terus mengatakan kalau kami kakak adik. Apa maksudmu dengan itu?!".
"Dia mabuk kenapa kau peduli", sambar Do Hee panik. Ia menyuruh Ki Moon dan Ki Choon menyeret Chul Goo keluar.
Ki Moon dan Ki Choon yang semula bengong, kembali menyeret Chul Goo. Lagi-lagi Chul Goo berontak, "Bibi, kau jelas-jelas mengatakan padaku kalau Ibunya Lee Se Yoon telah menukar anaknya yang mati dengan anaknya Ibu Chae Won!".
Sol Joo terkejut bukan kepalang, tak menyangka Chul Goo mengetahui rahasia yang ia pendam selama 30 tahun. Do Hee mati-matian membungkam mulut Chul Goo. Mengatainya benar-benar mabuk hingga bicara ngelantur.
Choon Hee yang mulanya diam akhirnya membuka suara, "Jika kau mabuk, kau harusnya sadarkan diri di tempat lain. Beraninya kau datang kemari dan berdebat?. Apa kau tidak mau cepat keluar".
Presdir Lee bertanya apa Chul Goo bisa bertanggung jawab atas perkataan yang baru saja dia ucapkan. Sol Joo terdiam, tak berani menatap orang-orang yang ada di sekitar.
"Tentu saja bisa", jawab Chul Goo, "Meskipun ucapanku sedikit melantur karena alkohol, tapi pikiranku masih jernih".
Dasarnya Chul Goo mana mau dia mendengarkan orang lain, terlebih jika itu bisa menguntungkan dirinya. Dengan suara keras Chul Goo mengatakan, "Ibu yang melahirkan Lee Se Yoon tidak lain adalah Ibunya Chae Won. Dia", Chul Goo menunjuk Choon Hee.
Sol Joo dan Choon Hee menghela napas lemas mendengar pernyataan Chul Goo. Ki Choon tak bisa tinggal diam lagi. Sudah cukup ia mendengar ocehan Chul Goo dan sebagai akibatnya satu bogem keras mendarat di wajah pria itu. Pukulan cukup keras hingga membuat Chul Goo tersungkur di lantai.
Hanya Do Hee yang peduli pada Chul Goo dengan membantunya berdiri. Tapi Chul Goo sepertinya langsung tertidur...LOL.. Se Yoon yang syok pun bertanya pada ibu yang selama ini ia kenal sebagai ibu kandungnya, "Ibu..., apa yang barusan dia katakan???...".
"Aku.... Aku akan pulang duluan", ucap Sol Joo tersendat-sendat panik menghindari pertanyaan. Lalu berdiri dan pergi dari tempat kejadian.
Chae Won lari keluar mengejar Sol Joo. Presdir Lee bertanya kenapa Choon Hee tidak mengatakan apa-apa. Apa yang sebenarnya terjadi.
"Semua ini tidak benar, iya kan ibu?. Bagaimana sesuatu seperti ini bisa terjadi?", tanya Se Yoon mencari penjelasan dari Choon Hee.
Choon Hee yang juga syok tidak mampu bicara. Presdir Lee menuntut penjelasan, semuanya akan lebih akurat jika mendengar langsung dari Choon Hee. Tapi Choon Hee enggan memberikan penjelasan, ia mempersilahkan Presdir Lee dan Se Yoon untuk pulang. Akan lebih baik jika mereka mendengar penjelasan ini langsung dari Sol Joo.
Chae Won yang mengkhawatirkan Sol Joo menawarkan akan mengantar dia pulang. Sol Joo menolak, "Aku baik-baik saja. Aku bisa pulang sendiri". Berbeda dengan kenyataan, kaki Sol Joo terasa lemas untuk melangkah. Jika saja Chae Won tidak sigap menangkap, maka dia pasti akan sudah jatuh.
Sekali lagi Sol Joo menegaskan ia baik-baik saja, lalu pergi meninggalkan halaman rumah mie. Meski dengan langkah tertatih-tatih. Di iringi tatapan sedih Chae Won. Tak lama kemudian, Se Yoon menyusul keluar.
Hanya Do Hee yang peduli pada Chul Goo dengan membantunya berdiri. Tapi Chul Goo sepertinya langsung tertidur...LOL.. Se Yoon yang syok pun bertanya pada ibu yang selama ini ia kenal sebagai ibu kandungnya, "Ibu..., apa yang barusan dia katakan???...".
"Aku.... Aku akan pulang duluan", ucap Sol Joo tersendat-sendat panik menghindari pertanyaan. Lalu berdiri dan pergi dari tempat kejadian.
Chae Won lari keluar mengejar Sol Joo. Presdir Lee bertanya kenapa Choon Hee tidak mengatakan apa-apa. Apa yang sebenarnya terjadi.
"Semua ini tidak benar, iya kan ibu?. Bagaimana sesuatu seperti ini bisa terjadi?", tanya Se Yoon mencari penjelasan dari Choon Hee.
Choon Hee yang juga syok tidak mampu bicara. Presdir Lee menuntut penjelasan, semuanya akan lebih akurat jika mendengar langsung dari Choon Hee. Tapi Choon Hee enggan memberikan penjelasan, ia mempersilahkan Presdir Lee dan Se Yoon untuk pulang. Akan lebih baik jika mereka mendengar penjelasan ini langsung dari Sol Joo.
Chae Won yang mengkhawatirkan Sol Joo menawarkan akan mengantar dia pulang. Sol Joo menolak, "Aku baik-baik saja. Aku bisa pulang sendiri". Berbeda dengan kenyataan, kaki Sol Joo terasa lemas untuk melangkah. Jika saja Chae Won tidak sigap menangkap, maka dia pasti akan sudah jatuh.
Sekali lagi Sol Joo menegaskan ia baik-baik saja, lalu pergi meninggalkan halaman rumah mie. Meski dengan langkah tertatih-tatih. Di iringi tatapan sedih Chae Won. Tak lama kemudian, Se Yoon menyusul keluar.
Se Yoon menatap Chae Won dengan tatapan sendu. Melihat Chae Won yang tidak terkejut, Se Yoon menebak pasti kekasihnya itu sudah mengetahui rahasia ini sebelumnya. Tapi kenapa Chae Won tidak mengatakan apapun padanya, "Bagaimana kau bisa melakukan itu?".
"Ibumu dan ibuku...takut kalau kau bisa terluka", tutur Chae Won sedih.
Se Yoon menggeleng tak percaya, "Pasti ada suatu kesalahpahaman".
Presdir Lee pulang dengan diantar Choon Hee dan Hyo Dong. Presdir Lee minta maaf atas semua masalah ini, lalu pamit pergi. Se Yoon menatap Choon Hee. Choon Hee memberanikan diri meraih tangan putra kandungnya.
"Kau sangat terkejut, iya kan?. Kau baik-baik saja?".
Se Yoon tak menjawab, justru menarik tangannya dari genggaman Choon Hee dan pergi dari rumah mie dengan langkah lunglai. Choon Hee menangis, seperti mendapat penolakan dari putra kandungnya. Tak beda dengan Chae Won yang juga menangis melihat hati pria yang ia cintai terluka.
Setelah sukses membuat kacau suasana, sang biang kerok Chul Goo tertidur pulas di lantai ruang tengah.
"Jadi maksudmu, semua yang dikatakan Chul Goo itu benar?", tanya nenek pada Do Hee.
"Ya, ibu", jawab Do Hee.
Nenek tak bisa percaya bagaimana bisa seseorang melakukan hal semacam itu. Kang Sook berkata kita tidak bisa benar-benar menilai hati seseorang. Siapa sangka, wanita yang tampak elegan dan sempurna semacam itu mampu mencuri anak orang lain.
"Ngomong-ngomong, bagaimana Chul Goo bisa mengetahui kebenarannya?", celetuk Ki Choon penasaran.
Kang Sook menatap tajam Do Hee, "Menurutmu dari mana?. Pasti dia (Do Hee) tidak bisa menutup mulutnya".
"Mulutmu itu adalah masalahnya. Bisanya kau mengatakan hal tak berguna padanya dan menyebabkan semua masalah ini!", semport Ki Moon kesal. Lagi-lagi mulut sang istri pembawa sumber masalah.
"Aku..hanya merasa kasihan padanya sebagai manusia (Chul Goo)", jelas Do Hee membela diri.
Ki Choon tak habis pikir, bagaimana bisa Do Hee merasa kasihan pada pria b******n semacam Chul Goo, "Apa kau lupa yang sudah dia lakukan pada Chae Won?!". Do Hee kembali membela diri sekaligus membela Chul Goo. Sejujurnya Chul Goo sangat setia pada Chae Won. Ibu mertua Chae Won lah yang memperlakukan menantunya dengan buruk.
"Tas kulit buaya yang kau sering kau bawa akhir-akhir ini. Chul Goo yang memberikannya, iya kan?", tembak Kang Sook tepat sasaran.
Seperti sebuah pengakuan saat Do Hee berkata telah mengembalikan semua barang-barang pemberian Chul Goo. Kang Sook heran, "Semuanya???". Itu berarti ada barang lain yang telah Do Hee terima. Do Hee yang tak ingin nilainya semakin buruk di mata keluarga, memberi kode pada Kang Sook untuk diam.
Tapi terlambat, karena nenek sudah mendengar. Ia mengatai Do Hee merupakan pengacau dari dalam, "Meskipun kau sangat menginginkan tas kulit buaya, tetap saja Chae Won sangat membenci Chul Goo. Dan kau berpihak padanya??".
Do Hee berdalih berpihak pada Chul Goo bukan karena tas kulit buaya. Ia hanya tersentuh pada cinta dan kesetian Chul Goo kepada Chae Won. Bagaimanapun, pada akhirnya ini akan menjadi sulit bagi Chae Won untuk dapat menikah dengan Se Yoon.
Nenek menghela napas tak rela. Ia sangat mengharapkan Se Yoon menjadi cucu menantunya, "Apa yang bisa ku lakukan, Se Yoon terlalu baik untuk bisa kulepaskan". Nenek mendesak kakek untuk bicara sesuatu. Jangan hanya duduk diam saja.
Kakek tak bisa berkomentar ataupun mengatakan sesuatu. Dengan beralasan mengantuk, kakek pergi ke kamar. Sekaligus menyuruh nenek untuk menyusun tempat selimut dan s. elimut.
Nenek bisa mengerti sikap kakek. Ia berkata pada anak dan menantunya, "Ayah kalian, kelihatannya sangat kecewa. Apa yang harus kita lakukan....?...Aigo..", keluh nenek seraya meninggalkan ruang tengah.
Semakin di pikir, Kang Sook merasa semakin bingung. Ia tak bisa menentang ataupun mendukung pernikahan Chae Won - Se Yoon. Mereka ingin membahas lebih lanjut, tapi semuanya langsung terdiam seribu bahasa ketika melihat Chae Won masuk.
"Ngomong...ngomong...Si brengsek itu, apa dia pikir ini kamarnya", Ki Choon mengalihkan pembiaraan. Berdiri membangunkan Chul Goo dengan menendang pantatnya, Berulang kali ia menyuruh Chul Goo untuk bangun. Sia-sia saja, karena Chul Goo semakin terlelap dalam tidurnya. Tanpa beban.
Hyo Dong dan Choon Hee bicara berdua. Hyo Dong tak mengerti kenapa Choon Hee memendam semua ini sendirian, "Bagaimana kau tak mengatakan ini kepadaku. Apa aku. benar-benar suamimu?".
Choon Hee menghela napas berat, "Kupikir jika aku diam saja...akan lebih mudah untuk semua orang. Maaf aku sudah mengecawakanmu".
"Lalu, apa kau tadinya memutuskan tidak akan memberitahu Se Yoon?", tanya Hyo Dong.
Choon Hee berkata meskipun Se Yoon adalah putra kandungnya, Chae Won tetap menjadi putrinya. Dengan mengakui Se Yoon, hanya akan membuat Chae Won menangis darah. Apa yang bisa ia lakukan.
Hyo Dong tidak berpikir sampai sejauh itu. Bagaimana caranya mengatasi masalah ini. Choon Hee bertekad ingin tetap merahasiakannya demi kebaikan anak-anak. Tak pernah terpikirkan keadaan akan menjadi kacau seperti sekarang. Hyo Dong penasaran apa Se Yoon baik-baik. Jelas sekali kalau pemuda itu sangat terkejut. Telihat kekhawatiran di wajah Choon Hee.
Sesampainya dirumah, Presdir Lee langsung menginterogasi Sol Joo dan meminta penjelasan, "Apa benar apa yang dikatakan orang itu tadi. Apa kau...Apa kau benar-benar....".
"Ya. Itu benar...Aku melakukannya", jawab Sol Joo tak berniat lagi menutupi rahasia.
"Yobo?"
"Ibu!!", Se Yoon dan presdir Lee berseru terkejut tak percaya.
Sol Joo berkata mungkin apa yang ia katakan ini terdengar seperti pembelaan diri. Tapi saat itu, ia tak mempunyai pilihan lain, "Putra yang kulahirkan setelah aku mengalami 4 kali keguguran, meninggal tak lama setelah dia di lahirkan. Akankah aku bisa tetap dalam kondisi waras?. Memiliki menantu yatim piatu, ibumu tidak senang dengan segalanya. Jika aku tidak bisa meneruskan garis keturunan. Dia mengancam akan mendapatkannya di luar pernikahan kita. Aku tidak punya pilihan lain".
Sol Joo berbalik menatap Se Yoon. Ia berkata setelah Se Yoon lahir, Choon Hee masih berada di klinik bersalin karena mengalami pendarahan. Ketika itu Sol Joo lebih memilih menyusui Se Yoon dibandingkan menyusui anaknya sendiri.
"Saat kau sedang disusui aku melihatmu ketika kau menatap mataku. Meskipun aku tidak melahirkanmu, aku merasa kalau kau adalah anakku. Ini benar, Se Yoon".
Se Yoon menggeleng, "Kata-kata itu tidak cukup sebagai pembenaran, ibu".
Sol Joo tak berniat mencari pembenaran. Perasaannya pada saat itulah yang ingin ia sampaikan. Sampai sekarang, dalam mimpi sekalipun tidak pernah terpikir oleh Sol Joo kalau Se Yoon tidak terlahir dari rahimnya. (wajah Sol Joo tampak bahagia, sama sekali tidak tergurat rasa menyesal di wajah ataupaun matanya).
Presdir Lee marah. Bisa-bisanya Sol Joo menyimpan rahasia ini selama puluhan tahun, "Bagaimana kau bisa melakukannya?", bentaknya lalu ke kamar.
Sol Joo terus menatap Se Yoon, seakan tak mendengar teriakan suaminya yang marah. Sol Joo mengatakan jika ia kembali ke masa 30 tahun lalu. Ia tetap akan membuat pilihan yang sama, "Bagiku,...aku benar-benar menjadi Ibumu. Kau, menjadi putraku. Ibu benar-benar menyukainya. Bahkan jika Ibu mati atau di kehidupan selanjutnya, dan kehidupan selanjutnya lagi juga. Aku pastinya akan menjad Ibumu".
Sol Joo menangis dan Se Yoon juga menangis. Se Yoon tak kuasa untuk marah pada ibu yang telah membesarkan dan mencurahkan kasih sayang padanya selama 30 tahun.
Se Yoon berkendara tanpa arah. Ia akhirnya mengerti kenapa sikap Choon Hee berubah. Tatapan Choon Hee yang terlihat sendu dan pertanyaan-pertanyaan lainya. Se Yoon mendesah napas berat. Memacu mobilnya semakin cepat di tengah rintik hujan.
Pinggiran sungai Han menjadi pilihan Se Yoon untuk melampiaskan rasa frustasi. Perasaan sedih, marah dan kecewa tumpuk menjadi satu. Se Yoon berteriak sekencang-kencangnya melepaskan himpitan di dada.
Chae Won menelpon Se Yoon. Tersambung nada tidak aktif. Chae Won cemas, telpon Se Yoon dimatikan. Kemana dia dan apa yang dia lakukan.
"Aigo", Young Ja menyambut kepulangan Chul Goo dengan eluhan. Chul Goo tanya kenapa ibunya belum tidur. Young Ja menyahut bagaimana bisa ia tidur tenang setelah melihat Chul Goo pergi keluar rumah dalam keadaan mabuk, "Apa saja yang kau lakukan?".
Chul Goo menjawab pergi ke rumah mertua. Young Ja bingung, mertua yang mana, rumah Chae Won?. Chul Goo membenarkan, "Keluarga Se Yoon diundang makan malam. Jadi aku pergi kesana untuk menyemprotkan air dingin pada pesta mereka".
"Menyomprotkan air dingin?", tanya Young Ja tak mengerti.
"Lee Se Yoon, b******n itu ibu kandungnya adalah ibu tiri Chae Won".
Young Ja masih tak percaya. Mungkin saja Chul Goo salah paham, "Apa kau yakin ibu kandung pria itu adalah ibu tirinya Chae Won?".
"Sudah kubilang benar. Ibu Se Yoon (Sol Joo) menukar bayinya yang sudah meninggal dengan bayi Se Yoon".
"Oh...tuhanku..tuhanku...Bagaimana bisa manusia begitu mengerikan!", seru Young Ja tak percaya, "Dari luar dia terlihat begitu tinggi dan berkuasa selama ini. Ternyata dia bahkan tidak berharga sepeser pun".
Joo Ri turun yang baru turun dari kamarnya ikut bergabung, "Apa yang kalian bicarakan?". Young Ja dengan semangat berkata langit telah membantu Joo Ri, "Se Yoon sebenarnya adalah putra kandung ibu tirinya Chae Won".
"Apa yang ibu bicarakan?", Joo Ri terkejut sekaligus tidak percaya.
Sol Joo berada di kamar Se Yoon, cemas menunggu Se Yoon yang tak kunjung pulang meski jam sudah menunjukan pukul 1 malam. 5 menit kemudian Se Yoon pulang. Sol Joo tetap bersikap seperti biasa, ia berkata sangat khawatir karena Se Yoon tak menjawab telponnya.
Se Yoon bersikap dingin, tidak memperdulikan perkataan Sol Joo. Melepas jasnya dengan cuek. Sol Joo mendekat ingin membantu, tapi Se Yoon langsung menolak. Penolakan Se Yoon yang baru pertama kali ini membuat Sol Joo terkejut.
"Aku ingin sendiri. Kumohon keluarlah", kata Se Yoon tanpa memandang Sol Joo.
"Se Yoon-ah"
"Kumohon keluar", ucap Se Yoon dengan suara tinggi.
Dengan suara lebih rendah Se Yoon berkata tidak ingin mendengar kata apapun atau mengatakan apapun. Sol Joo mengerti, keluar kamar meninggal Se Yoon sendiri. Jelas sekali kalau dia terluka dengan sikap perubahan sikap Se Yoon.
Se Yoon menghempaskan jasnya dengan kesal. Tahu dengan pasti sikapnya telah melukai hati ibunya yang telah membesarkan ia selama ini. Tapi perasaan marah dan kecewa membuatnya bersikap demikian.
Sol Joo masuk ke kamarnya, memberitahu presdir Lee kalau Se Yoon sudah pulang. Sama seperti Se Yoon, presdir Lee pun bersikap dingin. Ia berdiri hendak meninggalkan kamar. Sol Joo bertanya mau kemana.
"Untuk saat ini, aku akan tidur di kamar lain", kata presdir Lee menampakan wajah marah.
Penolakan ke dua yang diterima Sol Joo malam ini. Di kamar yang besar itu terasa sepi. Ia termenung memandang dirinya di cermin yang tampak menyedihkan, lalu terisak pelan.
Pagi hari, Rumah mie. Choon Hee bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan. Tak lama kemudian, Do Hee datang. Suasana langsung canggung saat melihat Choon Hee. Do Hee berkata akan membantu Choon Hee menyiapkan sarapan.
Seakan tak mendengar, Choon Hee terus bekerja tanpa memperdulikan suara di belakangnya. Do Hee yang merasa serba salah meminta maaf atas kejadian semalam. Ia tak tahu jika Chul Goo akan mengacaukan suasana.
Mengingat kejadian semalam membuat Choon Hee kesal. Ia menghentikan pekerjaannya, lalu pergi dari dapur melewati Do Hee. Dan juga berpapasan dengan Kang Sook yang baru datang.
"Ah..Angin dingin benar-benar berhembus", komentar Do Hee setelah Choon Hee pergi.
"Ini bukan angin dingin. Tapi angin dari sapuan pisau. Aku tak peduli seberapa besar kau menyukai tas kulit buaya. Teganya kau!", timpal Kang Sook menyudutkan.
Sekali lag, Do Hee menegaskan memihak Chul Goo bukan karena tas kulit buaya, tapi karena merasa kasihan pada Chul Goo. Kang Sook mencibir tak percaya. Ponsel Kang Sook menerima pesan masuk, dari Bong Soo yang berkata sedang makan ranyum dan teringat padanya. Kata-kata manis tersebut membuat Kang Sook mengulum senyum.
"Siapa yang mengirim sms padamu pagi-pagi", Do Hee melongok ingin melihat ponsel Kang Sook.
Kang Sook menyembunyikan ponsel di balik punggung, "Ini sms spam".
Meski Do Hee diam, ia tak percaya begitu saja. Menatap curiga pada Kang Sook yang bergoyang-goyang tidak jelas. Do Hee tidak tahu saja, Kang Sook goyang-goyang seperti itu karena bahagia...Hahaha..
Hingga pagi hari, Chae Won belum bisa menghubungi ponsel Se Yoon. Panggilan telponya di alihkan ke panggilan suara. Cemas dan khawatir sudah pasti di rasakan Chae Won. Terdengar suara pintu di ketuk dan suara Choon Hee yang meminta izin untuk masuk.
"Apa kau bisa menghubungi ponsel Se Yoon?", tanya Choon Hee.
Chae Won menggeleng, "Belum".
Choon Hee meraih tangan Chae Won, merasa bersalah, "Tadinya ibu ingin merahasiakan semuanya. Bagaimana bisa ini terjadi?. Kau sangat kecewa, kan?".
Chae Won tak menjawab. Matanya berkaca-kaca seperti ingin menangis.
Young Ja menegur Joo Ri yang buru-buru pergi ke kantor tanpa sarapan. Joo Ri berkata akan sarapan di kantor. Young Ja menyampaikan rasa bingungnya akhir-akhir ini, penjualan akan terus meningkat tapi kenapa kita selalu kehilangan (kekurangan) uang, hah?. Kenapa harus mengajukan pinjaman pribadi pada bank.
Joo Ri minta ibunya menunggu sebulan lagi. Ia pasti akan mengembalikan keadaan perusahaan (keuangan) pada posisi semula. Young Ja ragu, "Apa ibu bisa percaya itu?". Joo Ri menjelaskan, selama masa peluncuran banyak promosi beli 1 gratis 1 ditambah lagi biaya iklan yang besar, "Sekarang kesadaran merk para konsumen sudah naik, kita akan melakukan strategi pemasaran biasa".
Young Ja mengangguk pasrah. Joo Ri bertanya apakah yang dikatan Chul Goo semalam itu benar. Young Ja membenarkan, sekaligus mencibir Sol Joo. Bagaimana bisa seseorang yang berpikir dirinya sangat berkelas menjadi pencuri semacam itu, "Ibu bahkan tidak bisa membayangkan. Hampir saja kita berbesan dengan-nya".
Joo Ri tak berkomentar. Melihat jam di pergelangan tangan lalu pamit kerja. Sedetik kemudian, Chul Goo keluar kamar dalam keadaan setengah mengantuk sembari menguap. Young Ja yang melihatnya tak tahan untuk tidak mengomel.
"Adikmu bahkan pergi kerja tanpa sarapan. Dan kau turun dalam keadaan seperti ini?".
Chul Goo ia hanyalah seorang CEO yang hanya nama saja (karena sekarang Joo Ri yang menjalankan perusahaan).
"Aigo..Aigo...kau pasti senang hingga bisa tidur dengan nyenyak", sindir Young Ja
Chul Goo berkata tidak bisa tidur karena memikirkan Chae Won. Young Ja menimpali, sudah pasti Chae Won tidak bisa menikah dengan Se Yoon. Chul Goo membujuk Young Ja untuk pergi ke rumah mie dan melamarkan Chae Won untuknya. Young Ja tidak mau, sama saat Se Yoon dan Joo Ri putus, kenapa harus ia yang datang dan memohon-mohon.
"Apa ibu tidak ingin memiliki cucu?", pancing Chul Goo.
"Apa?".
"Jika aku tidak bisa menikahi Chae Won. Maka aku tidak akan pernah mau menikah (lagi). Jadi, jika ibu tidak ingin memiliki cucu. Maka lakukanlah semau ibu".
Young Ja mengela napas kesal, "Apakah kau harus berbuat hingga sejauh itu". Chul Goo mengatakan terus berusaha membujuk Chae Won dengan berkata kalau ibunya sudah berbubah, tapi Chae Won tetap tidak percaya, "Jadi ibu harus menemuinya, untuk menunjukan kalau ibu sudah berubah".
"Aigo...anak nakal...anak nakal", Young Ja pusing bukan main.
"IBU!", panggil Chul Goo nyaring membuat Young Ja melocat terkejut.
Chul Goo terus merengek, seperti anak kecil yang minta di belikan hadiah. Young Ja yang pusing menghadapi sikap manja Chul Goo hanya bisa berkata, "Aigo..aigo...aigo...". LOL...
Di kantor, Se Yoon tidak berkosentrasi bekerja. Menatap keluar jendela dengan pandangan kosong. Kedatangan Chae Won pun tidak ia sadari. Ia baru tersadar dari lamunannya, ketika Chae Won memanggilnya berulang kali.
Chae Won meletakan bekal yang ia bawa ke atas meja seraya menyampaikan rasa khawatirnya karena tidak bisa menghubungi ponsel Se Yoon semalam, "Kau baik-baik saja?". Se Yoon tersenyum pahit, "Aku berusaha untuk baik-baik saja....sebisa mungkin, walau ini sulit".
"Ibu juga mengkhawatirkanmu", ujar Chae Won kemudian, lalu membuka bekal dan berkata Choon Hee yang menyiapkan bekal ini. Chae Won berkata ia yang membuat bentuk hati diatas nasi.
Se Yoon bertanya bagaimana keadaan Choon Hee. Chae Won menjawab ibunya berusaha tetap bersikap seperti biasa.
"Ini..pasti sulit. Sejak kapan ibu mengetahuinya", tanya Se Yoon.
Chae Won mengira mungkin tidak lama, "Saat kepala panti meninggal. Dia mengirimkan diary rahasianya pada ibu".
Se Yoon berkata tidak ada yang akan berubah. Sekalipun ibu kandungnya adalah ibu tiri Chae Won, "Tidak ada, yang harus berubah diantara kita".
"Nanti..kita bicarakan masalah kita nanti", tutur Chae sedih.
Joo Ri melakukan tinjauan pasar. Manager pemasaran yang mendampingi Joo Ri mengatakan sejak promosi beli 1 gratis 1 berakhir, penjualan menurun secara signifikan. Pesaing mereka juga sudah meluncurkan produk baru.
Tak jauh dari tempat Joo Ri berdiri. Chae Won juga melakukan promosi dengan membagi-bagikan mie yang telah di masak. Para pengunjung mall bisa mecicipi rasa mie. Mereka yang menyukai rasa mie tersebut, langsung membeli ditempat.
Tentu saja Joo Ri bisa melihat apa yang sedang di lakukan Chae Won saat ini, membuat wajahnya berubah keruh seketika. Ia menghampiri stand mie Chae Won, dan menyapa mantan kakak iparnya itu dengan dingin.
"Kau bahkan melakukan ini?. Sepertinya kau tidak mendapat pekerjaan yang cukup di pabrik, jadi kau mengambil kerja paruh waktu?", sindir Joo Ri.
"Jika kau tidak ingin mencoba. Maka pergilah", sahut Chae Won tak ingin meladeni.
Dengan senyum sinis Joo Ri berkata ingin mencoba mie, ia penasaran bagaimana rasa produk mie baru yang dikeluarkan perusahaan Se Yoon. Namun, senyum sinisnya itu langsung hilang begitu mengetahui rasa mie yang ia makan.
"Terima kasih", ucap Joo Ri angkuh hendak pergi, langkahnya terhenti kembali berbalik menghadapa Chae Won, "Selamat...kau pasti bahagia mendapatkan kakak seperti Se Yoon sunbae... Sekali lagi, selamat". ucapnya lalu pergi dengan senyum sinis.
Ucapan yang menyakitkan hingga membuat Chae Won tak mampu berkata apa-apa. Ia hanya menghela napas pelan. Lalu kembali melayani para pengunjung dengan senyum ramah.
Hm..itu ucapan selamat, atau mengejek ya???... Bukan Joo Ri namanya jika tidak menyebalkan...
Setelah mengetahui rasa mie perusahaan Se Yoon. Joo Ri segera menelpon Kim Young Gun, kepala tim pengembang. Ia memberitahu baru saja mencicipi rasa mie pesaing mereka. Rasanya berbeda dengan mie biasa. Ia menyuruh Kim Young Gun untuk mencari tahu bagaimana mereka (perusahaan Se Yoon) memproduksi mie tersebut.
Joo Ri menutup ponselnya dengan kesal. Rasa kesalnya semakin bertambah ketika kembali menoleh kebelakang dan melihat para pengunjung yang terus datang silih berganti ke stand mie Chae Won.
Kang Sook datang ke kantor Sugar Entertainment untuk menemui Bong Soo dengan membawa bekal. Sebelum masuk ke dalam, Kang Sook memulas kembali wajahnya dengan bedak. (Ahjuma satu ini ganjenya kumat).
Bong Soo terkejut menerima kunjungan yang tidak disangka-sangka. Dikarenakan Kang Sook datang tanpa memberi kabar sebelumnya. Kang Sook berkata membawa kimchi lobak dan bekal makan siang. Bong Soo bertanya apa Kang Sook yang membuat sendiri kimchi ini. Kang Sook menjawab dengan sikap manja, "Tentu saja, Oppa".
"Aku sangat terharu mendapatkan kimchi buatanmu. Ini mimpi atau nyata, aku tidak yakin", tutur Bong Soo membuat Kang Sook tersipu-sipu.
Bong Soo minta Kang Sook mencubit pipinya agar ia yakin ini bukanlah mimpi. Kang Sook mencubit pelan. Bong Soo yakin sekarang ini bukanlah mimpi. Karena Kang Sook sudah jauh-jauh datang, ia mengajak Kang Sook masuk dan berkeliling melihat-lihat studio rekaman.
Mulanya Kang Sook ingin masuk, tapi setelah Bong Soo memberitahu ada Kang Jin ada distudio rekaman, Kang Sook langsung mengurungkan niatnya. Dengan alasan mempunyai rencana lain, Kang Sook pamit pulang. Ia janji akan datang lain kali, sekaligus minta pada Bong Soo untuk tidak bilang pada Kang Jin kalau ia datang hari ini.
Setelah Kang Sook pulang, Bong Soo membawa bekal masuk ke studio rekaman. Dimana ada Kang Jin sedang menikmati Jajangmyun (mie dengan saus kedelai hitam) sebagai menu makan siang. Bong Soo membuka bekalnya, dan berbagi kimchi lobak dengan Kang Jin. Kang Jin merasa familiar dengan kimchi lobak yang ia makan, rasanya tidak asing, "Rasanya benar-benar sama seperi kimchi buatan dari rumah mertua".
Salah satu pegawai Bong Soo masuk memberikan Kang Jin album barunya yang siap di luncurkan ke pasaran. Bong Soo tersenyum seraya bertanya apa Kang Jin suka dengan cover albumnya.
Saking terharu dan bahagia, Kang Jin sampai berlutut di hadapan Bong Soo sebagai ucapan rasa terima kasihnya. Bong Soo membantu Kang Jin berdiri, "Kenapa kau bersikap seperti ini?". Bagi Kang Jin, Bong Soo adalah penyelamatnya.
Dengan yakin ia berkata akan menjadi hits nomor satu dengan lagu Teu Teu Roo, dan berjanji akan membalas kebaikan Bong Soo 10 bahkan 100 kali lipat.
"Pasti aku akan menjadi PSY-nya musik Teu Teu Roo. Aku tidak akan pernah mengecewakanmu. Aku akan menjadi penyanyi terbaik di Korea. Aku bisa melakukannya", ujarnya memeluk Bong Soo erat.
"Aku mengerti, tapi tolong sekarang lepaskan".
Dasar Kang Jin lebay, bukannya melepaskan malah mendekap Bong Soo lebih erat, sambil berkata Bong Soo lah yang terbaik. Bong Soo merasa sesak di peluk seperti itu. Pelukan itu baru terlepas, karena Bong Soo mendorong keras Kang Jin.
"Hentikan", bentak Bong Soo. Ia semakin kesal karena sekarang mie-nya menjadi lembek, hal yang paling tidak ia sukai melebihi apapun. Bong Soo memberikan mie itu pada Kang Jin, dan menyuruh memakannya. Kang Jin meminta maaf, tadi ia terlalu bersemangat.
Lanjut ke Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 44 Part 2
gomawo eonni.. semakin dbuat penasaran endingnya. semangat!!
ReplyDelete-Dewi-