Pages - Menu

Friday, March 21, 2014

Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 43 Part 2

Chul Goo semakin berani menampakan dirinya di rumah mie. Beruntung hanya ada Do Hee di ruang tengah. Si bibi cerewet ini tersedak kaget ketika melihat Chul Goo tiba-tiba nongol di depannya "Orang ini benar-benar!. Bagaimana bisa kau masuk ke dalam rumah".

Chul Goo cengar cengir tidak merasa bersalah. Ia berkata sebelumnya sudah menelpon Do Hee tapi tidak diangkat, karena itu ia datang. Do Hee mengatakan pasti Chul Goo menelpon saat ia bekerja di pabrik, karena bunyi mesin, ia tak mendengar ada panggilan masuk, "Tapi apa yang kau lakukan disini?". 

Tiba-tiba terdengar suara nenek, "Apa ada seseorang yang datang?".

Do Hee mengelus dada, seperti mendapat serangan jantung mendengar suara nenek. Ia pun menjawab, "Ya. Aku kurir yang datang ibu", sahutnya berbohong. Do Hee lalu menarik Chul Goo untuk mengikutinya pergi ke halaman belakang. 

"Kau tidak boleh terus datang kesini seperti ini. Jika ke dua paman Chae Won tahu, tulang-tulangmu tidak akan utuh lagi", sergah Do Hee kesal.

"Jika mereka tahu kebenarannya (rahasia siapa ibu kandung Se Yoon), mereka pasti akan berpihak padaku", balas Chul Goo enteng. 

Do Hee menyuruh Chul Goo diam, "Ssst...ini rahasia sepenuhnya". 

Chul Goo ingin tahu apa Choon Hee belum mengatakan apa-apa. Do Hee balik tanya, mengatakan apa. Chul Goo berkata seharusnya Choon Hee mendeklarasikan bahwa Se Yoon adalah putranya. Do Hee panik, melihat keadaan sekeliling sembari meletakan telunjuk di bibir, "Jaga mulutmu. Bagaimana jika orang lain mendengar". 

"Ya..ya.. Baiklah. Tapi bukankah Chae Won harus tahu siapa Se Yoon sebenarnya. Haruskah aku memberitahu dia". 


Do Hee dibuat kesal dengan sikap Chul Goo yang tidak sabaran. Cepat atau lambat, semua pasti akan terbongkar. Dan saat itu terjadi pasti akan ada kekacauan besar, "Kau hanya perlu menunggu sebentar. Kenapa kau tidak sabaran?". 

Chul Goo berkata memang ia sedikit tak sabaran. Tapi kapanpun ia akan selalu siap sedia untuk kembali pada Chae Won kapan saja, "Aku hanya mempercayaimu", ucap Chul Goo mengenggam tangan Do Hee. Mengharapkan bantuan sepenuhnya dari Do Hee.

"Kenapa kau terus bersikap seperti ini. Kau membuatku merasa terbebani", ujar Do Hee menepis tangan Chul Goo. 

"Satu-satunya orang yang memihak pada ku di keluarga ini, hanya kau bibi". 


Do Hee memukuli mulutnya berkali-kali. Karena mulutnya ini yang tidak bisa menjaga rahasia, hanya memberinya nasib buruk. Do Hee Tidak tahu kenapa ia bisa mengatakan rahasia ini pada Chul Goo, yang ujung-ujungnya hanya membuatnya tersiksa (karena Chul Goo terus menganggunya). 

"Dengar...tentang kenyataan bahwa Choon Hee adalah ibu kandungnya Se Yoon...kau tidak boleh mengatakannya pada siapapun, Oke!", ucap Do Hee dengan suara berbisik. 

"Baiklah. Jangan khawatir meskipun aku terlihat seperti ini...aku adalah pria yang bisa menjaga mulut", janji Chul Goo

Do Hee menghela napas. Janji yang Chul Goo ucapkan barusan sedikit meringankan rasa panik dan beban Do Hee. Tapi apa benar, Chul Goo adalah seorang pria yang bisa menjaga janjinya...?????. 


Kang Sook semakin terbuai dengan sikap manis Bong Soo. Acara makan malam kemarin malam, dan sikap gentleman Bong Soo yang mengantarkannya pulang kerumah telah semakin membesarkan harapan di hatiKang Sook. Ia yakin pasti Bong Soo masih menyimpan cinta untuknya. 


Sayang lamunan indah itu buyar, suara keras pintu yang terbuka membuat Kang Sook tersentak terkejut, "Apa kau tidak bisa mengetuk pintu", semprot Kang Sool. Kembali, ia menunjukan sikap jutek jika bersama dengan Ki Choon. Bahkan lebih jutek dari biasanya. 

"Apa aku orang bodoh yang mengetuk pintu kamarku sendiri?", balas Ki Choon (Hm..benar juga, kamar sendiri ngapain pake ketuk pintu. Kurang kerjaan apa??). 

Ki Choon lalu bertanya apa yang sedang Kang Sook pikirkan hingga terkejut seperti tadi, "Kau...menyembunyikan sesuatu dariku?", selidiknya penuh curiga.


"A...ap...apa...", jawab Kang Sook gelagapan

"Apa...tanpa sepengetahuanku, kau menyembunyikan uang?", terka Ki Choon ngasal. Gubrak....Padahal Kang Sook sudah ketakutan..hahaha...

Kang Sook mencibir sinis. Dengan santai, Ki Choon berkata jika tebakannya tadi tidak benar, maka lupakanlah. Ia lalu melepas dasi yang terikat di lehernya. Sudah lama sekali sejak terakhir kali Ki Choon memakai jas. Memakai dasi seperti ini membuatnya merasa tercekik. Ki Choon juga cerita baru pulang dari perusahaan Se Yoon untuk menandatangi kontrak kerjasama. 

"Setiap kali mie yang dibuat dari perusahaan kita terjual, kita akan menerima royalti", jelas Chul Goo antusias.

Ki Choon sudah mengoceh panjang lebar, tapi Kang Sook sama sekali tidak mendengarkan. Ia kembali terbuai akan lamunan indahnya bersama Bong Soo. Ki Choon heran melihat Kang Sook uang senyum-senyum tak jelas, "Hei!. Apa yang kau pikirkan istri sialan, Kang Sook!", teriak Ki Choon nyaring. 

"APA!", balas Kang Sook berteriak tak kalah nyaring. Membuat Ki Choon mengekeret, "Bukan apa-apa", jawabnya. 


Kang Jin mulai rekaman. Seluruh kemampuannya ia kerahkan untuk rekaman perdana hari ini. Tapi ada nada yang terasa janggal di telinga Bong Soo. Di pertengahan lagu, Bong Soo minta Kang Jin berhenti bernyanyi.

 Ia lalu bertanya pada Ki Choon yang duduk di sampingnya, "Kenapa kondisi suaranya seperti ini?. Sudah kukatakan jangan menyanyi di club sampai rekamannya selesai". 

"Dia tidak benyaynyi di club", jawab Ki Ok.

Bong Soo lalu apa yang menyebabkan suara Kang Jin tidak terdengar bagus seperti biasanya. Ki Ok menjawab pasti karena Kang Jin terlalu berlebihan saat berlatih semalam. Ki Ok meminta ijin bolehkan ia memberi ramuan telur setengah matang. Bong Soo setuju, "Kita istirahat sebentar". 

Ki Ok langsung menyambut Kang Jin, memberinya ramuan telur setengah matang. Bong Soo tersenyum melihar keharmonisan sepasang suami istri di depannya. Ia bertanya bagaimana mereka bertemu.

"Aku adalah cinta pertamanya", jawab Kang Jin.

Bong Soo menghela napas, "Ahhhh...Cinta Pertama. Cinta pertamaku adalah saudara iparmu", ucapnya pada Ki Ok.  

"Saudara iparku?"

"Ya. Gang Kang Sook. Saat aku SMA, dia adalah cinta pertamaku", jelas Bong Soo

Kang Jin bertanya pada Ki Ok siapa itu Kang Sook. Ki Ok menjawab, "Dia adalah ibunya Boo Reum". 

Kang Jin ke Bong Soo : Ah...ibunya Bo Reum. Presdir, kau mempunyai selera yang unik. Bagaimana bisa kau suka bulldog itu....(wkwkwwk....Kang Sook disamakan dengan Bulldog. Emang suka menyalak yach...)

Ki Ok menyikut perut Kang Jin. Sontak Kang Jin menghentikan ucapannya. Beruntung Bong Soo tidak mendengar ucapan Kang Jin barusan, karena ia asyik mengenang cinta pertamanya, Kang Sook. 

"Aku berkencan dengannya kemarin. Kami makan malam dan minum segelas wine", aku Bong Soo.

"Kau berkencan dengannya?!", seru Kang Jin dan Ki Ok terkejut tak percaya. 

Bong Soo mengiyakan dengan anggukan dan wajahnya terlihat bahagia....


Nenek heran melihat kakek yang hanya berbaring di tempat tidur disaat cuaca sedang cerah. Tidakkah kakek bosan terus seharian berada di dalam kamar. "Mungkin kau bisa pergi ke senior centre (perkumpulan orang tua), bermain catur atau bertemu dengan teman-teman?". 

"Tidak apa-apa", jawab kakek lemas. 

"Apanya. Kurasa aku tidak bisa membiarkanmu terus lemas seperti ini. Ayo besok kita pergi ke rumah sakit", ajak nenek menunjukan perhatian. 

Kakek malah bertanya untuk apa pergi ke rumah sakit. Nenek menjawab setiap hari kondisi kakek terlihat semakin memburuk, "Aku punya firasat ada sesuatu yang tidak beres". 

"Aku baik-baik saja, jadi kau tidak perlu khawatir", kata kakek menenangkan, "Tapi apa yang akan kau lakukan dengan Ki Ok".

Nenek kesal, tak ingin mengungkit-ungkit masalah Ki Ok. Putri bungsu mereka itu telah jatuh cinta pada gigolo tua dan melupakan kedua orang tua dan saudara-saudaranya, seperti melupakan sepatu lama. Sungguh gadis paling jahat sedunia. 

Kakek berkata mereka bahkan sudah mendaftarkan pernikahan mereka, tak ada lagi yang bisa kita lakukan sekarang. Nenek heran, dulu kakek marah besar hingga mengusir Ki Ok keluar rumah. Tapi kenapa tiba-tiba sekarang beruah melemah (pikiran)?. 

"Karena tidak mungkin mengembalikan susu yang sudah tumpah, dan....kita harus menganggap ini semua sebagai takdirnya. Apa lagi yang bisa kita lakukan sekarang?", jawab kakek.

"Aku tidak bisa melakukan itu (memberi restu), bahkan jika tanah menutupi mataku (meninggal). Aku tidak bisa meneriama gigolo tua itu sebagai menantuku", ucap nenek bersikeras. 
Choon Hee dan Chae Won duduk berdua di cafe. Chae Won terus menunduk tanpa bisa berkata-kata. Choon Hee apa lagi, kesedihan dan bebannya bertambah melihat Chae Won bersedih. Beberapa detik kemudian, akhirnya Chae Won membuka suara, "Apa ayah belum tahu?". 

"Ya. Ayahmu hanya tahu, kalau ibu mempunyai seorang putra. Kenyataan bahwa Se Yoon adalah putraku...ayahmu belum tahu". 

"Chae Won-ah", panggil Choon Hee dengan air mata yang mulai membasahi pipi, "Jika..... jika ibu mengungkapkan bahwa Se Yoon adalah putrak ibu...jika ibu melakukan itu. Kau dan Se Yoon akan.....". 


"Apakah itu satu-satunya jalan bagi ibu?", tanya Chae Won menangis. "Apa itu satu-satunya jalan?. Aku takut sekali...Tapi, Se Yoon adalah satu-satunya orang yang punya hubungan darah dengan ibu....", tangis Chae Won semakin deras. 

Chae Won takut berpisah dengan Se Yoon, tapi Chae Won juga tidak bisa menepis kenyataan bahwa Se Yoon adalah putra kandung Choon Hee. 

"Maafkan ibu, Chae Won-ah...Ibu dengan jalan ini,.....akan menghalangi masa depanmu...Ibu tidak tahu. Ibu benar-benar minta maaf, Chae Won. Maafkan Ibu", Choon Hee ikut terisak bersama Chae Won. 

Sedetik kemudian, ponsel Chae Won bergetar menerima panggilan masuk. Dari Se Yoon, orang yang tengah mereka bicarakan. Choon Hee bertanya apa Se Yoon yang menelpon. Chae Won mengangguk mengiyakan. 

"Cepat angkat", kata Choon Hee. 


Chae Won menghapus air mata, lalu mengangkat telepon. Se Yoon bertanya dimana Chae Won saat ini. Chae Won menjawab sedang berjalan-jalan bersama ibu. Se Yoon mengajak Chae Won mengunjungi pabrik bersama-sama. Karena Chae Won yang mengembangkan mir premiun, maka dia sendiri yang harus melihat prosese pengerjaan dan memeriksa hasilnya. 

Se Yoon menjemput Chae Won dan membawanya ke pabrik. Chae Won berusaha menyembunyikan wajah sedih dan bersikap seperti biasa. Para staf menyambut kedatangan Chae Won dan Se Yoon di depan pintu masuk. Se Yoon memperkenalkan Chae Won sebagai orang yang telah mengembangkan mie premium. 

Kepala pengawas pabrik berkata telah menggunakan bahan-bahan sesuai petunjuk yang telah Chae Won kirimkan dan telah memproduksi contoh awal. Kepala pengawas menemani mereka berkeliling pabrik untuk melihat proses pembuatan dan memeriksa kualitas mie. 

Chae Won melihat sendiri proses pembuatan mie, mulai dari pencampuran bahan, penggilingan hingga pengepakan produk semua di kerjakan oleh mesin. Tapi, Kualitas dan cara pembuatan sama dengan mie premium buatan tangan rumah mie. 

Hari beranjak malam ketika Se Yoon mengantar Chae Won pulang. Sepanjang perjalanan, Chae Won lebih banyak diam, atau lebih tepatnya melamun. Se Yoon bertanya apa yang Chae Won pikirkan begitu dalam. Sepanjang perjalanan ke pabrik, Chae Won juga lebih banyak diam seperti saat ini, "Kenapa hari ini kau pendiam sekali?. Apa ada masalah?". 

"Tidak...tidak ada masalah apa-apa", jawab Chae Won tanpa berani menatap Se Yoon. 

"Se Yoon-shi", panggil Chae Won kemudian..."Ibu (Choon Hee) sangat menyukaimu", ucap Chae Won getir. 

Se Yoon tertawa, "Aku tahu. Saat ibumu melihatku, banyak bentuk hati keluar dari matanya". 

Tapi Chae Won tidak bisa tertawa mendengar guyonan Se Yoon, sebaliknya ia memandang Se Yoon dengan tatapan sedih. Dipandang seperti itu Se Yoon merasa malu, karena mengira gurauannya tidak lucu. 

"Ah, ngomong-ngomong,...tentang putra Ibumu yang pernah kusebut sebelumnya".

"Putra ibu?", tanya Chae Won tercekat. 

"Kudengar dia meninggal selang beberapa hari setelah di lahirkan. Aku juga mendengar ibumu mengalami masa-masa sulit". 

"Apa ibumu yang mengatakannya", tanya Chae Won hati-hati. 

"Tidak...ayahku yang mengatakannya padaku. Dia dilahiran dirumah bersalin yang sama denganku. Di hari dan tanggal yang sama. Jadi setiap kali ibumu melihatku, tampak seolah-olah dia teringat pada putranya yang sudah meninggal. Jika aku menikah denganmu, maka aku akan berperan sebagai putranya juga. Aku berjanji". 

Chae Won memalingkan wajah, menatap keluar jendela. Menangis diam-diam tanpa suara. Hatinya terasa remuk mendengar janji manis Se Yoon.

Sesampai dirumah mie, Se Yoon ikut masuk ke dalam rumah dan bertemu dengan Choon Hee yang kebetulan ada di ruang tengah, "Aku datang, Ibu". 

"Selamat datang", balas Choon Hee lalu memandang Chae Won yang berwajah murung.

Se Yoon berkata baru pulang dari pabrik dan belum makan malam, "Tolong beri aku makan, Ibu", pinta Se Yoon manis. 

"Tentu. Aku akan memberimu makan. Tunggu sebentar", Choon Hee pergi ke dapur menyiapkan makanan. 

Hyo Dong keluar dari kamar mandi. Melihat calon menantunya datang, ia menyapa ramah. Tanpa sungkan Se Yoon memberitahu tujuannya datang karena ingin minta makan pada Choon Hee.

"Kau benar-benar mengurangi jatah beras yang kami punya. Kau harus membelikan kami sekarung beras sebagai gantinya", ujar Hyo Dong bercanda. 

Se Yoon tertawa mendengar candaan Hyo Dong, "Baiklah, aku akan melakukannya. Lebih dahulu, aku akan memberi salam pada kakek dan nenek". 

Se Yoon berjalan masuk ke kamar kakek sembari berseru, "Kakek, nenek aku datang". Se Yoon bersikap seperti sudah menjadi bagian dari keluarga Uhm. 

Hyo Dong tertawa. Chae Won menatap punggung Se Yoon pilu. Tawa Hyo Dong hilang saat melihat wajah Chae Won yang muram. Ia bertanya apa Chae Won sakit, "Ada apa dengan wajahmu?". 

"Tidak ada apa-apa. Aku akan ke kamar untuk berganti baju", Chae Won menghindar naik ke lantai 2. Meninggalkan Hyo Dong yang heran dengan sikapnya yang tidak ceria seperti biasa. 

Sesampainya di kamar, Chae Won langsung menangis tersedu-sedu meluapkan kesedihan. "Aku sudah sampai sejauh ini dengan melalui banyak kesulitan. Apa yang harus aku lakukan sekarang?". (Poor..Chae Won).

Ki Ok memasak sup kedelai untuk makan malam lagi. Ia meminta maaf karena hanya bisa memasak sup kedelai. Ki Ok juga meminta maaf tidak sempat membuat Kimchi dan menggantinya dengan acar lobak manis. Kang Jin sama sekali tidak masalah (ya iya...wong doyan makan). Karena sudah lama tak makan acar lobak, pasti rasanya akan enak. 

(Kimchi makanan yang wajib ada di meja makan).

Tapi saat Kang Jin mencicipi sup kedelai buatan Ki Ok, apa rasanya. Asin...Hahaha...Meski begitu Kang Jin juga tidak mengeluh, ia berkata hanya perlu menambahkan air saja agar tidak terlalu asin. Setelah menambahkan air, Kang Jin memuji sup kedelai buatan Ki Ok terasa lezat, lalu menyuapi Ki Ok.

"Ah..rasanya lebih lezat karena suamiku yang menyuapiku", balas Ki Ok memuji. 

Tak lama kemudian Kang Sook dan Do Hee datang dengan membawa bungkusan (makanan). Do Hee menyindir, sepertinya Kang Sook dan Ki Ok sedang bersenang-senang. Kang Jin terkejut dengan kedatangan 2 ipar Ki Ok. Sebagai tuan rumah yang baik, ia pun mempersilahkan keduanya untuk duduk dan bergabung makan malam bersama. 

Keduanya duduk. Kang Sook bertanya (lebih tepatnya menghina), "Lauk apa ini?"

Kang Jin : Ah..kenapa kami butuh lauk. Aku cukup memandang wajah istriku sekali, dan lalu akan memakan sesondok penuh nasi. Lalu aku akan melihat wajah istriku lagi dan makan lagi. Aku menjadi kenyang (LOL...emangnya Ki Ok lauk...!!). 

Ki Ok terpisu. Do Hee muak, "Bodoh...bodoh..bodoh...Kau benar-benar bodoh. Bagaimana bisa kau bicara seperti itu disituasi seperti ini. Ayah kita sedang sakit dan dia terbaring di kasur".

Kang Jin : Aku tidak berpikir kesana. Maafkan aku. 

Kang Jin bersikap rendah hati, Ki Ok yang tidak terima. Untuk apa kedua kakak iparnya itu datang jika hanya ingin menyudutkan suaminya. Kang Sook menyahut, kita datang bukan untuk menyudutkan ataupun menyiksa Kang Jin. Tapi dengan tujuan membawakan beberapa lauk kering dan kimchi.  
Kang Sook membuka bungkusan, meletakannya di atas meja. Kang Jin yang memang dasarnya suka makan, berseru girang melihat kimchi lobak. Ia berkata sudah lama sekali tidak makan kimchi lobak. Tangannya bergerak ingin mengambil kimchi, Do Hee dengan cepat memukul sumpit Kang Jin, pertanda tidak boleh makan.

"Kamu pikir kami menyiapkan ini semua dan datang kesini malam-malam untuk memberimu makan?. Kami membawa ini karena khawatir Ki Ok akan menderita kekurangan gizi. Kau jangan berani menyentuh lauk-lauk ini", semprot Do Hee ketus. 

"Kenapa kau menjadi pelit dengan makanan?", sergah Ki Ok tidak terima, suaminya di perlakukan berbeda. 

Kang Jin menenangkan, "Tidak apa, sayang. Tidak apa-apa. Sayang kau makanlah". 

"Kata-kata sayang itu...Ah...kau membuatku merinding", Kang Sook ikut memojokan Kang Jin. 

Ki Ok mengancam jika Kang Sook bersikap jahat pada suaminya, maka ia tidak akan tinggal diam dan melakukan pembalasan penyerangan. Kang Sook tanya apa maksdunya. 

"Kang Bong Soo dari Sugar Intertainment", ucap Ki Ok lantang. 
Kang Sook spontan menutup mulut Ki Ok...Tak ingin Do Hee mendengar. Bakal panjang kali lebar masalahnya jika Do Hee ikut campur. Tapi Do Hee memang sudah mendengar, ia tanya siapa Bong Soo itu. 

Beruntung Kang Jin menyelamatkan Kang Sook, dengan menjelaskan bahwa Kang Bong Soo adalah presdir perusahaan yang menjalin kontrak rekaman dengannya. Merasa tertolong sekaligus mengalihkan pembicaraan. Kang Sook menyuruh Kang Jin untuk makan yang banyak dan kunyahlah pelan-pelan. 

Semua lauk yang awalnya terlarang untuk Kang Jin sentuh, sekarang menjadi halal untuk disantap. Ki Ok dan Kang Jin melempar senyum....sekarang mereka mempunyai senjata jitu untuk membuat Kang Sook bertekuk lutut. 

Se Yoon duduk di meja makan dapur dimana ada Choon Hee yang sedang menyiapakan makan malam untuknya. Se Yoon memberitahu Chae Won tidak ikut makan karena, karena dia bilang perutnya terasa tidak enak. 

"Perutnya tidak enak?. Kenapa?", tanya Choon Hee khawatir. 

"Mungkin dia mabuk perjalanan", terka Se Yoon, "Selama perjalanan pulang dari pabrik dia terlihat kesakitan. Apa terjadi sesuatu sebelumnya?". 

Choon Hee menghindari pertanyaan Se Yoon, "Supnya jadi dingin. Cepat makanlah". 

"Baiklah, aku makan ibu", ucap Se Yoon lalu makan dengan lahap. 

Choon Hee menatap Se Yoon tanpa berkedip, membuat yang ditatap merasa kikuk. Se Yoon berkata rasanya ia menjadi malu untuk makan karena Choon Hee menatapnya seperti itu. Choon Hee tersadar dan meminta maaf. 

"Ibu merasa kenyang hanya dengan menatap menantu ibu yang sedang makan, iya kan bu?", canda Se Yoon. 

Choon Hee tersenyum, "Benar. Itu benar. Apa lauknya cocok dengan seleramu?". 

"Maafkan aku, Ibu. Karena aku kehilangan indra pengecapku, sejujurnya aku tidak tahu bagaimana rasanya. Aku tahu Ibu sudah berusaha menyiapkannya. Maafkan aku". 

Se Yoon semakin merasa serba salah ketika melihat Choon Hee yang tiba-tiba menangis (Sebelumnya Chon Hee sudah tahu kalau Se Yoon kehilangan indra pengecap. Tapi setelah mengetahui bahwa Se Yoon adalah putra kandungnya. Rasa sayang Choon Hee pada Se Yoon semakin besar). Se Yoon mengeluarkan sapu tangan dari kantong celana dan memberikannya pada Choon Hee, "Kenapa ibu tiba-tiba menangis. Maaf, ibu?". 

"Tidak apa-apa. Bagaimana...bagaimana kau kehilangan indra perasamu?. Apa itu sangat sulit?", tanya Choon Hee. 

Se Yoon tersenyum getir, waktu itu terlalu banyak hal yang mengejutkan terjadi dalam kehidupannya. Rasa syok dan juga trauma. Setelah bertemu Chae Won, Se Yoon perlahan-lahan bisa memulihkan luka emosional. 

"Kenangan buruk yang kupikir tidak bisa kulupakan. Kini, aku bisa melupakannya. Dokter berkata jika aku stabil secara emosional maka indera pengecapku akan kembali secara alami. Ibu jangan khawatir. Kehadiran Chae Won disisiku telah banyak membantu". 

Choon Hee mengangguk. Meski diluar ia tampak tersenyum. Tapi hatinya seperti di iris-iris. Terlihat sekali kalau Se Yoon sangat membutuhkan Chae Won disisinya. 

Malam semakin larut, Chae Won mengantar Se Yoon pulang hingga di depan pintu gerbang. Wajah Chae Won masih murung, meski ia mencoba tersenyum. Se Yoon bertanya apa perutmu sudah lebih baik sekarang?. Chae Won mengiyakan, aku baik-baik saja. 

"Saat kita menikah, ayo kita punya anak sebanyak mungkin. Oke!", ucap Se Yoon menatap Chae Won lembut. "Ibuku selalu ingin memiliki banyak cucu. Pasti ibumu juga merasakan hal yang sama, kan?".

Chae Won hanya bisa menunduk tanpa menjawab. Se Yoon mengira Chae Won pasti lelah berjalan berkeliling pabrik seharian, "Istirahatlah". 

Se Yoon pergi setelah melihat senyum samar di wajah Chae Won, tanpa tahu apa yang sedang mengganggu pikiran kekasihnya. 

Chae Won teringat perkataan Choon Hee, "Jika Ibu mengungkapkan kenyataan kalau Se Yoon adalah putra Ibu, maka kau dan Se Yoon...". 

Tak ada lagi yang bisa Chae Won lakukan saat ini selain menangis. Chae Won takut. Takut jika ia harus benar-benar berpisah dari Se Yoon. Takut jika rencana pernikahannya hanya tinggal rencana saja. Jika Choon Hee benar-benar mengungkapkan kebenaran, maka mustahil baginya untuk bisa bersanding dengan Se Yoon. Cinta yang hampir bersatu kini terhalang oleh persoalan lain yang lebih besar.

Kebetulan saat itu, Choon Hee berada di sekitar halaman. Dari balik pohon, ia melihat Chae Won menangis terisak-isak sangat sedih. Choon Hee sangat tahu masalah apa yang menyebabkan Chae Won menangis. Naluri seorang ibu dan kasih sayangnya yang besar pada putrinya membuat Choon Hee ikut menangis. 

Sol Joo menyambut kepulangan Se Yoon. Sol Joo menebak apa Se Yoon dari rumah Chae Won. Se Yoon mengiyakan, "Ibunya menyiapkan makan malam untukku. Aku sibuk sepanjang hari menyiapkan produk baru. Aku merasa lelah. Selamat malam, ibu". 

"Se Yoon-ah. Apa kau bisa memeluk ibu?", pinta Sol Joo

Se Yoon jalan mendekat memeluk ibunya, "Tidak terjadi sesuatu kan, ibu?", tanyanya heran. 

"Apa yang bisa terjadi. Ibu hanya ingin di peluk oleh putra ibu sekali saja", jawab Sol Joo. 

"Sepertinya ibu semakin kurus. Badan ibu lebih kecil dari sebelumnya". 

"Ibu, sangat menyayangimu. Kau tahu itu kan, nak?". 

Tentu saja, jawab Se Yoon. Sol Joo menahan tangis ketika berkata, "Nanti...tidak peduli seberapa besar kau membenci ibu...jangan pernah lupakan kenyataan kalau ibu menyayangimu".

Se Yoon berkata hal itu tidak akan pernah terjadi, "Untuk apa aku membenci ibu". Se Yoon mengeratkan pelukannya. Sol Joo menangis dalam diam...perasaan takut akan kehilangan dan di benci Se Yoon semakin besar tertanam di dalam hatinya.  

Choon Hee termenung sendirian di halaman belakang. Perkataan Sol Joo tadi siang kembali terniang di benaknya. Jika kebenaran terungkap, pernikahan Chae Won dan Se Yoon akan menjadi sia-sia, dan hanya akan melukai mereka.

Choon Hee juga mengingat bagaimana syok dan takutnya Chae Won ketika mendengar rahasia yang tersimpan selama 30 tahun. Dan juga pernyataan Se Yoon yang bilang keberadaan Chae Won disisinya lah yang membuatnya bisa menyembuhkan luka emosional di masa lalu. 

"Kenapa selalu begini", isak Choon Hee sesak, "Kenapa aku satu-satunya orang yang harus merasakan kehilangan. Tidak..aku tidak menyukainya. Aku tidak ingin sesuatu diambil dariku lagi..."

"Tapi, jika aku sendiri yang berkorban, maka putraku dan putriku, mereka berdua bisa bahagia. Jika aku seorang ibu, jika aku benar-benar ibu dari putraku....", Choon Hee tak kuasa berkata-kata lagi. Menangis bimbang, pada pilihan sulit yang harus ia putuskan. Apapun keputusan yang Choon Hee ambil, itu semua ia lakukan demi kebahagiaan bersama. 
  **************

Choon Hee dan Se Yoon berada di butik, menemani Chae Won yang mencoba baju pengantin. 2 karyawan butik membuka tirai, dan muncullah Chae Won dengan gaun pengantin putih yang tampak pas dan sangat cantik ia kenakan. 
"Cantik sekali, putriku", puji Choon Hee tersenyum bahagia. 

Sementara Se Yoon terpaku karena terlalu terpesona melihat kecantikan Chae Won. Choon Hee bertanya kenapa Se Yoon tidak mengatakan apa-apa, "Apa kau tidak menyukainya?".

"Apa yang bisa aku katakan disaat seperti ini, Ibu?. Aku tidak terpikir sekedar kata "cantik" bisa menggambarkan perasaanku saat ini. Aku tidak tahu harus berkata apa", ujar Se Yoon tanpa mengalihkan pandangannya dari sang pengantin wanita sembari mengacungkan jempol.
Chae Won menunduk tersipu. Choon Hee jalan mendekati Chae Won, dan sekali lagi memujinya terlihat sangat cantik, "Diantara pengantin wanita yang pernah Ibu lihat,  kau adalah yang paling cantik". 

Sorot mata Chae Won terlihat sedih saat bertatapan dengan ibunya. Choon Hee mengangguk meyakinkan bahwa inilah keputusan terbaik yang ia pilih. Tetap menyimpan rahasia rapat-rapat demi memberikan kebahagian pada putra dan putrinya. Walau, ia harus berkorban dan menyimpan kesedihan di dalam hati. 

Se Yoon bergabung dan meminta mereka untuk foto bersama dengan menggunakan kamera Handphone sebagai kenang-kenangan. Choon Hee menatap Se Yoon pilu, lalu tersenyum melihat kebahagian di wajah putra kandungnya.

"Lihat kemari...1...2...3...jepret....". 

Dirumah Sol Joo tersenyum melihat foto yang dikirimkan Se Yoon. Calon pengantin tersenyum bahagia di dalam foto. Sedetik kemudian, Sol Joo menelpon Choon Hee. 

"Apa?", jawab Choon Hee ketus. 

"Se Yoon mengirimkan foto. Gaun pengantin Chae Won terlihat sangat bagus di kenakan olehnya". 
Choon Hee ingin menjelaskan ini, karena mungkin Sol Joo sudah salah paham atas keputusan yang ia ambil. Sebenarnya Choon Hee tidak ingin bicara dengan Sol Joo di telepon. Sol Joo mengeri jika Choon Hee masih marah padanya.

Choon Hee berkata tidak tahan melihat air mata darah mengalir dari kedua anaknya (Chae Won dan Se Yoon). Choon Hee berpikir semua ini akan berakhir dengan ia menutup mulut, jadi ia memutuskan mengubur rahasia ini selamanya.

"Tapi....aku tidak bisa memaafkanmu sampai aku mati....", ucap Choon Hee dengan nada di tekan. 

"Aku tahu...", sahut Sol Joo.."Sungguh...terima kasih Choon Hee". 

"Aku melakukan ini tidak untuk mendengar ucapan terima kasih darimu. Jadi singkarkan kata-kata itu", Klik...Choon Hee mematikan telepon. Rasa amarahnya belum padam pada Sol Joo. 

Chul Goo sedang sibuk memberi stempel pada lembar berkas. Kerjaannya saat ini hanya memberi stempel tanpa sempat memeriksa dokumen apa yang berada di hadapannya. LOL..Tak lama Do Hee datang...(btw si Bibi bawel Do Hee datang menemui Chul Goo ke perusahaan (Si mata-mata ini mau ngapain lagi sich...???). 

"Wow...ada apa kau kesini bibi", tegur Chul Goo sumringah. 


“Ada hal yang sangat mendesak yang ingin kukatakan”, jawab Do Hee.



“Jika ingin mengatakan sesuatu, kau telpon saja. Dan aku akan langsung datang secepat peluru. Kenapa kau tidak duduk, silahkan?”.



Chul Goo menawarkan Do Hee ingin minum apa, the hijau, jus atau air putih. Do Hee tidak ingin minum apa-apa. Ia datang karena ingin mengembalikan sesuatu dan akan setelah itu akan langsung pulang.



Do Hee menyodorkan tas kulit buaya warna orange pemberian Young Ja dan juga kunci mobil. Chul Goo heran kenapa Do Hee bersikap seperti ini lagi. Do Hee berpikir semua ini benar-benar akan berakhir, jadi ia ingin mengembalikan semua barang pemberian yang pernah ia terima.



“Berakhir apanya”, tanya Chul Goo tak mengerti.



“Chae Won baru saja menetapkan tanggal pernikahan dengan Se Yoon”.



“APA?”, seru Chul Goo terkejut tak percaya, 

“Apa yang kau katakan?. Aku banyak pekerjaan akhir-akhir ini, jadi aku tidak bisa memperhatikan lebih dekat. Apa sesuatu terjadi dalam waktu singkat?. Bagaimana bisa mereka berdua menikah?", ucap Chul Goo dalam satu tarikan napas...

Do Hee mengatakan ibu Chae Won memutuskan untuk mengubur semuanya. Demi kebahagian Chae Won dan Se Yoon, dia memilih mengorbankan dirinya sendiri. Chul Goo memekik terkejut tidak terima, "Aturan macam apa ini. Tidak boleh begini??". 

"Seperti bis yang sudah pergi. Kau juga harus menyerah terhadap Chae Won dan bertemu dengan wanita yang baik dan memulai hidup yang baru". 

"Aku tidak akan pernah melakukan itu. Aku tidak bisa melakukannya", ucap Chul Goo keras kepala". 

Chae Won kembali dari pabrik dan bertemu dengan Choon Hee yang baru saja selesai memasak. Seperti biasa, Choon Hee selalu perhatian pada Chae Won. Ia membersihkan sisa-sisa tepung yang menempel pada baju putrinya. Sebentar lagi keluarga Se Yoon akan datang, Choon Hee menyuruh Chae Won untuk bersiap-siap menyambut tamu. 

"Maafkan aku, ibu", ucap Chae Won merasa bersalah, "Aku merasa sangat kurang ajar dan menyesal sehingga aku bahkan tidak mampu mengucapkan terima kasih". 

"Kau bicara apa?. Jika kalian berdua bahagia, ibu juga akan merasa bahagia. Tidak ada yang ibu inginkan selain melihat kalian bahagia". 

"Maafkan aku", ucap Chae Won dengan isak tertahan. Choon Hee mengangguk, membesarkan hati anaknya. 

Young Ja pulang dengan eluhan. Bekerja seharian di kantor mengerjakan masalah perusahaan yang menganggu membuat kepalanya serasa mau pecah. Chul Goo yang lebih dulu pulang turun dari kamarnya dalam keadaan mabuk. Kepala Young Ja tentu saja bertambah pusing. Kenapa lagi Chul Goo minum-minum. 

"Di dunia ini. Kenapa sesuatu bisa terjadi di dunia ini ibu?", kicau Chul Goo setengah sadar.

"Apa lagi?".

"Se Yoon, si ba******n itu, akhirnya akan menikah dengan Chae Won. Mereka sudah menetapkan tanggal penikahan". 

"Mereka menetapkan tanggal?". 

Chul Goo menghela napas tak mengerti. Young Ja mengoceh apa yang tidak di mengerti. Mereka berdua saling menyukai dan ingin menikah, "Hey...Chul Goo-ah...Sadarlah!". 

"Maksudku, bagaimana bisa kakak adik bisa menikah?". 

Giliran Young Ja yang tak mengerti, kakak adik menikah?. Siapa?.

"Se Yoon..ibu kandung pria itu adalah ibunya Chae Won", ungkap Chul Goo. 

"Apa?. Apa yang kau katakan?", tanya Young Ja sekali lagi, berpikir bahwa pendengarannya kurang baik.
Seluruh keluarga Uhm menyambut kedatang Se Yoon beserta kedua orang tuanya. Kakek berucap pasti keluarga Se Yoon lelah setelah menempuh perjalanan jauh. Presdir Lee berkata tidak juga, justru sebaliknya ia mengucapkan terima kasih atas undangan makan malam. 

"Anda sehat, kan?", sapa Sol Joo pada kakek dan nenek. 

"Tentu saja. Kau juga sehat, kan?", nenek bertanya balik. 

Sol Joo tersenyum mengiyakan. Se Yoon dan Chae Won saling curi pandang dan tersenyum. (Malam ini, senyum Chae Won terlihat lebih cerah). 

Sol Joo berubah kikuk, saat bertemu pandang dengan Choon Hee yang menatapanya marah. Tidak ada tegur sapa diantara keduanya. Hyo Dong mempersilahkan tamu mereka untuk duduk dan mulai makan malam. 

Chul Goo yang tidak bisa menerima kenyataan pergi ke rumah mie dengan menggunakan taksi dalam keadaan mabuk. Kedatangannya pasti hanyalah membuat kekacauan. Dengan penuh tekad, ia melangkah masuk ke halaman. 

Sementara itu di dalam rumah, keluraga Lee mulai menikmati hidangan. Hyo Dong, Ki Moon dan Ki Choon turut serta menemani tamu mereka makan. Nenek memanggil Choon Hee untuk ikut menemani tamu mereka makan. Se Yoon juga ikut membujuk Choon Hee agar duduk bersama mereka. 

Tapi Choon Hee menolak dengan beralasan masih ada pekerjaan yang harus ia kerjakan di dapur (pasti Choon Hee merasa tidak nyaman jika harus makan satu meja dengan Sol Joo). 

"Silahkan menikmati, kakak ipar", ucap Choon Hee pada presdir Lee. 

"Terima kasih, adik ipar", jawab presdir Lee. 

Choon Hee hanya melirik Sol Joo. Yang dilirik pun bisa mengerti kenapa Choon Hee bersikap dingin padanya. Chae Won memandang Sol Joo dan Choon Hee bergantian, ia tahu dengan pasti kenapa Choon Hee bersikap dingin pada wanita yang kelak akan menjadi ibu mertuanya...

Tiba..tiba....suasana menjadi kacau saat Chul Goo menyerbu masuk ke dalam rumah tanpa permisi. Ki Moon dan Ki Choon serentak berdiri terkejut.  

"Apa pria ini gila?. Siapa kau berani menerobos masuk seperti ini?", seru Ki Choon emosi. 

Chul Goo membungkukkan badan, "Aku meminta maaf merusak suasana yang baik begini". 

"Kau tidak mau keluar!", hardik Hyo Dong kesal bukan main. 

"Aku yang akan membawanya keluar", ucap Chae Won bergerak mendekati mantan suaminya yang keras kepala itu.

Ki Moon melarang, "Tidak, kau tetap diam di tempat. Ayo Ki Choon kita usir dia". 

Kedua paman Chae Won menarik Chul Goo pergi. Chul Goo berontak, "Lepaskan aku". 

Do Hee yang mendengar suara ribut-ribut berlari keluar dari dapur. Dan alangkah paniknya ia melihat Chul Goo berada di ruang tamu. Serta merta Do Hee menarik untuk keluar dan bicara berdua. Chul Goo kembali berontak.

"Pernikahan ini....tidak boleh terjadi!", ujar Chul Goo lantang.

Semua mata tertuju pada Chul Goo. Chae Won dan Choon Hee tegang menunggu kata-kata yang akan keluar dari mulut Chul Goo selanjutnya. Sol Joo tak bergeming, mengira Chul Goo hanya meracau saja. 

"Meskipun mereka tidak mempunyai darah yang sama", lanjut Chul Goo, "Mereka tetap saja kakak adik...bagaimana mereka bisa menikah?". 

Wajah tenang Sol Joo berbuah tegang. Chae Won tampak berkaca-kaca, seperti ingin menangis. Se Yoon bengong tak mengerti.  


END 

Komentar : 
Akankah mereka mempercayai apa yang dikatakan Chul Goo?. Meski merasa kesal pada Chul Goo, tapi bagaimanapun kebenaran harus terungkap. Demi melihat Chae Won dan Se Yoon bahagia, Choon Hee rela berkorban dan menyingkirkan egonya. Tapi sepertinya semua pengorbanan itu akan menjadi sia-sia. Bagaimana kelanjutannya, tunggu sinopsis berikutnya.... :)

3 comments:

  1. yeeayy.. be the 1st . makasih mbak nuri yg cuantixx udh lanjutin sinops nya. dtunggu terus smpe the end. semangat!!
    - dewi -

    ReplyDelete
  2. Ayo eonnie, semangat terus nulis sinopsisnya!!
    Sebelumnya makasih juga bwt sinopsisnya :D

    ReplyDelete
  3. Lanjut y mba Nuri, kbtulan Lά̲̣̥ġî tayang ditv Xing xong (pkai bhs mandari) Jά̲̣̣̣̥ϑΐ dgn sinops dri mba nuri sangt membantu (ђªrϊ ini epid 31) eee ß¹Ŝª kash bocoran happy ending k ? ☺Hë•⌣•ђë;) sdh ƍåк̲̮̲̅͡ sbr

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)