Pages - Menu

Wednesday, February 12, 2014

Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 42 Part 1

"Aku benar-benar minta maaf, tapi kupikir kau harus berpisah dengan Se Yoon", ucap Sol Joo tiba-tiba mengejutkan Chae Won, "Aku melepaskan ego-ku, dan tadinya akan menerimamu, tapi aku tidak bisa. Kalian tidak ditakdirkan untuk bisa bersama-sama". 

"Aku tidak mengerti apa yang ibu bicarakan. Apa aku melakukan kesalahan?. Jika ada tolong katakan padaku, ibu", kata Chae Won terbata dengan mata berkaca-kaca. 

Sol Joo bertanya dengan penuh hati-hati, apa Choon Hee tidak mengatakan sesuatu. Chae Won balik bertanya, sesuatu apa?. Sol Joo menggeleng dan berkata kalau Chae Won tidak melakukan kesalahan apapun. Memang benar pada awalnya, ia tidak menyukai Chae Won. Tapi setelah Sol Joo menerima Chae Won sebagai kekasih dari Se Yoon. Sol Joo bisa melihat betapa manis dan baiknya kepribadian Chae Won. 

"Lalu kenapa aku harus berpisah dengan Se Yoon?", tanya Chae Won dengan air mata berlinang di pipi. 


"Nanti...kau akan mengetahuinya nanti....", Sol Joo terdiam sejenak sebelum menjutkan perkataannya, "Atau mungkin kau akan segera mengetahuinya". 

Chae Won benar-benar tidak mengerti. Sol Joo tentu saja tidak bisa mengatakan alasan yang sebenarnya. Untuk membuat Chae Won mengerti, Sol Joo minta Chae Won berpikir anggap saja penyebab putusnya hubungan Se Yoon - Chae Won karena Sol Joo telah berubah pikiran dan tidak bisa menerima Chae Won. 

"Ibu", Chae Won terisak memohon.

"Rahasiakan pembicaraan ini. Aku juga akan bicara pada Se Yoon saat waktunya tepat", Sol Joo pergi. 

Chae Won tidak bisa menerima keputusan ini, ia berlari mengejar Sol Joo keluar. Dengan berlinangan air mata, Chae Won memohon berharap pintu hati Sol Joo sedikit terketuk.

"Maafkan aku. Tapi aku tidak bisa berpisah dengan Se Yoon. Dan aku tak mengerti kenapa ibu menyuruh aku untuk melakukannya. Kumohon pertimbangkan lagi. Aku tahu aku tidak cukup baik, tapi aku akan berusaha melakukan yang terbaik. Kumohon berikanlah aku kesempatan". 

"Masalah ini sudah di luar kendaliku. Aku tidak bisa membantu", elak Sol Joo (Ya..elah emang biang kerok permasalahnnya dari siapa toh, bu???). 

Chae Won menuntut penjelasan apa maksudnya. Sol Joo tak lagi bisa berkata apa-apa. Menghindari pertanyaan Chae Won dengan masuk ke dalam mobil. Pergi begitu saja meninggalkan Chae Won yang menangis kebingungan. Mobil Sol Joo berjalan menjauh. Chae Won teriak meminta maaf, bagaimanapun ia tidak bisa dan tidak mau berpisah dengan Se Yoon. 


Choon Hee gelisah di dalam kamar, sembari memandang ponselnya. Seakan sedang memikiran sesuatu yang berat. Satu helaan napas, membuat ia memantapkan niatnya. Choon Hee menekan beberapa nomor di layar ponsel, yang menghubungkannya pada nomor telepon Se Yoon. 


Panggilan tersambung, hanya dengan mendengar suara Se Yoon di seberang sana, sudah mampu membuat Choon Hee menitikan air mata. Choon Hee menahan isak tangisnya, mengatur nada bicaranya agar terdengar biasa. Ia bertanya apakah menelpon di saat yang tidak tepat. 

Se Yoon berkata tidak sama sekali, tadinya ia juga berpikir ingin menelpon. Choon Hee bertanya apa Se Yoon ada waktu malam ini, ia ingin mentraktir makan malam. Se Yoon bersedia, apa Chae Won juga ikut. 

"Tidak. Hanya kita berdua", jawab Choon Hee cepat, "Ada yang ingin aku katakan padamu secara pribadi". 


Sol Joo baru pulang saat menjawab telepon dari Se Yoon. Se Yoon memberitahu akan makan malam dengan ibunya Chae Won malam ini. Sol Joo terkejut bercampur tegang, "ibunya Chae Won?". 

Se Yoon membenarkan, "Ada sesuatu yang ingin dia katakan padaku secara pribadi. Mungkin aku akan pulang terlambat. Jangan menungguku. Sampai nanti", klik sambungan telepon terputus.

Sol Joo panik buru-buru menghubungi Choon Hee. Choon Hee menjawab dengan ketus, "Apa lagi sekarang?". Sol Joo bertanya apa malam ini kau akan menemui Se Yoon. Choon Hee menyindir, apa ia perlu ijin dari Sol Joo untuk bertemu dengan putra kandungnya sendiri. 

Sol Joo bertanya apa yang ingin Choon Hee katakan. Choon Hee balik tanya, "Apa kau tidak bisa menebak?". Sol Joo langsung ketakutan, memohon agar Choon Hee tidak mengatakan kebenaran. 

"Kau membohongiku selama 30 tahun. Aku tidak akan membuang waktu meski itu hanya satu menit pun", ucap Choon Hee.

"Jangan menyelesaikan masalah ini dengan emosional. Mari kita bertemu dan bicara", rayu Sol Joo. 

Choon Hee tidak mau, "Aku akan menemui Se Yoon, mengatakan yang sebenarnya dan meluruskan masalahnya". 

Sol Joo tanya apa Choon Hee benar-benar harus melakukan hal ini, mengungkapkan kebenaran. Choon Hee menantang, lalu apa yang harus ia lakukan. Ia sangat marah dan sakit hati karena Sol Joo telah mencuri Se Yoon dari darinya. Lalu, haruskah ia diam saja dan berpura-pura tidak tahu. Memangnya semua itu untuk kebaikan siapa?. Siapa yang akan diuntungkan jika Choon Hee hanya berdiam diri tanpa menuntut haknya. 

Sol Joo berusaha mengoyahkan pendirian Choon Hee. Tidakah Choon Hee memikirkan bagaimana terkejutnya Se Yoon nanti saat mengetahui semuanya. Choon Hee tertawa tak percaya. Sol Joo mampu berpikir seperti itu, tapi kenyatannya dia lah yang mencuri anak orang lain. 

"Hentikan omong kosongmu", bentak Choon Hee memutus sambungan telepon. 


"Choon Hee, kumohon jangan. Choon Hee-ah..Choon Hee-ah....", panggil Sol Joo meski sudah mengetahui sambungan telepon teputus. Tepat pada saat itu Do Hee masuk kerumah Sol Joo, dan mendengar Sol Joo memanggil nama Choon Hee. 


"Apa itu tadi Ibunya Chae Won?", tanya Do Hee. 

Sol Joo terkejut setengah mati. Do Hee heran melihat ekspresi Sol Joo yang terlihat ketakutan seperti melihat hantu, "Kenapa kau sangat terkejut?". 

"Jangan mengendap-endap seperti itu. Kau menakutiku". 

"Aku memencet belnya dan Bibi yang membukakan pintu", jawab Sol Joo. 

Sembari mengatur napasnya, Sol Joo bertanya kenapa Do Hee datang kemari. Do Hee mengkhawatirkan paket yang hilang waktu itu, "Apa kau sudah menemukannya?". Sol Joo menjawab terbata, oh..ya. Tentu saja. 

Do Hee ingin tahu apa yang Sol Joo bicarakan dengan Choon Hee. Apa tentang persiapan pernikahan. Sol Joo tampak linglung, "Pernikahan?". Do Hee menambahkan, tentu saja pernikahan Chae Won dan Se Yoon. Sol Joo tak menjawab. Dengan beralasan lelah dan ingin istirahat. Sol Joo masuk ke kamarnya, meninggalkan Do Hee begitu saja. 

Do Hee punggung Sol Joo dengan penuh selidik, "Aku mencium sesuatu yang mencurigakan. Pasti ada sesuatu yang terjadi antara Sol Joo dan Choon Hee"... Ck..ck..ck.. dasar ahjuma hidung pelacak... hahaha. 


Tepat rasanya jika julukan "Muka Tebal dan Pantang menyerah" kita sematkan pada Chul Goo. Meski Chae Won terus menolaknya secara mentah-mentah berulang kali. Tidak menyurutkan niat Chul Goo untuk membuat Chae Won bersedia kembali rujuk denganya. Dan kali ini, tanpa di ketahui anggota keluarga Uhm. Chul Goo menyelinap masuk ke pabrik. Membersihkan peralatan dan mesin giling yang ada di sana. 

 
Chae Won masuk ke pabrik, terkejut bercampur kesal melihat Chul Goo berani masuk ke pabrik mie, "Apa lagi yang sedang kau lakukan sekarang?". Chul Goo menjawab sedang bersih-bersih. 

"Apa kau akan terus bersikap seperti ini?", tanya Chae Won marah.  

"Sudah kubilang. Aku adalah pendukungmu", jawab Chul Goo santai. 



Chae Won minta Chul Goo untuk sadar, tindakannya ini tak lebih dari seorang penguntit. Chul Goo memasang wajah memelas, "Berhentilah bersikap kejam. Kau membuatku malu". 

Tapi rasa malu Chul Goo hanya sedetik, ia tersenyum dan memberikan sekotak minuman herbal, "Kau terlihat lemah tempo hari, jadi aku membawakan obat herbal untukmu. Kau kenal dokter keluargaku. Dia yang membuat resepnya. Ini pasti akan efektif".

"Kau memberiku obat?", 

"Aku mengerti kau tidak bisa mempercayaiku dengan mudahnya. Aku tahu apa yang sudah dilakukan keluargaku padamu. Tapi jika aku terus mencurahkan diriku untuk menjagamu, suatu hari nanti kau akan tahu perasaanku". 
Chae Won membantah, hal itu tidak akan pernah terjadi. Chul Goo memutuskan untuk berpikir positif. Chae Won muak berdebat dengan Chul Goo dan menyuruhnya pergi. Chul Goo si keras kepala seakan tak mendengar. Semakin Chae Won merasa muak dengannya, semakin Chul Goo berusaha menarik perhatian. Ia mengambil satu minuman herbal, membukanya lalu memberikan minuman itu pada Chae Won. 

"Minumlah. Kau pasti lelah setelah bekerja. Kau akan merasa lebih baik. Ayolah, minum ini". 
 
"Singkirkan itu. Berhenti menggangguku dan keluarlah!", Chae Won menepis tangan Chul Goo. Dan tumpahlah minuman herbal mengotori kemeja Chul Goo. 

Goo sama sekali tidak terpengaruh atau merasa sakit hati. Ia bersikukuh tetap berada di pabrik, melanjutkan bersih-bersih lalu pergi. 

"Apa kau tidak mendengar?", bentak Chae Won putus asa. 

Ki Choon dan Ki Moon masuk. Ki Choon langsung emosi begitu melihat wajah Chul Goo. Ia langsung menarik kerah kemeja Chul Goo, "Hei!. Apa yang kau lakukan disini?". Chul Goo berusaha bersikap baik dan berkata ada sesuatu yang ingin ia bicarakan pada Chae Won. Ki Choon semakin emosi, "Chae Won tidak ada urusan denganmu, mengerti?". Sebelum terjadi hal yang tidak di inginkan, buru-buru Ki Moon memisahkan mereka. 

"Sudah kubilang, jika kau mendekati dia lagi, kau akan menyesal", ucap Ki Choon penuh ancaman. 

"Aku bukan orang yang sama seperti dulu. Aku bukan lagi anak mama, Paman Ki Choon". 

"Jangan panggil aku paman. Keluar saja!", bentak Ki Choon kesal bukan main. 

Ki Moon menambahkan lebih baik Chul Goo pulang sebelum masalahnya bertambah runyam. Mau tak mau Chul Goo menurut, membungkuk 90 derajat penuh hormat sebelum pergi. Tapi tak lupa tersenyum pada Chae Won dan berkata, "Sampai jumpa, Chae Won", lalu buru-buru pergi sebelum Ki Choon memukulnya....(Ya elah..orang ini). 
Sampai di perusahaan, Chul Goo kena omel Young Ja, "Dari mana saja kau seharian ini, lalu kenapa dengan bajumu?". Chul Goo mengelus bajunya sembari tersenyum, "Ah...aku menumpahkan obat saat ingin menyuapinya ke Chae Won". Young Ja heran, menyuapi Chae Won obat.


Chul Goo menjelaskan Chae Won terlihat lemah karena bekerja terlalu keras, "Jadi aku membelikannya obat herbal. Rekomendasi dari dokter Ibu". Young Ja bertanya tidakkah dirinya terlintas dalam pikiran Chul Goo saat mendatangi dokter itu. Dengan kata lain, Young Ja merasa iri, kenapa hanya Chae Won yang Chul Goo pikirkan, sedangkan ibunya sendiri diabaikan.

Chul Goo menanggapinya dengan enteng, "Yah, Ibu bisa mendapatkannya dengan menelpon dan mereka akan mengantarnya kapan saja". 

Plok...Young Ja memukul kepala Chul Goo disertai omelan, "Kau sungguh anak yang tidak berterima kasih!. Ibu mengalamai segala macam penderitaan dan membesarkanmu. Tapi sekarang yang kau perdulikan hanya wanita itu. Bukan ibumu yang sudah berumur ini". 


"Jangan bandingkan Ibu dengan Chae Won dan merasa cemburu terhadapnya. Ibu harus benar-benar mengubah sikap Ibu saat aku menikah lagi dengannya", (wkwkwkw...dasar anak ini)..

Young Ja mencibir, "Sepertinya Chae Won-mu sedang bersenang-senang dengan Se Yoon. Jangan membuang-buang waktu, sadarlah". 

"Chae Won-ku pasti akan kembali padaku", seru Chul Goo yakin 1000%..membuat Young Ja gemas, "Kau hanya besar omong saja".




Joo Ri masuk membawa sample mie (mie-nya berwarna hijau) yang nantinya akan di produksi. Young Ja senang Joo Ri bekerja cepat, dan mencicipi rasanya. Joo Ri menjelaskan mie hijau terbuat dari mugwort. Tak lupa ia menyerahkan rencana rancangan iklan dan pemasarannya.

Young Ja terkejut bukan main saat melihat berapa banyak anggaran yang harus di keluarkan untuk iklan dan lain-lain, "Apa kita harus mengeluarkan uang sebanyak ini?". Joo Ri berkata mereka harus menarik banyak konsumen dengan memasang iklan sebanyak mungkin. Tetap saja bagi Young Ja 4 milyar untuk iklan terlalu berlebihan. 

"Empat milyar?. Kim Joo Ri, kau pasti sudah gila!", seru Chul Goo ikut terkejut. 


"Ini bukan apa-apa jika dibandingkan tunjangan yang kau berikan pada Hong Joo", sahut Joo Ri jutek


Chul Goo komat-kamit kesal. Joo Ri menyuruh kakaknya untuk mengurus masalah percintaanya saja, "Apa kau membuat kemajuan dengan Chae Won?", bentak Joo Ri nyaring. Chul Goo mundur selangkah, "Ya...ampun teriakanmu, memekakan telingaku". 

Karean Chul Goo tak menjawab, maka Joo Ri tahu apa jawabannya. Joo Ri melotot kesal, begitu pula dengan Young Ja yang mendelik kesal padanya. Sementara Chul Goo celingukan di tatap dangan pandangan mengerikan dari 2 wanita.... yang keduanya..yach..sama-sama "Galak". 


Nenek memberikan minuman herbal pada kakek yang terbaring sakit di kamar. Ia mengira kakek sakit karena memikirkan Ki Ok. Nenek menghembuskan napas panjang, bagaimana bisa putri bungsu mereka jatuh cinta pada gelandangan tua seperti Kang Jin. 

Tiba-tiba terdengar suara Kang Jin yang berasal dari diruang tengah, menyapa nenek. Nenek berguman kesal, "Beraninya mereka datang kesini?". Lalu berdiri membuka pintu, di sana ada Ki Ok dan Kang Jin yang duduk bersimpuh. Dengan dingin nenek bertanya, "Siapa kalian?. Kenapa kalian datang kerumahku?". 

"Ibu", ucap Ki Ok pelan.

"Siapa kau memanggilku ibu", balas nenek.

"Tolong hentikan", pinta Ki Ok memelas.

Kang Jin berkata Ki Ok menangis sepanjang malam dan tidak bisa tidur sama sekali. Nenek membalas dengan suara tinggi, "Aku juga tidak bisa tidur. Kau membuat ayahmu terbaring di tempat tidur. Bahkan aku tidak bisa minum dengan perasaan tenang, dan merasa mual karena terlalu terkejut. Kau anak nakal". 


"Apa ayah sakit?", tanya Ki Ok prihatin. 

Kakek tak menjawab, membalikan badan membelakangi mereka. Nenek bertanya apa yang dilakukan Ki Ok dan Kang Jin disini. Kang Jin memutuskan akan datang mengujungi kakek dan nenek setiap hari untuk memohon pengampunan. Nenek tak terpengaruh, perkataan Kang Jin itu tak lebih dari kata-kata penghibur setelah apa yang telah mereka lakukan. 

Ki Ok meminta maaf telah membuat khawatir, "Tolong berhentilah marah pada kami, Ayah, Ibu". 

"Berisik sekali. Tolong tutup pintunya", kata kakek merasa terganggu. 

"Ayah", Ki Ok hampir menangis. 

"Tutup saja pintunya", ulang kakek untuk kedua kalinya. 

Nenek melangkah keluar menutup pintu kamar. Kakek menghela napas berat, batinnya sebagai ayah tak tega memperlakukan anaknya sendiri seperti tadi. Tapi rasa marah dan ego-nya belum bisa memberikan maaf pada Ki Ok. 




Nenek melangkah melewati mereka begitu saja. 2 orang itu bergeser mengikuti kemana nenek pergi. Nenek menyuruh mereka pergi sebelum keadaan kakek semakin buruk dengan kehadiran mereka di rumah mie.

Kang Jin : Tolong dengarkan kami, Ibu

Nenek : Berhenti memanggilku Ibu. Aku bukan Ibumu!.

Nenek masuk ke dapur. Ki Ok memijat kakinya yang sakit. Kang Jin minta Ki Ok bertahan sebentar lagi, sembari menempelkan telunjuknya di hidung Ki Ok. (lho apa pengaruhnya coba?... Hahaha). 

Nenek keluar dari dapur dengan membawa baskom berisi garam. Ia makin geram melihat Kang Jin yang mencolek-colek hidung Ki Ok. Nenek melempar segenggam garam ke badan Kang Jin, "Jika kau datang kesini lagi, aku akan menumpahkan sekarung garam padamu!". 

"Tidakah Ibu sudah bertindak keterlaluan?. Meskipun Ibu tidak menyukainya,Bagaimanapun dia adalah menantu Ibu!". 

"Dia bukan menantuku. Dia adalah musuhku. Mengerti!", bentak nenek marah dan menyirim badan Kang Jin dengan sebaskom garam. (Kang Jin-nya mau dibuat ikan asin..hahahaha). 

Ki Ok memandang suaminya dengan sedih. Puas menumpahkan kemarahannya, nenek kembali ke kamar. Ki Ok berseru tak terima, "Teganya Ibu memperlakukan kami seperti ini?. Ini keterlaluan!". 

"Kau tidak apa-apa?", tanya Ki Ok sembari membersihkan garam dari badan Kang Jin. Kang Jin menjawab tidak apa-apa, tapi ia minta Ki Ok jangan marah. 
Hyo Dong pulang. Kang Jin segera berdiri, menyapa Hyo Dong dengan panggilan kakak ipar. Semula Hyo Dong bengong, pasti terasa aneh karena Kang Jin menyebutnya kakak ipar. Tapi ia bisa bersikap lebih baik dibandingkan anggota keluarga Uhm lainnya. 



Melihat garam yang terhambur di lantai, membuat Hyo Dong mengerti apa yang baru saja terjadi. Ia menghibur Ki Ok jangan bersedih hati. Keadaan akan membaik, dengan seiring berjalannya waktu. Ki Ok malah semakin sedih, berlari menangis keluar. Kang Jin menyusul kemudian. Hyo Dong merasa kasihan melihat mereka berdua.

Choon Hee memandangi jepit rambut hijau pemberian Se Yoon. Kini, jepit rambut itu menjadi barang berharga untuknya. Tak terasa air matanya menetes saat mengingat dihari Se Yoon menemaninya berkeliling pasar. Tepat saat itu, Hyo Dong masuk ke kamar sembari mengucapkan salam. Tapi karena Choon Hee tidak mendengarnya karena melamun. 

"Sayang", ucap Hyo Dong menyentuh tangan Choon Hee. 

Sentuhan pelan dari Hyo Dong membuat Choon Hee terkesiap kaget. Choon Hee buru-buru menghapus air matanya. Hyo Dong heran apa yang sedang Choon Hee pikirkan dengan begitu serius, sampai tidak tahu suaminya datang. Pasti Choon Hee juga tidak tahu Kang Jin dan Ki Ok datang. 

Choon Hee seperti orang linglung, ia memang tidak tahu kalau Kang Jin dan Ki Ok datang kerumah. Choon Hee hendak berdiri untuk menemui mereka. Hyo Dong menahan, mereka sudah pergi. Hyo Dong bertanya ada masalah apa, "Sepertinya jiwamu keluar dari tubuhmu"..

"Sayang", panggil Hyo Dong, dari gelegatnya ia hendak mengatakan sesuatu. Tapi lidahnya terasa kelu dan berat. 

Presdir Lee dan Sol Joo makan malam hanya berdua. Presdir Lee bertanya dimana Se Yoon. Sol Joo berkata Se Yoon ada janji makan malam di luar. Presdir Lee tidak bertanya dengan siapa Se Yoon janji makan malam, sebaliknya ia minta Sol Joo mengatur kembali pertemuan dengan pihak keluarga Chae Won untuk membicarkan pernikahan, "Jadi kita bisa menempatkan tanggal pernikahan mereka". 

"Kenapa terburu-buru?", tanya Sol Joo. 

Presdir Lee berkata bukankah Sol Joo orang pertama yang ingin memajukan pernikahan. Bicaralah dengan Choon Hee dan aturlah pertemuannya. Dunia ini sungguh kecil, ia tak menyangka dan merasa senang akan berbesan dengan Choon Hee.  

Tapi tidak demikian dengan Sol Joo. Wajahnya berubah tegang mendengar nama Choon Hee disebut. Pikirannya terus dihantui kejahatan yang pernah ia lakukan. Ketegangannya itu membawa kita flashback ke 30 tahun yang lalu, saat kepala panti mengunjungi Sol Joo dirumahnya. 


Sol Joo muda menemui kepala panti dengan membawa bayi Choon Hee yang berada di dalam kereta. Bayi Choon Hee sudah terlihat besar, mungkin berusia sekitar 3-4 bulan. Sol Joo bertanya kenapa kepala panti datang. Kepala panti menuntut Sol Joo mengembalikan bayi Choon Hee ketempat semula. 

Sol Joo terkejut, tapi ia bersikap pura-pura tidak mengerti arah pembicaraan kepala panti. Kepala panti bicara dengan lebih jelas, tentu saja Sol Joo harus mengembalikan bayi yang telah ia culik ke tempat semula. Mengembalikannya ke ibunya kandungnya yang asli, "Mungkin kau bisa membohongi dunia. Tapi kau tidak bisa membohongi tuhan. Tidak kah kau mengerti?". 

"Aku tidak mengerti apa yang ibu bicarakan?", ujar Sol Joo berlagak bodoh. 

"Kau pikir aku tidak tahu kau menukar bayi Choon Hee dengan bayimu?. Aku membuat gelang kaki ungu untuk bayimu, dan gelang kaki pink untuk bayi Choon Hee. Aku yang memasangkannya pada masing-masing bayi. Gelang kaki pada bayi yang meninggal  berwarna ungu. Kau berbohong dengan berpura-pura menjadi Ibunya".

Sol Joo muda gemetar ketakutan telah tertangkap basah. Bukannya mengakui perbuatan, ia malah berusaha mengelak dan berkata semua yang dikatakan kepala panti tidaklah benar. Kepala panti menantang, siapa yang salah dan siapa yang benar akan terungkap jika dilakukan tes darah dan DNA. 


"Ayo kita lakukan sekarang", tantang kepala panti lantang. 

Meski jelas bersalah, Sol Joo tetap saja mencari pembenaran atas tindakan yang ia lakukan. Seakan-akan tindakan mencuri bisa dibenarkan dengan berbagai macam alasan yang ia kemukakan. Sol Joo menolak mengembalikan bayi Choon Hee dan mengaku dirinya lah orang yang mencegah Choon Hee saat ingin mengarbosi kandungan, jika tidak bayi ini tidak akan lahir di dunia. Choon Hee juga tidak mau membesarkannya, dan mungkin akan menyerahkan anaknya untuk diadopsi.

Kepala panti berkata itu cuma alasan. Lebih baik sekarang Sol Joo meminta maaf pada Choon Hee dan mengembalikan bayi itu. Sol Joo kembali membuat alasan dengan suara tinggi, "Choon Hee sudah pergi ke Amerika. Aku tidak tahu alamat Choon Hee. Dia tidak bisa dihubungi. Tidak ada cara untuk aku mengembalikan anak ini padanya". 

"Benarkah itu?", tanya kepala panti tak percaya begitu saja 


"Jika kau tidak percaya padaku?. Cobalah mencarinya sendiri", ujar Sol Joo balik menantang dengan gaya sinis. 

(Ini orang sudah salah, malah nyolot..)

Kemudian Sol Joo berlutut dan menangis hadapan kepala panti, "Kumohon ampunilah aku. Jika mertuaku mengetahui masalah ini, baik bayi ini maupun aku akan diusir keluar. Lagipula, kita tidak tahu dimana Choon Hee. Jika ibu diam saja, kita tidak akan mendapat masalah apapun. Ku mohon selamatkan kami. Kumohon bantulah kami".  

Kepala panti memandang bayi Choon Hee di dalam kereta, bayi lucu dan sehat yang sedang bermain dengan boneka-nya. Memikirkan masa depan bayi tersebut serta rengekan Sol Joo berhasil membuat kepala panti menutup mulut selama 30 tahun. Flashback end. 



Sol Joo baru tersadar dari lamunannya setelah presdir Lee menegurnya berulang kali. Presdir Lee heran, apa yang sedang kau pikirkan. Sol Joo menjawab terbata, bukan apa-apa. Lalu minum air putih. Dan kembali melamun. 

Se Yoon dan Choon Hee makan malam di restoran jepang. Se Yoon merasa gugup, hal apa yang ingin Choon Hee katakan, "Ibu tidak akan mengomeliku, iya kan?". Choon Hee tertawa canggung, "Tentu saja tidak. Aku hanya ingin makan malam denganmu". 

Se Yoon lega, kalau begitu ia bisa makan tanpa khawatir. Choon Hee menyuruh Se Yoon makan dan memberikan lauk ke piring Se Yoon. Pelayan masuk membawa satu piring sushi. Se Yoon pesan pada pelayan menyiapkan satu porsi sushi dan undang goreng untuk di bawa pulang. 

Se Yoon menjelaskan pada Choon Hee kalau ibunya (Sol Joo) sangat menyukai Sushi dan udang goreng. Dia bisa langsung bangun dari tidurnya, hanya dengan mendengar nama dua makanan tersebut. Choon Hee tersenyum getir, "Kelihatannya kau benar-benar menyayangi Ibumu". 

"Itu bukan apa-apa dibandingkan dengan semua yang ibu lakukan untukku. Ibuku selalu memikirkan duniaku. Seperti aku adalah Pangeran Tampan. Apapun yang kulakukan, apapun yang kukatakan, dia selalu mendukungku", Se Yoon mengatakannya dengan tersenyum. Terpancar jelas rasa kasih sayang yang ia miliki untuk Sol Joo. 

(Pasti hati Choon Hee sakit mendengarnya). 

Se Yoon berjanji saat menikah dengan Chae Won nanti akan menyayangi Choon Hee sama seperti ibu kandungnya sendiri. Choon Hee mengucapkan terima kasih dengan suara bergetar. Lalu memandang wajah Se Yoon yang sedang makan dengan perasaan campur aduk... (kasian Choon Hee). 






Chae Won masuk ke dalam kamar. Memijat pundaknya yang terasa pegal. Pasti lelah setelah berkerja seharian. Ponselnya berdenting menerima video call dari Chul Goo. Video itu menampilkan penampakan Chul Goo yang benar-benar aneh.

Syal putih melilit di lehernya, Eits...tunggu bukan syal, tapi lembaran tissue toilet yang di jadikan syal... dan tak lupa kepalanya dihiasi denga ikat pita yang terbuat dari dasi..hahaha...dasar Chul Goo koplak...

"Aku sedikit malu. Aku tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Tadinya aku akan menulis surat, tapi kau tahu, aku tidak pandai menulis. Jadi aku memutuskan untuk mengirimkanmu satu pesan video setiap malam. Sebagai cicilan pertama, untuk melepaskan rasa lelahmu seharian, aku akan menyanyikan lagu cinta untukmu".

Chul Goo berdiri, menggunakan sisir sebagai mic, tak lupa membunyikan tamborin untuk pengiring lagu. Lalu joget-joget, menggoyangkan pinggulnya dengan gerakan sesuka hati tak beraturan. Ditambah lagi suaranya yang benar-benar tidak enak didengar. Buhahahaha....penampilan Chul Goo benar-benar hancur...

Tanpa mengetuk pintu, Young Ja menyerbu masuk ke kamar Chul Goo. Melihat putranya yang menari tak jelas begitu, Young Ja berpikir Chul Goo sedang mengadakan upacara pengusiran setan (Hahaha....setan-nya Young Ja sendiri.... ^-^). 

Chul Goo sontak berhenti dan mengeluh, "Ah...ibu menghancurkan pertujukanku". 

Young Ja heran Chul Goo bahkan tidak mabuk, tapi kenapa melakukan hal aneh macam ini, "Apakah kau baik-baik saja Chul Goo. Sadarlah". (dikiranya, Chul Goo sudah gila nich). Chul Goo menujuk ponselnya yang ia sadarkan di sisi meja rias, dan memberitahu sedang mengirim video pada Chae Won, "Dia pasti sedang lelah sekarang. Jadi aku sedang menyemangatinya". 

"Aigo.. kau idiot. Kau melakukan segala macam cara", cibir Young Ja tidak suka. 

Chul Goo minta Young Ja mengatakan sesuatu pada Chae Won. Young Ja tidak mau. Chul Goo memaksa, katakan saja kalau ibu merindukannya dan minta padanya untuk kembali. Young Ja menggerutu, merasa nasibnya buruk sekali. Sungguh keterlaluan. 

Mau tak mau, ia menuruti permintaan Chul Goo. Membuang wajah kesalnya, menghadap ke kamera denga memasang senyum semanis mungkin. 

"Chul Goo merindukanmu. Dia memintamu untuk kembali". 

Tapi setelah itu, wajah jutek Young Ja kembali...dasar sifat,,,susah diubah. Chul Goo kegirangan, membunyikan tamborin dan berputar-putar tidak jelas. 

Chae Won tersenyum kesal mematikan ponselnya. "Ada apa dengannya?". 

Kang Sook termenung mengenang pertemuannya dengan Bong Soo. Pengakuan Bong Soo yang bilang masih melajang karena belum menemukan wanita sebaik dirinya, membuat angan-angan Kang Sook melayang ke langit ke tujuh. Alamat cinta lama bersemi kembali. 

Di dekatnya, Ki Choon sedang memotong kuku kaki. Kang Sook kesal bukan main, saat potongan kuku kaki jari Ki Choon melayang ke arahnya, sekaligus membuyarkan lamunan indahnya. 

"Kau jorok sekali!. Potong kuku kakimu di sudut sana. Kukumu terbang kemana-mana!", omel Kang Sook dengan suara nyaring. 



"Kenapa kau marah karena masalah kecil?", kata Ki Choon enteng. Sedikit mengangkat pantatnya..dan Duuuttt...terdengarlah bunyi gas yang berasal dari lubang angin Ki Choon...(busyet...Ki Choon gak sopan...). Lalu kembali cuek memotong kuku-kuku jari kakinya.

Kang Sook menutup hidungnya dari bau aroma tak sedap yang mulai memenuhi ruangan, "Kau menjijikkan sekali. Apa kau tidak bisa melakukannya di luar. Kau tidak punya sopan santun?". 

Ki Choon geli, "Kenapa kau bersikap berlebihan tiba-tiba. Sopan santun apa diantara kita?". 

Ki Choon yakin dirinya dan Kang Sook akan rujuk kembali. Kang Sook melotot tidak terima, "Hanya dalam mimpimu", ujanya lalu berdiri. Untuk kedua kalinya, Ki Choon buang gas dengan sesuka hati. Kang Sook menendang punggung Ki Choon, "Berhentilah bersikap jorok". (Wah...wah...kelakukan Kang Sook ini lebih tidak sopan lagi)..

Kang Sook keluar. Ki Choon bingung, dengan sifat Kang Sook yang mudah tersinggung akhir-akhir ini, "Ada apa dengannya", sembari kembali membuang gas... (Ih...jorok...).


Bong Soo menunjukan keseriusannya mengajak Kang Jin bekerja sama. Telinganya terbuka lebar, saat pertama kali mendengar lagu Kang Jin. Lagunya yang riang, dan lirik yang mudah di cerna. Tanpa membuang waktu Bong Soo menawarkan Kang Jin untuk segera menandatangi kontrak. 

Ki Ok yang ikut serta menemani Kang Jin tertawa lebar. Sebelum menyetujui ajakan tersebut, terlebih dahulu Kang Jin bertanya orang besar macam Bong Soo kenapa mengajaknya bekerja sama. Bong Soo mengaku sudah menyukai suara Kang Jin pada saat pertama kali mendengar. 

"Jika kau percaya dan mengikutiku, aku berjanji akan membuatmu terkenal seperti PSY. Aku akan membuatmu menjadi legenda K-pop", janji Bong Soo sembari menyodorkan surat kontrak. 

Kang Jin tentu saja tidak mau melewatkan kesempatan emas ini. Segera mungkin membubuhkan cap stempelnya diatas lembar surat kontrak. Masalah kontrak selesai. Bong Soo berkata akan segera mentransfer bayaran kontrak besok Kang Jin besok. 

Bong Soo bertanya pada Ki Ok, "Oh, ya. Apa kebetulan saudara iparmu bernama Kang Sook?". Ki Ok balik tanya, "Bagaimana Anda mengenalnya?". Bong Soo menjawab hanya teman biasa dan minta nomor telepon Kang Sook. Ki Ok kaget, "Apa?", tapi tetap saja ia berikan nomor ponsel Kang Sook. 

Se Yoon mengatar Se Yoon pulang. Dalam perjalanan Choon Hee lebih banyak diam, sibuk dengan berbagai macam pemikiran di benaknya. Se Yoon mengira Choon Hee lelah, "Jika ibu merasa lelah, tidurlah. Aku akan membangunkan ibu saat kita sampai". 

Choon Hee mencoba bercanda dengan berkata bagaimana ia bisa tidur saat sedang berkencan dengan Se Yoon. Se Yoon tersenyum senang, pepatah yang mengatakan ibu mertua lebih menyayangi menantu laki-laki ternyata benar. 

Wajah Choon Hee berubah serius, "Sebenarnya ada sesuatu yang aku ingin bicarakan denganmu". Se Yoon penasaran, apa itu. Choon Hee berkata, ia dan ibu Se Yoon, yakni Sol Joo tumbuh besar bersama-sama di panti asuhan. Se Yoon mengaku sudah mengetahui hal itu dari ibunya. 

"Lalu, apa ibumu juga mengatakan kalau kami masing-masing melahirkan seorang putra di hari yang sama?", tanya Choon Hee hati-hati. 

Se Yoon menggeleng, "Tidak. Aku baru mendengarnya. Apa ibu juga mempuyai seorang putra?". 

Se Yoon hanya tahu dari Chae Won kalau Choon Hee hidup seorang diri tanpa keluarga sebelum menikah dengan Hyo Dong, "Jadi, sekarang dimana putra ibu?". 

Choon Hee menatap Se Yoon sejenak, lalu menunduk menguatkan hati. Choon Hee Menegakan kepalanya kembali, menatap Se Yoon lekat. Dengan suara bergetar Choon Hee berkata,  "Putraku..Dia....adalah....".


Lanjut ke Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 42 Part 2


10 comments:

  1. Putra ku adalah... Kamuuu...

    *gak mungkin jawab gitu...
    Sepertinya chon he akan sedikit berbohong... Hikkkssss semakin sediihhhhh....

    Semangat kak nuri.. Kami selalu menunggu episode demi episode sinopsis ini... Terima kasih sudah melanjutkan... Suka bangeeeetttsss

    Best regards
    Dian.

    Yayyyyy first comment

    ReplyDelete
  2. Iya kayaknya Chon Hee gk bilang terus terang, mungkin sengaja menutupinya, Gªk tega sama Chae Won

    ReplyDelete
  3. Semangat nuriiiiiii ditunggu lanjutannyaaaaa :)
    Hayooo tinggal 9 episode lagi :D

    ReplyDelete
  4. ayo mba nuri kapannih episode selanjutnya:( ??

    ReplyDelete
  5. Mba nuri koq part 2nya belom ada :( ?

    ReplyDelete
  6. part 2 nya belum juga ya mba... mba nuri lagi sibukkah... atau dah gak lanjut... jangan donk mbak... ngambang nih tanggung tinggal 7 episode lagi.. saya cek setiap hari lho blog ini... jangan sampai gak lanjut ya mbak.. smangat mbak nuri... *doa terus semoga dilanjutin... aamiin. (dian)

    ReplyDelete
  7. Maaf ya reader... Part 2 di posting lebih telat dari biasa...akhir-akhir ini saya sibuk. Jadi ndak punya banyak waktu untuk nulis sinopsis... Janji, sinopnya tetap di lanjut sampai tamat...

    ReplyDelete
    Replies
    1. terus kapan mba posting lagi sinopsisnya mba:( ??

      Delete
  8. Semangat ya teh, ga ada pipinya dulu It dosent matters yang penting ceritanya udah postingan, Thanks ya sinopsisnya maaf be silent reader :)

    ReplyDelete
  9. Yaaaaah lanjutannya mana teeh... Tuntasin ÐƠ̴̴͡.̮Ơ̴̴͡ñƘ ...

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)