Pages - Menu

Friday, January 17, 2014

Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 39 Part 2

Young Ja menerima laporan dari pengacara Kim tentang saham Chul Goo yang telah berkurang setengah dari jumlah saham yang seharusnya dia miliki. Young Ja tentu saja bingung.

Pengacara Kim menambahkan sepertinya Chul Goo memindahkan sebagian saham ke istrinya. Karena kini Hong Joo memiliki 9% saham perusahaan, dan menjadi salah satu pemegang saham mayoritas. 

Tepat saat itu, Chul Goo masuk keruangan Young Ja. Pengacara Kim pergi. Young Ja mendelik tajam pada Chul Goo, satu detik..dua detik.. Tanpa peringatan Young Ja langsung memukul kepala putranya dengan majalah tebal tanpa ampun. 

"Kenapa ibu memukulku?", tanya Chul Goo keheranan. 


"Kenapa?", teriak Young Ja, "Apa kau sudah tidak waras, hah?. Bagaimana bisa kau memindahkan sahammu ke Hong Joo?". 

"Aku ingin memberinya tunjangan. Ibunya juga bercerai, Hong Joo sangat membutuhkan tunjangan itu", jawab Chul Goo enteng. 

"Meski begitu bagaimana bisa kau memberikan setengah dari sahammu?". 

Chul Goo berkata merasa kasihan pada Hong Joo, sebagai pria ia ingin memberikan secuil kebaikan. Young Ja bangkit dari tempat duduknya, kembali memukuli Chul Goo, "Lalu kau akan memberikan semua milikmu?. Kenapa kau tidak memberikan saja semua padanya?". 

Young Ja bertanya apa lagi yang sudah Chul Goo berikan pada Hong Joo. Chul Goo menjawab, "Villa di Jejudo dan gedung di Cheongdamdong. 


Young Ja shock, megap-megap seperti ikan kekurangan air. Tapi hanya sebentar, karena Young Ja tipe wanita yang tidak mungkin bisa jatuh dengan mudah. Young Ja benar-benar ngamuk, mencekik Chul Goo sembari berkata, "Kenapa kau tidak berikan saja rumahku padanya. Aigo..aigo.. Atau kau bisa menjual ibu sekalian!". 

Young Ja duduk, menangisi harta berharganya yang kini telah hilang, "Kenapa kau memberikan uangku padanya?". 

Bukan-nya prihatin atau merasa bersalah, Chul Goo malah tersenyum nyengir, "Ibu. Ibu kan bisa mencari uang yang lebih banyak lagi. Oke!". (hahaha)

"Apa?. Dasar anak nakal. Kau pikir uang tumbuh dari pohon?. Dasar kau bodoh!. Idiot!", cerca Young Ja emosi.

Se Yoon berada di super mall, berdiri di depan counter perhiasan sedang memilih cincin (pasti untuk Chae Won pasti ^-^). Semua desain cincin yang ia lihat, terlihat cantik. Pilihannya jatuh pada cincin putih dengan berlian besar di tengah.


Se Yoon tersenyum menenteng tas berisi cincin pilihannya, saat beranjak pergi dari toko, ia secara kebetulan berpapasan dengan Joo Ri. 

Keduanya tampak canggung. Se Yoon yang lebih dulu bertanya apa yang dilakukan Joo Ri ditempat ini. 

"Aku sedang melakukan riset pasar". 

Joo Ri lalu bertanya apa yang dilakukan Se Yoon disini. Ia melihat counter perhiasan dan dengan terbata Joo Ri bertanya, "Apa sunbae kesini untuk membeli perhiasan?". 

"Ya. Benar", jawab Se Yoon tak ingin menyembunyikan apapun. 

"Sepertinya itu milik Min Chae Won, benar kan?", tanya Joo Ri seraya menatap tas yang di tenteng Se Yoon. 

Se Yoon kembali mengiyakan. Joo Ri tampak kecewa, tebakannya ternyata benar. 

"Aku harus pergi. Sampai nanti", ujar Se Yoon tersenyum, lalu pergi meninggalkan Joo Ri. 


Setelah Se Yoon pergi, wajah Joo Ri berubah suram, "Aku tidak akan memaafkan kalian berdua", ucapnya penuh benci. 


Sol Joo berusaha melakukan segala cara agar diary kepala panti tidak jatuh ke tangan Choon Hee. Salah satu cara yang dilakukan Sol Joo adalah dengan mendatangi panti asuhan Evergreen. 

Diam-diam, Sol Joo masuk kekamar biarawati Michaela dan mulai mencari buku diary yang dimaksud kepala panti. Walau ia mencari ke setiap sudut, diary itu tak juga berhasil dia temukan. Sol Joo terduduk lemas, panik dan ketakutan, dimana biarawati Michaela menyembunyikan diary itu?. 

"Kau keterlaluan suster kepala. Bagaimana bisa kau berbuat sekejam ini padaku?. Apa bagusnya untuk aku dan Choon Hee dengan mengungkit-ungkit masa lalu", ucap Sol Joo dengan napas tersendat-sendat. 


Chae Won bersiap pergi ke rumah Se Yoon. Choon Hee membawakan karangan bunga lili yang nantinya bisa di berikan pada Sol Joo. Ia juga memuji Chae Won tampak cantik, pasti kedua orang tua Se Yoon akan menyukainya. Chae Won langsung pergi begitu Se Yoon datang menjemput. 

Choon Hee sedikit cemas. Ia berharap Sol Joo menyukai karangan bunga itu dan juga menyukai Chae Won. 


Joo Ri dan Chul Goo pulang bersama. Mereka di sambut oleh ahjuma yang dulu pernah bekerja dengan mereka. Ahjuma berkata Nyonya Bang kembali memanggilnya bekerja. setelah sedikit berbasa basi, Joo Ri bergegas pergi ke kamar Young Ja. 


Sebelum pergi ke kamarnya, Chul Goo bertanya apa nama marga ahjuma, apakah bermarga Park?. Ahjuma berkata kalau ia bermarga Kim. Chul Goo lega, itu bagus ternyata marga Kim. Ia mengaku merasa trauma dengan wanita yang bermarga Park (wk..wk..wk..pasti teringat Miss Park). 







Joo Ri mendapati ibunya terbaring di kasur sambil merintih. Ia bertanya apa ibunya sakit. Young Ja berkata, "Ibu mungkin bisa mati sebelum waktunya karena kakakmu. Si idiot itu memberikan setengah dari hartanya kepada Hong Joo sebagai tunjangan perceraian". 

"Apa?", seru Joo Ri terkejut. 

"Dia akan menghancurkan perusahaan jika aku menyerahkan padanya", keluh Young Ja. 

"Aku akan menjalankan perusahaan", ujar Joo Ri tiba-tiba. 

Young Ja yang terkejut langsung duduk, "Apa kau serius?".

Karena sekarang ia sudah putus dari Se Yoon, maka Joo Ri tak ingin bekerja di perusahaan itu lagi (Hm...lebih tepatnya tidak bisa mendapatkan Se Yoon). Young Ja bertanya apakah Joo Ri sudah tidak memiliki perasaan pada pria itu lagi. 

"Dia membeli cincin untuk Chae Won. Tidak ada lagi perasaan yang tersisa untuknya. Begitu kejam dan murahan. Aku akan berhenti mengharapkannya". 

Young Ja senang karena kini Joo Ri sudah bisa melihat kenyataan dengan berpikir jernih. Serasa beban di dalam dadanya terangkat keluar, "Ibu bertemu dengan Ny. Lee siang ini, dan dia bersikap dingin pada ibu. Aigo...Dia begitu murahan dan kejam".

"Ibu bertemu dengan ibu Se Yoon?", tanya Joo Ri. 

Young Ja membenarkan, "Dia mengatakan dengan jelas, kalau dia tidak akan menikahkan Se Yoon denganmu". 

"Baik. Tidak akan ada yang akan kusesali", ucap Joo Ri emosi. 

Young Ja menyuruh Joo Ri untuk segera keluar dari perusahaan itu mulai besok. Joo Ri berniat tidak akan keluar dari perusahaan itu baik-baik, "Selama ini tidak ada yang tahu bagaimana penderitaanku". 

Young Ja bertanya apa maksudnya. Joo Ri tak menjawab, tapi dari raut wajahnya yang berubah jahat. Bisa ditebak ia sedang merencakan sesuatu. 


Kang Jin berada di pekarangan rumah mie. Ia menatap pintu rumah, tanpa berani melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah. 

"Siapa ini?. Tuan Kang?", seru nenek muncul di belakang Kang Jin. 

Kang Jin tersenyum melihat nenek, "Apa ibu dari luar?".

Nenek menjawab, ia dari menghadiri pertemuan para orang tua (mungkin semacam arisan, gitu). Nenek bertanya apa yang Kang Jin lakukan di halaman rumahnya, ia mengira Kang Jin telah meninggalkan kota Paju.


Kang Jin menjawab kalau ia memutuskan tetap tinggal di Paju karena beberapa alasan. Nenek senang Kang Jin tidak pergi, jujur saja ia merasa sedih saat melihat Kang Jin mengangkat barang-barangnya ke atas truk beberapa hari lalu. 

"Benarkah itu ibu?", tanya Kang Jin penuh harap. 

Nenek membenarkan, "Jadi, kenapa kau datang kesini?". Kang Jin bermaksud ingin menemui Ki Ok. Kalau begitu, nenek menyuruh Kang Jin masuk, untuk apa berdiri di luar. Nenek menggandeng tangan Kang Jin, membanya masuk ke dalam rumah. 


 Di dalam rumah, Do Hee dan Kang Sook sedang sibuk menyiapkan makan malam. Mereka bengong melihat kedatangan Kang Jin. Nenek  mengajak Kang Jin ikut serta makan malam bersama mereka. Jika Kang Jin menolaknya, ia akan sedih. Ki Choon dan Ki Moon turun dari lantai atas. Kakek juga keluar dari kamar. 

Ki Choon langsung marah melihat Kang Jin, tak lupa meniupkan peluit yang kini terus mengantung di lehernya. "Beraninya kau datang kesini?". 

Nenek menegur Ki Choon, jangan bersikap kasar pada tamu kita. 

"Tapi ibu, dia...."

"Ki Choon-ah", teriak Ki Moon menyadarkan Ki Choon. Hampir saja Ki Choon mengatakan sesuatu yang seharusnya mereka rahasiakan. 

Sama dengan nenek, kakek pun menerima kedatangan Kang Jin dengan tangan terbuka. Kang Jin membungkuk memberi salam pada kakek dengan sikap penuh hormat, serta memanggil kakek dengan sebutan ayah. Ki Moon protes, kenapa sekarang Kang Jin memanggil kakek dengan panggilan ayah. 

"Ada apa dengan kalian?", tanya nenek heran melihat anak-anaknya bersikap memusuhi Kang Jin. 

Tak ingin panjang lebar, nenek mempersilahkan Kang Jin untuk duduk dan bergabung makan malam bersama mereka. Ia menyuruh Choon Hee menambahkan satu perlengkapan makan lagi untuk Kang Jin. Dengan berat hati Choon Hee menuruti perintah nenek. Ia berlalu pergi ke dapur sembari mendelik kesal pada Kang Jin. 


Kang Jin mengambil kesempatan ini untuk bertanya di mana Ki Ok. Nenek menjawab, Ki Ok berada di kamar lantai atas. Kang Jin beranjak pergi ke lantai atas. Ki Choon bergerak cepat menahan lengan Kang Jin. 

"Pergilah setelah kau selesai makan", peringat Ki Choon penuh ancaman. Tatapan melotot Ki Choon Membuat Kang Jin diam tak berkutik. 



Ki Ok dikurung di kamar dengan mendapatkan pengawal ketat dari Kang Soo. Setiap kali, Ki Ok bergerak maka Kang Sook langsung mengikuti gerakan Ki Ok untuk menghalaunya keluar dari kamar. Bahkan saat Ki Ok berkata ingin ke kamar kecil, Kang Sook ikut serta. 

Ki Ok kesal, ia bisa benar-benar gila jika terus terus diawasi. Diperlakukan layaknya seorang penjahat. Kang Sook berkata ia juga gila menghadapi tingkah Ki Ok, diantara semua pria kenapa Ki Ok malah jatuh cinta pada pria yang jauh lebih tua darinya. 

Terdengar suara panggilan Kang Jin dari lantai bawah. Ki Ok yang bisa mendengar jelas suara Kang Jin, dengan girang berlari keluar kamar. Kang Sook semakin kesal, beraninya Kang Jin datang kerumah kami. Ia pun mengikuti Ki Ok keluar kamar.



Ki Ok - Kang Jin bahagia bisa bertemu kembali. Ki Ok bertanya bagaimana kau bisa datang?. Kapan kau datang?. Ia mengambil tempat duduk di samping Kang Jin. Do Hee tak bisa membiarkan hal ini, Ia mendorong Ki Ok menjauh dengan kakinya, lalu duduk diantara mereka. Tak lupa mendaratkan pandangan tajamnya pada Kang Jin yang diam tak berkutik. 


Nenek meletakan lauk ke mangkuk nasi Kang Jin, ia mengundang Kang Jin untuk sering-sering berkunjung kerumah mie. Kang Jin mengiyakan dengan senang hati. Anak dan menantu Uhm mendesis tidak suka. Ki Ok menyuruh Kang Jin makan yang banyak sembari menambahkan lauk ke mangkuk nasi. 

Ki Choon kesal, "Apa yang kau lakukan!", tanggannya terangkat siap mengetok kepala Ki Ok. 

"Tenanglah demi ayah dan ibu", tegur Kang Sook. 

Choon Hee angkat bicara, "Mejanya jadi penuh sesak. Selesaikan makanmu dengan cepat dan pergilah". 

(Kang Jin duduk di meja para wanita, tidak bergabung dengan kakek dan Ki Moon). 



Ditegur seperti itu, buru-buru Kang Jin melahap nasi dari mangkuknya. Melihat wajah Kang Jin yang memelas, nenek menegur mereka, "Kalian tidak punya sopan santun kepada tamu?". 

Ki Ok berkata ada yang ingin ia katakan pada kakek dan nenek. Dengan gerakan reflek, Do Hee segera menutup mulut Ki Ok..hahaha. 

"Makan saja", ucap Do Hee dengan nada ditekan. Ki Moon menambahkan setelah makan malam, ia ingin bicara dengan Ki Ok. 

"Aku ingin mengatakan sesuatu", teriak Ki Ok lebih nyaring. 

Kali ini Do Hee menjejelkan telur dadar ke mulut Ki Ok, "Makan saja adik ipar". 

Kang Sook ikut-ikutkan menyuapkan nasi serta sup ke mulut Ki Ok. Mulut Ki Ok penuh makanan. Jangankan untuk bicara, mengunyah saja rasanya sulit.

Kakek dan nenek bengong keheranan, tak mengerti dengan sikap anak-anak mereka.  


Presdir Lee dan Sol Joo menerima kedatangan Chae Won dengan tangan terbuka. Sol Joo bertanya apa jalanan macet. Se Yoon menjawab mereka pergi lebih awal, jadi tidak terjebak jam macet. Chae Won menyerahkan bunga yang ia bawa pada Sol Joo. 

"Ah..ini bunga lili kesukanku", ucap Sol Joo, ia mengira Se Yoon yang memberi tahu Chae Won. 

Se Yoon berkata ibu Chae Won sendiri yang menyiapkan bunga itu. Sol Joo sedikit terkejut, "Benarkah?". 

Chae Won mengiyakan. Sol Joo tersenyum pada Chae Won. Presdir Lee berinisiatif mengajak ke meja makan.

Tersaji berbagai macam makanan di meja. Presdir Lee minta Chae Won untuk tidak sungkan-sungkan, anggap saja di rumah sendiri. Saat makan, Sol Joo sesekali melirik kearah Chae Won. Chae Won menjadi gugup dan salah tingkah hingga tersedak makanan dan batuk-batuk.  


Se Yoon memberikan air putih, dengan penuh perhatian ia bertanya apa kau baik-baik saja. Chae Won mengangguk setelah minum. Se Yoon protes pada ibunya, "Chae Won tidak bisa makan, jika ibu terus memandanginya". 

"Huh? Maafkan Ibu. Ibu tidak berpikir kesana. Maafkan ibu", ujar Sol Joo tidak enak hati.

"Tidak apa-apa, ibu. Aku baik-baik saja", ucap Chae Won menenangkan. 

Sol Joo tersenyum lembut pada Chae Won, tampaknya dia sudah mulai menyukai calon menantunya itu. 


Kehilangan sebagian harta benda membuat Young Ja lemas seperti orang sakit. Saat makan malam, ia tak keluar dari kamar. Lebih memilih meringkuk di ranjang memikirkan hartanya yang sudah hilang. Chul Goo pergi ke kamar ibunya. Mengetahui secara pasti apa yang membuat ibunya lemas. Ia minta pada Young Ja untuk berhenti memikirkan apa yang sudah terjadi, "Aku tidak bisa mengambil sesuatu yang sudah aku berikan". 

Young Ja kesal melempar Chul Goo dengan bantal, tapi Chul Goo bisa menangkap bantal itu. 

"Bisanya kau bersikap santai seperti ini", teriak Young Ja. Tak ada yang bisa Chul Goo katakan selain meminta maaf.


Young Ja teriak lebih nyaring, meminta maaf saja tidaklah cukup, "Ibu bekerja keras membanting tulang mencari uang, dan kau memberikannya begitu saja dengan mudah!". 


 "Aku sangat putus asa untuk mendapatkan Chae Won", 

"Sadarlah. Se Yoon pasti sudah melamarnya sekarang". 

"Melamar?", tanya Chul Goo terbelalak terkejut.

Young Ja berkata Joo Ri memberitahu kalau Se Yoon membeli cincin untuk Chae Won. Tidak ada gunanya lagi bagi Chul Goo mendekati Chae Won sekarang, "Joo Ri memutuskan untuk menyerah, jadi kau lebih baik.....". 

"Ba*****n itu. Aku tidak akan menyerah terhadap Chae Won. Tidak akan pernah", potong Chul Goo penuh emosi. 

Young Ja tak habis pikir dengan sikap keras kepala Chul Goo, "Memangnya kau bisa apa?". Chul Goo bertekad mendapatkan kembali Chae Won di sisinya dengan segala macam cara.

Selesai makan malam, Chae Won berbincang-bincang dengan kedua orang tua Se Yoon diruang tamu. Presdir Lee berkata, dulu kakek Se Yoon banyak bercerita tentang kakek Uhm. Kakek Se Yoon menilai kakek Uhm adalah orang yang sangat baik dan bertanggung jawab.

"Aku memutuskan untuk merestui pernikahan kalian, karena Chae Won tumbuh dalam  keluarga yang dapat dipercaya". 



Chae Won tersenyum, meski ia sering kali menunduk. Sol Joo yang memperhatikan Chae Won melihat gelagat yang tidak beres, ia menyela minta pada suaminya berhenti bicara sebentar. 

"Apa kau baik-baik saja?. Kau berkeringat dingin", ucap Sol Joo mengamati wajah Chae Won. 

Se Yoon ikut melihat wajah Chae Won yang berkeringat dingin, apa kau sakit?. 

Rupanya sejak tadi Chae Won merasa tidak enak badan, tapi ia tahan demi menghormati kedua orang tua Se Yoon. Ia memegangi dada dan perutnya yang terasa sakit, meski begitu Chae Won berkata kalau ia tidak apa-apa. 

Tapi Sol Joo tahu Chae Won sedang tidak sehat. Se Yoon berkata mungkin Chae Won mengalami kejang perut. Sol Joo segera bangkit mengambilkan obat. 



Setelah minum obat, Chae Won tertidur sebentar di kamar Se Yoon. Ia terbangun saat Sol Joo masuk ke kamar. Sol Joo menanyakan bagaimana kondisi Chae Won sekarang. Chae Won merasa lebih baik dan meminta maaf karena menyusahkan. 

"Jangan berkata begitu. Berikan tanganmu".

Chae Won bengong, tak mengerti. Sol Joo tersenyum, menunjukan jarum yang ia pegang lalu berkata sebuah tusukan jarum adalah pengobatan terbaik untuk gangguan pencernaan akut.

Chae Won mengulurkan tangan. Dengan keahlian tehnik akupuntur yang ia kuasai, Sol Joo menusuk salah satu jari tangan Chae Won. Darah kental berwarna merah keruh keluar dari kulit permukaan kulit.

"Aigo....Lihat darah kotornya. Kau mengalami gangguan pencernaan yang buruk". 

Sol Joo meraih tisu, dengan telaten membersihkan darah yang masih merembes keluar. Chae Won tersenyum. 

"Kenapa kau tersenyum?", tanya Sol Joo heran. 

"Kupikir ibu orang yang menakutkan, tapi ternyata tidak". 

"Kau berpikir aku seperti nenek sihir?". 

"Tidak. Bukan begitu, ibu". 

"Aku hanya bercanda". 

Chae Won canggung, ia minta Sol Joo bicara padanya untuk bicara lebih santai dengan menggunakan bahasa banmal (non formal). 

Sol Joo mengatakan saat melihat Chae Won yang gugup di meja makan tadi, mengingatkannya pada dirinya sendiri 40 tahun yang lalu, "Saat aku pertama kali mengunjungi orang tua suamiku, aku gemetaran dan terus membuat kesalahan. Aku bukan wanita yang jahat, jadi jangan takut. Tolong pahamilah diriku karena sudah menyakiti perasaanmu".


"Aku akan melakukan hal yang sama jika aku jadi Ibu. Se Yoon terlalu sempurna untuk wanita yang punya banyak kekurangan seperti diriku. Aku mengerti", ucap Chae Won rendah diri, "Maafkan aku. Aku memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, tapi aku akan mencoba untuk menjadi istri yang baik. Tolong berikan aku kesempatan, ibu".

Chae Won menunduk, berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah. Sol Joo tersenyum. Menggengam tangan Chae Won, tersenyum ramah. Seolah itu adalah tanda restu yang ia berikan untuk hubungan Chae Won - Se Yoon. 

Tepat pada saat itu, Se Yoon muncul di balik pintu kamar. Ia tersenyum melihat sikap ibunya yang kini telah berubah jauh lebih baik dan mau menerima Chae Won apa adanya. 



Choon Hee berdiri cemas di depan pintu gerbang, menanti kepulangan Chae Won. Tapi yang muncul malah Hyo Dong. Ia heran kenapa Choon Hee berdiri di luar rumah saat malam semakin larut. 

"Sudah kubilang kau tak perlu menungguku", Hyog Dong mengira Choon Hee sedang menunggunya.  

"Maaf. Tapi aku bukan sedang menunggu suamiku. Tapi sedang menunggu putriku", sahut Choon Hee. 

Hyo Dong heran, "Chae Won belum pulang?". 

Choon Hee memberitahu hari ini Chae Won di undang makan malam dirumah Se Yoon. Hyo Dong lupa kalau hari ini putrinya secara resmi bertemu dengan calon mertua. 

"Sungguh ayah yang tidak perhatian", ledek Choon Hee. 

"Kau merawatnya dengan sepenuh hati, membuatku tidak punya kesempatan memperhatikannya". 

Chae Won tertawa. Setulus hati, Hyo Dong mengaturkan terima kasih karena atas perhatian dan kasih sayang yang Choon Hee berikan pada Chae Won, "Terima kasih karena sudah merawatnya seperti putrimu sendiri". 

"Seperti putriku sendiri?. Chae Won adalah putriku. Aku sedih jika kau berkata seperti itu". 

"Oh, maafkan aku. Aku tidak tahu itu", goda Hyo Dong. 

Choon Hee dan Hyo Dong tertawa bersama, wajah mereka tampak ceria dan bahagia.  

Tak lama kemudian, mobil Se Yoon berhenti di depan pintu gerbang. Chae Won segera turun. Se Yoon tak langsung turun dari mobil. Menimbang-nimbang kotak cincin yang sudah ia persiapkan dari siang. Setelah berpikir sebentar, ia meletakan kembali kotak cincin itu di dalam dashboard mobil. 

Se Yoon turun dari mobil, menyapa kedua orang tua Se Yoon. Chae Won bertanya bagaimana makan malamnya. Se Yoon mengatakan kedua orang tuanya merasa senang dengan kedatangan Chae Won dirumah mereka. 

"Kau tidak melakukan kesalahan, kan?", tanya Hyo Dong pada putrinya. 

"Aku tadi sakit perut, jadi aku menyebabkan kekacauan. Kurasa tadi aku terlalu gugup saat di meja makan". 

Hyo Dong panik, "Apa kau sekarang baik-baik saja?. Apa kita perlu ke dokter?". 

Chae Won merasa baik-baik saja, ibu Se Yoon tadi sudah memberikanya obat dan menusuk jarinya dengan jarum. 

"Ibu Se Yoon yang melakukannya?", tanya Choon Hee tidak percaya. Tidak percaya jika Sol Joo bisa berubah dan bersikap baik seperti itu. 

Se Yoon mengiyakan, "Ibu selalu melakukan hal itu saat aku sakit perut. Dan juga, ibu meminta padaku untuk bunga yang Anda berikan padanya. Lili Calla adalah bunga kesukaannya". 

Sol Joo tidak bisa tidur, mondar-mandiri di ruang tengah. Pikirannya di penuhi kecemasan, bagaimana jika buku diary kepala panti benar-benar jatuh ke tangan Choon Hee. 

"Mungkin aku harus mempercepat pernikahan Se Yoon, dan mengirim mereka keluar negeri setelah menikah. Itu adalah pilihan terbaik". 

Sol Joo benar-benar mematangkan rencananya untuk mempercepat pernikahan Se Yoon - Chae Won. Untuk itu kedua keluarga bertemu secara resmi, saling mengenalkan diri dan membahas pernikahan anak mereka. Presdir Lee dan Sol Joo datang lebih dulu. Keluarga Chae Won dalam perjalanan. Tapi di dalam ruangan yang telah mereka pesan, sudah ada Chae Won dan Se Yoon. 

Sol Joo bertanya pastinya kedua orang tua Chae Won terkejut, karena tiba-tiba ia mengajukan tanggal pernikahan. Chae Won tak ingin berbohong, kedua orang tuanya memang sedikit terkejut. 

"Tapi itu langkah yang bagus bagiku. Terima kasih ibu", ucap Se Yoon merasa menjadi pihak yang paling diuntungkan. Hehe...

"Lihatlah. Dia semakin berani sekarang, iya kan?", presdir Lee tertawa. 

Sol Joo berharap Chae Won mengerti, ia hanya ingin segera menikahkan putranya. 

"Ya. Ibu", ucap Chae Won penuh pengertian. 

Selang beberapa menit kemudian, kedua orang tua Se Yoon, berserta kakek dan nenek datang. Mereka memasuki hotel pertemuan dengan perasaan gugup sekaligus senang. 

Di dalam ruangan, Sol Joo pamit pergi ke kamar kecil sebentar. Selisih beberapa menit kemudian, keluarga Chae Won memasuki ruangan. Kakek, nenek dan Hyo Dong secara bergantian maju memperkenal diri. Presdir Lee menyambut mereka dengan hangat. 

Choon Hee yang awalnya berdiri di belakang, menampakan diri menyapa presdir Lee dengan panggilan kakak ipar (karena Choon Hee sudah menganggap Sol Joo sebagai kakaknya). 

Presdir Lee terkejut melihat Choon Hee, "Choon Hee. Apa yang kau lakukan disini?". 

"Chae Won adalah putriku", ucap Choon Hee. 

Presdir Lee makin terkejut, tapi wajahnya tampak senang karena bertemu dengan Choon Hee. Wanita berhati baik yang sudah ia anggap sebagai adik ipar. 

Sembari menunggu Sol Joo. Mereka berbincang-bincang santai. Presdir Lee tak menyangka akan bertemu dengan Choon Hee di tempat ini, dunia sungguh kecil. Choon Hee tersenyum, "Kau akan menjaga Chae Won dengan baik, kan?". 

"Tentu saja. Dia adalah putrimu. Aku akan menjaganya dengan baik", jawab presdir Lee. 

Semua yang ada diruangan berdiri saat Sol Joo masuk keruangan. Choon Hee berdiri dengan canggung, tanpa berani menatap Sol Joo. Ia berlindung dibalik punggung Hyo Dong. Pada keluarga Chae Won, Se Yoon memperkenalkan Sol Joo sebagai ibunya. 

Sol Joo membungkuk memberi salam dengan hormat. Mata Sol Joo melebar terkejut melihat wajah Choon Hee. Beda dengan Sol Joo, Choon Hee tersenyum ramah, "Onnie". 

"Apa yang kau lakukan disini?", tanya Sol Joo diantara rasa terkejutnya. 

"Dia adalah ibunya Chae Won", terang Se Yoon. 

Sol Joo terbelalak, "APA?". 


END

Komentar : 
Sol Joo selalu cemas dan ketakutan tiap kali bertemu dengan Choon Hee. Rahasia besar apa yang dia rahasiakan selama bertahun-tahun. Sepertinya hanya kepala panti yang mengetahui rahasian Sol Joo. Karena itu dia begitu ketakutan jika buku diary kepala panti benar-benar jatuh ke tangan Choon Hee. Pasti di dalam buku itu tertulis rahasia besar yang Sol Joo sembunyikan. Apakah berhubungan dengan Se Yoon. Kenapa masalah kembali datang saat hubungan Se Yoon - Chae Won semakin serius menuju jenjang pernikahan. Apa yang akan terjadi nantinya???

5 comments:

  1. Makin penasaran, jika se yoon adalah anak kandung choon hee bagaimana dgn hub. nya dgn chae won...

    ika

    ReplyDelete
  2. Ayo sis semangat ngerjainy sinopsisy. ∂αн ƍ sabar nih liat kelanjutany terus and terus. Нёнёнёнё 

    ReplyDelete
  3. lanjut mbk nya....
    Please.....

    ReplyDelete
  4. Eh udh ad aj ni sinop..g sbar nunggu klanjutany.
    Ka bkin sinopnya inspiring generation g???

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya gak buat sinop inspiring generation...kalo mau baca bisa liat di blog bentara asia... :)

      Delete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)