Pages - Menu

Sunday, January 26, 2014

Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 40 Part 1

Keluarga Se Yoon dan keluarga Chae Won bertemu untuk membicarakan tentang rencana pernikahan. Sol Joo terkejut mengetahui bahwa ada Choon Hee yang kini menjadi ibu Chae Won. Mereka lalu duduk berhadapan.

Singkat cerita, kedua keluarga Chae Won baru mengetahui bahwa Choon Hee dan Sol Joo merupakan teman masa kecil. Hyo Dong berpikir anak-anak mereka, Se Yoon dan Chae Won memang di takdirkan untuk bersama. Presdir Lee tersenyum, setuju dengan pendapat Hyo Dong. 

Choon Hee tetap bersikap ramah, sementara raut wajah Sol Joo tampak suram, menyimpan kemarahan seperti gunung merapi yang siap meletus. Dalam kesempatan itu, Choon Hee mengutarakan alasannya yang tidak memperitahu Sol Joo sebelumnya terkait dirinya yang kini menjadi ibu tiri Chae Won. Hal itu ia lakukan karena ia tak ingin Sol Joo mempunyai prasangka yang buruk pada Chae Won. 

"Apa yang kau bicarakan?. Itu tidak masuk akal", jawab presdir Lee mewakili Sol Joo yang diam saja tak berkomentar. Ia pun bertanya pada Sol Joo kenapa tidak mengatakan apa-apa. 

"Aku agak terkejut Choon Hee adalah Ibunya Chae Won", dalih Sol Joo menutupi alasan sebenarnya. 

Untuk menutupi rasa gugupnya, Sol Joo meminum air putih. Tangannya gemetar saat menaruh gelas ke meja, hingga tumpahlah sisa air yang ada di gelas. Semua terkejut dan bertanya apa Sol Joo baik-baik saja. Sol Joo berkata ia baik-baik saja, meski wajahnya tidak menampakan sebaliknya.

"Aku minta maaf karena tidak mengatakan padamu lebih awal. Tolong jangan salah paham terhadapku", ucap Choon Hee tak enak hati. 


Sol Joo membalasnya dengan delikan tajam, seakan Choon Hee telah melakukan kesalahan yang teramat besar. 



Delikan itu terhenti ketika Kakek berkata merasa bersyukur memiliki menantu yang baik seperti Se Yoon. Presdir Lee merendah dengan bilang kalau Se Yoon memiliki banyak kekurangan. 

"Jangan berkata begitu. Dia adalah bujangan paling memenuhi syarat se-Korea. Jika aku boleh terus terang, keluarga kami tidaklah kaya seperti keluarga Anda", puji nenek. 




Se Yoon tersenyum bangga di puji nenek, seraya melayangkan pandangan menggoda pada Chae Won. Yang dibalas senyum geli dari Chae Won. 

Kakek ikut membanggakan cucunya dengan bilang bahwa Chae Won adalah putri yang patut di banggakan, dan ia bisa menjamin hal itu. Presdir Lee manggut-manggut. 

Karena terlalu syok, Sol Joo mengalami serangan sakit kepala mendadak. Dengan suara merintih ia minta pada Presdir Lee untuk pulang saja. 

Hyo Dong menyuruh Se Yoon untuk membawa Sol Joo kerumah sakit. Presdir Lee menjelaskan Sol Joo sering mengalami sakit kepala akibat dari tekanan darah rendah dan anemia. Ia meminta maaf karena harus pergi di tengah pembicaraan. 

"Tidak apa-apa. Kesehatannya lebih penting. Jangan mengkhawatirkan kami dan silahkan pulang", ucap nenek penuh pengertian. 

"Baiklah. Kami akan mengatur pertemuan selanjutnya", Presdir Lee mohon pamit lalu pergi. Se Yoon juga ikut pulang bersama kedua orangtuanya. Hyo Dong menyuruh Chae Won untuk ikut bersama mereka. 


Setelah Keluarga Lee meninggalkan ruangan. Nenek berkata terkadang orang meninggal di usia muda. Meski cantik, tapi Sol Joo terlihat tidak sehat.

Kakek menegur nenek untuk berhenti bicara seperti itu. Kakek mengajak mereka pulang. Saat kakek, nenek dan Hyo Dong beranjak keluar ruangan. Choon Hee diam sebentar, merasa bersalah, sekaligus heran, "Apa dia terkejut karena Chae Won adalah putriku?. Apa hal ini begitu mengejutkan?". 

Chae Won membantu membaringkan Sol Joo ke atas tempat tidur. Presdir Lee ertanya kenapa Sol Joo tak mau dibawa kerumah sakit. Sol Joo yakin akan merasa baikan setelah minum obat dan istirahat, "Tolong ambilkan aku air minum". 

Chae Won segera berlari ke dapur mengambil air minum. Se Yoon yang cemas bertanya apa ibunya yakin baik-baik saja. Sol Joo mengiyakan, "Tinggalkan aku sendiri. Aku ingin tidur". 

"Baiklah. Kami akan membiarkanmu tidur", presdir Lee dan Se Yoon keluar kamar.

Wajah Sol Joo kembali pucat saat mengingat hal yang pernah ia lakukan di masa lalu. Kilasan flashback melintas sejenak di benaknya, ketika dirinya dengan sengaja menukar bayi yang baru beberapa hari ia lahirkan dengan bayi orang lain. 

Ingatan itu membuat Sol Joo kembali diserang rasa cemas dan ketakutan, "Bagaimana mungkin Choon Hee menjadi besanku?. Tidak mungkin, ini tidak bisa!". 

Chae Won masuk ke kamar Sol Joo dengan membawa air putih. Sol Joo bangun menerima segelas air yang disodorkan Chae Won. Rasa penasaran mendorong Sol Joo untuk bertanya bagaimana ceritanya Choon Hee menjadi ibu Chae Won. 

"Aku kehilangan Ibuku ketika aku masih kecil. Ayahku baru-baru ini menikah dengannya", jawab Chae Won. 

"Begitu".

"Aku tidak pernah membayangkan kalau anda dan ibu Choon Hee ternyata saling mengenal". 

Wajah Sol Joo langsung masam, "Bisakah kau meninggalkanku sendiri", ucap Sol Joo dingin. Chae Won mengerti, membiarkan Sol Joo beristirahat. 


Setelah pintu tertutup, Sol Joo berguman pada dirinya sendiri, "Aku tidak akan pernah membiarkan mereka menikah. Aku harus menghentikan pernikahan mereka dengan segala cara"

(Ih...wanita ini kambuh lagi jahatnya). 



Do Hee menyambut nenek dan kakek yang baru pulang, ia langsung bertanya bagaimana pertemuan dengan keluarga Lee. Nenek menjelaskan nyonya Lee sakit, mereka berpisah tanpa sempat makan. Kakek masuk ke kamar ingin beristirahat. Choon Hee langsung tanggap, menuntuk kakek masuk ke kamar sekaligus menyiapkan tempat tidur untuk kakek. 

Nenek lalu bertanya apa tadi siang Ki Ok makan?. Dengan terbata Do Hee menjawab Ki Ok makan tapi sedikit. Nenek heran dengan Ki Ok yang terlihat aneh akhir-akhir ini, "Dia itu sakit cinta atau apa?". 

"Apa maksud ibu?", seru Do Hee dan Hyo Dong bersamaan. 

"Dia tidak makan, tidak pergi keluar, sama seperti wanita yang sedang sakit cinta. Kuharap dia sakit cinta dan kemudian dia menikah. Aigo..aigo...", ujar Nenek, lalu berjalan masuk ke kamar. 


Hyo Dong dan Do Hee mengelus dada, lega karena nenek belum tahu kebenaran tentang Ki Ok. Do Hee berguman, hampir saja ia mendapat serangan jantung. Ngomong-ngomong, ia masih penasaran sebenarnya apa yang tampak menjadi masalah bagi Sol Joo.

Hyo Dong menjawab Sol Joo mengeluh sakit kepala, "Wajahnya pucat seperti mau pingsan. Kuharap dia baik-baik saja". Usai mengatakan itu, Hyo Dong menyusul Choon Hee masuk ke kamar kakek-nenek. 

Do Hee yang selalu kepo merasa curiga. Hidung tajamnya seperti mencium sesuatu yang mencurigakan antara Choon Hee dan Sol Joo. 



Mungkin karena merasa lelah atau bosan sepanjang hari menjaga Ki Ok. Tanpa sadar Kang Sook tertidur. Kesempatan ini tidak disia-sia kan Ki Ok. Setelah yakin Kang Sook terlelap nyenyak. Ia bersiap untuk kabur. Seperti sudah di rencanakan sebelumnya. 

Ki Ok mengikat sprei sepergi tali, lalu membuangnya ke luar jendela. Di mana sudah ada Kang Jin yang sudah siap menunggu di bawah untuk membantu Ki Ok turun. Kang Jin mengoceh, hal gila yang dilakukan Ki Ok ini hanya bisa terjadi di dalam drama. 

Ki Ok tak punya ide lain, apa Kang Jin bisa hidup jauh darinya. Kang Jin bilang tidak bisa tinggal jauh dari Ki Ok, tapi ia takut melihat Ki OK terluka jika jatuh dari ketinggian. 

Ki Ok minta Kang Jin jangan khawatir, julukannya adalah si tupai terbang. Kang Jin bertanya apa Ki Ok yakin. Sekali Ki Ok menenangkan Kang Jin, "Jangan khawatir, pegang saja yang kuat". 

Tepat pada saat Ki Ok ingin terjun bebas, saat itulah Do Hee masuk ke kamar Ki Ok dan menghentikan aksinya dengan menahan kaki Ok. Yang di tahan pun meronta minta di lepaskan. Suara berisik yang ditimbulkan 2 orang itu membangungkan Kang Sook dari tidurnya. 

Dengan terbengong-bengong, Kang Sook bertanya apa yang terjadi. Do Hee ngomel, "Bagaimana bisa kau tertidur?. Ayo cepat, bantu aku menghentikannya". 

Kang Sook ikut menahan kaki Ok, sembari mengatai Ki Ok si biang pembuat masalah. Tapi dua lawan satu tentu saja Ki Ok kalah. Sembari Kang Jin di bawah tidak bisa membantu banyak. Kondisinya semakin terjepit saat Ki Choon dan Ki Moon pulang dari berjalan-jalan.

Ki Choon serta merta menuipkan peluit tanda bahaya, "Kau musang licik. Diam disana". 

"Jika kau jadi aku. Apa kau akan diam?", tanya Kang Jin membela diri. 

Kang Jin lari menghindari kejaran Ki Choon, dasar nasib karena terlalu terburu-buru, ia tak meliahat tiang jemuran mie. Hingga jidatnya menabrak besi tua itu. Hanya dalam satu kali tabrakan, sudah membuat Kang Jin roboh ke tanah. 

Ki Ok yang melihat dari atas teriak panik, "Yobo!". 

Ki Choon dan Ki Moon tertawa melihat Kang Jin yang benar-benar lemah. Tanpa bersusah payah, mereka sudah bisa melumpuhkan Kang Jin. 


Hyo Dong mengajak mereka minum untuk meredakan ketegangan. Ki Choon mengatai Kang Jin musang tua licik. Kang Jin tidak terima di sebut seperti itu, bagaimanapun usianya jauh lebih tua dari Ki Choon. 

"Jadi, bersikaplah sesuai dengan usaimu", bentak Ki Choon emosi. 




Hyo Dong menenangkan Ki Choon, menyuruhnya untuk minum saja. Ki Moon bertanya apa Kang Jin menjual hati nuraninya demi cinta, "Ki Ok terlalu muda untukmu". Kang Jin mengaku sudah menekan emosi selama ini untuk menghindari masalah berkembang lebih jauh. Tapi semua diluar kendalinya jika menyangkut soal cinta. 

"Persetan dengan cinta", Ki Choon melotot kesal. 

"Apa aku ini batu", balas Kang Jin. 

Ki Choon makin emosi, mendekat ingin menghajar Kang Jin. Hyo Dong dan Ki Moon menghalangi. Ki Moon berkata kakek dan nenek belum mengetahui kabar penikahan Ki Ok. Lebih baik Kang Jin melepaskan Ki Ok dan pergi secara baik-baik. Kang Jin minta maaf tidak bisa meninggalkan Ki Ok. 

"Apa kau ingin mengatakan kau akan tinggal dan hidup bersama Ki Ok?", tanya Hyo Dong. 

"Aku tidak bisa hidup tanpanya. Apa yang harus bisa aku lakukan?. Kami ditakdirkan untuk saling mencintai".

"Kau terus terusan mengungkit cinta saat kehilangan kata-kata", Ki Choon menunjuk wajah Kang Jin. 

Hyo Dong minta Ki Choon tenang, ini tempat umum. Ki Moon tanya apa yang bisa Kang Jin lakukan untuk adik bungsunya, Ki Ok, "Kau terlalu tua untuk hidup bersamanya. Dan kau tidak bisa memberikan dia kesenangan materi. Apa yang bisa kau lakukan untuknya". 


Kang Jin memegangi keninganya yang terbalut plester karena kepentok besi tiang jemuran. Perkataan itu membuatnya terpojok. Memang benar dia hanya seorang pria tua yang miskin. Tapi tak ada seorangpun yang bisa meramalakan secara pasti nasib seseorang di masa depan, "Kalian sudah salah memperlalukan aku seperti ini". 

Emosi Ki Choon memburu seperti banteng yang siap ngamuk. Jika saja Hyo Dong dan Ki Moon tidak menghalangi, pastinya Kang Jin sudah babak belur di hajar olehnya. Merasa frustasi, ke empat pria paruh baya itu minum lagi. Meski bertengkar, mereka masih bisa duduk di satu meja dan berbagi soju bersama.



Joo Ri menunjukan proposal pada Young Ja. Ia mengutarakan idenya yang ingin memfokuskan penjualan perusahaan ibunya, ke dalam pasar penjualan mie. Ia yakin dengan cara ini bisa mengalahkan perusahaan Se Yoon. Young Ja ragu, meski perusahaannya juga bergerak di bidang produksi makanan, tapi ia tidak mempunyai tenaga ahli ataupun pabrik yang bisa digunakan untuk mengolah mie.


Joo Ri berkata akhir bulan ini ada subkontraktor yang habis kontrak kerjasamanya dengan perusahaan Se Yoon, "Aku sudah mengambil langkah untuk menarik mereka. Dan aku juga telah mengajukan penawaran kepada beberapa ahli mie". 

"Apa mereka setuju?", tanya Young Ja mulai tertarik. 

"Semuanya akan patuh pada uang, iya kan?", ucap Joo Ri enteng. 

"Aigo...aigo...itu baru putriku", kata Young Ja bangga, "Katakanlah kita telah berhasil memproduksi mie. Lalu bagaimana caranya agar kita bisa mendapatkan pasar yang didominasi oleh perusahaan mereka?". 

Joo Ri yang mantan staf pemasaran tentu mengetahui strategi pemasaran di perusahaan Se Yoon. Ia berkata perusahaan itu sedang berencana meluncurkan produk baru mie kesehatan. Tapi rencana itu masih dalam tahap pengembangan. Joo Ri akan mencuri start dengan menarik tim peneliti dan subkontraktor yang pernah bekerja di perusahaan itu. 

Young Ja menghela napas panjang, "Apa kau yakin?".

"Tentu saja. Aku akan membuat mereka sangat menyesal karena sudah mengabaikanku. Aku akan menginjak mereka keras-keras".

Do Hee dan Chul Goo bertemu di cafe. Do Hee bertanya apa Chul Goo sudan menunggu lama. Chul Goo menjawab baru saja sampai. Ia mengaku semalam tidak bisa tidur memikirkan pertemuan resmi keluarga Se Yoon dan Chae Won. Ia bertanya bagaimana hasilnya. 

Do Hee menjawab tentu saja kedua orang tua Se Yoon saling bertegus sapa dengan kakek nenek. Chul Goo tak bisa percaya bagaimana bisa ibu Se Yoon bisa menerima Chae Won dengan begitu mudah. 

"Aku juga terkejut. Kurasa kau harus menyerah pada Chae Won", Do Hee menyodorkan tas orange kulit buaya. Karena hubungan Se Yoon - Chae Won semakin dekat, ia tak bisa lagi menyimpan tas pemberian Young Ja. 

Chul Goo berkata jangankan tas, rumah pun akan ia berikan jika Do Hee terus berada di pihaknya. Chul Goo menjejalkan amplop putih berisi sejumlah uang ke dalam genggaman tangan Do Hee. 

"Aku tidak menerima suap", Do Hee mengembalikan amplop itu. 

Chul Goo berkata pemberian ini bukan suap, hanya tanda terima kasih, "Saat semua keluarga mertuaku menjauhiku, kau satu-satunya orang yang memahamiku. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu. Ini murni hadiah". 

Do Hee menghela napas berat, lalu mengambil kembali amplop itu, "Baiklah jika kau memaksa". (dasar matre...~,~). 

Meski awalnya Do Hee tidak menyukai Chul Goo, sekarang ia menyadari cinta Chul Goo pada Chae Won benar-benar tulus, "Kau seharusnya bersikap baik padanya saat dia masih menjadi istrimu". 

Chul Gooo menyesal, "Aku seharusnya tidak mendengarkan Ibuku. Aku orang yang bodoh. Rasanya seperti memotong tenggorokanku sendiri". 

Do Hee mengatakan ada sesuatu hal yang mencurigakan. Ia memberitahukan bahwa Sol Joo dan Choon Hee berasal dari panti asuhan yang sama, "Tapi entah kenapa, sepertinya mereka mempunyai hubungan yang buruk. Ibu Se Yoon pulang lebih dulu saat pertemuan keluarga karena sakit kepala". 

"Benarkah?". 

"Jadi jangan berkecil hati dan bersabarlah", Do Hee menyemangati Chul Goo.  

"Terima kasih...terima kasih...". 

Do Hee menyuruh Chul Goo untuk meluluhkan hati ayah Chae Won. Untuk mendapatkan restu, Se Yoon bahkan membantu pekerjaan listrik dan membuatkan kopi untuk semua pekerja. Tentu itu menjadikan nilai plus Se Yoon di mata Hyo Dong.  


Se Yoon melihat Chae Won sedang memasak di dapur rumahnya, ia bertanya apa yang sedang kau masak. Chae Won menjawab ia sedang memasak bubur untuk Sol Joo. Se Yoon tersenyum penuh arti. 

"Kenapa?", tanya Chae Won heran. 

"Melihatmu memasak di dapurku, rasanya seperti kita sudah menikah". 


 "Kau bahkan belum melamarku", cibir Chae Won.



"Hei. Apa aku harus mengatakannya, kapan aku melamarmu". 

Chae Won protes, mana bisa seperti itu. Se Yoon minta waktu sebentar lagi. Chae Won tidak mau. 

"Ayolah. Jangan terlalu kejam, nyonya", Se Yoon memelas. 


Chae Won tertawa. Se Yoon mendekat untuk melihat bubur buatan Chae Won. Mereka tertawa bahagia seperti pengantin baru. Tanpa mereka sadari, Sol Joo berdiri di depan pintu, melihat kebahagian mereka.

"Apa yang harus aku lakukan?. Bagaimana cara aku bisa memisahkan mereka?", batin Sol Joo


Presdir Lee menerima telpon dari Choon Hee, menanyakan kesehatan Sol Joo. Presdir Lee berkata istrinya sudah lebih baik setelah beristirahat. Ia memberikan ponselnya saat melihat Sol Joo berjalan menghampiri. 

Tapi Sol Joo tak mau menerima telpon itu ketika tahu orang yang menelpon adalah Choon Hee. Dengan alasan lelah, ia kembali masuk ke kamar. Presdir Lee tentu saja harean melihat sikap istrinya yang tiba-tiba berubah aneh. 

Di seberang telpon Choon Hee bisa mendengar suara Sol Joo. Dengan penuh pengertian, ia berkata bisa mengerti jika Sol Joo tak ingin menerima telpon darinya. Ia bisa bicara dengannya lain kali. Choon Hee menutup telpon setelah merasa cukup bicara. 

Tapi Choon Hee bukanlah orang bodoh yang tidak tahu, bahwa Sol Joo sengaja menghindarinya. Ia merasa semakin buruk dan bersalah menerima diperlakukan seperti sekarang.

Hyo Dong masuk ke kamar dengan eluhan napas panjang. Choon Hee bertanya apa yang dikatakan Kang Jin. Hyo Dong mengatakan ia sudah berusaha untuk membujuk, tapi Kang Jin tidak mau mendengarkan. 

Hyo Dong lalu bertanya bagaimana dengan Ki Ok. Choon Hee menjawab, Ki Ok sama saja bersikap keras kepala. Dia berkata tidak akan mau berpisah dengan Kang Jin bagaimanapun caranya.

"Aigo...Aku tidak pernah membayangkan dia akan jatuh cinta dengan Tuan Kang. Apa itu masuk akal?", keluh Hyo Dong. 

"Cinta tidak memiliki batasan. Mereka saling mencintai, tidak ada yang bisa kita lakukan". 

Kang Jin mendapatkan pekerjaan paruh waktu menyanyi di sebuah Kystal Night Club. Sebelum tampil, ia menyempatkan diri menghubungi ponsel Ki Ok. Tapi yang ia dengar justru bentakan nyaring dari Kang Sook. Kang Jin nyengir, kupingnya terasa tuli.

Salah satu karyawan Club memanggil Kang Jin untuk bersiap naik ke atas panggung. Malam itu Kang Jin menyanyi dengan penuh semangat. Dengan membawakan lagu karangannya sendiri, "Turo..turo" penampilan Kang Jin disukai para pengujung. Salah satunya pria berdasi yang sempat complain pada waiter karena kacang yang dihidangkan terlalu asin. 

Pada waiter, pria itu bertanya siapa nama yang penyanyi yang berdiri diatas panggung. Waiter menjawab, "Kang Jin". Pria ini berguman sembari menyebut nama Kang Jin berkali-kali. Tampaknya ia tertarik dengan suara dan penampilan Kang Jin malam ini. 

Pertemuan dengan Do Hee tadi siang membuat Chul Goo gelisah. Tentang hubungan Sol Joo - Choon Hee yang tidak baik meski keduanya berasal dari panti asuhan yang sama. Chul Goo merasa ini kesempatan bagus. Masalah yang ia khawatirkan bisa terselesaikan dengan lebih mudah. 


Se Yoon mengantar Chae Won pulang. Chae Won berharap Sol Joo segera sembuh, bubur yang Chae Won buat bahkan tidak disentuh sama sekali. Se Yoon minta Chae Won jangan khawatir. Ibunya memang sering mengalami sakit kepala, dan akan membaik setelah beristirahat cukup. Chae Won tanya apa Se Yoon ingin masuk ke dalam untuk minum teh. Se Yoon menjawab lain kali.

Taraa...Se Yoon. menyodorkan sekotak coklat yang sejak tadi ia sembunyikan di balik punggung. Se Yoon minta Chae Won memberi tahu mana coklat yang paling enak (rasa coklatnya berbeda-beda). 

"Apa kau menjual coklat juga?", tanya Chae Won. 

"Aku sedang memikirkannya. Aku harus tahu hasilnya, jadi beritahu aku setelah kau mencicipinya. Kau tahu, aku tidak bisa membedakan rasa. Itu sebabnya, aku minta pendapatmu". 

Begitu Chae Won masuk ke dalam rumah, nenek langsung bertanya bagaimana keadaan Ny. Lee. Chae Won berkata keadaan Ny. Lee sudah membaik. Nenek lega, wajah ibu Se Yoon tiba-tiba pucat, jadi ia khawatir, "Nenek senang mendengar dia baik-baik saja". 

"Dimana kakek?", tanya Chae Won kemudian. 

Nenek berkata, kakek sekarang mungkin sudah tidur. Chae Won tidak perlu memberi salam, lebih baik langsung ke kamar dan beristirahat saja. Nenek melihat kotak yang di pegang Chae Won, ia bertanya apa isinya. 

"Ini coklat, nenek mau?", tawar Chae Won. 

'Terima kasih. Nenek sedang ingin mengunyah sesuatu", nenek menerima kotak yang ditawarkan Chae Won. 

Sebelum ke kamar, Chae Won minta nenek memberitahu mana coklat yang paling enak. Nenek tertawa, "Baiklah. Terima kasih". Dengan riang, nenek masuk ke dalam kamar. 

Choon Hee dari halaman belakang ketika melihat Chae Won yang masih berdiri diruang tengah. Sama dengan nenek, ia bertanya bagaimana keadaan Sol Joo. Chae Won berkata keadaan ibu Se Yoon sudah membaik, "Aku pulang setelah melihatnya tertidur".

"Apa ibu Se Yoon mengatakan sesuatu yang khusus?", tanya Choon Hee. 


"Tidak ada", jawab Chae Won. 

Di dalam kamar, nenek duduk di samping kakek yang sedang sibuk menulis. Ia menawarkan coklat pemberian Chae Won. Kakek tidak mau, sebaliknya ia menyuruh nenek untuk berhenti mengunyah coklat. Gigi nenek bisa sakit, berhenti makan dan tidurlah. 

Nenek berkata ia masih merasa lapar meski sudah makan malam. Ia akan makan satu coklat lagi lalu tidur. Giginya merasa sakit saat mengunyah potongan coklat berikutnya. Seperti menggigit suatu benda yang keras. Ternyata di dalam coklat yang sedang ia makan ada cincin terselip di dalamnya. 

Ternyata Se Yoon belum pulang, ia masih menunggu di depan pintu gerbang. Ia melirik jam di pergelangan tangan, sembari berguman, "Ini aneh. Chae Won seharusnya sudah menelponku sekarang". 

Tak ingin penasaran, Se Yoon memutuskan menelpon Chae Won. Se Yoon tanya apa Chae Won sudah makan coklatnya. Chae Won menjawab jujur, coklat itu ia berikan pada nenek. 

"Apa?. Bagaimana bisa kau memberikan coklat itu pada nenek?", protes Se Yoon. 

"Kenapa?". 

Beberapa detik kemudian, Se Yoon menghambur masuk ke ruang tengah dengan membawa karangan bunga mawar. Anggota keluarga Uhm yang sedang berkumpul berseru kaget. Choon Hee bertanya kenapa Se Yoon datang dijam segini, "Aku pikir kau sudah pergi setelah mengantar Chae Won". 

"Aku ada urusan mendesak", jawab Se Yoon terbata. 



Chae Won turun dari lantai atas, "Ada masalah apa?". 

"Bagaimana bisa kau begitu lambat berpikir?", keluh Se Yoon dengan suara pelan. "Didalam coklatnya, aku...Apa nenekmu sudah tidur?". 


Chae Won tetap bengong tak mengerti. Nenek keluar kamar sembari tertawa mendekati Se Yoon, "Apa kau datang untuk ini?", tanya nenek menunjukan cincin yang ia temukan di dalam coklat. 

"Dimana ibu mendapatkannya?", tanya anak-anak Uhm bersamaan. 

"Chae Won memberikanku coklat dan didalamnya ada sebuah cincin", jelas nenek membuat Se Yoon tersipu malu karena acara lamarannya tidak berjalan mulus.

"Cincinnya jatuh ke tangan yang salah. Cincin Se Yoon untuk Chae Won jatuh ke tangan Ibu", ujar Ki Choon geli. 

"Oh!. Romantis sekali", sahut Kang Sook. 

"Berikan cincin itu ke pemelik sebenarnya ibu", kata Ki Moon. 

Nenek berkata tidak semudah itu, tidak ada yang gratis. Ia baru akan mengembalikan cincin itu, jika Se Yoon mau mencium pipinya. (Hahaha..nenek genit). 

Cup...Se Yoon memberi kecupan di pipi nenek. Nenek tertawa senang, rasanya menyenangkan. Nenek mengembalikan cincin ke Se Yoon, lalu duduk menonton dari jauh. Hyo Dong menyuruh Se Yoon untuk segera memakaikan cincin itu ke jari Chae Won.  

"Kau membawa bunga juga. Lamarlah dia sambil berlutut", kata Choon Hee. 

Do Hee mencibir apa yang diminta Choon Hee merupakan cara lamaran yang kuno sekali. Dengan bangga Choon Hee berkata, "Suamiku, melamarku sambil berlutut". Do Hee kembali mencibir kalau itu sangat ketinggalan jaman. 

Ki Moon dan Ki Choon bersorak, menyuruh Se Yoon berlutut. Chae Won minta pada pamannya untuk berhenti. Wajah Se Yoon menjadi merah karena malu. Ki Moon dan Ki Choon menghentikan sorakan mereka. Tapi hanya sesaat, keduanya saling memandang dan kembali bersorak dengan lebih nyaring. 

"Berlutut..berlutut..."

Se Yoon menarik napas dalam, lalu berlutut. Sembari mengenggam tangan Chae Won dan menyodorkan bunga yang ia bawa, Se Yoon berkata, "Chae Won, kumohon terimalah cintaku". 

Chae Won hendak menerima bunga pemberian Se Yoon, tapi tidak jadi saat Kang Sook berkata jangan terburu-buru menerima lamaran Se Yoon, "Kau harus berpura-pura jual mahal". 

Chae Won menuruti perkataan Kang Sook, menyembunyikan kedua tangannya di balik punggung.  

"Tangan dan kakiku gemetaran. Berbaik hatilah dan terima ini", pinta Se Yoon manis. 

"Chae Won, lututnya pasti sakit. Sekarang terimalah lamarannya", ujar Choon Hee. 


Dengan wajah penuh senyuman, Chae Won menerima bunga pemberian Se Yoon. Kemudian Se Yoon memasangkan cincin ke jari manis Chae Won. Tepuk tangan riuh terdengar di penjuru ruangan. 

Nenek berseru menyuruh Se Yoon mencium Chae Won. Hahaha...Ki Choon menjuluki nenek si nona pengertian. Seruan itu semakin terdengar nyaring, ketika keluarga Uhm ikut-ikutan beryel-yel, "Cium...cium...cium". 

"Terima kasih untuk kesempatannya", ujar Se Yoon merasa beruntung. Tanpa sungkan dan penuh semangat, ia mencium pipi Chae Won dihadapan anggota keluarga. 

"Pipi Chae Won bisa jadi rusak jika kau terus menciumnya seperti itu. Sudah cukup", protes sang ayah bernada cemburu. Se Yoon langsung melepaskan ciumannya.

"Apa kau cemburu pada Se Yoon?", tanya Choon Hee.

"Tentu saja", jawab Hyo Dong. 

Sekarang Ki Choon menyuruh Se Yoon mencium bibir Chae Won, ia ingin melihat bagaimana reaksi Hyo Dong. 

"Apa aku boleh melakukannya, ayah", goda Se Yoon. 

"Tidak..tidak boleh..jangan di bibirnya", larang Hyo Dong. 

Riuh tawa terdengar memenuhi ruangan, semuanya tertawa melihat sikap cemburu yang lucu dari seorang ayah. Di depan pintu, kakek ikut tertawa merasakan kebahagiaan malam ini. ^-^

Keesokan harinya, Sol Joo mengajak Choon Hee bertemu di cafe langganan. Dengan dingin Sol Joo bertanya apa tujuan Choon Hee sebenarnya, "Kenapa kau membohongiku seolah-olah Chae Won bukanlah putrimu?". 

"Aku tidak membohongimu. Aku cuma tidak memberitahumu", sanggah Choon Hee. 

"Jangan bermain dengan kata-kata". 

"Karena kau menjauhiku, aku tidak bisa memberitahumu kalau aku adalah Ibunya. Kau dulu sangat tidak menyukai Chae Won. Aku takut kau mungkin akan lebih membencinya". 

"Jadi?. Kau sedang bermain-main denganku selama ini?", tukas Sol Joo angkuh. 


Choon Hee tak mengerti, kenapa Sol Joo harus mengatakan hal sekejam itu. Apa yang membuat Sol Joo banyak berubah sampai sejauh ini. Sol Joo merasa tidak pernah berubah. Baik dulu maupun sekarang, ia masih tetap sama. 

"Kau bohong. Kau seperti kakakku sendiri 30 tahun yang lalu. Orang-orang dulu selalu berkata kita seperti saudara sungguhan. Suster Kepala juga sering mengatakannya setiap waktu". 

"Aku lupa dengan semua masa lalu. Jangan mengungkitnya. Aku tidak berniat untuk menjadi besan denganmu. Jadi lupakan saja kalau kita pernah membicarakan pernikahan". 

"Hanya karena aku Ibunya Chae Won, kau harus melupakan sampai sejauh itu?". 

Sol Joo membenarkan. Choon Hee tak mengerti, bagaimana bisa Sol Joo bersikap egois seperti ini, "Bagaimana bisa kau menyakiti hati mereka (Chae Won - Se Yoon)". Sol Joo yakin, mereka memahami keputusannya suatu hari nanti. 


Choon Hee bertanya apakah pernah ia membuat kesalahan pada Sol Joo. Jika pernah, ia meminta maaf dari lubuk hati yang terdalam. 

Suara Sol Joo meninggi, "Aku tidak ingin membicarakan masa lalu lagi. Kita sudahi saja itu sekarang". 

"Jika kita meminta mereka berpisah, apa kau pikir mereka akan menuruti kita?. Mereka tidak akan berpisah". 

Sol Joo berkata akan membujuk mereka, ia minta Choon Hee juga ikut membantu membujuk. Choon Hee tidak mau dan tidak bisa, "Aku menyukai Se Yoon. Aku ingin dia menjadi menantuku". 

"Kau!. Apa yang baru saja kau katakan?".

"Kubilang, aku menginginkan putramu menjadi menantuku. Kenapa?". 

Sol Joo naik pitam, menyiram segelas air putih ke wajah Choon Hee. Sol Joo mendelik marah. Dengan nada tajam dia berkata, "Jangan meminta terlalu banyak. Aku tidak akan pernah memberikan Se Yoon-ku padamu". 

Choon Hee terpaku terkejut melihat Sol Joo yang benar-benar tampak jahat. Sol Joo pergi dengan angkuh tanpa merasa bersalah sama sekali. Choon Hee mengeluarkan sapu tangan, mengeringkan wajahnya. 

"Aku meminta terlalu banyak?', guman Choon Hee sakit hati, "Baiklah. Jika kau benar-benar menginginkanku untuk mulai meminta?". 

Diluar cafe, Sol Joo menelpon panti asuhan. Ia bertanya apa biarawati Michaela sudah bisa dihubungi. Biarawati yang bicara dengan Sol Joo berkata suster Michaela dalam perjalanan kembali dari Jejudo. Dalam satu jam, dia akan segera tiba. Sol Joo bergegas menuju panti asuhan.


Lanjut ke Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 40 Part 2



3 comments:

  1. makasih mbak sinopsisnya,lega banget rasanya udh keluar sinopsisnya kirain gak dilanjutin lagi..... he....he...
    dilanjutin terus ya mbak sinopsisnya please ^^...........

    ReplyDelete
  2. Thanks sinopnya... Bagus banget.. Detil... Lanjut ya kak.. :D ditunggu...

    Regards
    Dian

    ReplyDelete
  3. 10 episdoe terakhir
    FIGHTING mbak nuri :)
    sebelum banyak drama memburu bentar lagi :P
    makasih ya mbak...

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)