Putri duyung yang senang, membuka jendela mobil dan menikmati angin malam. Putri duyung berguman, “Karena aku berada di Seoul, aku senang”.
Joon Jae langsung teringat
kejadian di Spanyol. Saat ia bertanya pada putri duyung, apa putri duyung
benar-benar tidak tahu Seoul ada dimana?. Joon Jae yakin saat itu ia bersama
seorang wanita, tapi ia tidak yakin siapa wanita itu.
Joon Jae mencoba mengalau
ingatannya tersebut. Ia menutup jendela mobil beralasan udaranya dingin. Tapi
terlalu tiba-tiba hingga membuat putri duyung kaget, hampir saja kepalanya
terjepit kaca jendela. ^^~
Mendadak Joon Jae teringat
suara lirih yang ia dengar saat sadarkan di pantai “Aku mencintaimu”, nada
suaranya terdengar sama. Merasa penasaran, Joon Jae bilang pada putri duyung
ada yang ingin dia pastikan.
“Hah?. Apa?”
“Itu. Itu…Aku men…. “, Joon
Jae menatap putri duyung, ia jadi ragu dan akhirnya, “Ah.. lupakan. Lain kali
saja”
Joon Jae melihat kaca spion ada mobil mencurigakan berjalan di belakang mobilnya. Ketika Joon Jae belok ke kiri, mobil itu juga melakukan hal yang sama. Joon Jae langsung tahu ada orang yang sedang mengikutinya. Ia berguman kesal, siapa lagi orang ini.
Joon Jae banting stir kekanan,mobil itu pun mengkuti. Ia berusaha menghindar dan menyelip di antara mobil-mobil lain. Putri duyung malah terlihat senang meski badannya terpontang-pangting ke kanan dan ke kiri. Keluar dari terowongan bawah tanah, Joon Jae langsung menancap gas, ngebut.
Secara mendadak Joon Jae belok ke komplek perumahan yang bercabang dan menghilang. Dae Young si penguntit turun dari mobil. Ia mencoba mencari jejak mobil Joon Jae, tapi tidak ketemu. Dae Young kesal, sampai-sampai membuang topi yang menutupi wajahnya.
Di labotarium, Shi Ah
mengamati keramik langka yang ia bersihkan sebelumnya. Gambar putri duyung
mencium pria berpakaian modern. Temannya datang dan menyapa Shi Ah yang masih
saja mengamati keramik itu. Shi Ah merasa heran, ia bertanya pada temannya yang
lebih dulu bekerja di bidang Konservasi, pernahkah dia melihat gambar seperti
ini sebelumnya.
Teman Shi Ah tidak pernah
melihat gambar seperti itu sebelumnya. Ia juga merasa heran, keramik itu di
temukan dari penggalian barang bersejarah era dinasti Joseon. Bagaimana bisa
seseorang dari dinasti Joseon menggambar sesuatu seperti ini.
Teman perempuan Shi Ah
berkata, menurut profesor mereka, mungkin pelukis keramik itu naik mesin waktu
dan melihat masa depan. Shi Ah berguman, entah kenapa wajah pria di keramik itu
terasa mirip dengan seseorang yang ia kenal.
“Siapa?”, tanya teman Shi Ah
“Seseorang. Hari ini hari
ulang tahunnya” jawab Shi Ah.
Joon Jae membawa putri duyung masuk kerumah. Kebetulan Nam Doo dan Tae Oh sedang berada di ruang tamu dan melihat kedatangan putri duyung. Putri duyung tak sadar menjadi pusat perhatian ke dua pria itu, karena dia juga sibuk melihat perabotan dan isi rumah Joon Jae.
Putri duyung berlari kecil
keluar menuju kolam. Nam Doo dan Tae Oh melihat apa yang hendak di lakukan
wanita itu. Tae Oh saja sampai bengong melihat kelakuan aneh putri duyung. Joon
Jae dengan santai mengambil minuman dari dalam kulkas.
(Hm.... Georgia Gotica Cofee, merek kopi yang di iklan kan Lee Min Ho ^^)
Nam Doo yang mengenali putri
duyung (dari foto yang di kirim Thomas) bertanya pada Joon Jae kenapa membawa
wanita itu kemari. Apa Joon Jae sudah gila?. Putri duyung langsung menoleh. Nam
Doo kaget, apa putri duyung dengan ucapannya barusan. Nam Doo tersenyum
canggung.
Putri duyung menoleh bukan
karena mendengar ucapan Nam Doo, melainkan ingin bertanya, “Apa di sini tak ada
makanan?”, sambil menunjuk kolam renang (maksudnya ikan).
“Kenapa harus ada makanan di
sana?. Kemari”, ajak Joon Jae.
Putri duyung mengamati
dengan serius spaghetti yang di panaskan di microwave. Tae Oh yang
menghangatkan spaghetti itu langsung mengambil dari microwave ketika dirasa
sphagetti telah hangat. Putri duyung mengekor mengikuti sampai Tae Oh
mengidangkan makanan itu ke meja. Setelah memberikan garfu, Tae Oh langsung
pergi.
Sebelum memakannya, putri duyung meniup spaghetti terlebih dahulu (hal itu, ia pelajari saat di Spanyol, ketika Joon Jae meniup kopi yang panas). Ia meniupnya berkali-kali dengan cepat, persis ketika ia meniup kopi. Joon Jae memberi isyarat pada Nam Doo untuk mulai menggali informasi dari putri duyung.
“Jauh”, jawab putri duyung
singkat.
Nam Doo berkata rumahnya
juga jauh, di Namyangju.
“Rumahku sa…….ngat jauh”,
jawab putri duyung kemudian,
Nam Doo berkata putri duyung
terlihat kurang waras dan selera berpakaiannya juga aneh. Ia berkata pada Joon
Jae kalau ia dan putri duyung tidak cocok. Kami tidak cocok.
“Apa yang akan Hyung lakukan kalau dia cocok denganmu?. Apa seseorang mengadakan kencan buta untukmu?”, jawab Joon Jae
Nam Doo beralasan, mereka
akan tinggal bersama. Joon Jae protes, tinggal bersama apanya. Ia mengingatkan
kalau Nam Doo dan Tae Oh juga menumpang di rumahnya dan sudah waktunya mereka
pergi dari sini.
Nam Doo mengeluh menyebut
Joon Jae sungguh kejam. Mencari-cari alasan, Nam Doo tanya jika ia dan Tae Oh
keluar, apa yang akan Joon Jae dan putri duyung lakukan berdua saja di
rumah ini.
Joon Jae membela diri, tujuannya
membawa putri duyung ke rumah ini bukan untuk mengijinkannya tinggal disini,
melainkan ada sesuatu yang ia tanyakan pada wanita itu karena itu ia membawanya
kesini.
Nam Doo tanya apa yang ingin
di pastikan. Ia bahkan melarang Joon Jae untuk tidak memperlihatkan gelang giok
pada putri duyung. Tapi Joon Jae tidak peduli, ia tetap mengeluarkan gelang
giok dari dalam saku jasnya. Nam Doo membalikan badan tidak ingin melihat.
“Kau tahu apa ini kan?”,
tanya Joon Jae.
Putri duyung yang sedang
mengunyah makanan langsung terdiam. Ia menghindari tatapan Joon Jae. Joon Jae
mendorong gelang itu ke dekat putri duyung dan bertanya, “Kau tahu itu kan?”.
Putri duyung menyeruput
pasta yang menggantung di mulutnya. Lalu mengangguk pelan. Joon Jae tanya apa
gelang itu milik putri duyung.
Nam Doo yang mendengarnya
lega, rupanya putri duyung sendiri yang memberikan benda itu.
“Kau memberikan ini kepadaku?”,
tanya Joon Jae tidak yakin
“Ya. Karena kau
menyukainya”, jawab putri duyung polos.
Nam Doo yakin Joon Jae pasti
menyukai gelang itu. Tapi gelang itu bukan sembarang benda yang bisa diberikan
hanya karena Joon Jae menyukainya. Nam Doo mulai basa-basi menyebut Putri
duyung sebagai orang berhati baik dan merasa tidak enak untuk menerima
pemberian putri duyung. Padahal tangannya bergerak hendak mengambil benda itu,
tapi di tahan Joon Jae.
“Ada banyak benda seperti
ini di rumahku”, ujar putri duyung.
Joon Jae dan Nam Doo kaget.
Nam Doo langsung semangat, “Ada banyak?”, tanyanya.
Dan kita melihat putri
duyung di dalam laut bersama dengan benda-benda langka yang ia koleksi. Ada
banyak guci antik, perhiasan dan perkakas langka lainnya.
Putri duyung berkata ada
banyak benda seperti itu jika Nam Doo mencari. Mendengar itu Nam Doo langsung
berubah pikiran. Ia menyarankan Joon Jae untuk membiarkan putri duyung tinggal
dirumah ini sementara bersama mereka.
Joon Jae keberatan . Nam Doo beralasan karena putri duyung tidak mempunyai kenalan siapapun di Seoul. Nam
Doo bertanya lagi untuk menyakinkan, apa benar banyak benda berharga di rumah
putri duyung. Yang di jawab ya oleh putri duyung.
“Kami... Bukan, Oppa ini
akan membantumu menjalani kehidupan keras di Seoul. Dan sebaliknya, kau tidak
boleh melupakan bantuanku. Jika kau ingin berterima kasih waktu kau pulang ke
rumah nanti, kau juga bisa melakukannya”, ucap Nam Doo.
Joon Jae berpikir lalu
berkata, “Aku tahu gelangnya, tapi kau, yang memberi gelang kepadaku; kenapa
aku tidak tahu?. Apa kau pikir itu masuk akal?”.
Putri duyung langsung
menunduk dan diam membisu di tanya seperti itu. Joon Jae kesal, “Lihat? Dia
berbicara dengan baik tetapi saat topik penting muncul dia tidak akan
berbicara”.
“Hei. Jangan kasar begitu.
Pasti dia sedang mengalami masalah”, bela Nam Doo. Joon Jae memejamkan mata
frustasi.
“Tapi siapa namamu?”, tanya
Nam Doo
“Dia tidak punya nama”,
sambar Joon Jae.
Nam Doo kaget, dia tidak
punya nama. Dengan polosnya putri duyung tanya kenapa semua orang menanyakan
namanya. Nam Doo menilai itu seperti pertanyaan yang bagus dan berkata
orang-orang menanyakan nama putri duyung karena mereka perlu memanggil putri
duyung dengan sebuah nama.
Putri duyung kemudian tanya
apa orang-orang tidak bisa memanggilnya kalau ia tidak punya nama. Nam Doo
berkata hal itu akan sulit, lebih mudah jika memanggil nama seseorang.
“Kurasa iya kalau memang
harus”, jawab Joon Jae pendek.
“Kalau begitu buatkan nama
untukk”, pinta putri duyung senang.
“Membuatkan apa? Apa kau
pikir aku akan melakukan itu?”, protes Joon Jae kesal
“Berikan aku nama” pinta
duyung sekali lagi
Nam Doo berkata sebuah nama
berasal dari perasaan saat melihat orang itu. Saat melihat putri duyung, Nam
Doo berpikir tentang Audrey Hepburn (nama artis Hollywood). Dalam film Roman Holiday, sang putri
berkeliaran kemana-mana tanpa mengetahui apapun. Nam Doo menilai putri duyung
memiliki aura Hepburn
“Bagaimana kalau nama itu?
Oh Deu Ree (kedengaran seperti Audrey)”, usul Nam Doo.
(Dalam cerita legenda
karakter Shim Chung yang sangat berbakti pada ayahnya yang buat dan menjual
dirinya pada Jade Raja Lautan demi menyelamatkan ayahnya)
Nam Doo tertawa memangnya
putri duyung itu anaknya Shim. Joon Jae tertawa berkata putri duyung itu sangat
bodoh, jadi nama Shim Chung terasa cocok untuknya. Nam Doo menegur Joon Jae yang
tidak tulus memberi nama seseorang.
“Kenapa kau suka?. Dia
meledekmu kalau kau itu bodoh!”, bela Nam Doo
“Aku suka nama itu. Shim
Chung. Aku suka itu”, ucap putri duyung tersenyum tulus.
Joon Jae terkejut diam, tak
mengira ledekannya justru membuat putri duyung senang.
Nam Doo akhirnya mengakui
nama Shim Chung memang cocok untuk putri duyung. Ia mengakui kehebatan Joon Jae
dalam memberi nama seseorang. Joon Jae mengiyakan.
“Siapa namamu?”, tanya putri
duyung
“Aku Tae Oh”
“Namaku Shim Chung”,
jawabnya tersenyum senang.
Tae Oh menunduk malu. Shim
Chung tersenyum girang, saking senangnya sampai menenggelamkan wajahnya ke
sofa.
Terdengar bunyi bel. Tae Oh
langsung membuka laptop dan melihat siapa yang datang. Shi Ah.
Shi Ah datang dengan alasan
membawa kue ulang tahun. Wajah Joon Jae tampak tidak suka menerima kehadiran
Shi Ah. Shi Ah berkata ini hari ulang tahun Joon Jae, jadi ia pikir Joon Jae
harus makan kue. Ia juga cerita membeli kue itu saat dalam perjalanan pulang.
Shi Ah langsung diam begitu menyadari kehadiran wanita lain di rumah Joon Jae.
Shim Chung melirik Shi Ah
dengan tatapan tidak suka. Begitu pula dengan Shi Ah yang tidak suka melihat
Shim Chung, tapi ia pura-pura tersenyum dan bertanya, “Kau rupanya ada tamu!
Siapa dia?”.
Nam Doo tertawa melihat
sikap Shim Chung. Shi Ah tetap pura-pura tersenyum ramah meski Shim Chung
menatapnya dengan pandangan tidak bersahabat.
Tiba-tiba portable vacum
cleaner menabrak kaki Shim Chung. Shim Chung berteriak kaget dan melompat
kearah Joon Jae. Joon Jae protes dan menyuruh Shim Chung turun. Tapi Shim Chung
yang takut terus bergelantung di leher Joon Jae. Joon Jae berputar-putar
berusaha melepaskan diri, tapi Shim Chung justru berpegang lebih erat dari
sebelumnya.
Nam Doo tertawa
terbahak-bahak, Tae Oh hanya tersenyum
tipis. Sementara Shi Ah jelas merasa terganggu.
Nam Doo menyelakan lilin ulang tahun. Shim Chung yang tidak sabar melihat makanan hendak menyantap kue ulang tahun. Tapi Joon Jae lebih dulu menahan kepala Shim Chung agar tidak menyentuh kue itu. Ia memperbolehkan Shim Chung makan kue setelah meniup lilin.
Mendengar itu Shim Chung
langsung duduk rapi. Nam Doo tertawa. Shi Ah memasang wajah jutek meski ia
berusaha tetap bersikap manis. Nam Doo mengajak mereka menyanyikan lagu ulang
tahun.
Tapi baru satu bait mereka
bernyanyi, fuh….Shim Chung langsung meniup lilin. Ia sudah tak sabar ingin
makan kue. Semua bengong. Pandangan Shim Chung tidak lepas dari kue itu. Ia
menyenggol meja karena sudah tidak sabar. Nam Doo mengerti, segera menyingkirkan
lilin dari kue.
Segera saja Shim Chung
langsung merauk kue dengan tangannya. Ya dengan tangannya, tanpa sendok ataupun
pisau. Nam Doo berseru kaget, “Oh My. God”. Joon Jae menutup mata dan menghela
napas frustasi.
Shim Chung menyukai kue itu
yang pasti rasanya enak, sampai-sampai ia mengoyangkan kakinya. Nam Doo masih
tertawa. Tae Oh yang melihatnya terlihat takjub dan tersenyum.
Melihat cara makan Shim
Chung yang kalap, Joon Jae menyuruh Shim Chung makan kue pelan-pelan, tidak ada
orang yang akan mencuri kuenya. Shi Ah jelas kesal kue yang ia bawa di
acak-acak Shim Chung. Ia lalu memotong sisi yang masih rapih dan hendak
menyuapkannya pada Joon Jae. Joon Jae menolak dan berkata akan makan sendiri.
Joon Jae bergerak ingin
mengambil kue sendiri. Tapi Nam Doo menghentikannya dan menyuruh Joon Jae
menerimanya. Ia berkata pasti Shi Ah juga merasa malu mencoba menyuapi Joon
Jae.
Joon Jae sedikit mengeluh
dan mengambil kue dari tangan Shi Ah (makan sendiri tidak di suapin). Dengan
genitnya, Shi Ah mendekat dan berbisik di telinga Joon Jae. Shim Chung
memperhatikan dan tentu saja tampak kesal.
Setelah itu Shi Ah mengambil
tisu untuk membersihkan bibirnya dari sisa makanan. Shim Chung mengikuti tapi
krim di mulutnya terlalu banyak. Diam-diam, Joon Jae memperhatikan tingkah Shim
Chung. J
Shi Ah tanya apa Joon Jae
akan menghadiri pesta pensiun Prof. Jin minggu depan. Sambil tetap memperhatikan Shim Chung, Joon Jae berkata akan
bertemu dengan Prof. Jin sendiri besok, karena ada hal yang harus ia bicarakan secara pribadi dengan Prof. Jin.
Shi Ah berkata profesor Jin
merasa sangat kecewa karena setiap saat dia memulai sebuah proyek baru, tidak
ada Joon Jae yang membantu. Prof. Jin merasa senang jika Joon Jae ada disana
untuk membantu.
Shim Chung memperhatikan
gaya berpakaian, dandanan dan aksesoris yang Shi Ah pakai. Ia juga
memperhatikan bagaimana Shi Ah bersikap manis pada Joon Jae. Shim Chung tampak
cemburu.
Saat pulang, Shi Ah menarik
Nam Doo keluar rumah. Dengan nada tidak terima ia tanya apakah Shim Chung akan
tinggal sementara di rumah ini. Nam Doo berbohong bilang kalau ia sudah
berusaha melarang, tapi Joon Jae mengijinkan Shim Chung tinggal disini.
“Tapi Joon Jae itu kasihan
padanya. Kesehatan wanita itu juga sepertinya tidak baik. Jadi dia iba
kepadanya karena kondisi dan situasi wanita itu. Tapi tak usahlah khawatir!. Kenapa
kau si wanita yang tak ada duanya, Cha Shi Ah jadi gelisah karena wanita yang bahkan
tak tahu namanya sendiri”
Nam Doo hanya patuh saja
(mau banget). Shi Ah khawatir, setahunya tidak ada lagi kamar di rumah ini, lalu
dimana Shim Chung akan tidur?. Nam Doo berkata sebenarnya ada kamar lain.
Kamar itu berada di dekat
plafon, untuk pergi ke sana harus menaiki tangga yang berada di dalam kamar
Joon Jae. Joon Jae membawa Shim Chung naik ke kamar itu. Tidak seperti tampak
di luar, kamar itu ternyata cukup luas dan tersusun rapi. Joon Jae membuka kain
yang menutupi sofa dan tempat tidur.
“Sadarlah kau itu. Apa
maksudmu "tinggal disini"?. Ada yang harus kuketahui, makanya aku
membiarkanmu menginap disini sementara waktu. Untuk beberapa hari saja”.
Joon Jae turun dan menutup pintu
plafon. Lalu menghempaskan badannya ke tempat tidur. Terdengar ucapan terima
kasih dari Shim Chung. Joon Jae berguman, tentu saja kau harus berterima kasih.
Joon Jae menyuruh Shim Chung jangan berisik dan cepat tidur.
Joon Jae mematikan lampu, tanda ingin tidur. Shim Chung justru naik ke atas ranjang dan melompat-lompat girang. Tentu saja kegaduhan itu di dengar Joon Jae yang berada di bawah.
“Hei. Aku bisa mendengar
semuanya!’, seru Joon Jae
Shim Chung langsung diam.
Tapi hanya beberapa detik saja, ia kembali melompat-lompat dengan lebih pelan.
Joon Jae masih bisa mendengarnya. Ia mengancam akan mengusir Shim Chung tengah
malam jika terus berisik.
Malam itu hujan turun. Ma
Dae Young masih berkeliling mencari rumah Joon Jae. Ia tersenyum melihat Namsan
Tower dari kejauhan. Sepertinya Dae Young menemukan petunjuk.
Keesokan paginya, Shim Chung bangun lebih dulu. Shim Chung langsung bangun teringat sesuatu. Bergegas, ia membuka pintu plafon dan membangunkan Joon Jae.
“Heo Joon Jae. Sudah pagi,
ayo sarapan”
Joon Jae yang masih setengah
ngantuk membuka mata. Lalu menarik selimut menutupi wajahnya.
Pada akhirnya Joon Jae bangun. Shim Chung memperhatikan rice cooker yang mengeluarkan suara, “Makanan yang lezat sedang dimasak”.
“Benar. Mulailah
memasakah. Lebih cepat lebih baik”, ucap
Shim Chung semangat.
Joon Jae memotong sayuran
sembari menggeleng pasrah, “Kau melakukan segala macam hal”.
Nam Doo datang, melihat Shim
Chung dan Joon Jae yang bangun lebih dulu, Nam Doo berkata rumah ini sudah
seperti rumah keluarga. Ia membuka kulkas dan tidak menemukan susu. Pada Joon
Jae ia tanya kemana perginya semua susu itu?.
“Ada satu orang yang
meminumnya dalam satu teguk. karena dia lapar saat menunggu makanan”, jawab
Joon Jae
“Kita bisa bangkrut kalau
begini”, keluh Nam Doo
“Katamu tadi kita sudah
seperti keluarga”, ejek Joon Jae.
Shim Chung teriak terkejut dan
melompat ke atas meja begitu vacum cleaner mendekat ke arahnya. Nam Doo dan Joo
Jae bengong. Nam Doo mengoreksi ucapannya barusan, walaupun ia lebih tua dari
Joon Jae bukan berarti semua ucapannya itu benar. Dengan kata lain setelah
melihat tingkah Shim Chung yang tetap aneh, mereka bukan keluarga.
Dae Young yang masih mencari
rumah Joon Jae, nekat mengetuk pintu dari rumah-rumah yang tinggal di komplek
perumahan tersebut. Dengan alasan menawarkan jasa surat kabar, Dae Young ingin
melihat dan memastikan siapa saja penghuni dari rumah-rumah itu.
Ia memberi tanda silang pada
rumah yang ia yakini bukan rumah Joon Jae. Tanda segitiga ia berikan pada rumah
yang belum ia ketahui siapa pemiliknya. Karena pemiliknya tidak keluar meski ia
mengedor-ngedor pintu. Saking sibuknya mengecek
rumah-rumah, Dae Young sampai tidak melihat sebuah mobil melintas di depannya.
Mobil Joon Jae.
Dae Young mengetuk sebuah
rumah dan keluar pria berbadan besar. Badan pria itu lebih besar dari Dae
Young. Agak takut, Dae Young menawari pria itu untuk berlangganan surat kabar.
Pria itu marah karena suara teriakan Dae Young membangunkannya. Dia langsung
masuk ke dalam usai memarahi Dae Young.
Ketika Dae Young hendak
menandai rumah tersebut. Pria itu keluar dan memergokinya. Ia tanya tanda apa
yang di tulis Dae Young. Ia menuduh Dae Young pencuri dan sampah. Pria itu
menyuruh Dae Young tetap di tempat. Ia mengeluarkan ponselnya menggertak akan
melaporkan Dae Young ke polisi. Sorot mata Dae Young
berubah. Ia melepas kaca mata dan topinya. Dae Young memandang pria itu dan
mendekatinya. Apa yang akan dia lakukan?.
Joon Jae pergi ke mall. Ia
keluar dari salah satu butik dengan menentang tas belanjaan. Joon Jae berjalan
melewati butik lain dan melihat seorang pria yang sedang menunggu kekasihnya di dalam
butik. Joon Jae teringat pernah melakukan hal yang sama. Ia berguman heran
untuk apa ia melakukan hal itu?.
Saat berdiri di depan toko
sepatu, Joon Jae teringat pernah memilih sepatu wanita. Tapi Joon Jae tidak
ingat lagi apa yang terjadi selanjutnya. Ia menyakinkan dirinya sendiri kalau
ia terluka dan terpisah dengan wanita itu. Pasti begitu kejadiannya.
Joon Jae berdiri menunggu
lift. Dan perasaan familiar itu kembali terniang di kepalanya. Joon Jae ingat
pernah menunggu lift dan meninggalkan seseorang. Joon Jae memenjamkan mata dan menghela
napas frustasi. “Apa yang sebenarnya terjadi?”.
Hari sudah malam ketika Joon
Jae dalam perjalanan pulang. Ia mencoba mengingat-ngingat apa yang terjadi di
spanyol. Joon Jae ingat ketika Check in hotel, ketika ia di kejar preman,
ketika masuk ke taman labiri, ketika menelusuri jalanan spanyol dengan sepeda,
dan ketika berada di mercusuar Hercules sampai pada akhinya melompat dari
tebing. Joon Jae ingat semua hal itu tapi seingatnya semua ia lakukan sendirian
Lamunan Joon Jae terputus
ketika menerima telpon dari Nam Doo. Nam Doo yang berada tak jauh dari rumah
mereka, meminta Joon Jae untuk berhenti dan lihat ke depan. Joon Jae menepi dan melihat
ada razia pemeriksaan kendaraan dadakan yang di lakukan polisi. Nam Doo
menghampiri mobil Joon Jae dan mengetuk jendela mobil. Joon Jae tanya apa yang
terjadi.
Joon Jae kaget. Nam Doo
berkata sudah menghubungi Tae Oh untuk tidak pulang kerumah. Ia menyuruh Joon
Jae untuk putar balik, karena razia ini di pimpin detektif Hong. Detektif Hong
mengenali wajah Joon Jae dan bertekad menangkap Joon Jae sejak 3 tahun lalu.
Joon Jae terdiam melihat
mobil di depannya yang sedang di periksa. Nam Doo bertanya apa lagi yang Joon
Jae tunggu, cepat putar balik. Joon Jae berkata Shim Chung sendirian di rumah.
Nam Doo heran memangnya kenapa kalau Shim Chung sendirian dirumah. Jika mobil
Joon Jae berhenti di sini terus, nanti polisi itu akan curiga. Cepat putar
balik.
Seorang polisi mengeluh karena detektif Hong bersikeras memeriksa wilayah yang bukan menjadi wewenangnya. Detekfif Hong melakukan itu karena ia mendengar tersangka pelaku pembunuhan menggunakan paku dan palu sebagai senjata untuk membunuh Korban. Ia yakin pasti pelakunya Ma Dae Young.
Polisi itu tidak sependapat,
bukan Ma Dae Young saja yang menggunakan palu sebagai senjata untuk membunuh.
Terlebih, korban adalah seorang renternir pasti, jadi ia yakin 100% motif
pembunuhan ini pasti karena balas dendam.
“Mana bisa kau yakin 100% pada suatu kasus? Pertama, kita cari tahu dulu kemungkinannya. Kalau memang bukan, maka aku menyerahkan kasus ini padamu’, jawab detektif Hong.
Detekfit Hong kembali ke pos
pemeriksaan, berjaga-jaga jika ada mobil atau orang mencurigakan. Tanpa ia
tahu, pembunuh yang ia cari berdiri di belakangnya. Menutupi wajahnya dengan
payung dan memakai jas hujan polisi.
Ma Dae Young berbalik,
menatap rumah yang belum ia datangi. Rumah Joon Jae.
Sementara itu, Shim Chung
yang sendirian di dalam rumah menatap ke luar jendela dan melihat air hujan.
Shim Chung bertanya-tanya kenapa Joon Jae belum pulang. Shim Chung duduk di
atas sofa dan tanpa sadar menduduki remote dan membuat TV menyala. Saat itu TV
menayangkan drama keluarga. (Drama My Mother In Law’s Man).
Shim Chung melihat seorang
wanita paruh baya menampar pria muda. Wanita itu berteriak, “Hei!. Kau
seharusnya tidak muncul di depanku?. Kau harusnya hidup tanpa tahu apapun!”.
Shim Chung tegang terlebih
saat wanita itu berkata, “Biar kuberitahu kau satu rahasia. Ayahmu…..”..
seketika gambar berhenti dan tertera tulisan bersambung minggu depan.
Shim Chung yang tidak mengetahui
kalau drama telah habis jam tayang, berguman penasaran, “Kenapa begitu?
Bergeraklah. Bicaralah. Apa dia mati?”.
Shim Chung mengira
orang-orang di dalam TV itu mati..hahaha….
Ma Dae Young yang kini
berada di depan rumah Joon Jae, menekan bel. Shim Chung yang mendengarnya senang mengira yang datang Joon Jae.
Joon Jae teringat nasehatnya
pada Shim Chung, saat Shim Chung melindungi dari kembang api. Joon Jae berkata
agar Shim Chung melindungi diri sendiri terlebih dahulu sebelum melindungi
orang lain. Begitu urutannya yang benar. Bodoh jika mengubah urutannya,
melakukan sebaliknya.
Shim Chung membuka pintu
dengan wajah senang. Bukan Joon Jae yang datang melainkan Ma Dae Young. Shim
Chung hanya diam menatap Dae Young yang tidak ia kenal. Sementara Dae Young
tersenyum (seram) pada Shim Chung.
Meski Joon Jae menasehati
Shim Chung untuk melindungi diri sendiri, kemudian orang lain. Tapi nyatanya
dalam situasi seperti ini, Joon Jae memutuskan untuk mengubah urutannya, ia
lebih mengkhawatirkan Shim Chung dari pada dirinya sendiri.
“Hyung, minggir”, ucap Joon
Jae menyuruh Nam Doo menepi.
Nam Doo kaget dan berusaha
menghentikan Joon Jae. Joon Jae tak peduli, ia menyalakan mobil dan menginjak
gas menerobos pos pemeriksaan polisi.
Epilog
Dinasti Joseon. Ibu Dam
Ryung memanggil pelayan wanitanya dengan pelan, Sa Wol…Yang di panggil langsung
menjawab baik nyonya. Ibu Dam Ryung menyuruh Sa Wol untuk membuka penutup guci.
Cuaca hari ini sedang cerah, dengan begitu adonana di dalam guci bisa terkena
cahaya matahari dan membuat rasanya lebih enak.
Sa Wol berbalik melihat
ratusan guci besar di hadapannya. Sa Wol lalu tanya apa semua tutup guci di
buka?.
“Ah. Apa terlalu sulit?. Apa
harus aku yang membukanya?”, tanya ibu Dam Ryung.
Cepat-cepat berkata akan
melaksanakan perintah ibu Dam Ryung. Pelayan pria yang sejak tadi memperhatikan
menghembuskan napas khawatir.
Satu persatu Sa Wol membuka
penutup guci yang besar dan tentunya berat. Beberapa saat kemudian, ibu Dam
Ryung kembali memanggil Sa Wol. Sa Wol langsung berlari menghampiri majikannya
dan berkata sudah hampir selesai membuka semua penutup guci.
Tapi apa yang ibu Dam Ryung
katakan selanjutnya membuat Sa Wol lemas.
“Apa?”
“Tutup gucinya”, ulang ibu
Dam Ryung dengan sedikit penekanan
“saya barusan……membukanya”,
jawab Sa Wol keberatan.
“Apa harus aku yang
melakukanya?”, pancing ibu Dam Ryung.
Pelayan pria yang tampaknya menyukai
Sa Wol mengajukan diri untuk menutup semua guci. Ibu Dam Ryung menolak, karena
dia punya tugas lain yang harus di kerjakan,. Ia menyuruh pelayan pria itu
untuk pergi ke Heupgeok.
“Kepala Cendekiawan yang
tertua, Menteri Kehakiman, telah menunjuk Dam Ryeong anakku. Tapi seberapa lama
pun aku menunggu, tidak ada balasan suratku. Pergilah dan berikan suratku dan
dapatkan surat balasannya”, perintah ibu Dam Ryung.
Di persimpangan jalan, Sa
Wol menangis melihat kekasihnya akan pergi. Sa Wol berkata pastilah nyonya mengetahui
hubungan mereka. Pastilah ibu Dam Ryung mengirim kekasihnya ke luar kota dengan
tujuan memisahkan mereka
“Jika kita dilahirkan lagi,
biarlah kita bertemu sebagai sepasang kekasih.Dan hidup 100 tahun lamanya. Kita
seharusya tidak di lahirkan seperti ini”.
“Benar. Di kehidupan
berikutnya, aku akan terlahir kaya”, janji kekasih Sa Wol, “Kau mau di lahirkan
kembali menjadi apa?”, tanyanya kemudian.
Sa Wol-ah”, terdengar suara
ibu Dam Ryung memanggil
“Aku ingin menjadi majikan
wanita itu”, jawab Sa Wol kesal
Komentar :
Lucu lihat kehidupan masa
lalu antara ibu Dam Ryung dan Sa Wol. Keinginan Sa Wol terwujud, karena di
kehidupan masa depan dia menjadi majikan Yoo Ran yang merupakan reinkarnasi
dari ibu Dam Ryung. Dia juga dengan Dong Shik yang merupakan
kekasihnya di masa lalu.
Sebagian besar tokoh yang
hidup di jaman modern merupakan reinkarnasi dari jaman Joseon.
·
Joon Jae reinkarnasi dari Kim Dam Ryung
- Shim Chung reinkarnasi Sea Hwa?????
- Ma Dae Young reinkarnasi Tuan Yang
- Kang Soo Hee reinkarnasi Hong Ran
- Kedua orang tua Joon Jae juga merupakan reinkarnasi orang tua Dam Ryung
Lalu
apa Nam Doo, Tae Oh dan Shi Ah juga merupakan reinkarnasi dari tokoh jaman
Joseon?. Hm…kita lihat saja..