Mi Young berada di dalam kapal yang membawanya menyebrang ke pulau Yeo Wool. Mi Young bingung haruskah memberitahu ibu tentang kehamilannya atau tidak. Mi Young memegag bunga dan mulai memetiki kelopak bunga satu persatu, "Aku harus memberitahu ibu... tidak memberitahu.....beritahu...tidak beritahu".
Sampai sisa kelopak terakhir hasilnya adalah "beritahu ibu". Mi Young semakin stress... tidak, ia tidak bisa memberitahu ibu tentang kehamilannya. Kakinya bisa patah, jika ibu tahu kondisinya saat ini.
Kapal menepi, Mi Young turun dengan membawa tas travel besar. Saat turun dari kapal, salah seorang tetangga Mi Young menyapanya. Ia dengar Mi Young bekerja di Seoul, apa Mi Young datang untuk menengok ibunya. Mi Young mengiyakan, ia mengambil cuti beberapa hari.
Tetangga Mi Young menyuruh Mi Young untuk meminta ibunya memasak banyak makanan. Bersenang-senanglah selama disini. Tetangga Mi Young lalu pergi. Mi Young menghela napas penuh beban seraya berguman, "Aku harus memberitahu ibu, kan?".
Ponsel Mi Young berdering, telepon dari ibunya. Ibu Mi Young melambaikan tangan dari jauh melihat sosok Mi Young, ia bertanya kenapa Mi Young tidak memberitahu kalau akan datang. Ia tahu Mi Young datang karena mendapat telepon dari tetangga. Ibu ingin tahu apa yang membawa Mi Young kemari.
Wajah Mi Young langsung sedih mendengar suara ibu. Tak tahan lagi, Mi Young menangis. Ibu heran kenapa Mi Young menangis. Mi Young berkata tidak ada apa-apa, ia hanya sangat senang bisa melihat wajah ibunya. Ibu Mi Young menganggap hal itu memalukan, para tetangga akan berpikir Mi Young menangis karena di campakan. Cepat kemari.
Mi Young menutup telepon dan bergegas mempercepat langkahnya. Mereka berpelukan, ibu menepuk pelan pundak Mi Young. Ia sangat senang bertemu Mi Young dan menanyakan bagaimana kabar Mi Young.
Ibu Mi Young menyiapkan banyak makanan untuk menyambut kedatangan Mi Young. Ibu juga menyuapi Mi Young dengan tumis daging yang di bungkus daun selada. Kim Mi Ja, kakak kedua Mi Young yang sedang hamil besar berkomentar Mi Young makan banyak sekali. Seperti orang hamil saja. Jika ibu hamil seperti dirinya makan banyak itu wajar, tapi kan Mi Young tidak hamil jadi agak aneh.
Mi Young sedikit gugup dan dengan mulut penuh makanan, Mi Young beralasan kalau masakan ibu selalu enak. Ibu membenarkan perkataan Mi Young, tangannya memang di lahirkan terampil untuk memasak. Kakak pertama Mi Young, Kim Mi Sook menyahut tangan ibu tak hanya terampil memasak tapi juga sakit jika digunakan untuk memukul. Ibu kesal pura-pura ingin memukul Mi Sook.
Mi Sook ingin mendengar cerita perjalanan Mi Young selama di Macau. Disana pasti banyak pria seksi, kan?. Mi Young terdiam seribu bahasa dan terus menjejalkan makanan ke dalam mulutnya. Mi Sook berceloteh selalu melihat orang yang sama di pulau ini selama dua puluh tahun. Hal itu membuatnya bosan hingga sampai sekarang belum menemukan sosok pria idaman.
Ibu memarahi Mi Sook, "Kenapa kau tidak mengatakan hal itu dari setahun yang lalu?. Kau tinggal di Seoul selama setahun setelah menikah".
(Oh, Mi Sook ini janda, gitu?).
Mi Ja ikut berkomentar, ia sudah merasa bahagia dengan suaminya dan ingin hidup seperti ini selamanya.
"Cukup", sambar ibu mengagetkan. "Tidak ada yang iri pada kehidupanmu, berhentilah membual. Lagipula, kau sudah menikah, seharusnya kau tinggal di rumahmu. Kenapa kau selalu menginap dan makan di sini?. Bagaimana dengan suamimu?. Apa yang dia kerjakan?".
Mi Ja berkata ada pekerjaaan yang harus suaminya urus bersama presdir Park. Pekerjaan menyangkut pabrik. Mi Ja kemudian berkata akan tidur di kamar Mi Sook malam ini. Setelah itu Mi Ja protes, "Aku tidak makan sebanyak itu juga, seharusnya ibu tidak boleh kejam pada wanita hamil".
Malam ini Mi Young ingin tidur bersama ibu, ada hal yang ingin ia katakan. Mi Sook berkomtentar tumben Mi Young ingin tidur dengan ibu.
Gun melampiaskan rasa frustasinya dengan bertanding diatas ring tinju. Direktur Tak menatap sedih. Tatapan sedihnya berubah panik saat melihat Gun yang di berhasil di kalahkan oleh lawannya. Direktur Tak segera naik ke atas ring dengan memegang secangkir kopi.
"Berdarah...berdarah...", ucap Gun kurang jelas. Hidung dan mulutnya memang mengeluarkan darah.
Direktur Tak mengira Gun ingin minum kopi. Ia mendekatkan cangkir kopi ke arah Gun dan berkata ini kopi yang sudah dicampur gula. Ia heran, biasanya Gun minum kopi tanpa gula, kenapa tiba-tiba Gun ingin minum yang manis?.
Gun melepas gumshield yang ia pakai, "Aku bilang berdarah...hidungku berdarah. Ambilkan tisu..tisu".
*Gumshield = pelindung gigi yang biasa digunakan saat bertanding tinju.
Gun mengomel kenapa tidak ada yang berjalan beres. Kali ini, direktur Tak bisa mendengar jelas apa yang di perintahkan Gun. Ia merogoh kedua kantongnya mencari tisu. Tapi yang terambil malah ponsel Gun yang dititipkan padanya. Bertepatan pada saat ponsel Gun menerima panggilan masuk, tertera nama Se Ra di layar ponsel.
Dir. Tak memberitahu ada telepon dari Se Ra. Gun tak berniat menjawab panggilan dan meminta dir. Tak memberikannya tisu.
Saat ini Se Ra berada di ruang rias dan tampak cantik mengenakan baju balet. Mungkin hari ini adalah hari pertama pertunjukan baletnya. Se Ra sangat sedih sekali karena Gun tidak menjawab telponnya. Pasti ia merindukan pria itu.
Tak putus asa, Se Ra mengirimkan pesan suara pada Gun. Gun sedang berada di loker tempatnya berganti pakaian, ketika mendengar pesan Se Ra.
"Gun, ini aku. Apa kau masih marah?. Bagaimana kabarmu?. Aku tahu kau melakukan ini untuk menghukumku. Aku akan menerimanya sebagai balasan. Jadi, jangan sedih sendiri. Seperti kau menungguku, aku juga bisa menunggumu. Tapi, bisakah kau ijinkan aku mendengar suaramu sekali saja?. Maafkan aku".
Di dalam gelap, Gun menatap cincin yang ia persiapakan untuk melamar Se Ra. Benda yang ia yakini akan mengikat cintanya bersama Se Ra. Tapi harapannya itu menjadi sia-sia, Se Ra telah membuatnya kecewa dengan lebih memilih balet dibandingkan menikah denganya.
Malam ini Mi Young gagal memberitahu ibu tentang kondisinya saat ini. Ibu langsung tidur mendengkur setelah berbaring. Mi Young berpikir ibu pasti kelelahan. Ia menatap sedih wajah ibunya yang terlelap dalam tidur.
"Ibu....Maafkan aku putrimu yang menyedihkan ini. Aku tidak pernah membuat ibu bangga dan sekarang ini terjadi. Ibu. Apapun yang akan kukatakan besok. Aku berharap ibu jangan terlalu terkejut".
Mi Young membuka jendela untuk menghirup udara segar. Tapi ia malah dibuat kaget melihat Mi Ja yang sedang berolahraga, "Onnie!. Apa yang kau lakukan disana larut malam begini?".
"Aku sedang latihan perengangan di bawah sinar bulan. Kau tidak bisa tidur?. Apa ku bilang, kau tidak bisa tidur bersama ibu, kan?".
Sampai sisa kelopak terakhir hasilnya adalah "beritahu ibu". Mi Young semakin stress... tidak, ia tidak bisa memberitahu ibu tentang kehamilannya. Kakinya bisa patah, jika ibu tahu kondisinya saat ini.
Kapal menepi, Mi Young turun dengan membawa tas travel besar. Saat turun dari kapal, salah seorang tetangga Mi Young menyapanya. Ia dengar Mi Young bekerja di Seoul, apa Mi Young datang untuk menengok ibunya. Mi Young mengiyakan, ia mengambil cuti beberapa hari.
Tetangga Mi Young menyuruh Mi Young untuk meminta ibunya memasak banyak makanan. Bersenang-senanglah selama disini. Tetangga Mi Young lalu pergi. Mi Young menghela napas penuh beban seraya berguman, "Aku harus memberitahu ibu, kan?".
Ponsel Mi Young berdering, telepon dari ibunya. Ibu Mi Young melambaikan tangan dari jauh melihat sosok Mi Young, ia bertanya kenapa Mi Young tidak memberitahu kalau akan datang. Ia tahu Mi Young datang karena mendapat telepon dari tetangga. Ibu ingin tahu apa yang membawa Mi Young kemari.
Wajah Mi Young langsung sedih mendengar suara ibu. Tak tahan lagi, Mi Young menangis. Ibu heran kenapa Mi Young menangis. Mi Young berkata tidak ada apa-apa, ia hanya sangat senang bisa melihat wajah ibunya. Ibu Mi Young menganggap hal itu memalukan, para tetangga akan berpikir Mi Young menangis karena di campakan. Cepat kemari.
Mi Young menutup telepon dan bergegas mempercepat langkahnya. Mereka berpelukan, ibu menepuk pelan pundak Mi Young. Ia sangat senang bertemu Mi Young dan menanyakan bagaimana kabar Mi Young.
Ibu Mi Young menyiapkan banyak makanan untuk menyambut kedatangan Mi Young. Ibu juga menyuapi Mi Young dengan tumis daging yang di bungkus daun selada. Kim Mi Ja, kakak kedua Mi Young yang sedang hamil besar berkomentar Mi Young makan banyak sekali. Seperti orang hamil saja. Jika ibu hamil seperti dirinya makan banyak itu wajar, tapi kan Mi Young tidak hamil jadi agak aneh.
Mi Young sedikit gugup dan dengan mulut penuh makanan, Mi Young beralasan kalau masakan ibu selalu enak. Ibu membenarkan perkataan Mi Young, tangannya memang di lahirkan terampil untuk memasak. Kakak pertama Mi Young, Kim Mi Sook menyahut tangan ibu tak hanya terampil memasak tapi juga sakit jika digunakan untuk memukul. Ibu kesal pura-pura ingin memukul Mi Sook.
Mi Sook ingin mendengar cerita perjalanan Mi Young selama di Macau. Disana pasti banyak pria seksi, kan?. Mi Young terdiam seribu bahasa dan terus menjejalkan makanan ke dalam mulutnya. Mi Sook berceloteh selalu melihat orang yang sama di pulau ini selama dua puluh tahun. Hal itu membuatnya bosan hingga sampai sekarang belum menemukan sosok pria idaman.
Ibu memarahi Mi Sook, "Kenapa kau tidak mengatakan hal itu dari setahun yang lalu?. Kau tinggal di Seoul selama setahun setelah menikah".
(Oh, Mi Sook ini janda, gitu?).
Mi Ja ikut berkomentar, ia sudah merasa bahagia dengan suaminya dan ingin hidup seperti ini selamanya.
"Cukup", sambar ibu mengagetkan. "Tidak ada yang iri pada kehidupanmu, berhentilah membual. Lagipula, kau sudah menikah, seharusnya kau tinggal di rumahmu. Kenapa kau selalu menginap dan makan di sini?. Bagaimana dengan suamimu?. Apa yang dia kerjakan?".
Mi Ja berkata ada pekerjaaan yang harus suaminya urus bersama presdir Park. Pekerjaan menyangkut pabrik. Mi Ja kemudian berkata akan tidur di kamar Mi Sook malam ini. Setelah itu Mi Ja protes, "Aku tidak makan sebanyak itu juga, seharusnya ibu tidak boleh kejam pada wanita hamil".
Malam ini Mi Young ingin tidur bersama ibu, ada hal yang ingin ia katakan. Mi Sook berkomtentar tumben Mi Young ingin tidur dengan ibu.
Gun melampiaskan rasa frustasinya dengan bertanding diatas ring tinju. Direktur Tak menatap sedih. Tatapan sedihnya berubah panik saat melihat Gun yang di berhasil di kalahkan oleh lawannya. Direktur Tak segera naik ke atas ring dengan memegang secangkir kopi.
"Berdarah...berdarah...", ucap Gun kurang jelas. Hidung dan mulutnya memang mengeluarkan darah.
Direktur Tak mengira Gun ingin minum kopi. Ia mendekatkan cangkir kopi ke arah Gun dan berkata ini kopi yang sudah dicampur gula. Ia heran, biasanya Gun minum kopi tanpa gula, kenapa tiba-tiba Gun ingin minum yang manis?.
Gun melepas gumshield yang ia pakai, "Aku bilang berdarah...hidungku berdarah. Ambilkan tisu..tisu".
*Gumshield = pelindung gigi yang biasa digunakan saat bertanding tinju.
Gun mengomel kenapa tidak ada yang berjalan beres. Kali ini, direktur Tak bisa mendengar jelas apa yang di perintahkan Gun. Ia merogoh kedua kantongnya mencari tisu. Tapi yang terambil malah ponsel Gun yang dititipkan padanya. Bertepatan pada saat ponsel Gun menerima panggilan masuk, tertera nama Se Ra di layar ponsel.
Dir. Tak memberitahu ada telepon dari Se Ra. Gun tak berniat menjawab panggilan dan meminta dir. Tak memberikannya tisu.
Saat ini Se Ra berada di ruang rias dan tampak cantik mengenakan baju balet. Mungkin hari ini adalah hari pertama pertunjukan baletnya. Se Ra sangat sedih sekali karena Gun tidak menjawab telponnya. Pasti ia merindukan pria itu.
Tak putus asa, Se Ra mengirimkan pesan suara pada Gun. Gun sedang berada di loker tempatnya berganti pakaian, ketika mendengar pesan Se Ra.
"Gun, ini aku. Apa kau masih marah?. Bagaimana kabarmu?. Aku tahu kau melakukan ini untuk menghukumku. Aku akan menerimanya sebagai balasan. Jadi, jangan sedih sendiri. Seperti kau menungguku, aku juga bisa menunggumu. Tapi, bisakah kau ijinkan aku mendengar suaramu sekali saja?. Maafkan aku".
Di dalam gelap, Gun menatap cincin yang ia persiapakan untuk melamar Se Ra. Benda yang ia yakini akan mengikat cintanya bersama Se Ra. Tapi harapannya itu menjadi sia-sia, Se Ra telah membuatnya kecewa dengan lebih memilih balet dibandingkan menikah denganya.
"Ibu....Maafkan aku putrimu yang menyedihkan ini. Aku tidak pernah membuat ibu bangga dan sekarang ini terjadi. Ibu. Apapun yang akan kukatakan besok. Aku berharap ibu jangan terlalu terkejut".
Mi Young membuka jendela untuk menghirup udara segar. Tapi ia malah dibuat kaget melihat Mi Ja yang sedang berolahraga, "Onnie!. Apa yang kau lakukan disana larut malam begini?".
"Aku sedang latihan perengangan di bawah sinar bulan. Kau tidak bisa tidur?. Apa ku bilang, kau tidak bisa tidur bersama ibu, kan?".
Mi Young mengangguk lalu turun ke bawah bergabung dengan kakaknya. Setelah berolah raga, Mi Ja yang merasa lapar makan lagi. Mi Young semula tersenyum melihat Mi Ja yang makan dengan lahap, tapi ia heran bukannya Mi Ja berolahraga untuk menurunkan makanan di dalam perutnya (makan malam). Kok sekarang makan lagi.
Mi Ja berkata usus besarnya sudah mencerna makanan tersebut, karena itu ia harus makan lagi. Ia bertanya apa Mi Young mau. Mi Young mengeleng, tidak usah untuk onnie saja. Mi Ja berkata saat melihat Mi Young makan tadi, ternyata porsinya sama dengan dengan yang ia makan.
Mi Young tanya bagaimana Mi Ja tahu kalau dia sedang hamil, apa juga menggunakan alat test kehamilan. Mi Ja menjawab, alat test kehamilan tidak selalu akurat. Berdasarkan pengalaman pribadinya, terkadang alat itu juga bisa salah. Pertama saat ia gunakan hasilnya negatif, tapi saat ia ulangi lagi di lain hari hasilnya posifit.
Jawaban Mi Ja barusan membuat senyum Mi Young merekah, "Benarkah?". Ada harapan kalau test pertama yang Mi Young ternyata salah.
Mi Ja memberitahu test kehamilan akan lebih akurat jika di gunakan di waktu pagi hari dengan menggunakan air seni pertama setelah bangun tidur. Karena di pagi hari, kadar hormon kehamilan HCG sedang tinggi, jadi hasilnya pasti tepat.
Pagi hari, Gun dan direktur Tak menaiki kapal yang akan membawanya ke pulau Yeo Wool. Mereka berdiri di atas dek kapal. Direktur Tak berguman udara pagi hari dingin sekali tapi juga menyegarkan. Gun tidak sependapat, udara di sini sama sekali tidak segar, "Aroma laut menggagguku".
Direktur Tak mengingatkan mereka datang memang untuk bernegosiasi, jadi jangan lupa memuji ikan teri ssambab buatan penduduk Yeo Wool yang paling terkenal di pulau ini. Dengan memuji makanan mereka maka akan membantu Gun dalam hal negosiasi.
*Ssambab = Masakan Korea yang biasa dimakan dengan cara dibungkus terlebih dahulu dengan lembaran daun selada atau sayuran lainya.
Gun kesal, "Apa aku sudah gila?. Aku sudah merasa kesal harus melihat wajah mereka. Yang kuinginkan adalah memenjarakan mereka dan sekarang aku harus memuji ikan teri mereka!. Aku akan balas dendam. Pasti!".
Tiba-tiba Gun limbung dan mual-mual. Sepetinya Gun mabuk laut. Direktur menepuk-nepuk punggung Gun. Berharap bosnya itu baik-baik saja.
Seperti di katakan Mi Ja semalan, pagi ini Mi Young melakukan test sekali lagi. Berharap kalau kali ini hasilnya negatif. Tapi apa yang ia lihat tidak sesuai dengan keinginannya. Dua garis merah yang tertera di papan test kehamilan menunjukan kalau ia positf hamil.
Mi Young yang frustasi menempelkan wajahnya ke dinding kamar mandi. Ia sempat memekik pelan karena terlalu kaget. Meski ini sudah yang kedua kalinya, tetap saja membuat Mi Young syok.
Tiba-tiba pintu terbuka. Ibu masuk. Mi Young langsung berdiri, merapat ke dinding dan buru-buru menyembuyikan alat kehamilan di balik badannya. Ibu heran, kenapa Mi Young kaget begitu. "Aku ibumu. Selesaikan saja urusanmu dan jangan pedulikan aku".
Mi Young merasa sudah mengunci pintu tapi kenapa masih bisa dibuka dari luar. Ibu mengoyang handle pintu dan berkata ia harus segera membetulkan pintu kamar mandi yang rusak.
Sejenak ibu terdiam. Ibu sadar Mi Young tengah menyembunyikan sesuatu, ia ingin tahu apa yang Mi Young sembunyikan. Pertanyaan ibu membuat Mi Young gugup, "Apa?. Bukan apa-apa". Ibu tak percaya, jika tidak apa-apa kenapa Mi Young sembunyikan. Ibu berkata ekspresi Mi Young saat ini mirip sekali dengan ekspresi Mi Ja saat ketahuan mencuri makanan.
Ibu berjalan mendekat. Mi Young berkata sebenarnya ada yang ingin ia sampaikan. Mi Young tak bisa mengatakannya karena khawatir ibu akan sangat terkejut. Belum selesai Mi Young biacara, ibu mencoba mengambil paksa benda yang di sembunyikan Mi Young.
Setelah berhasil merebut test kehamilan, ibu bertanya benda apa ini. Ibu tampak berpikir ketika melihat 2 garis merah tertera di sana. Saat itulah, Mi Sook yang baru bangun tidur masuk ke kamar mandi, ia melongok ikut melihat test kehamilan, "Ada 2 garis. Itu artinya hamil", ucapnya enteng.
Ibu terperanjat kaget, "Apa?. Hamil?".
Mi Ja datang dan tentu saja mendengar perkataan ibu tadi, "Hamil?. Siapa yang hamil?", serunya heboh. Mi Ja melihat test kehamilan yang masih di pegang ibu. Ia menoleh pada Mi Sook.
Mi Sook menggeleng cepat menandakan kalau bukan dia yang hamil.. hahaha..lucu liat ekspresi MI Sook.
Perlahan Mi Ja memutar lehernya, memandang Mi Young yang memasang wajah pasrah, "Kau! Itu sebabnya kau bertanya padaku tentang test kehamilan?. Ternyata, yang hamil itu kau, kan?. Bukan temanmu?".
Ibu bertanya apa yang dikatakan Mi Ja benar. Ibu berharap apa yang ia dengar tadi tidak benar. Mi Young berkata semula ia ingin memberitahu ibu begitu tiba disini, tapi...
Ibu membuang test kehamilan dan menjewer kuping Mi Young. Sambil tetap menjewer kuping Mi Young, ibu menarik putrinya itu keluar dari kamar mandi. Mi Young mengaduh kesakitan, tapi ibu yang sedang marah sama sekali tidak memperdulikan rintihan Mi Young.
Mi Young disidang, duduk berlutut di hadapan ibu dan juga kedua kakaknya. Ibu memegang centong kayu yang ia jadikan sebagai senjata untuk menghukum Mi Young. Ibu bertanya siapa ayah bayi itu, pria yang telah menghamili Mi Young. Mi Young mencoba berbohong dengan bilang tidak tahu siapa dia. Ibu menyahut mungkin Mi Young akan mengingat siapa ayah bayi itu, jika ia menghajar Mi Young.
Ibu mengayunkan senjata yang ia pegang dan siap menghajar Mi Young. Sebelum itu terjadi, Mi Young lebih dulu menahan dan meminta maaf. Ibu marah sekali, beginikah cara Mi Young hidup selama di Seoul. Ibu menggertak akan membunuh Mi Young, jika dia tidak mengatakan siapa ayah bayi itu.
"Dia sudah meninggal", jawab Mi Young kemudian... hahaha nyasal.
Mi Ja tahu Mi Young pasti berbohong. Jika pria itu meninggal mana mungkin kemarin Mi Young bisa makan ssambab dengan sangat lahap. Mi Ja yakin sekali pria itu pasti belum meninggal. Mi Ja lalu ingat perjalanan Mi Young ke Macau. Ia tahu adiknya itu berlibur kesana bersama seorang pria. Pasti, pria yang berlibur bersama Mi Young adalah ayah dari anak yang di kandung Mi Young.
"Bukan dia", sangkal Mi Young. Akhirnya Mi Young berkata kalau pria yang menghamilinya adalah seseorang yang tidak ia kenal.
Mi Sook terlihat antusias, apa maksudnya Mi Young melakukan One Stang Night. Ibu yang tak mengerti bertanya apa maksudnya stand. Apa itu seperti lampu yang berdiri. Mi Sook menjelaskan yang di maksud One Stand Night adalah di mana pria dan wanita tidur bersama-sama di malam hari. Lalu pura-pura tidak kenal di pagi hari dan saling mengucapkan selamat tinggal.
"Wow... aku selalu ingin melakukan One Stand Night. Kau melakukanya sebelum aku", ucap Mi Sook iri pada Mi Young.
(Sikap kakak Mi Young yang satu ini lebih aneh lagi ternyata, hedeh... tepuk jidat)
"Kau ini", Tok... ibu mengetok jidat Mi Sook...wkwkwk..
Stand, pria atau siapa pun itu. Ibu menyuruh Mi Young untuk membawa ayah si bayi ke hadapannya. Mi Young kembali bilang tidak mengenal siapa pria itu, sungguh aku tidak berbohong. Mi Ja syok, masa adiknya yang lugu itu mau tidur dengan seorang pria yang tidak dia kenal.
Mi Young ingin berdiri. Ibu mengacungkan senjatanya dan menyuruh Mi Young untuk kembali duduk berlutut. Mi Young kembali duduk dengan memasang wajah memelas. Mi Young mengatakan sebenarnya waktu itu ia salah masuk kamar. Apa yang terjadi pada malam itu adalah sebuah kecelakaan. Semua ini salahku.
Ibu sesak napas, "Astaga. Dasar anak bodoh. Kau ditipu oleh seorang pria yang tidur denganmu dan kau masih melindunginya?".
Diluar rumah, Mr. Choi mendengar teriakan ibu yang memarahi Mi Young. Ia memukuli kepalanya beberapa kali. Dasar bodoh!...Dasar bodoh!. Kenapa ia memberikan dosis obat perangsang berlebihan pada Gun, lihat bagaimana hasilnya. Apa yang menimpa Mi Young saat ini juga merupakan kesalahannya.
Ibu tak bisa tinggal diam. Ia menarik Mi Young berdiri, mengajak putrinya untuk mencari pria itu. Mi Young menahan tangan ibu, dengan nada memohon Mi Young berkata, "Ibu. Dia mencintai wanita lain. Bagaimana bisa kau memisahkan mereka".
Mi Ja berkata Mi Young mempunyai keuntungan di bandingkan kekasih pria itu. Mi Young kan sedang hamil, apa yang harus di takutkan. Mi Ja berpikir, pria itu pasti akan lebih memilih Mi Young, jika tahu Mi Young sedang mengandung anaknya.
Ibu frustasi. Kenapa hidupnya begitu malang. Ia mempunyai 3 putri dan semuanya membuat masalah. Ibu mengajak ketiga putrinya untuk melompat ke laut dan mati bersama. Ibu menarik tangan Mi Young. Mi Sook dan Mi Ja berusaha memenangkan ibu mereka yang tengah kalap.
Saat itulah, Mr. Choi masuk dan menenagkan ibu. Ia mengaku mengetahui siapa ayah dari si bayi. Ibu terkejut begitu pula dengan Mi Young.
Gun dan direktur Tak sudah sampai di pabrik sabun Yeo Wool. Disana juga ada presdir Park dan juga beberapa karyawan lainnya. Pertama-tama, Gun mengatakan alasannya datang kemari bukan karena ia takut pada ancaman presdir Park atau untuk menghukum orang yang bisa berbuat ilegal padanya.
Saat mengatakan itu, Gun menahan marah dengan meremas bantalan kursi sembari menatap lekat presdir Park, membuat presdir Park yang melihatnya merinding ngeri. Presdir Park melihat bangku kosong di sebelahnya, seharusnya Mr. Choi duduk di sana. Presdir Park berguman, pasti saat ini Mr. Choi sedang pergi menemui istrinya. Tapi kenapa sampai sekarang belum kembali juga.
Gun berkata sudah memikirkan masalah ini secara masak-masak dan mungkin ada kesempatan kecil bahwa kedua belah pihak bisa mencapai kata kesepakatan. Itulah alasannya datang hari ini. Gun lalu mengajak mereka pergi ke ruang rapat dan mendiskusikan masalah ini dengan tenang.
Direktur Tak bertepuk tangan, memuji pidato Gun barusan sehebat pidato Abraham Lincoln. Presiden Amerika Serikat ke -16. Direktur Tak berbisk pada Gun, mengingatkannya untuk memuji ssambab ikan teri.
Meski dengan terpaksa, Gun menyinggung ssambab ikan teri untuk menarik perhatian penduduk Yeo Wool. Gun memuji hidangan terlezat di pulau ini adalah ssambab teri dan mengaku sangat menyukai makanan itu. Gun tertawa lebar, "Aku benar-benar menyukai ssambab teri".
Benar saja, penduduk Yeo Wool yang tadi diam jadi semangat begitu Gun menyinggung ssambab ikan teri. Presdir Park yang paling antusias, mereka lalu bertepuk tangan sembari menyebut ssambab teri. Gun ikut bertepuk tangan dan tertawa lebar.
Kemudian, presdir Park mengantar Gun untuk mencicipi ssambab ikan teri. Dalam perjalanan menuju rumah makan, presdir Park menjelaskan bahwa penduduk Yeo Wool terbiasa memanggil wanita yang bekerja di restoran dengan sebutan ibu. Cukup berkata ibu, maka ssambab ikan teri akan tersaji di meja makan.
Presdir Park mengajari Gun untuk mengucapkan "ibu" dalam dialek provinsi Gyeongsang. Dengan malas Gun menuruti presdir Park. Presdir Park mendengar aksen yang di ucapkan Gun masih salah dan meminta Gun untuk mengulanginya. Gun memberi kode agar direktur Tak saja yang mengucapkan kata ibu. Direktur Tak mencobanya dan ternyata benar, ia bisa mengucapkan kata ibu sesuai yang di contohkan presdir Park.
Direktur Tak tertawa senang menerima pujian presdir Park. Gun sedikit kesal, tak mau kalah ia pun mengucapkan kata ibu lagi. Kali ini Gun benar, alangkah senangnya dia saat menerima tepuk tangan dari para penduduk. Gun tertawa lebar, "Ssambab ikan teri...ssambab ikan teri". LOL...
Ibu menarik Mi Young keluar. Meski Mi Young terus tutup mulut tak mau mengatakan siapa ayah bayi itu, tapi ibu tidak akan menyerah. Kakak-kakak Mi Young mengikuti di belakang Mi Young tetap bersikeras kalau ini bukan kesalahan pria itu.
Bertepatan dengan itu, rombongan presdir Park datang. Rupanya ia ingin membawa Gun mencicipi ssambab teri di restoran Ibu Tiga Putri milik ibu Mi Young. Presdir Park menunjuk ibu Mi Young dan bilang kalau dialah ibu pemilik restoaran di pulau ini. Ia juga menyuruh Gun untuk memanggil ibu. Mi Young belum melihat ada Gun di dalam rombongan itu.
Gun melangkah maju, dengan gaya gokil Gun berucap, "Ibu. Siapakan banyak ssambab ikan teri". lalu memperdengarkan tawa khasnya.
Ibu Mi Young menatap heran pada Gun. Pasti pikirnya orang ini aneh... hahaha...
Mi Young yang posisi badannya membelakangi mereka, terkejut mendengar suara tawa yang terasa tidak asing lagi di telinganya. Sadar kalau situasi semakin rumit, Mi Young berusaha melarikan diri. Tapi ibu menahan dan menarik tanganya. Posisi Mi Young yang tadinya berada di belakang kini ada di depan.
Gun terus tertawa, tawanya langsung berhenti begitu melihat wajah Mi Young. Gun tanya apa yang Mi Young lakukan disini. Mi Young balik tanya, kenapa Gun datang ke pulau ini?. Belum sempat mereka menjawab pertanyaan masing-masing.
Tiba-tiba, Mr. Choi menunjuk Gun dan berkata, "Ibu. Dia orangnya". Gun mengenali Mr. Choi sebagai teman presdir Park yang ikut menjebaknya. Gun baru sadar kalau ia berada di pulau Yeo Wool. Ibu menatap marah Gun, "Apa katamu?. Ssambab?. Aku orang yang ingin membunuhmu dan kau meminta ssambab padaku?. Makan ini!".
Plak, ibu memukul Gun dengan centong kayu yang sejak tadi ia pegang. Tak hanya sekali tapi beberapa kali. Kakak-kakak Mi Young menahan ibu agar tidk memukul lagi. Sementara Gun di lindungi oleh direktur Tak dan juga orang-orang di dalam rombongannya tadi.
"Ahjuma..ahjuma. Kenapa kau memukulku?", tanya Gun tidak mengerti
"Kau pantas mendapatkannya. Kau bermain-main dengan putriku, kan?".
Ibu bergerak ingin memukul lagi. Mi Young minta ibunya berhenti. Tidak boleh begitu, kalau mau pukul saja aku. Mi Young meminta maaf pada Gun, benar-benar minta maaf. Gun minta penjelasan, ia sama sekali tidak mengerti situasi apa ini. Tapi, tidak bisakah mereka duduk bersama dan menyelesaikan dengan cara kekeluargaan.
Ibu menolak enak saja mengajaknya bicara baik-baik, jangan bilang Gun tidak tahu apa yang terjadi pada Mi Young. Ibu mengarahkan centong kayunya ingin memukul Gun lagi, tapi kali ini Gun berhasil menahan senjata kayu tersebut. Ia tak tahu apa yang ibu Mi Young, tapi tolong bicara saja baik-baik tanpa menggunakan kekerasan.
Ibu semakin marah, mengira Gun berpura-pura tidak mengerti. Ibu kembali memukuli Gun, yang di pukul tentu saja mengaduh kesakitan. Ibu baru berhenti memukuli setelah Gun berkata kalau ini semua ini salah paham. Mi Young menegaskan sekali lagi, sudah kubilang bukan salahnya.
"Kau melakukan stand dengan putriku!", teriak ibu lantang. Mi Young menutup kupingnya. Malu.
Mi Sook membetulkan kalimat salah yang di ucapkan ibunya. Bukan stand tapi One Stand Night. Ibu tak peduli dan menunjuk wajah Gun dengan marah, "Kau melakukan stand dengan putriku dan sekarang dia....".
"Ibu!", teriak Mi Young nyaring memutus perkataan ibu. Dengan nada lebih rendah Mi Young meminta ibunya untuk tidak memberitahu Gun. Biar ia saja yang menyelesaikan masalah ini, Gun tidak salah apa-apa. Hal itu terjadi karena kesalahannya sendiri.
"Pria ini membantuku, menyemangatiku dan melindungiku. Saat aku dalam kesulitan".
Ibu tak percaya, beginikah cara pria ini melindungimu, hah?. Saat ibu hendak memberitahu tahu kalau Mi Young mengandung anak Gun. Mi Young dengan cepat membungkam mulut ibu dengan tangannya agar suara ibu tidak terdengar. Mi Young berjanji akan memberitahu Gun.
Ibu mendorong Mi Young dan menyuruhnya untuk segera mengatakan pada Gun kalau Mi Young sedang hamil. Cepat, sekarang juga.
Mi Young dan Gun berhadapan. Mi Young gugup, "Begini. Aku membawa......", kalimat Mi Young terputus. Gun bertanya membawa apa, bicaralah yang tenang jangan terburu-buru. Tapi Mi Young hanya mengulang-ngulang kalimat tadi. "Aku membawa... aku membawa".
Gun jadi kesal memangnya Mi Young membawa apa sich?. Mi Young mentuntaskan kalimatnya yang terputus, "Aku membawa anakmu".
Gun masih tak mengerti dan tanya barusan Mi Young bilang apa. Diantara penduduk Yeo Wool ada yang menyeletuk kalau Mi Young sedang hamil. Gun menganggap itu hal yang bagus. Presdir Park mengacungkan jempolnya, "Tapi itu anakmu".
"Anakku", tanya Gun menunjuk dirinya sendiri. Presdir Park mengiyakan.
Gun tertawa seakan tak percaya dan menganggap itu hanya lelocon saja, "Anakku..anakku".
Tiba-tiba, tuing... badan Gun terasa lemas dan hampir saja jatuh jika tidak ada direktur Tak yang menahan di belakang. Mi Young yang merasa bersalah meminta maaf berkali-kali. Ibu kesal dan memukul pundak Mi Young. Kenapa Mi Young minta maaf, itu sebabnya ia tak bisa membiarkan Mi Young menyelesaikan masalah ini sendiri.
Gun syok, di kepalanya Gun muncul gelembung pikiran. Berimajinasi dirinya dan Mi Young sedang membuat kue beras bersama dan saling memandang penuh kasih. Tangan Gun bergerak dengan sendirinya, seperti sedang menumbuk adonan kue beras. Gelembung pikiran Gun pecah. Direktur Tak membantu Gun berdiri.
Penduduk Yeo Wool mengerti jika ibu marah, tapi saat ini mereka tengah bernegosiasi. Jadi mereka masih membutuhkan Gun untuk melanjutkan negosiasi. Mr. Choi mengambil alih, ia mendorong Gun menjauh dan bicara berhadapan dengan ibu. Mr. Choi mencoba memberi pengertian kalau permasalahan pabrik saat ini lebih penting. Bukankah ibu juga tahu betapa pentingnya hal itu untuk pulau ini.
Plak, ibu memukul kepala menantunya. Menyingkirlah. Negosiasi bisa di lanjutkan nanti, saat ini hidup dan masa depan Mi Young tengah di pertaruhkan. Sebagai kakak ipar, tidak sepantasnya Mr. Choi berkata seperti itu.
Sepertinya bukan hanya Mi Young yang takut degnan amukan ibu. Tapi presdir Park juga. Ia menilai apa yang di katakan ibu benar. Memang benar mereka sudah menunggu lama kesempatan untuk bernegosiasi, tapi saat ini yang terbaik adalah memberikan waktu pada Mi Young dan juga ibunya untuk menyelesaikan masalah. Presdir Park mengiring penduduk lain untuk pergi.
Gun masih lemas dan belum bisa berdiri dengan kedua kakinya sendiri, tapi masih sempat-sempatnya dia menunjuk perut Mi Young. (wkwkwk) Ibu yang melihatnya mendorong Gun menjauh. Ibu tanya, kau bernama Gun, kan?".
Gun membenarkan dengan suara lemah. Gun berpikir sebentar, "Lebih lengkapnya keturunan ke 22 dan putra tunggal generasi ke -9 keluarga Lee". Gun seperti ling lung dan merasa tak yakin pada apa yang ia ucapkan. Ia bertanya pada direktur Tak, apa benar ia keturuan ke 9. Direktur Tak mengiyakan. Ibu menyuruh Gun ikut dengannya, masih banyak hal yang harus mereka bicarakan. Gun seperti ingin menangis ketika terpaksa menyetujui perintah ibu.
Daniel dalam perjalanan ketika menerima telpon dari informan. Informan tersebut berhasil mendapatkan informasi seseorang yang kemungkinan merupakan adik Daniel. Informasi dasarnya cocok seperti yang Daniel berikan.
Tinggal menunggu hasil test DNA untuk membuktikan apakah benar dia adik Daniel atau bukan. Daniel tanya berapa lama kira-kita hasil test DNA akan keluar. Ia tak bisa menunggu selama itu. Daniel tak mau menunggu, dan ingin menemui gadis itu besok di Tong Young.
Ny. Wang tanya dari mana Daniel mendapatkan cangkir teh ini. Daniel tersenyum, ia mengaku mengeluarkan sedikit uang untuk bisa melihat Ny. Wang bahagia seperti sekarang. Ny. Wang memuji Daniel baik sekali dan seolah-olah bisa membaca pikirannya. Ny. Wang mengelus pipi Daniel dan berkata itu sebabnya ia tidak bisa berhenti mengagumi Daniel.
"Nenek suka?", tanya Daniel
"Ya. Suka sekali", jawab nenek
Dari lantai atas, Yong melihat keakraban mereka. Ia merasa heran siapa pria asing yang sekilas terlihat tampan itu. Yong pergi ke kamar ibunya dan memberitahu kalau ada tamu di bawah. Ketampanan wajah pria itu hampir setara dengannya. Dia juga tinggi. Apa ibu kenal dengan dia?. Ny. Lee hanya tersenyum dan membaca profil Daniel yang ada gadget-nya.
"Nama Daniel Pitt. Usia 32 tahun. Dia berasal dari Amerika. Desainer terkenal yang mendapat julukan "Philip Stock" kedua. Kunjungannya ke Korea tanpa publikasi dan dia telah membatasi aktivitas resminya. Dia banyak memulihkan perusahaan yang hampir bangkrut dengan desain kreatifnya. Terlepas dari perbedaan usia, dia adalah teman dekat Ny. Wang", jelas Ny. Lee panjang lebar dalam satu tarikan napas.
Yong manggut-manggut dan berguman latar belakang Daniel sangat mengagumkan, tapi menurutnya Daniel belum terlalu hebat. Ny. Lee memegang memory card dan berkata ini adalah bom nuklir yang bisa Yong mamfaatkan untuk menghancurkan keluarga (Gun).
Ibu menginterogasi Mi Young dan juga Gun. Ia tak percaya jika Gun tidak tahu apa-apa tentang kehamilan putrinya. Apa Gun ingin melarikan diri dari tanggung jawab. Gun berkata ia bukanlah orang seperti yang dituduhkan ibu. Hanya saja ia benar-benar tidak tahu bahwa Mi Young hamil. Gun menatap Mi Young, Mi Young menunduk merasa bersalah.
Mi Young membela Gun, ia memang tidak memberitahu Gun perihal kehamilannya. Mengapa ibu terus mendesak?. Baiklah, karena tadi Gun bilang bukanlah orang yang akan lari dari tanggung jawab, maka ibu menyuruh Gun untuk menghubungi keluarganya dan memberitahu mereka sekarang juga bahwa Mi Young mengandung anak Gun.
Direktur Tak dan Gun terkejut. Direktur Tak menggeleng, tidak. Gun lebih takut lagi membayangkan bagaimana reaksi nenek jika tahu kakay ia menghamili wanita di luar nikah. Ibu mendesak, kenapa Gun tidak segera menghubungi mereka.
Mi Young bisa melihat keengganan Gun, ia meminta pada ibunya untuk melupakan masalah ini. Mi Young rasa itulah yang terbaik. Tapi tidak bagi ibu yang mengetahui dengan baik seperti apa sifat Mi Young, "Kau akan meminta maaf 100 kali. Pasti begitu!".
Gun merogoh kantong jasnya mengambil ponsel. Direktur Tak menghentikan. Biar ia saja yang memberitahu keluarga Gun tentang masalah ini. Ibu mendesis kesal, tanda tidak setuju. Harus Gun sendiri yang memberitahu keluarganya.
Mi Young meminta maaf, masalah ini pasti tidak akan terjadi jika ia tidak salah masuk kamar. Gun mendekatkan wajahnya ke Mi Young. Dengan lemas Gun berkatka, semuanya sudah terjadi, percuma saja kau terus-terus'an meminta maaf. Gun bersedia bertanggung jawab dan akan menyelesaikan malasah ini.
Direktur Tak kejang-kejang saat Gun benar-benar mengambil ponselnya. Tak sanggup membayangkan betapa terkejutnya Ny. Wang saat mendengar pengakuan Gun.
Memang benar Ny. Wang terkejut, tapi rasa terkejutnya itu bukan karena telepon dari Gun. Tapi, rasa terkejutnya disebabkan video yang tengah ia tonton. Video Gun yang tertangkap basah bersama seorang wanita di kamar hotel. Ny. Wang menonton video ini bersama Daniel, Ny. Lee dan juga Yong di ruang tengah.
Ny. Lee dan Yong pura-pura terkejut. Astaga, bagaimana hal ini bisa terjadi. Daniel juga kaget melihat video itu. Sikap berlebihan yang di tunjukan Ny. Lee membuat Daniel berpikir dan menaruh curiga pada Ny. Lee.
Ny. Wang bertanya siapa wanita yang bersama Gun itu, dia tidak mirip dengan Se Ra. Yong menekan tombol pause, ia berdiri di depan televisi dan menganalisa sosok wanita itu. Jika di lihat dari tangan, kaki dan ketebalan rambutnya. Tinggi wanita ini sekitar 160 cm dengan berat badannya kira-kira 45 kg. Sepertinya dia wanita berwajah biasa saja.
Ny. Lee memuji putranya yang pandai dalam hal ini. Yong tertawa senang. Ny. Wang teriak marah, "Matikan sekarang!". Yong buru-buru mematikan televisi, usahanya untuk membuat nenek marah ternyata berhasil.
Untungnya ada Daniel di situ yang menyarankan agar nenek menanyakan hal ini terlebih dahulu pada orang yang bersangkutan. Dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ny. Wang setuju. Aku harus menelpon Gun sekarang.
Tepat saat itu, ponsel Ny. Wang berdering. Ternyata Gun yang menelponnya lebih dulu. Ny. Wang bertanya dimana Gun sekarang, "Nenek harus menemuimu sekarang juga". Gun menjawab sulit baginya untuk menemui nenek saat ini, karena sekarang ia berada di...
Ucapan Gun terputus karena ibu yang sudah tidak sabar lagi langsung merebut ponselnya. Ibu ingin berbicara sendiri dengan nenek Gun.
"Halo. Apa kau neneknya Gun?. Aku ibunya Kim Mi Young".
Ny. Wang tanya siapa itu Kim Mi Young?. Ibu berkata Kim Mi Young adalah putri kesayangannya yang di miliki cucu Ny. Wang, Gun. Mi Young dan Gun langsung lemas mendengar ibu bicara selantang itu
Nenek berdiri terkejut mendengar cucu kesayangannya menghamili wanita, "Hamil?. Apa kau barusan mengatakan hamil?".
Ibu membenarkan, dan kembali menegaskan, "Hamil...Hamil..". Nenek tanya apa ibu yakin kalau Mi Young mengandung anak Gun. Ibu sangat yakin, jika tidak yakin untuk apa ia menghubungi keluarga Gun, "Kenapa?. Anda ingin lari dari tanggung jawab?".
Ajaibnya, nenek Wang malah tertawa. Tentu saja ia tidak akan lari dari tanggung jawab. keahlian dalam keluaraga Lee adalah bertanggung jawab. Ny. Wang berkata akan segera kesana dan bertanya di mana tempatnya.
Keadaan menjadi terbalik. Kali ini Ny. Lee dan Yong benar-benar terkejut mendengar kemungkinan Gun akan mempunyai seorang anak, yang tentunya anak tersebut akan meneruskan keturunan keluarga Lee. Saking terkejutnya, Yong sampai mengunyah obat penenang.
Ibu memberitahu ia tinggal di pulau Yeo Wool, jika mau ketempatnya harus naik kapal ferry. Ia menjelaskan sehari hanya ada 2 kapal ferry yang datang. Kapal yang terakhir baru saha pergi. Karena hari ini tidak ada kapal lagi, ibu menyarankan agar Ny. Wang datang besok saja.
Ibu akan menahan Mi Young dan juga Gun untuk tetap tinggal disini, jadi Ny. Wang harus segera datang kemari begitu matahari terbit. Ny. Wang setuju. Ia akan segera kesana begitu matahari terbit, tidak peduli apapun yang terjadi. Ny. Wang meminta ibu Mi Young untuk menjaga cucunya baik-baik.
Tentu saja, jawab ibu. Aku tidak akan membahayakan nyawa cucumu. Padahal setelah berkata itu, ibu mendorong sekaligus memukul kepala Gun. Hingga membuat Gun terjengkang ke belakang.
Nenek menutup telepon, ia merasa sangat senang sekali. Daneil yang sejak tadi heran bertanya ada apa. Ny. Wang menjawab pacar Gun hamil. Ny. Lee dan Yong berdiri terkejut, "Hamil?. Maksud ibu hamil". Ny. Lee membuat gerakan tangan di depan perutnya.
Ny. Wang mengiyakan penuh suka cita, rasanya ia hampir tidak mempercayai ini. Ny. Lee dan Yong terduduk lemas, wajah mereka pucat. Syok. Nenek meraih tangan Daniel, ia sangat senang karena sebentar lagi Gun akan memberinya seorang cicit (anak dari cucu).
Malamnya, Gun dan Mi Young mengikuti ibu menuju ke suau tempat. Ibu membawa selimut, sementara Gun dan Mi Young membawa bantal. Rupanya, ibu menyuruh mereka tidur bersama di sebuah ruangan yang mirip gudang.
Ibu menyuruh mereka masuk dan tidur disana malam ini. Gun melongok untuk melihat ruangan. Ruangan itu sangat kotor, gelap dan juga banyak sarang laba-laba. Gun teriak ngeri dan menutup pintu. Bagaimana ia bisa tidur di tempat jorok seperti itu, apa lagi bersama Mi Young. Tidak mau... tidak mau...
Mi Young berusaha membujuk ibunya. Bukannya kita punya 2 kamar. Ia bisa saja tidur di sini tapi, Gun kan tamu. Masa iya, tamu di perlakukan seperti ini. Gun membenarkan, ia adalah tamu disini. Sudah sepantasnya tuan rumah memperlakukan tamu dengan sebaik mungkin.
"Aigo... Tamu?. Kau tamu yang mencuri pabrik sabun dan sekarang kau mencuri putriku. Cepat masuk kedalam", semprot ibu.
Gun bersikeras tidak mau. Tempat itu bau dan kotor. Sebaliknya, bagi ibu tempat itu harum dan nyaman. Ibu memaksa dan mendorong keduanya masuk ke dalam. Kemudian menutup pintu dan menjadikan tong sampah sebagai penghalang di depan pintu agar mereka tidak bisa keluar. Beh, kuat juga ibu, padahal tong sampahnya berat loh.
Gun panik saat mengetahui pintunya tidak bisa terbuka. Kenapa di kunci, apa kita tahanan?. Gun teriak buka pintunya!. Buka pintunya!. Lebih baik aku di pukul dari pada di perlakukan seperti ini. Buka pintunya!.
END
No comments:
Post a Comment
Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)