Chae Won menarik diri dari pelukan Chul Goo, tepat pada saat itu Se Yoon yang baru datang melihat mereka. Cemburu terlukis jelas di wajah pria itu. Ketiganya terdiam sesaat. Seakan tak mempunyai lagi hak untuk marah, Se Yoon jalan melewati mereka begitu saja.
Sikap dingin Se Yoon membuat Chul Goo heran, "Apa kalian bertengkar?". Chae Won enggan menjawab, dengan nada lemas ia menyuruh Chul Goo memberi penghormatan terakhir pada kakek dan makan mie sebelum pulang. Chae Won pergi.
Di dalam rumah Se Yoon memberikan penghormatan terakhir pada kakek. Ki Moon ingat, kakek selalu berkata tidak ada yang pantas menjadi cucu menantunya selain Se Yoon. Hal itu menujukan betapa kakek sangat menyukai Se Yoon.
Se Yoon meminta maaf pada foto kakek karena datang terlambat. Hyo Dong mengenggam tangan Se Yoon, mengucapkan terima kasih karena Se Yoon menyempatkan datang saat dia sibuk. Seakan menenangkan anggota keluarga yang bersedih, Se Yoon berkata kakek kini pergi ke tempat yang lebih baik, tempat yang penuh kedamaian.
Chul Goo masuk dan langsung menangis begitu melihat foto kakek. Dalam tangisnya, Chul Goo menyesal karena semasa hidupnya hanya memberi ke khawatiran (karena menyakiti Chae Won). Ki Choon kesal karena tangisan Chul Goo hanya membuat suasana semakin sedih. Ia hendak membawa Chul Goo keluar, tapi Ki Moon menahan. Biarkan saja dia.
Chul Goo duduk bersimpuh di depan foto kakek sambil menangis sesengukan, "Aku tidak tahu kalau kau sakit begini, bahkan tidak dalam mimpiku. Jika aku tahu, sebelum kau meninggal dunia, aku akan membawakanmu jelly kacang merah manis yang sangat kau sukai. Kakek. Kumohon maafkan anakmu yang tidak patuh ini Kakek.
Tangisan merintih itu membuat Ki Choon dan Kang Jin ikut menangis. Hyo Dong mengajak Se Yoo bicara berdua dengannya di halaman belakang.
Pada Se Yoon, Hyo Dong menanyakan kabar Sol Joo. Se Yoon menjawab keadaan Sol Joo telah membaik. Hyo Dong berkata Se Yoon harus mendampingi dan memberi kekuatan pada Sol Joo, "Seperti yang ku katakan padamu sebelumnya. Wanita yang melahirkanmu adalah ibumu dan wanita yang membesarkanmu juga ibumu".
Giliran Se Yoon yang menanyakan kabar Choon Hee. Hyo Dong menjawab belum mendengar kabar darinya sejak mereka terakhir kali bicara di telepon. Ia mengirimkan pesan mengabarkan kalau kakek meninggal dunia. Hyo Dong sedang menunggu, apa Choon Hee akan datang sekarang atau nanti. Tapi sepertinya dia tidak datang.
Se Yoon mengatakan apa pergi ke Amerika hari jum'at minggu ini, "Aku ditugaskan di kantor cabang di Amerika".
Hyo Dong terkejut, "Apa Chae Won tahu soal ini?".
Se Yoon mengangguk sedih, "Aku berharap dia menahanku untuk tidak pergi. Tapi bahkan dia tidak bergeming sedikit pun".
Sebelum pulang Se Yoon menyempatkan diri menemui Chae Won. Ia kembali bersikap seperti Se Yoon yang hangat ketika berpamitan pulang.
"Mungkin kita tidak akan bertemu lagi, sebelum aku pergi ke Amerika aku akan mengucapkan selamat tinggal terlebih dahulu. Jaga kesehatanmu dan hiduplah dengan baik". (pedih, hatiku terasa seperti teriris pisau T_T )
"Kau juga jagalah kesehatan dan hiduplah yang baik", jawab Chae Won menyembunyikan kesehat. Menunduk wajah tak berani menatap mata Se Yoon.
"Tentu. Aku pasti akan melakukannya. Berhati-hatilah", jawab Se Yoon getir.
Chae Won tetap menunduk menyembunyikan tangis dan baru mengangkat wajahnya saat Se Yoon melangkah pergi.
Chul Goo datang, tadi ia sempat mendengar kalau Se Yoon akan pergi ke Amerika. Pasti saat ini Chae Won sangat tertekan mengalami masa-masa sulit. Merasa terusik, Chae Won meminta Chul Goo untuk berhenti mengurusi masalah orang lain, "Urus saja dirimu sendiri".
"Aku bukanlah Kim Chul Goo yang dulu. Tunggu dan lihat saja, aku pasti akan kembali dengan mengagumkan. Aku pasti pasti akan muncul dan berdiri di hadapanmu", ucap Chul Goo serius.
Pasti Chul Goo masih menyimpan harapan bisa kembali bersama Chae Won. Tetapi, ucapan Chul Goo yang seperti itu hanya membuat perasaan Chae Won semakin buruk. Dari pada terus meladeni Chul Goo, Chae Won memilih pergi. Setengah berteriak, Chul Goo berkata perkatannya itu bukanlah omong kosong. Segera ia pasti akan menunjukan pada Chae Won, dirinya yang sudah berubah.
Nenek memandangi foto pernikahan Hyo Dong - Choon Hee. Dimana juga ada foto dirinya bersama kakek yang memakai baju pengantin. Tangis nenek kembali pecah teringat saat sering mengomeli kakek, padahal saat itu kakek sedang sakit.
"Maafkan aku, suamiku. Jika kau mempunyai kekecewaan apapun, beritahukan semuanya sebelum pergi. Aku akan segera mengikutimu".
Chae Won bersama para pamannya datang menenangkan nenek. Nenek merasa tubuhnya seperti terbakar ketika memikirkan kakek yang pasti merasa sedih ketika di diagnosa mengidap kanker. Meski tidak ada orang lain yang tahu, paling tidak seharusnya nenek mengetahuinya, karena mereka tidur di bawah selimut yang sama dan makan bersama-sama.
"Aku sangat tidak perhatian. Aku salah...Sayang...Maafkan aku. Aku akan menerima semua hukuman atas semua dosa-dosaku nanti, saat pergi ke surga".
Entah karena stres ingin melampiaskan kemarahan atau memang tabiatnya, Young Ja mengajak ahjuma tetangga bertengkar. Ia mengejek ahjuma memiliki selera rendahan. Setipe dengan Young Ja, ahjuma balik menyindir jika Young Ja merasa sangat elegan dan berharga, kenapa tinggal di tempat seperti ini.
Ternyata mereka berkelahi karena pipa saluran di rumah ahjuma bocor dan airnya menetes ke rumah Young Ja. Karena itu Young Ja menyuruh ahjuma memanggil seseorang untuk memperbaiki kebocoran. Tapi ahjuma balik menyuruh Young Ja saja yang membeli material dan menambal kebocoran.
Young Ja tak terima, "Lalu, air menetes dari langit-langit di ruang keluarga kami...tidak ada kaitannya denganmu?".
"Tentu saja tidak ada kaitannya", jawab ahjuma nyolot.
"Wanita kulit tebal ini", tanpa peringatan Young Ja langsung menyerang ahjuma dengan menarik rambutnya tampa ampun.
Ahjuma itu masih bernasib baik karena ada Chul Goo yang memisahkannya dari cengkraman Young Ja. Tubuh ahjuma itu bergetar syok, tak bisa berkata apa-apa.
Di rumah, Young Ja tak berhenti mengomel. Jika air bocor dari kamar mandi mereka dan menyebabkan kerusakan. Seharusnya tetanga itu memperbaiki saluran air, beraninya mereka berpura-pura merasa tidak bersalah.
Chul Goo meminta Young Ja untuk mengubah sikapnya. Jika terus begini, dalam waktu beberapa hari tetangga sekitar akan mengenali ibunya sebagai tukang berkelahi. Bagi Young Ja itu tidak penting, segera setelah mereka menangkap pengacara Hong kita akan segera pindah dari sini dan tanpa melihat ke belakang.
Emosi Young Ja kembali tersulut mendengar air yang menetes di lantai. Ia berniat ingin kembali melabrak tetangga. Sebelum hal itu terjadi, Chul Goo lebih dulu menghentikan. Young Ja menarik napas kesal, ia tetap mereka "kelasnya" lebih tinggi dibandingkan orang lain.
Joo Ri berdiam diri di kamar, tanpa memperdulikan keadaan sekitar. Chul Goo ingin masuk, tapi pintunya terhalang oleh barang-barang Joo Ri yang menumpuk di belakang pintu. Kamar kecil itu tak cukup menampung barang Joo Ri yang banyak. Jadi kalau mau masuk kamar, harus miring jalannya.
Chul Goo heran melihat adiknya yang terus mengurung diri di kamar, keluar kamarlah dan bicara dengan ibu. "Jangan ganggu aku", jawab Joo Ri pendek. Barulah Joo Ri bereaksi saat Chul Goo mengatakan rencana keberangkatan Se Yoon ke Amerika.
"Kantor cabang di Amerika?".
"Ya. Dia akan pergi minggu ini".
"Bersama Chae Won", tanya Joo Ri ingin tahu.
Chul Goo berkata kenapa Chae Won harus mau ikut ke Amerika, Se Yoon akan pergi sendiri. Joo Ri menarik napas menyesal, jika tahu akan seperti ini seharusnya ia tetap tinggal di sisi Se Yoon dengan diam-diam. Karena situasinya berubah mungkin masih ada harapan baginya untuk menikah dengan Se Yoon.
"Jika kau dan Chae Won tidak bercerai, tidak akan ada kesempatan bagi Chae Won dan Se Yoon untuk bertemu. Lalu aku tidak akan mengacaukan perusahaan".
Sol Joo bertanya apa Se Yoon bertemu dengan Choon Hee dirumah mie. Se Yoon menjawab tidak. Sol Joo menerka apa mungkin Choon Hee tidak tahu kalau kakek meninggal. Se Yoon berkata Hyo Dong meninggalkan pesan suara mengabarkan kematian kakek. Sol Joo khawatir dinana Choon Hee sekarang, kenapa dia tidak menjawab telepon.
Kemudian Sol Joo bertanya apa Se Yoon bertemu dengan Chae Won. Se Yoon menghindari pertanyaan dengan berkata ingin beristirahat di kamar.
"Apa kau tidak mendengar Ayah mertua meninggal?. Dia mengkhawatirkanmu dan merindukanmu sampai saat-saat terakhir dia meninggal. Pemakamannya besok. Cepat datanglah. Ucapkanlah selamat jalan untuk yang terakhir kali. Aku akan menunggu".
Itulah pesan suara yang ditinggalkan Hyo Dong untuk Choon Hee. Tapi berita duka itu tak membuat Choon Hee berlari ke rumah mie. Ia memilih menangis sendirian di tempat persembunyiannya.
"Ayah maafkan aku. Aku gagal melaksanakan kewajiban sebagai anak. Aku tak bisa menemanimu saat kau pergi jauh. Maafkan aku, ayah".
Hari ini merupakan hari pemakaman kakek. Di ikuti anggota keluarga lainya, Hyo Dong jalan paling depan dengan membawa foto kakek mengelilingi pabrik. Tempat dimana kakek mendedikasikan seluruh hidupnya. Sembari mengelilingi pabrik, mereka ingat memori saat bersama-sama kakek, bagaimana cara kakek mengajari mereka menjadi pembuat mie yang baik.
Terlebih Chae Won, cucu kesayangan yang sangat dekat dengan kakek. Tentang harapan kakek yang mengingikan Chae Won menjadi penerusnya.
Warga sekitar ikut mengantar kakek ke tempat peristirahatan terakhir. Jenazah kakek di letakan di atas tandu yang di angkut oleh orang banyak (mirip ucapara ngaben di bali). Sepanjang perjalanan, anggota keluarga tak bisa berhenti menangis, terutama nenek yang menangis merintih, "Bawa aku bersamamu juga!".
Setibanya di pemakaman, tangis nenek semakin menjadi begitu peti mati dimasukan ke liang lahat, "Tempat ini begitu dingin, bagaimana bisa aku meninggalkanmu sendirian disana. Bawa aku pergi bersamamu".
Ki Choon : Jika ibu seperti ini, ayah tidak akan bisa pergi.
Kang Sook : Ibu, relakan ayah pergi dengan tenang.
Karena terlalu sedih dan terpukul, nenek hampir pingsan. Choon Hee yang melihat proses pemakaman dari jauh. Terisak sedih di tempatnya, tanpa berani menampakan diri.
Sebelum kuburan di timpun tanah, Chae Won membagikan mie kepada anggota keluarga. Ini adalah mie kesukaan kakek, "Aku ingin mengirimkan ini sebelum dia pergi".
Ki Moon berjanji akan berkeja dengan baik di pabrik dan memastikan nenek makan dengan baik, "Jangan mengkhawatirkan apapun di sini. Pergilah dengan tenang ayah". Ki Choon juga berjanji akan menjadi orang baik dan hidup dengan benar.
Tangisan menyayat hati semakin nyaring terdengar, ketika sedikit demi sedikit peti mati tertutup tanah. Ki Ok berguman alangkah lebih baiknya jika kakek sempat melihat kelahiran bayi yang ia kandung.
Kang Jin : Janjiku padamu untuk bertemu 50 tahun lagi aku pasti akan menepatinya.
Seul Hong : Aku menyayangimu, kakek
Bo Reum : Kakek, aku akan merindukanmu
Chae Won : Kakek, kau lah guru terbaik seumur hidupmu. Terima kasih, kakek.
(nangis..nangis...hiks..hiks...)
Usai pemakaman, Hyo Dong melihat kehadiran Choon Hee di areal pemakaman. Choon Hee segera lari begitu mengetahui Hyo Dong melihatnya. Tapi rupanya, diam-diam Hyo Dong mengikuti Choon Hee ke tempat tinggalnya yang sekarang.
Hyo Dong tak habis pikir, bagaimana bisa seorang manusia bisa melukan hal ini, "Kau sangat tahu perasaanku. Bagaimana bisa kau begitu kasar, kejam, dan mengakhirinya seperti itu?. Apa kau sama sekali tidak mengkhawatirkanku?".
"Bagaimana aku tidak khawatir. Aku sangat khawatir".
Seakan memarahi Choon Hee, Hyo Dong bertanya hanya dengan meninggalkan surat cerai dan tidak bisa di hubungi sama sekali, itukah yang dimaksud dengan khawatir. Choon Hee meminta Hyo Dong mengerti, aku tidak punya pilihan lain.
"Jika kebetulan aku tidak melihatmu di pemakaman, apa kau berencana untuk tidak menghubungiku lagi selamanya?".
Choon Hee bertanya lalu apa yang harus ia lakukan. Jika ia mengorbankan diri, ke dua anak yang ia sayangi bisa hidup bahagia, "Karena aku seorang ibu, aku tidak boleh serakah dan mengabaikan mereka".
Bukan maksud Hyo Dong untuk mengabaikan mereka, "Aku hanya berkata supaya memberi waktu untuk berpikir".
"Anak-anakku menangis darah, bagaimana bisa aku melihat jalan lain?".
Bagaimanapun, karena sudah bertemu Hyo Dong tak ingin pulang sendirian. Apa yang terjadi, Hyo Dong akan membawa Choon Hee pulang kerumah. Hyo Dong bergerak ingin mengemasi pakaian istrinya. Namun Choon Hee tetap pada keputusannya, ketika ia pergi dari rumah meninggalkan Hyo Dong dan keluarga, telah ia pikirkan sebelumnya. Dan keputusan itu ia ambil dengan sungguh-sungguh. Choon Hee menyuruh Hyo Dong pulang sendiri, lalu pergi meninggalkan Hyo Dong yang hampir menangi.
Sama seperti Hyo Dong, Sol Joo juga tengah berusaha mengubah keputusan presdri Lee untuk mengurungkan niatnya mengirim Se Yoon ke Amerika. Demi melihat anak-anak bisa menikah, Choon Hee bahkan mengorbankan diri dengan menandatangi surat cerai dan pergi dari rumah. Jika Choon Hee bukan ibu tirinya Chae Won, pernikahan Se Yoon - Chae Won tidak akan ada masalah.
"Jika aku membunuh Choon Hee 30 tahun yang lalu, maka kini kau yang melakukannya. Anak-anak bahkan tidak berhubungan darah. Tidak ada masalah hukum. Kau hanya perlu memberikan persetujuanmu".
"Jangan mengajariku. Ini bertentangan dengan nilai-nilai dan cara hidupku", ucap presdsir Lee keras hati.
Sol Joo geram, karena kepribadaian presdir Lee yang berorientasikan pada prinsip-prinsip itu, Choon Hee memaksa dirinya berpisah dari ayah Chae Won. Dan pada akhirnya kau membuat anak-anak berpisah juga?.
"Kau mengatakan semua ini salahku. Menurutmu karena siapa semua ini terjadi?", bentak presdis Lee.
"Lagi-lagi kau bicara tentang asal usul masalah ini. Aku mengerti", Sol Joo pergi ke kamar.
Se Yoon sedang membereskan meja kerjanya, ketika Joo Ri datang berkunjung. Se Yoon terkejut, "Kenapa kau kesini?".
Keduanya lalu bicara di atas atap. Joo Ri berkata mendengar kabar tentang keberangkatan Se Yoon ke Amerika. Sebelum Se Yoon benar-benar pergi, Joo Ri ingin meminta maaf. Joo Ri bisa mengerti jika Se Yoon mungkin tak mau memaafkannya karena telah mencuri para ahli gizi serta menggunakan niat buruk dan kecurangan dalam bersaing di pasar.
"Aku benar-benar minta maaf. Aku salah. Karena aku merasa di khianati olehmu, aku melakukan apa saja dan hanya memikirkan bagaimana caranya membalas dendam padamu. Pada akhirnya aku menerima hukuman ini. Maafkan aku".
Se Yoon tidak menyimpan rasa dendam sedikitpun, ia pun sadar telah menyakiti hati Joo Ri. Lupakan semua yang telah terjadi dan mulai hidup yang baru. Joo Ri mengangguk, memang itu yang harus ia lakukan saat ini. Se Yoon bertanya bagaimana dengan pekerjaan Joo Ri sekarang. Joo Ri berkata ia sedang mencari pekerjaan, tapi tidaklah mudah.
Ia kemudian bertanya, jika Se Yoon pergi ke Amerika kali ini mungkinkah akan kembali ke Korea. Entahlah, jawab Se Yoon menerawang menatap lurus ke depan. Sampai hatinya menjadi jernih (tenang) ia akan terus menetap di Amerika.
Young Ja berusaha melacak keberadaan pengacar Hong yang membawa kabur semua uangnya. Ia berjanji akan memberikan bayaran yang besar jika detektif yang ia sewa bisa menemukan orang busuk itu. Tapi 5 juta won bayaran dimuka terlalu besar untuk Young Ja berikan saat ini.
Begini saja, Young Ja menawarkan akan memberikan 10 % dari harta yang dibawa kabur pengacara Hong. Jika di nilai dengan uang, jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan 5 juta Won. Detektif bayaran yang tidak mau langsung memutus telepon detik itu juga.
Bukan Young Ja jika tidak ngomel. Ia mengatai detektif itu seperti pemunuh sejati. Untuk menemukan satu orang saja dia meminta uang yang begitu banyak. Chul Goo menyarankan ibunya untuk berhenti, "Kita sudah memberikan begitu banyak uang kepada agen detektif yang lain".
Young Ja bertanya apa yang Chul Goo tulis dari tadi. Chul Goo menjawab menulis resume pengalaman bekerja. Jika ia menyebarkan resume ini dan memohon pada semua senior (kakak kelas) yang ia kenal, Chul Goo yakin akan memperoleh pekerjaan.
Bukanya menyemangati, Young Ja malah mengeluh. Baru kemarin Chul Goo sesumbar janji akan mendapatkan kembali rumah lama mereka. Kapan Chul Goo akan bisa membeli kembali rumah itu jika hanya menjadi karyawan biasa. Sikap optimis Chul Goo rupanya berguna disaat seperti ini, ia meminta ibunya menunggu sedikit lagi.
Terdengar bunyi bel. Young Ja berdiri membuka pintu. Ia langsung mundur dengan wajah takut tak kala ahjuma tetangga memasang wajah marah sembari menenteng kantong sampah, "Ini sampah dari rumahmu, kan?"
Young Ja menyangkal tidak ada namanya tertera di kantong sampah, bagaimana kami tahu kalau itu punya kami.
"Ahjuma, namamu adalah Bang Young Ja, ya kan?".
"Bagaimana kau tahu namaku?".
Ahjuma tetangga menunjukan surat yang ia temukan dari kantong sampah. Surat perjanjian perusahaan pindahan. Sudah jelas ada nama Young Ja disana, jadi jangan berpikir untuk mengelak.
Young Ja berlagak bloon kenapa ada surat itu di dalam sana. Chul Goo berdiri menyapa ahjuma. Ahjuma berkata akan membiarkannya karena ini pertama kalinya, tapi jika ia menemukan lagi sampah makanan di campur dengan sampah lainnya. Ia menggertak akan melaporkan Young Ja pada organisasi dan mendapatkan 10 ribu dari Young Ja. Berhati-hatilah mulai sekarang.
(Note : Ada peraturan di korea, sampah rumah tangga wajib di pisahkan. Sampah basah dan sampah kering. Jika melanggar akan di kenakan denda).
Chul Goo segera mengambil kantong sampah itu sembari meminta maaf dan berkat akan berhati-hati. Young Ja yang tidak pernah mau kalah dengan kasar menyodorkan uang 10 ribu Won, "Gunakan ini untuk makan dan pergilah.
"Sungguh kau wanita yang kasar dan kurang ajar", kata ahjuma kesal
"Apa? Wanita kasar dan kurang ajar?", Young Ja bak singa yang langsung menerkam mangsanya. Lagi-lagi ia menjambak rambut ahjuma seperti kemarin malam.
Kali ini, ahjuma tidak diam saja seperti kemarin. Ia balik menyerang menjambak rambut Young Ja. Sampai-sampai, Chul Goo harus mati-matian memisahkan mereka. Baik Young Ja dan ahjuma tak ada yang mau mengalah... Melihat 2 ahjuma yang bertengkar itu emang ribet ya, hehehe..
Chul Goo menghibur Young Ja dengan memberikannya es loli rasa coklat. Rasa dinginnya membuat gigi Young Ja ngilu. Chul Goo sedikit bercanda dengan bertanya haruskah ia memanaskan es loli sampai mencair dan menyuapi ibunya. Young Ja berkata tidak perlu.
Karena sekarang mereka sudah pindah, Chul Goo minta pada ibunya untuk mencoba bergaul dengan para tetangga, "Ibu berkelahi sepanjang waktu seperti ayam petarung. Ap yang harus kita lakukan, ibu?"
"Ibu hanya marah..pindah ke lingkungan seperti ini membuat ibu marah. Berbicara dengan para wanita-wanita itu juga membuat ibu marah. Joo Ri yang bertindak gegabah membuat mie yang gegabah dalam membut mie, itu yang membuat ibu marah. Di dalam tubuh ibu terbakar api kemarahan".
Chul Goo sangat mengerti perasaan ibunya saat ini, tapi apa yang bisa kita lakukan. Kita harus menerima ini. Young Ja menangis, di benaknya ia mencoba mengerti tapi tidak di dalam hati. Bagaimana presdir Golden Dragon Foods, Bang Young Ja menjadi orang yang tidak penting begini?. Seolah-olah ibu merasa ini adalah mimpi, rasanya tidak seperti kenyataan.
Young Ja menangis sesengukan. Chul Goo menepuk-nepuk punggung ibunya. Ia merasa bersalah karena menjadi anak yang tidak berguna. Diantara tangisnya, Young Ja berkata, "Ibu tidak suka bercampur dengan orang-orang rendahan seperti itu di lingkungan semacam ini. Ibu ingin pulang ke rumah".
"Ibu, sebentar lagi, Kita bertahan sedikit lagi. Ibu, jangan menangis", kata Chul Goo menenangkan.
Lanjut Ke Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 48 Part 2
Komentar :
Wajar jika Young Ja merasa sangat marah dan stres. Ia yang merasa lebih "tinggi" dari orang lain kini harus tinggal di perumahan susun. Rumah kecil dan hidup sederhana. Seandainya, Young Ja bisa sadar bahwa ini semua karma karena terlalu banyak menyakiti orang lain.
Sikap dingin Se Yoon membuat Chul Goo heran, "Apa kalian bertengkar?". Chae Won enggan menjawab, dengan nada lemas ia menyuruh Chul Goo memberi penghormatan terakhir pada kakek dan makan mie sebelum pulang. Chae Won pergi.
Di dalam rumah Se Yoon memberikan penghormatan terakhir pada kakek. Ki Moon ingat, kakek selalu berkata tidak ada yang pantas menjadi cucu menantunya selain Se Yoon. Hal itu menujukan betapa kakek sangat menyukai Se Yoon.
Se Yoon meminta maaf pada foto kakek karena datang terlambat. Hyo Dong mengenggam tangan Se Yoon, mengucapkan terima kasih karena Se Yoon menyempatkan datang saat dia sibuk. Seakan menenangkan anggota keluarga yang bersedih, Se Yoon berkata kakek kini pergi ke tempat yang lebih baik, tempat yang penuh kedamaian.
Chul Goo masuk dan langsung menangis begitu melihat foto kakek. Dalam tangisnya, Chul Goo menyesal karena semasa hidupnya hanya memberi ke khawatiran (karena menyakiti Chae Won). Ki Choon kesal karena tangisan Chul Goo hanya membuat suasana semakin sedih. Ia hendak membawa Chul Goo keluar, tapi Ki Moon menahan. Biarkan saja dia.
Chul Goo duduk bersimpuh di depan foto kakek sambil menangis sesengukan, "Aku tidak tahu kalau kau sakit begini, bahkan tidak dalam mimpiku. Jika aku tahu, sebelum kau meninggal dunia, aku akan membawakanmu jelly kacang merah manis yang sangat kau sukai. Kakek. Kumohon maafkan anakmu yang tidak patuh ini Kakek.
Tangisan merintih itu membuat Ki Choon dan Kang Jin ikut menangis. Hyo Dong mengajak Se Yoo bicara berdua dengannya di halaman belakang.
Pada Se Yoon, Hyo Dong menanyakan kabar Sol Joo. Se Yoon menjawab keadaan Sol Joo telah membaik. Hyo Dong berkata Se Yoon harus mendampingi dan memberi kekuatan pada Sol Joo, "Seperti yang ku katakan padamu sebelumnya. Wanita yang melahirkanmu adalah ibumu dan wanita yang membesarkanmu juga ibumu".
Giliran Se Yoon yang menanyakan kabar Choon Hee. Hyo Dong menjawab belum mendengar kabar darinya sejak mereka terakhir kali bicara di telepon. Ia mengirimkan pesan mengabarkan kalau kakek meninggal dunia. Hyo Dong sedang menunggu, apa Choon Hee akan datang sekarang atau nanti. Tapi sepertinya dia tidak datang.
Se Yoon mengatakan apa pergi ke Amerika hari jum'at minggu ini, "Aku ditugaskan di kantor cabang di Amerika".
Hyo Dong terkejut, "Apa Chae Won tahu soal ini?".
Se Yoon mengangguk sedih, "Aku berharap dia menahanku untuk tidak pergi. Tapi bahkan dia tidak bergeming sedikit pun".
Sebelum pulang Se Yoon menyempatkan diri menemui Chae Won. Ia kembali bersikap seperti Se Yoon yang hangat ketika berpamitan pulang.
"Mungkin kita tidak akan bertemu lagi, sebelum aku pergi ke Amerika aku akan mengucapkan selamat tinggal terlebih dahulu. Jaga kesehatanmu dan hiduplah dengan baik". (pedih, hatiku terasa seperti teriris pisau T_T )
"Kau juga jagalah kesehatan dan hiduplah yang baik", jawab Chae Won menyembunyikan kesehat. Menunduk wajah tak berani menatap mata Se Yoon.
"Tentu. Aku pasti akan melakukannya. Berhati-hatilah", jawab Se Yoon getir.
Chae Won tetap menunduk menyembunyikan tangis dan baru mengangkat wajahnya saat Se Yoon melangkah pergi.
Chul Goo datang, tadi ia sempat mendengar kalau Se Yoon akan pergi ke Amerika. Pasti saat ini Chae Won sangat tertekan mengalami masa-masa sulit. Merasa terusik, Chae Won meminta Chul Goo untuk berhenti mengurusi masalah orang lain, "Urus saja dirimu sendiri".
"Aku bukanlah Kim Chul Goo yang dulu. Tunggu dan lihat saja, aku pasti akan kembali dengan mengagumkan. Aku pasti pasti akan muncul dan berdiri di hadapanmu", ucap Chul Goo serius.
Pasti Chul Goo masih menyimpan harapan bisa kembali bersama Chae Won. Tetapi, ucapan Chul Goo yang seperti itu hanya membuat perasaan Chae Won semakin buruk. Dari pada terus meladeni Chul Goo, Chae Won memilih pergi. Setengah berteriak, Chul Goo berkata perkatannya itu bukanlah omong kosong. Segera ia pasti akan menunjukan pada Chae Won, dirinya yang sudah berubah.
Nenek memandangi foto pernikahan Hyo Dong - Choon Hee. Dimana juga ada foto dirinya bersama kakek yang memakai baju pengantin. Tangis nenek kembali pecah teringat saat sering mengomeli kakek, padahal saat itu kakek sedang sakit.
"Maafkan aku, suamiku. Jika kau mempunyai kekecewaan apapun, beritahukan semuanya sebelum pergi. Aku akan segera mengikutimu".
Chae Won bersama para pamannya datang menenangkan nenek. Nenek merasa tubuhnya seperti terbakar ketika memikirkan kakek yang pasti merasa sedih ketika di diagnosa mengidap kanker. Meski tidak ada orang lain yang tahu, paling tidak seharusnya nenek mengetahuinya, karena mereka tidur di bawah selimut yang sama dan makan bersama-sama.
"Aku sangat tidak perhatian. Aku salah...Sayang...Maafkan aku. Aku akan menerima semua hukuman atas semua dosa-dosaku nanti, saat pergi ke surga".
Entah karena stres ingin melampiaskan kemarahan atau memang tabiatnya, Young Ja mengajak ahjuma tetangga bertengkar. Ia mengejek ahjuma memiliki selera rendahan. Setipe dengan Young Ja, ahjuma balik menyindir jika Young Ja merasa sangat elegan dan berharga, kenapa tinggal di tempat seperti ini.
Ternyata mereka berkelahi karena pipa saluran di rumah ahjuma bocor dan airnya menetes ke rumah Young Ja. Karena itu Young Ja menyuruh ahjuma memanggil seseorang untuk memperbaiki kebocoran. Tapi ahjuma balik menyuruh Young Ja saja yang membeli material dan menambal kebocoran.
Young Ja tak terima, "Lalu, air menetes dari langit-langit di ruang keluarga kami...tidak ada kaitannya denganmu?".
"Tentu saja tidak ada kaitannya", jawab ahjuma nyolot.
"Wanita kulit tebal ini", tanpa peringatan Young Ja langsung menyerang ahjuma dengan menarik rambutnya tampa ampun.
Ahjuma itu masih bernasib baik karena ada Chul Goo yang memisahkannya dari cengkraman Young Ja. Tubuh ahjuma itu bergetar syok, tak bisa berkata apa-apa.
Di rumah, Young Ja tak berhenti mengomel. Jika air bocor dari kamar mandi mereka dan menyebabkan kerusakan. Seharusnya tetanga itu memperbaiki saluran air, beraninya mereka berpura-pura merasa tidak bersalah.
Chul Goo meminta Young Ja untuk mengubah sikapnya. Jika terus begini, dalam waktu beberapa hari tetangga sekitar akan mengenali ibunya sebagai tukang berkelahi. Bagi Young Ja itu tidak penting, segera setelah mereka menangkap pengacara Hong kita akan segera pindah dari sini dan tanpa melihat ke belakang.
Emosi Young Ja kembali tersulut mendengar air yang menetes di lantai. Ia berniat ingin kembali melabrak tetangga. Sebelum hal itu terjadi, Chul Goo lebih dulu menghentikan. Young Ja menarik napas kesal, ia tetap mereka "kelasnya" lebih tinggi dibandingkan orang lain.
Joo Ri berdiam diri di kamar, tanpa memperdulikan keadaan sekitar. Chul Goo ingin masuk, tapi pintunya terhalang oleh barang-barang Joo Ri yang menumpuk di belakang pintu. Kamar kecil itu tak cukup menampung barang Joo Ri yang banyak. Jadi kalau mau masuk kamar, harus miring jalannya.
Chul Goo heran melihat adiknya yang terus mengurung diri di kamar, keluar kamarlah dan bicara dengan ibu. "Jangan ganggu aku", jawab Joo Ri pendek. Barulah Joo Ri bereaksi saat Chul Goo mengatakan rencana keberangkatan Se Yoon ke Amerika.
"Kantor cabang di Amerika?".
"Ya. Dia akan pergi minggu ini".
"Bersama Chae Won", tanya Joo Ri ingin tahu.
Chul Goo berkata kenapa Chae Won harus mau ikut ke Amerika, Se Yoon akan pergi sendiri. Joo Ri menarik napas menyesal, jika tahu akan seperti ini seharusnya ia tetap tinggal di sisi Se Yoon dengan diam-diam. Karena situasinya berubah mungkin masih ada harapan baginya untuk menikah dengan Se Yoon.
"Jika kau dan Chae Won tidak bercerai, tidak akan ada kesempatan bagi Chae Won dan Se Yoon untuk bertemu. Lalu aku tidak akan mengacaukan perusahaan".
Sol Joo bertanya apa Se Yoon bertemu dengan Choon Hee dirumah mie. Se Yoon menjawab tidak. Sol Joo menerka apa mungkin Choon Hee tidak tahu kalau kakek meninggal. Se Yoon berkata Hyo Dong meninggalkan pesan suara mengabarkan kematian kakek. Sol Joo khawatir dinana Choon Hee sekarang, kenapa dia tidak menjawab telepon.
Kemudian Sol Joo bertanya apa Se Yoon bertemu dengan Chae Won. Se Yoon menghindari pertanyaan dengan berkata ingin beristirahat di kamar.
"Apa kau tidak mendengar Ayah mertua meninggal?. Dia mengkhawatirkanmu dan merindukanmu sampai saat-saat terakhir dia meninggal. Pemakamannya besok. Cepat datanglah. Ucapkanlah selamat jalan untuk yang terakhir kali. Aku akan menunggu".
Itulah pesan suara yang ditinggalkan Hyo Dong untuk Choon Hee. Tapi berita duka itu tak membuat Choon Hee berlari ke rumah mie. Ia memilih menangis sendirian di tempat persembunyiannya.
"Ayah maafkan aku. Aku gagal melaksanakan kewajiban sebagai anak. Aku tak bisa menemanimu saat kau pergi jauh. Maafkan aku, ayah".
Hari ini merupakan hari pemakaman kakek. Di ikuti anggota keluarga lainya, Hyo Dong jalan paling depan dengan membawa foto kakek mengelilingi pabrik. Tempat dimana kakek mendedikasikan seluruh hidupnya. Sembari mengelilingi pabrik, mereka ingat memori saat bersama-sama kakek, bagaimana cara kakek mengajari mereka menjadi pembuat mie yang baik.
Terlebih Chae Won, cucu kesayangan yang sangat dekat dengan kakek. Tentang harapan kakek yang mengingikan Chae Won menjadi penerusnya.
Warga sekitar ikut mengantar kakek ke tempat peristirahatan terakhir. Jenazah kakek di letakan di atas tandu yang di angkut oleh orang banyak (mirip ucapara ngaben di bali). Sepanjang perjalanan, anggota keluarga tak bisa berhenti menangis, terutama nenek yang menangis merintih, "Bawa aku bersamamu juga!".
Setibanya di pemakaman, tangis nenek semakin menjadi begitu peti mati dimasukan ke liang lahat, "Tempat ini begitu dingin, bagaimana bisa aku meninggalkanmu sendirian disana. Bawa aku pergi bersamamu".
Ki Choon : Jika ibu seperti ini, ayah tidak akan bisa pergi.
Kang Sook : Ibu, relakan ayah pergi dengan tenang.
Karena terlalu sedih dan terpukul, nenek hampir pingsan. Choon Hee yang melihat proses pemakaman dari jauh. Terisak sedih di tempatnya, tanpa berani menampakan diri.
Sebelum kuburan di timpun tanah, Chae Won membagikan mie kepada anggota keluarga. Ini adalah mie kesukaan kakek, "Aku ingin mengirimkan ini sebelum dia pergi".
Ki Moon berjanji akan berkeja dengan baik di pabrik dan memastikan nenek makan dengan baik, "Jangan mengkhawatirkan apapun di sini. Pergilah dengan tenang ayah". Ki Choon juga berjanji akan menjadi orang baik dan hidup dengan benar.
Tangisan menyayat hati semakin nyaring terdengar, ketika sedikit demi sedikit peti mati tertutup tanah. Ki Ok berguman alangkah lebih baiknya jika kakek sempat melihat kelahiran bayi yang ia kandung.
Kang Jin : Janjiku padamu untuk bertemu 50 tahun lagi aku pasti akan menepatinya.
Seul Hong : Aku menyayangimu, kakek
Bo Reum : Kakek, aku akan merindukanmu
Chae Won : Kakek, kau lah guru terbaik seumur hidupmu. Terima kasih, kakek.
(nangis..nangis...hiks..hiks...)
Usai pemakaman, Hyo Dong melihat kehadiran Choon Hee di areal pemakaman. Choon Hee segera lari begitu mengetahui Hyo Dong melihatnya. Tapi rupanya, diam-diam Hyo Dong mengikuti Choon Hee ke tempat tinggalnya yang sekarang.
Hyo Dong tak habis pikir, bagaimana bisa seorang manusia bisa melukan hal ini, "Kau sangat tahu perasaanku. Bagaimana bisa kau begitu kasar, kejam, dan mengakhirinya seperti itu?. Apa kau sama sekali tidak mengkhawatirkanku?".
"Bagaimana aku tidak khawatir. Aku sangat khawatir".
Seakan memarahi Choon Hee, Hyo Dong bertanya hanya dengan meninggalkan surat cerai dan tidak bisa di hubungi sama sekali, itukah yang dimaksud dengan khawatir. Choon Hee meminta Hyo Dong mengerti, aku tidak punya pilihan lain.
"Jika kebetulan aku tidak melihatmu di pemakaman, apa kau berencana untuk tidak menghubungiku lagi selamanya?".
Choon Hee bertanya lalu apa yang harus ia lakukan. Jika ia mengorbankan diri, ke dua anak yang ia sayangi bisa hidup bahagia, "Karena aku seorang ibu, aku tidak boleh serakah dan mengabaikan mereka".
Bukan maksud Hyo Dong untuk mengabaikan mereka, "Aku hanya berkata supaya memberi waktu untuk berpikir".
"Anak-anakku menangis darah, bagaimana bisa aku melihat jalan lain?".
Bagaimanapun, karena sudah bertemu Hyo Dong tak ingin pulang sendirian. Apa yang terjadi, Hyo Dong akan membawa Choon Hee pulang kerumah. Hyo Dong bergerak ingin mengemasi pakaian istrinya. Namun Choon Hee tetap pada keputusannya, ketika ia pergi dari rumah meninggalkan Hyo Dong dan keluarga, telah ia pikirkan sebelumnya. Dan keputusan itu ia ambil dengan sungguh-sungguh. Choon Hee menyuruh Hyo Dong pulang sendiri, lalu pergi meninggalkan Hyo Dong yang hampir menangi.
Sama seperti Hyo Dong, Sol Joo juga tengah berusaha mengubah keputusan presdri Lee untuk mengurungkan niatnya mengirim Se Yoon ke Amerika. Demi melihat anak-anak bisa menikah, Choon Hee bahkan mengorbankan diri dengan menandatangi surat cerai dan pergi dari rumah. Jika Choon Hee bukan ibu tirinya Chae Won, pernikahan Se Yoon - Chae Won tidak akan ada masalah.
"Jika aku membunuh Choon Hee 30 tahun yang lalu, maka kini kau yang melakukannya. Anak-anak bahkan tidak berhubungan darah. Tidak ada masalah hukum. Kau hanya perlu memberikan persetujuanmu".
"Jangan mengajariku. Ini bertentangan dengan nilai-nilai dan cara hidupku", ucap presdsir Lee keras hati.
Sol Joo geram, karena kepribadaian presdir Lee yang berorientasikan pada prinsip-prinsip itu, Choon Hee memaksa dirinya berpisah dari ayah Chae Won. Dan pada akhirnya kau membuat anak-anak berpisah juga?.
"Kau mengatakan semua ini salahku. Menurutmu karena siapa semua ini terjadi?", bentak presdis Lee.
"Lagi-lagi kau bicara tentang asal usul masalah ini. Aku mengerti", Sol Joo pergi ke kamar.
Se Yoon sedang membereskan meja kerjanya, ketika Joo Ri datang berkunjung. Se Yoon terkejut, "Kenapa kau kesini?".
Keduanya lalu bicara di atas atap. Joo Ri berkata mendengar kabar tentang keberangkatan Se Yoon ke Amerika. Sebelum Se Yoon benar-benar pergi, Joo Ri ingin meminta maaf. Joo Ri bisa mengerti jika Se Yoon mungkin tak mau memaafkannya karena telah mencuri para ahli gizi serta menggunakan niat buruk dan kecurangan dalam bersaing di pasar.
"Aku benar-benar minta maaf. Aku salah. Karena aku merasa di khianati olehmu, aku melakukan apa saja dan hanya memikirkan bagaimana caranya membalas dendam padamu. Pada akhirnya aku menerima hukuman ini. Maafkan aku".
Se Yoon tidak menyimpan rasa dendam sedikitpun, ia pun sadar telah menyakiti hati Joo Ri. Lupakan semua yang telah terjadi dan mulai hidup yang baru. Joo Ri mengangguk, memang itu yang harus ia lakukan saat ini. Se Yoon bertanya bagaimana dengan pekerjaan Joo Ri sekarang. Joo Ri berkata ia sedang mencari pekerjaan, tapi tidaklah mudah.
Ia kemudian bertanya, jika Se Yoon pergi ke Amerika kali ini mungkinkah akan kembali ke Korea. Entahlah, jawab Se Yoon menerawang menatap lurus ke depan. Sampai hatinya menjadi jernih (tenang) ia akan terus menetap di Amerika.
Young Ja berusaha melacak keberadaan pengacar Hong yang membawa kabur semua uangnya. Ia berjanji akan memberikan bayaran yang besar jika detektif yang ia sewa bisa menemukan orang busuk itu. Tapi 5 juta won bayaran dimuka terlalu besar untuk Young Ja berikan saat ini.
Begini saja, Young Ja menawarkan akan memberikan 10 % dari harta yang dibawa kabur pengacara Hong. Jika di nilai dengan uang, jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan 5 juta Won. Detektif bayaran yang tidak mau langsung memutus telepon detik itu juga.
Bukan Young Ja jika tidak ngomel. Ia mengatai detektif itu seperti pemunuh sejati. Untuk menemukan satu orang saja dia meminta uang yang begitu banyak. Chul Goo menyarankan ibunya untuk berhenti, "Kita sudah memberikan begitu banyak uang kepada agen detektif yang lain".
Young Ja bertanya apa yang Chul Goo tulis dari tadi. Chul Goo menjawab menulis resume pengalaman bekerja. Jika ia menyebarkan resume ini dan memohon pada semua senior (kakak kelas) yang ia kenal, Chul Goo yakin akan memperoleh pekerjaan.
Bukanya menyemangati, Young Ja malah mengeluh. Baru kemarin Chul Goo sesumbar janji akan mendapatkan kembali rumah lama mereka. Kapan Chul Goo akan bisa membeli kembali rumah itu jika hanya menjadi karyawan biasa. Sikap optimis Chul Goo rupanya berguna disaat seperti ini, ia meminta ibunya menunggu sedikit lagi.
Terdengar bunyi bel. Young Ja berdiri membuka pintu. Ia langsung mundur dengan wajah takut tak kala ahjuma tetangga memasang wajah marah sembari menenteng kantong sampah, "Ini sampah dari rumahmu, kan?"
Young Ja menyangkal tidak ada namanya tertera di kantong sampah, bagaimana kami tahu kalau itu punya kami.
"Ahjuma, namamu adalah Bang Young Ja, ya kan?".
"Bagaimana kau tahu namaku?".
Ahjuma tetangga menunjukan surat yang ia temukan dari kantong sampah. Surat perjanjian perusahaan pindahan. Sudah jelas ada nama Young Ja disana, jadi jangan berpikir untuk mengelak.
Young Ja berlagak bloon kenapa ada surat itu di dalam sana. Chul Goo berdiri menyapa ahjuma. Ahjuma berkata akan membiarkannya karena ini pertama kalinya, tapi jika ia menemukan lagi sampah makanan di campur dengan sampah lainnya. Ia menggertak akan melaporkan Young Ja pada organisasi dan mendapatkan 10 ribu dari Young Ja. Berhati-hatilah mulai sekarang.
(Note : Ada peraturan di korea, sampah rumah tangga wajib di pisahkan. Sampah basah dan sampah kering. Jika melanggar akan di kenakan denda).
Chul Goo segera mengambil kantong sampah itu sembari meminta maaf dan berkat akan berhati-hati. Young Ja yang tidak pernah mau kalah dengan kasar menyodorkan uang 10 ribu Won, "Gunakan ini untuk makan dan pergilah.
"Sungguh kau wanita yang kasar dan kurang ajar", kata ahjuma kesal
"Apa? Wanita kasar dan kurang ajar?", Young Ja bak singa yang langsung menerkam mangsanya. Lagi-lagi ia menjambak rambut ahjuma seperti kemarin malam.
Kali ini, ahjuma tidak diam saja seperti kemarin. Ia balik menyerang menjambak rambut Young Ja. Sampai-sampai, Chul Goo harus mati-matian memisahkan mereka. Baik Young Ja dan ahjuma tak ada yang mau mengalah... Melihat 2 ahjuma yang bertengkar itu emang ribet ya, hehehe..
Chul Goo menghibur Young Ja dengan memberikannya es loli rasa coklat. Rasa dinginnya membuat gigi Young Ja ngilu. Chul Goo sedikit bercanda dengan bertanya haruskah ia memanaskan es loli sampai mencair dan menyuapi ibunya. Young Ja berkata tidak perlu.
Karena sekarang mereka sudah pindah, Chul Goo minta pada ibunya untuk mencoba bergaul dengan para tetangga, "Ibu berkelahi sepanjang waktu seperti ayam petarung. Ap yang harus kita lakukan, ibu?"
"Ibu hanya marah..pindah ke lingkungan seperti ini membuat ibu marah. Berbicara dengan para wanita-wanita itu juga membuat ibu marah. Joo Ri yang bertindak gegabah membuat mie yang gegabah dalam membut mie, itu yang membuat ibu marah. Di dalam tubuh ibu terbakar api kemarahan".
Chul Goo sangat mengerti perasaan ibunya saat ini, tapi apa yang bisa kita lakukan. Kita harus menerima ini. Young Ja menangis, di benaknya ia mencoba mengerti tapi tidak di dalam hati. Bagaimana presdir Golden Dragon Foods, Bang Young Ja menjadi orang yang tidak penting begini?. Seolah-olah ibu merasa ini adalah mimpi, rasanya tidak seperti kenyataan.
Young Ja menangis sesengukan. Chul Goo menepuk-nepuk punggung ibunya. Ia merasa bersalah karena menjadi anak yang tidak berguna. Diantara tangisnya, Young Ja berkata, "Ibu tidak suka bercampur dengan orang-orang rendahan seperti itu di lingkungan semacam ini. Ibu ingin pulang ke rumah".
"Ibu, sebentar lagi, Kita bertahan sedikit lagi. Ibu, jangan menangis", kata Chul Goo menenangkan.
Lanjut Ke Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 48 Part 2
Komentar :
Wajar jika Young Ja merasa sangat marah dan stres. Ia yang merasa lebih "tinggi" dari orang lain kini harus tinggal di perumahan susun. Rumah kecil dan hidup sederhana. Seandainya, Young Ja bisa sadar bahwa ini semua karma karena terlalu banyak menyakiti orang lain.
SemAngat!!!
ReplyDeleteSy tgg part selanjutNya.
Gomawo nuri...
ReplyDeleteSemangat terus yah :)
Tinggal 2 episode lagi
Ita
lanjutttt
ReplyDelete