Dinasti Joseon. Malam hari terlihat sepasang kaki berjalan di pantai. Sepertinya dia baru saja keluar dari lautan.
Keesokan harinya, seorang petugas melaporkan mengenai berbagai kejadian aneh yang terjadi semalam di pedesaan pesisir pantai. Pakaian yang di jemur di gantungan dan sepatu menghilang. Di tempat di mana pakaian dan sepatu itu di ambil, terdapat mutiara kualitas langka yang sepertinya sengaja di tinggalkan (sebagai ganti rugi).
Tuan Yang juga mendengar kabar ini melalui pelayan Cheon. Gisaeng kesayangan Tuan Yang, Hong Ran terkejut mendengar berita itu, bagaimana mungkin seorang pencuri mengambil pakaian yang di butuhkan dan meninggalkan mutiara langka. Hong Ran berharap pencuri itu datang kerumahnya
Tuan Yang menegur Hong Ran, ia berkata setengah isi lemari Hong Ran sudah terisi mutiara, emas dan perak (padahal tidak). Hong Ran menyindir dan meminta maaf karena menjadi selir yang materialistis. Karena ia tidak bisa memiliki pasangan seutuhnya, anggap saja ia mengganti kehampaan hati dengan memiliki barang-barang mewah.
Tuan Yang berjanji akan mengisi lemari Hong Ran dengan barang mewah yang banyak. Hong Ran mengeluh tapi kapan hal itu akan terjadi. Tuan Yang lalu tanya, apa Hong Ran tahu kenapa ia merasa bersemangat menangkap duyung meskipun ia sangat sibuk.
"Jika aku menangkap putri duyung, aku bisa mengambil ekstrak air matanya terus-menerus (karena air mata duyung berubah menjadi mutiara), sehingga setiap langkah yang kau ambil bisa dihiasi dengan mutiara. Itulah rencanaku", tuan Yang tertawa licik memperlihatkan deretan giginya yang kotor.
Hong Ran ingin tahu rencana apa yang akan di gunakan tuan Yang untuk menangkap putri duyung. Tuan Yang yakin, putri duyung akan datang dengan sendirinya. Ia lalu tanya bukankah begitu pelayan Cheon.
Pelayan Cheon membenarkan. Sejak dahulu kala putri duyung akan datang ke desa dan mengambil pakaian atau makanan, dan mereka akan mengganti pakaian dan makanan itu dengan mutiara langka yang hanya bisa di temukan di lautan dalam.
Hong Ran terkejut, jadi maksudnya pencuri pakaian dan sepatu semalam adalah putri duyung?. Apa putri duyung datang ke desa ini?. Pelayan Cheon berkata putri duyung yang sudah jatuh cinta pada manusia akan datang ke daratan. Itu sudah naluri mereka.
Sementara itu putri duyung yang di maksud, Se Hwa kini memakai hanbok dan menutupi sebagian wajahnya dengan penutup kepala. Ia berjalan-jalan di desa dan melihat anak-anak sedang memanen buah kesemek.
Se Hwa memungut buah kesemek yang jatuh. Ia ingat Dam Ryung remaja pernah memberinya buah kesemek saat mereka masih bersama. Se Hwa menatap ke langit dengan pandangan menerawang.
"Bagi putri duyung yang hanya bisa mencintai satu kali seumur hidupnya, dia mempertaruhkan nyawanya demi cinta itu", jelas pelayan Cheon
"Cinta sejatinya putri duyung telah muncul, namun kesempatan tunggal telah muncul dengan sendirinya untukku", ucap tuan Yang
Tuan Yang memerintahkan pelayan Cheon untuk menangkap putri duyung sebelum walikota menemukannya. Ia juga menyuruh Hong Ran untuk menyebarkan rumor secepat mungkin. Hong Ran tanya rumor seperti apa. Tuan Yang berkata rumor terjadinya badai besar yang menimpa desa baru-baru ini, perahu nelayan yang menghilang, rumah yang rusak karena terjangan badai, ladang yang hancur semua musibah itu disebabkan karena kemunculan duyung.
Hong Ran yang sama jahatnya dengan tuan Yang setuju dengan pendapat tersebut. Karena semua musibah itu terjadi di waktu yang sama saat putri duyung terdampar dan di tangkap nelayan pertama kalinya. Rumor yang akan ia sebarkan nanti akan terdengar masuk akal sehingga penduduk akan percaya semua musibah itu di sebabkan karena putri duyung.
Tuan Yang tertawa memuji Hong Ran pintar. Tak hanya itu saja, tuan Yang juga menambahkan cerita dan menyuruh Hong Ran untuk menyebarkan rumor bahwa putri duyung bersembunyi di desa dan menyamar sebagai manusia. Jika putri duyung tidak tertangkap, bencana yang lebih besar akan melanda desa ini dan banyak orang yang akan terluka dan mati.
"Lima hari lagi banyak perahu yang akan berlayar untuk menangkap cumi-cumi. Mereka akan khawatir karena kabar adanya angin kencang dan ombak. Ini kesempatan yang bagus!", tambah Hong Ran.
Tuan Yang tertawa, "Tidak ada yang lebih baik dari rasa takut untuk menghentikan pikiran rakyat. Walikota juga tidak bisa berbuat apa-apa, berurusan dengan penduduk desa yang bodoh".
Hong Ran setuju, dan mereka juga bisa menyeret Dam Ryung ke dalam situasi mematikan bersama dengan putri duyung.
"Cinta yang naif memberiku kesenangan yang besar", tuan Yang tetawa licik
Rumor menyebar dengan cepat. Parahnya rumor tersebut berkembang menjadi cerita putri duyung yang tertangkap telah kembali ke desa dan akan membunuh para penduduk. Mereka juga percaya bahwa musibah yang menimpa desa ini terjadi karena kemunculan putri duyung. Para istri mengkhawatirkan suami-suami mereka yang bisa mati di lautan jika terjadi badai kencang. Kekhawatiran penduduk yang akan melanda desa ini membuat mereka sepakat untuk segera menangkap dan membunuh putri duyung.
Penduduk yang di landa rasa khawatir berkumpul di depan kantor Dam Ryung. Mereka ingin melapor bahwa putri duyung terlah masuk desa dan penduduk akan mati. Penjaga melarang penduduk untuk masuk ke dalam dan membuat keributan seperti ini. Penjaga menyuruh mereka pergi dan janji akan menyampaikan pesan warga pada Dam Ryung.
Dam Ryung langsung pergi begitu mendengar kabar tersebut. Teman Dam Ryung berusaha menghalangi. Teman Dam Ryung berkata Dam Ryung baru saja menerima laporan kejadian aneh yang disebabkan putri duyung, tapi Dam Ryung malah ingin menemui wanita itu.
"Sepertinya Sae Wa datang menemuiku. Aku yang memintanya menemuiku waktu itu. Aku memintanya untuk datang menemuiku saat hari dimana antara hari pertama musim salju dan hari badai salju (sekitar tanggal 22 november). Aku juga ingin melihat salju pertama bersamanya"
Teman Dam Ryung tidak percaya Dam Ryung yang berpendidikan ternyata bisa bersikap seperti ini. Musim dan tahun datang silih berganti, mereka tidak tahu kapan akan turun salju. (hanya karena hari ini tanggal 22 november belum tentu akan turun salju).
Tepat pada saat itu juga angin berhembus dan butiran salju jatuh ke tanah. Dam Ryung mengulurkan tangan menangkap butiran salju.
Di tempat lain Se Hwa juga melihat salju turun, ia mengulurkan tangan melakukan hal yang sama seperti Dam Ryung, menangkap butiran salju.
Dam Ryung langsug naik ke atas kuda meski temannya menghalangi untuk pergi. Ia berkata pada temannya, bahwa Se Hwa saat ini tengah mempertaruhkan nyawanya jika ia benar-benar berada di daratan. Dam Ryung juga akan melakukan hal yang sama, mempertaruhkan nyawanya dan menemui Se Hwa.
Dam Ryung memacu kudanya tanpa memperdulikan teriakan temannya yang memintanya untuk memikirkan kehormatan ayah Dam Ryung dan nama baik keluarganya.
Putri duyung cantik, Se Hwa berjalan di perkebunan menuju tempat bertemu dengan Dam Ryung. Se Hwa berteduh di bawah pohon memandangi salju turun. Ia merasakan kehadiran seseorang, ketika menoleh bukan Dam Ryung datang melainkan 3 pria berpakaian hitam-hitam. Mereka adalah pembunuh bayaran yang di kirim tuan Yang.
Diam-diam tuan Yang mencari informasi ke berbagai tempat di mana putri duyung terlihat. Kelemahan putri duyung yang pergi ke daratan terletak pada kakinya. Setelah kakinya terluka parah, dia akan kehilangan kekuatannya. Jika tidak segera di obati maka dia akan mati. Tuan Yang memerintah pembunuh bayaran untuk menyerang kaki putri duyung terlebih dahulu.
Se Hwa mundur dan ketiga pembunuh bayaran itu mulai menyerangnya. Se Hwa jatuh ke tanah tak berdaya. Perhatian pembunuh bayaran tertuju pada kaki Se Hwa. Ketika salah satu dari mereka hendak melukai kaki Se Hwa, sebuah pedang melayang mengenai dada pria itu.
Pedang itu milik Dam Ryung, untung saja dia datang di saat yang tepat. Dam Ryung maju melindungi Se Hwa. Ia mengayunkan pedangnya siap menyerang. Sesaat ia menoleh pada Se Hwa dan Se Hwa menatapnya dengan pandangan sendu.
Seoul.
Berita pencarian Ma Dae
Young, narapidana pembunuhan yang melarikan diri masih gencar di siarkan di
berita televisi nasional. 3 bulan sudah Dae Young kabur dari penjara, tapi
pencarian belum membuahkan hasil yang baik. Kaburnya narapidana berbahaya ini
tentunya meningkatkan kecemasan warga. Polisi akan terus melakukan penyelidikan
dan yakin ada kaki tangan atau orang yang membantu Dae Young bersembunyi.
Ma Dae Young, narapidana
yang tengah menjadi buronan kini menyamar menjadi kuli bangunan. Tapi tak ada
satupun dari para pekerja yang menyadari bahwa penjahat yang di cari polisi ada
di tengah-tengah mereka.
Di rumahnya, Soo Hee juga
mendengarkan berita pencarian Ma Dae Young. Ia tampak tidak terganggu dengan
kabar tersebut dan dengan santai meminum kopinya.
Berbeda dengan ekspresi Jin
Joo yang juga menyaksikan siaran tersebut. Wanita ini terkejut dan ada sedikit
rasa khawatir. Yoo Ran menyiapkan makanan yang akan di bawa Jin Joo. Jin Joo
bertanya apa Yoo Ran sudah membungkus kepiting bumbu kecap dengan baik?.
Jin Joo langsung mengomel
begitu melihat kepiting bumbu kecap hanya di siapkan di kotak makan tanpa di
bungkus plastik terlebih dahulu. Ia sudah bilang agar Yoo Ran membungkusnya
terlebih dahulu dengan hati-hati. Bagaimana kalau saus kecapnya tumbah dan
luber kemana-mana. Seharusnya Yoo Ran lebih memperhatikan ucapannya.
Dengan tenang Yoo Ran
mengambil kotak makan yang di pegang Jin Joo. Ia menunjuk penutup wadah itu dan
bilang sudah menutup dan menguncinya dengan baik. Yang perlu Jin Joo lakukan
adalah membawa kotak makanan itu dengan posisi tegak.
“Jangan letakkan di bagasi tapi
letakkan yang aman di lantai mobil. Kau harus berhati-hati saat kau
membawanya”, saran Yoo Ran.
“Baiklah”, jawab Jin Joo
patuh.
Usai menasehati Yoo Ran
kembali ke dapur. Jin Joo sadar, kenapa nada suara Yoo Ran tadi terdengar seperti
menggurui sampai ia kehilangan kata-kata. Jin Joo heran sebenarnya siapa yang
berkuasa di rumah ini.
Jin Joo mengambil ponselnya
menelpon seseorang. Pada orang itu Jin Joo berkata akan datang berkunjung dan
membawakan lauk pauk. Ia harap makanan ini sesuai dengan selera orang tersebut.
Rupanya Jin Joo memberikan
semua lauk pauk itu untuk Kang Soo Hee, ibu tiri Joon Jae.
Makanan yang dibuat Yoo Ran
tersaji di meja makan. Heo Chi Hyun, kakak tiri Joon Jae senang melihat begitu
banyak makanan. Soo Hee menjelaskan dari mana makanan itu berasal. Jin Joo lah yang
memasak dan memberikan makanan itu pada mereka.
Soo Hee juga memberitahu Jin
Joo berusaha keras untuk menjodohkan Chi Ah dengan Chi Hyun. CEO Heo setuju jika Chi Hyun dan Shi Ah
bersedia. Cepat-cepat Chi Hyun berkata tidak keberatan selama orangtuanya
menyukainya.
Soo Hee tertawa, “Sayang,
Chi Hyun kita memang seperti ini. Banyak orang bilang dia ini anak Papa”.
“Tidak baik terlalu patuh
sekali itu”, CEO Heo tertawa.
CEO Heo mengambil kepiting.
Ia terdiam ketika mencoba rasanya. Soo Hee bertanya ada apa. CEO Heo diam saja
larut dalam pikirannya. Rasa familiar itu mengingatkannya pada saat makan malam
bersama Joon Jae kecil dan Yoo Ran.
Flashback. Joon Jae dan CEO
Heo muda makan dengan lahap. Yoo Ran tanya bagaimana rasa kepiting saus kecap
buatannya. CEO Heo minta Yoo Ran untuk tidak mengajaknya bicara. Ia memuji
kepiting saus kecap buatan Yoo Ran sangat enak sekali sehingga membuatnya tidak
bisa berhenti makan.
CEO Heo tanya pendapat Joon
Jae yang tengah sibuk memisahkan daging kepiting dari cangkangnya., “Apa enak,
Joon Jae?”.
“Jangan buat aku bicara. Ini
sangat enak”, jawab Joon Jae.
Yoo Ran membersihkan bibir
Joon Jae yang belepotan makanan. Ia berkata alasan mereka menamai putranya
dengan nama “Joon Jae”, dengan harapan anak mereka anak menjadi putra yang
cerdas dan menawan. Yoo Ran bercanda bilang suaminya harus menjadi konglomerat
jika ingin anak mereka menjadi pria yang cerdas dan menawan.
“Kapan kau akan jadi
konglomerat?”, tanya Yoo Ran merajuk
“Tunggu sebentar
lagi…..sebentar”, janji CEO Heo, “Aku akan membuatmu jadi Nyonya dan kau akan
memakai barang mewah dari ujung kepala sampai ujung kaki”.
“Awas saja, kalau tidak
jadi”, ancam Yoo Ran dan keluarga kecil itu tertawa bahagia. Yoo Ran kemudian menambahkan daging ke
mangkuk suaminya. Flashback end.
Melihat CEO Heo yang
terdiam, Soo Hee tanya apa makanan itu tidak sesuai dengan selera suaminya. CEO
Heo menggeleng, ia berkata rasanya enak sekali dan menyuruh Soo Hee dan Chi
Hyun untuk mencobanya.
Chi Hyun menolak sopan dengan
alasan alergi kepiting. Soo Hee menatap tajam putranya, begitu pula Chi Hyun
yang memberikan tatapan berbeda pada ibunya.
Soo Hee bercerita tentang
Jin Joo yang mempunyai pembantu baru. Sepertinya kali ini Jin Joo menemukan
pembantu yang tepat Tapi CEO Heo sama
sekali tidak merespon dan tenggelam dalam lamunannya meski Soo Hee memanggilnya
berkali-kali.
CEO Heo masih melamun saat
perjalanan menuju kantor. Pada orang kepercayaanya, Manager Nam, Ceo Heo
bertanya tentang kabar Joon Jae, apa manager Nam masih sering berhubungan
dengan putranya belakangan ini.
Manager Nam berkata hari ini
adalah hari ulang tahun Joon Jae, wajar saja jika CEO Heo memikirkan putra
kandungnya. Manager Nam hanya tahu sampai musim panas Joon Jae tinggal di dekat
Samcheongdong. Tapi sepertinya Joon Jae sudah pindah lagi dan menemukan
alamatnya yang baru tidaklah mudah..
“Apa yang selama ini dia
lakukan, anak nakal itu”, ucap CEO Heo penasaran.
“Kini, sebaiknya anda
baikan”, saran Manager Nam
“Apa yang harus di perbaiki
antara ayah dan anak. Aku mengatakan ini hanya padamu. Satu-satunya hubungan
darah yang aku miliki adalah Joon Jae. Sekarang aku harus mencari dia dan
menjaganya agar tetap di sampingku. Ada banyak hal yang ingin aku ajarkan
kepadanya. Apa kau bisa mencari dia?”.
Tanpa mereka tahu, Soo Hee
menyadap mobil dan mendengarkan pembicaraan rahasia mereka. Soo Hee tentu saja
tidak senang dengan rencana suaminya. Ia tersenyum masam dan menelpon Ma Dae
Young.
Soo Hee memberi tugas Dae
Young untuk mencari Joon Jae. Ia berkata hari ini ulang tahun Joon Jae, dan
Joon Jae pasti akan pergi ke wahana aquarium.
“Cari tahu di mana dia. Kalau
kau sudah menemukan dia. Buat dia menghilang”
Dae Young pergi ke wahana
aquarium lantai 63 seperti petunjuk Soo Hee. Hampir saja ia berpapasan dengan
Joon Jae yang berlari mencari putri duyung.
Joon Jae berlari
mengelilingi aquarium mencari putri duyung. Begitu pula dengan putri duyung
yang terburu-buru mencari Joon Jae dan menabrak anak kecil. Saat puti duyung
ingin berlari, ternyata Joon Jae berada tak jauh darinya.
Joon Jae jalan perlahan dan
berdiri di hadapan putri duyung. Putri duyung menatap Joon Jae dengan mata
berkaca-kaca.
“Apa kau kenal aku?”, tanya
Joon Jae
Putri duyung tidak menjawab
hanya memandang wajah Joon.
Joon Jae bertanya sekali lagi, “Apa kau kenal
aku?”.
Tapi sepertinya putri duyung
memang tidak ingin menjawab, ia hanya diam memandangi Joon Jae. Terdengar suara
manager aquarium dan petugas keamanan yang keburu datang dan ingin menangkap
putri duyung. Putri duyung ingin lari, tapi Joon Jae menahan tangannya.
Manager aquarium berterima
kasih pada Joon Jae mengira Joon Jae telah menangkap putri duyung yang menyusup
masuk ke aquarium tanpa ijin mereka. Ia ingin membawa putri duyung untuk
menginterogasinya.
Putri duyung dan Joon Jae
saling berpandangan. Putri duyung menunduk telihat takut di tangkap. Melihat itu, Joon Jae langsung berdiri di depan putri duyung menghalangi
petugas. Dengan cepat ia memilih dan mengambil salah satu kartu pengenal dari
beberapa kartu yang tersimpan di dalam saku mantelnya.
(Di dalam saku Joon Jae
tersimpan berbagai macam kartu tanda pengenal dari berbagai profesi. Pasti Joon
Jae telah menyusunya dengan baik dan mengetahui urutannya, sehingga ia bisa
dengan mudah mengambil salah satunya jika berada dalam keadaan genting seperti
saat ini).
Ia menunjukan kartu pengenal
pada manager. Memperkenalkan dirinya sebagai detektif bernama “Hong Dok Kyung’
dari department tindakan criminal. Manager kaget secepat itu di laporkan. Ia
lalu bertanya pada anak buahnya siapa yang melaporan kejadian disini?. Staf
aquarium menebak mungkin team keamanan yang melaporkannya.
“Apa kau yang bertanggung
jawab disini?”, tanya Joon Jae pada manager.
Manager mengiyakan dan
memberikan kartu namanya. Joon Jae berkata penyusup yang menerobos masuk dan
merusak property biasanya memiliki motif tersendiri. Dan hal sepertinya itu akan
sangat sulit tanpa bantuan orang dalam. Joon Jae berkata akan melakukan penyelidikan lanjutan
dan melepon manager sebagai saksi.
Manager mengiyakan meski
terlihat berat. Joon Jae mengajak putri duyung pergi. Putri duyung tersenyum
pada Joon Jae yang kembali menyelamatkannya. Joon Jae meraih lengan putri
duyung dan mereka jalan bersama. Manager
yang melihat mereka tampak ragu, wanita itu pasti di tahan kan?.
Joon Jae membawa putri
duyung kesisi aquarium yang sepi. Joon Jae mengatakan alasannya membawa putri
duyung keluar bukan untuk menyelamatkan putri duyung dari kejaran petugas,
melainkan untuk mengetahui sesuatu. Karena itu, ia minta putri duyung menjawab
pertanyaanya.
Joon Jae menunjukan foto
yang dikirim Thomas, “Ini. Kenapa kita bisa bersama?”.
“Kenapa aku dan Heo Joon Jae
ada di dalam sini”, tanya putri duyung heran. Putri duyung tidak tahu fungsi
ponsel dan gambar yang dia lihat hanyalah foto.
“Kau juga tahu namaku. Kau
kenal aku kan?”, giliran Joon Jae yang heran
Putri duyung menggeleng menunduk
tanpa berani menatap Joon Jae.
Joon Jae mendesak, “Kau
kenal aku atau tidak?. Kau bahkan tahu namaku”,
(Hanya sedikit orang yang
mengetahui nama asli Joon Jae, karena dia sering memakai nama palsu.)
Joon Jae menjadi yakin
mereka pernah bertemu di spanyol. Tapi Joon Jae heran karena tidak bisa
mengingat ataupun mengenai putri duyung. Joon Jae menatap putri duyung dari jarak dekat,
“Siapakah kau. Siapa namamu?”.
“Aku tidak punya nama”,
jawab putri duyung tetap menunduk.
Joon Jae tertawa tak percaya,
“Kau tidak punya nama?”.
Putri duyung mengiyakan
dengan deheman, lalu mengangkat wajahnya dan berkata, “Aku tidak punya nama,
tapi seseorang mengatakan bahwa aku tidak aneh”.
“Siapa?”
“Seseorang yang baik”.
(jiah….ngatain diri
sendiri…tapi Joon Jae memang ngaku kalau dia lebih aneh dari pada putri duyung
(episode 2)
“Apa kau tidak bisa
berbahasa Korea dengan baik?. Apa kau orang Korea dari luar negeri?”.
Putri duyung terdiam di
marahi Joon Jae. 2 orang petugas lewat di depan mereka. Joon Jae merangkul
pundak putri duyung dan tersenyum. Bertingkah seperti pasangan yang sedang
berjalan-jalan.
Setelah kedua petugas itu
menghilang dari pandangan, Joon Jae meraih tangan putri duyung dan mengajaknya
lari. Putri duyung tersenyum senang, mengingat kejadian di Spanyol saat mereka
melarikan diri dari kejaran preman.
Sesampainya di luar dan
merasa situasi sudah aman, Joon Jae langsung melepas genggamannya. Putri duyung
memandang tangannya yang kosong, merasa kehilangan setelah Joon Jae melepaskan tangannya.
Untuk terakhir kalinya Joon
Jae bertanya apa saja yang mereka lakukan di Spanyol. Joon Jae yakin bertemu
dengan putri duyung tapi kenapa ia tidak ingat apapun.
” Apa
tanpa sepengetahuan ku, aku terlibat sebuah kecelakaan?”.
Putri duyung tetap diam
membisu. Melihat sikap putri duyung, Joon Jae jadi kesal dan yakin wanita itu
tidak akan mengatakan apapun meski ia menanyainya berulang-ulang.
“Ada banyak yang ingin aku
ketahui tentang kau, tapi kau tidak ingin mengatakan apapun kepadaku. Jadi
bukankah tidak ada gunanya meskipun kita tetap bersama?”
Joon Jae pergi meninggalkan
putri duyung sendirian. Namun, diam-diam putri duyung mengikuti Joon Jae.
Bukannya Joon Jae tidak tahu, ia tahu kalau putri duyung mengikutinya. Joon Jae
berhenti lalu berbalik. Ia bertanya apakah ada yang ingin putri duyung katakan
padanya?.
Putri duyung menunduk seraya
menggeleng kecil. Joon Jae memperingatkan, kalau tidak ada yang ingin di katakan
maka jangan mengikutinya. Joon Jae berjalan cepat dan menyebrang jalan bawah
tanah menuju taman sungai Han. Putri duyung ingin mengikuti tapi terhalang oleh
truk besar yang melintas di depannya.
Saat putri duyung
menyebrang, Joon Jae sudah menghilang dari pandangan. Putri duyung tetap
menyebrang yang merupakan jalan pintas menuju sungai Han. Setibanya di taman,
putri duyung kebingungan melihat tempat itu di penuhi banyak orang. Ada yang
berjalan-jalan, bersantai ataupun berekreasi bersama keluarga.
Seorang pria menatap putri
duyung. Ia membuat teropong dengan tangannya seolah-olah sedang mengeker
sesuatu.
Cameo : Cha Tae Hyun.
(pathner Jun Ji Hyun dalam film “My Sassy Giril”)
Pria itu memuji hidung putri
duyung sudah sangat bagus, sempurna. Jangan pernah operasi plastic. Putri
duyung memegangi hidungnya dan menatap pria itu dengan heran. Pria itu
menenangkan ia bukan orang aneh. Ia juga bukan penyebar Taoisme atau semacamnya
hanya seseorang pertapa Buddha (maksudnya peramal). Peramal Cha mengaku bisa
melihat semuanya meski ia tidak ingin melihatnya.
“Apa yang kau lihat?”, tanya
putri duyung.
“Nona kau tidak punya keberuntungan
dengan leluhurmu, tapi hidungmu memblokir banyak energi buruk. Tapi itu agak ambigu.
Biarpun hidungmu bagus, energi
berkabungmu lebih kuat. Di dalam tanah, leluhur mu menangis”.
“Leluhur itu apa?”, tanya
putri duyung.
“Orang yang membuat Nona,
sebelum mereka dan sebelumnya lagi, itulah mereka. Asal usul nona”
“Mereka tidak mungkin berada
di dalam tanah”, ujar putri duyung.
“Kalau bukan di dalam tanah
lalu dimana?”
“Di dalam air”, jawab putri duyung
jujur.
Peramal Cha pura-pura
mengerti meski terlihat bingung. Ia mengira leluhur putri duyung tidak di kubur
melainkan di kremasi dan abunya di sebarkan di laut, itulah mengapa putri
duyung bilang kalau leluhurnya berada di dalam air. Peramal Cha kemudian
mengoreksi ucapannya, tak penting leluhur putri duyung berada di tanah atau di
lautan yang penting adalah leluhur putri duyung menangis.
Putri duyung bertanya kenapa
leluhurnya menangis. Peramal Cha dengan semangat menjelaskan karena leluhur putri
duyung tidak melakukan tugas mereka (gong). Peramal Cha mengambil batu dan
membuat tulisan di tanah. Tulisan Gong.
Peramal Cha berkata jika
putri duyung membacanya terbalik maka tulisannya akan berubah menjadi tulisan
berbeda yang juga memiliki arti berbeda. Putri duyung diam saja memandangi
tulisan itu. Peramal Cha tak sabaran dan menggeser posisi putri duyung agar
bisa membaca tulisan.
“Ini dibaca apa?”, tanya
permala Cha
Putri duyung malah
menatapnya dengan tatapan orang aneh. Peramal Cha akhirnya menjawab
pertanyaannya sendiri, tulisan itu jika di baca terbalik akan menjadi kata
“Woon” yang berarti kekayaan atau keberuntungan. Peramal Cha menjelaskan
panjang lebar apa kaitan antara kata Gong dan Woon. Jika putri duyung melakukan
tugasnya maka keberuntungan akan mengikutinya.
Tapi putri duyung tidak
memperhatikan ocehan peramal Cha. Ia malah menatap kearah lain dan tampak tertarik dengan
anak-anak yang membeli permen kapas. Putri duyung menelan ludah melihat permen
kapas.
Peramal Cha mengeluh, “Energimu
sungguh kuat. Kau kuat dan juga centil”
(My Sassy Girl).
Peramal Cha mengajak putri
duyung untuk pergi ke mobil dengan berkata keburuntungan putri duyung sudah
menunggu disana (padahal niatnya mau nipu). Putri duyung menurut saja ketika
peramal Cha menuntunya ke mobil. Namun, baru beberapa langkah ada seorang pria
yang menghalangi. Wajah putri duyung langsung cerah melihat wajah pria itu. Joon
Jae.
“Kenapa?. Apa?. Kau siapa?”,
tanya peramal Cha terusik
“Aku?. Aku leluhurmu. Aku
berpikir bahwa kalau aku terus mengabaikan keturunanku, aku pikir seluruh dunia
akan berubah menjijikan, jadi aku datang ke sini secara pribadi untukmu. Untuk
membawamu pergi, jawab Joon Jae sambil menarik putri duyung ke sisinya.
Peramal Cha melihat putri
duyung yang tampak terpesona pada Joon Jae. Ia tertawa tak percaya, mana
mungkin Joon Jae leluhurnya (kata-kata leluhur yang ia ucapkannya pada putri
duyung hanya taktik untuk menipu). Ia hendak menyentuh Joon Jae, tapi Joon Jae
langsung mendorongnya.
Peramal Cha tertawa kesal
lalu terkejut ketika melihat dompetnya berpindah tempat ke tangan Joon Jae.
(wah,…kecepatan tangan Joon Jae luar biasa). Ia hendak mengambilnya, tapi Joon
Jae mengangkat tangannya tinggi-tinggi jauh dari jangkauan peramal Cha.
Peramal Cha sampai meloncat
untuk mengambilnya, Joon Jae mengikuti dan sedikit berjinjit agar peramal itu
tidak bisa meraih dompet.
Peramal Cha marah, ia
mengatai Joon Jae sebagai brengsek tukang copet. Ia mengancam akan melaporkan
Joon Jae pada polisi dan akan membuat Joon Jae menyesal. Tapi Joon Jae tidak
termakan ancaman tersebut meski peramal Cha berulang kali bilang akan
melaporkannya. (karena ia tahu peramal Cha seorang penipu yang tentunya tidak
ingin berurusan dengan polisi).
Pada akhirnya peramal Cha memohon
agar Joon Jae mengembalikan dompetnya. Ia berjanji akan pergi diam-diam jika
Joon Jae bersedia mengembalikan barang miliknya. Peramal Cha sampai mengiba dan merasa malu
sendiri. Hahaha
Hari sudah malam ketika
putri duyung dan Joon Jae berjalan-jalan di taman sungai Han. Putri duyung yang
tidak mau lagi terpisah dari Joon Jae, memegangi jaket pria itu dan berjalan
mengikutinya.
Joon Jae menasehati putri
duyung yang sepertinya tidak sadar hampir saja menjadi korban penipuan. Joon
Jae melarang putri duyung mengikuti pria sembarangan seperti tadi, mereka akan
mengatakan hal-hal tidak perlu dan mengambil uang putri duyung (tapi kan….
putri duyung tidak punya uang).
“Mengerti?”, tanya Joon Jae.
Putri duyung mengangguk.
Joon Jae yang sadar
cepat-cepat melepaskannya. Putri duyung masih menatap Joon Jae dengan tatapan
terkesima meski Joon Jae melotot padanya (karena kaget).
Ponsel Joon Jae bergetar,
Joon Jae menjauhkan diri untuk menjawa telepon dari Nam Doo. Terdengar suara
letusan, putri duyung langsung melompat menerjang Joon Jae yang baru saja
selesai menelpon.
Joon Jae kaget, “Apa yang
kau lakukan?”.
“Pistol”, jawab putri
duyung. Ia bermaksud melindungi Joon Jae dengan tubuhnya, mengira suara letusan
yang ia dengar barusan adalah letusan pistol.
“Itu bukan pistol”, ucap
Joon Jae berusaha melepaskan diri
Tapi putri duyung tidak mau
melepaskan, “Diamlah, Joon Jae. Aku akan melindungimu”.
“Ah, tidak, Siapa yang
sedang melindungi siapa. Ya, ampun?”, Joon Jae berontak melepaskan diri.
Joon Jae duduk dan melihat
putri duyung menutup mata dan menyembunyikan wajahnya tanda dia sangat
ketakutan. Namun, dalam keadaan seperti itu putri duyung lebih memilih untuk
melindungi Joon Jae terlebih dahulu di bandingkan melindungi diri sendiri. Joon
Jae menyadari hal itu dan minta putri duyung untuk membuka mata.
“Buka matamu. Percaya pada
kata-kataku. Lihat ke langit”.
Takut-takut putri duyung
menatap langit dan melihat kembang api berpijar di langit malam.
“Dengarlah dengan baik. Sebelum melindungi orang lain, lindungilah
dirimu sendiri dulu. Itu urutan yang benar. Jika kau melakukan kebalikannya, itu
tindakan yang bodoh. Mengerti?”.
Putri duyung tidak
mendengarkan ucapan Joon Jae, terlalu terpana melihat keindahan kembang api.
Putri duyung tanya apakah benda itu tidak panas jika di sentuh. Joon Jae kesal
karena putri duyung mengabaikan ucapannya.
Putri duyung menunjuk langit
dan kembali bertanya, “Itu, apa tidak panas disentuh?”.
“Ini sungguh pertama kalinya
kau melihat kembang api?”, tanya Joon Jae balik.
“Kembang api?”, tanya putri
duyung.
Mendengar kata “kembang
api”. Putri duyung teringat ucapan Joon Jae di Spanyol, dan janji mereka untuk
melihat kembang bersama di sungai Han.
“Pertunjukan kembang api?”,
tanya putri duyung lagi
“Betul. Apa benar-benar kau
pertama kali ini melihatnya?”
Putri duyung mengangguk.
(tanpa di sadari mereka telah memenuhi janji itu).
Joon Jae berkata putri
duyung tidak bisa menyentuh kembang api, karena begitu kembang api meledak
secepat itu pula menghilang. Putri duyung mengangkat tangan ke langit, seolah
menyentuh kembang api. Ia tersenyum menatap Joon Jae lalu kembali menatap
langit.
Lalu putri duyung melihat
orang-orang memotret menggunakan ponsel mereka. Putri duyung yang heran
bertanya pada Joon Jae kenapa semua orang mengangkat tangan mereka seperti ini.
Putri duyung mengangkat tangannya, memperagakan apa yang mereka lakukan.
“Mereka mengambil foto”,
jawab Joon Jae.
“Mengambil foto?, Mengambil
foto itu apa?”, tanya putri duyung polos.
Joon Jae tertawa tak
percaya, “Ah, Kau sungguh...Kau sungguh bertanya karena tak tahu?”.
Melihat wajah putri duyung
yang serius, Joon Jae menunjukan apa yand di maksud dengan mengambil foto. Ia mengambil ponselnya
dan memotret kembang api. Lalu menunjukan hasilnya pada putri duyung, “Nah..seperti
ini”
“Ah…”, ucap putri duyung mengerti.
“Ah..apanya”, ucap Joon Jae
mengolok.
Putri duyung tanya kenapa
Joon Jae tidak ikut memotret. Semua orang melakukan itu. Joon Jae menjawab,
“Karena aku hanya perlu mengingatnya”.
Putri duyung tersenyum,
meraih tangan Joon Jae dan menempelkannya ke dada Joon Jae, “Kau mengingatnya
disini, bukan?”.
Joon Jae memandang putri
duyung dan terdiam. Ia teringat ketika kecil menonton kembang api bersama
ibunya.
Flashback. Setelah pergi ke
aquarium. Joon Jae kecil dan ibunya pergi melihat festival kembang api. Joon Jae
kecil terpesona melihat keindahan kembang api. Ibu Joon Jae berkata biasanya
benda yang cantik dan indah cepat menghilang. Maka Joon Jae harus melihatnya
dengan baik-baik dan kemudian menyimpanya di dalam hati. Ibu Joon Jae meraih
tangan Joon Jae dan menempelkannya ke dada Joon Jae.
“Dengan begitu, ketika kau
mengalami hari sedih, kau akan teringat
ini. Ingatlah, "Saat itu, kembang api
di langit sungguh indah. Ah hari itu sangat indah”.
(mengingat hal indah akan
membuat perasaan lebih baik ketika merasa sedih).
“Ibu, tahun depan kita akan
melihat kembang api lagi?”,
“Tentu saja”, jawab ibu Joon
Jae.
Joon Jae kecil bertanya lagi apa
tahun selanjutnya juga. Ibu Joon Jae menjawab tentu saja. Joon Jae terus tanya
tahun depan dan tahun depannya lagi. Dan ibu Joon Jae menjawab tentu saja
mereka akan melihat kembang api bersama untuk tahun depan, tahun depannya lagi,
dan seterusnya. Flashback end.
Joon Jae tersadar dari
lamunanya. Mencoba mengalihkan
pembicaraan, Joon Jae protes kenapa putri duyung selalu menggunakan bahasa
banmal ketika bicara padanya
(Banmal = Bahasa informal,
biasa di pakai jika bicara dengan teman atau orang yang sudah akrab).
Putri duyung tidak
mendengarkan, terlalu takjub dengan kembang api. Joon Jae berkata mulai
sekarang, juga akan menggunakan bahasa banmal jika berbicara dengan putri
duyung. Percuma saja, putri duyung sama sekali tidak merespon. Joon Jae
memandang putri duyung yang tersenyum terpesona seperti anak kecil. Joon Jae tersenyum melihat kepolosan putri
duyung dan ikut memandangi langit.
Malam itu juga, Yoo Ran
melihat festival kembang api melalui siaran televisidi rumah Jin Joo dengan wajah sedih. Dong
Shik yang baru keluar dari kamar hendak mengganti chanel TV ke pertandingan
golf.
Yoo Ran langsung melarang,
“Tunggu”..
Dong Shik langsung berhenti
tidak jadi mengganti chanel. Jin Joo yang melihatnya ingin protes tapi langsung
menurut begitu melihat Yoo Ran mengangkat tanggannya, isyarat untuk menunggu.
Setelah merasa cukup,
akhirnya Yoo Ran mempersilahkan, “Sudah. Kau boleh menonton golf sekarang”,
ucapnya beranjak pergi.
“Terima kasih”, ucap Dong
Shik
Setelah Yoo Ran menghilang,
Jin Joo langsung menendang kaki suaminya (gak sopan) dan memarahi Dong Shik,
untuk apa mengucapkan terima kasih,
“Ini TV kita. Ini rumah
kita. Kenapa kau patuh terhadap semua perkataan ahjuma itu? ”
“Entah. Anehnya setiap kali
dia memerintahkan sesuatu, aku akan menurutinya”, jawab Dong Shik bingung.
Jin Joo terdiam, merasakan
hal yang sama. pff...
Melalui telepon, Ma Dae
Young melapor pada Soo Hee kalau saat ini ia sedang mengikuti Joon Jae. Ia juga
bilang saat ini Joon Jae bersama dengan seorang gadis, “Tapi... Bagaimana kau
bisa tahu bahwa dia akan ada di sini hari ini?”
“Dia... Sejak muda, selalu
melakukan itu. Bahkan setelah dewasa, dia masih belum melepaskan kebiasaan
itu”, jawab Soo Hee.
Flashback. Di hari ulang
tahunnya, Joon Jae kecil hendak pergi. Soo Hee yang saat itu sudah menjadi ibu
tiri Joon Jae menghalangi Joon Jae. Soo Hee tanya Joon Jae mau kemana. Joon Jae
menjawab ingin menemui ibunya. Ia dan ibunya berjanji akan bertemu di hari
ulang tahunnya. Saat ini ibunya pasti sedang menunggu.
Mendengar itu Soo Hee
langsung marah dan memegangi tangan Joon Jae agar tidak pergi. Joon Jae meronta
minta di lepaskan.
“Benarkah? Kalau begitu
pergilah. Ibumu tidak akan datang. Karena ayahmu telah memberikan banyak uang
padanya. Jika dia bertemu denganmu, dia harus mengembalikan semua uang itu.
Menurutmu kenapa ibumu pergi tanpa berpamitan Itu karena dia lebih menyukai
uang daripada kau”.
“Tidak…tidak… Ibuku tidak
seperti itu. Ibuku tidak seperti itu…..”, Joon Jae menangis.
Soo Hee tersenyum sinis.
Tepat pada saat itu ayah Joon Jae datang dan tidak senang melihat putranya
menangis. Ia tanya kenapa lagi Joon Jae menangis. Cepat-cepat Soo Hee memeluk
Joon Jae berlagak menjadi ibu tiri yang baik. Soo Hee berkata Joon Jae ingin
bertemu dengan ibunya.
Ayah Joon Jae langsung
memarahi Joon Jae (bukannya di sayang), ia melempar tas Joon Jae dan berteriak
menyuruh Joon Jae masuk ke dalam kamar. Soo Hee tersenyum melihat Joon Jae di marahi ayahnya. Ayah Joon Jae membentak Joon Jae dan menyeret Joon Jae masuk ke kamar. Soo
Hee menghalangi dan berpura-pura bersikap baik di depan suaminya.
“Kenapa kau teriak padanya, padahal
dia sedang sedih?”, Soo Hee memeluk Joon Jae
Joon Jae melepaskan pelukan
Soo Hee, ia menangis berkata kalau ibunya tidak seperti itu dan ibunya pasti
akan datang menemuinya. Soo Hee menghapus air mata Joon Jae, ia meminta maaf dan
berkata kalau tangisan Joon Jae juga membuatnya sedih. Ia kembali memeluk Joon
Jae, padahal dibaliknya ia tersenyum licik. (Wanita rubah). Flashback end.
Soo Hee berkata pada Dae
Young, kalau ia telah berusaha semampunya (untuk merebut posisi Yoo Ran dan
menyingkirkan Joon Jae). Tapi disaat CEO Heo butuh pewaris, suaminya itu malah
mencari anak kandungnya. Soo Hee tentu saja tidak rela. Ia memerintahkan Dae
Young untuk mencari alamat Joon Jae.
“Aku harus hidup agar kau
bisa hidup. Mengerti?”, kata Soo Hee.
Dae Young menutup telepon
begitu melihat Joon Jae berjalan pergi.
Joon Jae berjalan menuju
mobil dan putri duyung masih mengikutinya. Joon Jae tanya kenapa putri duyung
terus mengikutinya, sekarang ia harus pergi. Putri duyung menahan Joon Jae yang
akan masuk ke mobil. Putri duyung tanya tidak bisakah ia ikut bersama Joon
Jae?.
“Bersama?. Kemana?.
Rumahku?”, tanya Joon Jae
Putri duyung tersenyum,
membuat bulatan dengan mulutnya, “Ya”.
Joon Jae bilang tidak boleh.
Putri duyung dengan sedih tanya kenapa tidak boleh. Joon Jae berkata tentu saja
tidak boleh. Bagaimana bisa seorang gadis pergi kerumah pria. Jika orang tua
putri duyung tahu, apa kira-kira yang akan dikatakan orang tua putri duyung.
“Aku tidak punya orang tua”,
jawab putri duyung
Joon Jae merasa kasihan.
Lalu minta putri duyung untuk menjawab pertanyaannya, “Kita saling kenal, kan?.
Ada sesuatu yang terjadi, kan?”.
Di tanya seperti itu putri
duyung langsung membisu. Joon Jae berkata jika putri duyung terus bersikap
seperti ini, untuk apa ia membawa putri duyung pulang bersamanya. Joon Jae
menuliskan nomor ponselnya ke tangan putri duyung dan bilang putri duyung bisa
menghubungi nomor itu jika ada sesuatu yang ingin dia sampaikan.
Usai memberikan nomor
ponselnya, Joon Jae langsung masuk ke mobil dan meninggalkan putri duyung. Dari
kaca spion, Joon Jae melihat putri duyung yang memandangi kepergiannya. Terjadi
pergolakan dalam hatinya yang merasa tidak tega meninggalkan putri duyung.
Tapi, Joon Jae berusaha menepis perasaan itu. Toh dia juga tidak mengenal putri
duyung untuk apa peduli.
Putri duyung mematung sedih
di tinggal Joon Jae. Tanpa ia sadari, Dae Young berjalan pelan mendekati putri
duyung. Oh…tidak….
Lanjut ke Sinopsis Legend Of
The Blue Sea Episde 4 Part 2
KAMI SEKELUARGA TAK LUPA MENGUCAPKAN PUJI SYUKUR KEPADA ALLAH S,W,T
ReplyDeletedan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor yang AKI
beri 4 angka [1827] alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus .
dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu KI. insya
allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka PASANG NOMOR
yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi KI JAYA,,di no (((085-321-606-847)))
insya allah anda bisa seperti saya…menang NOMOR 750 JUTA , wassalam.
The clash of two completely different characters could provoke a conflict. However, this development http://findwritingservice.com/blog/purchase-college-paper-easy-enough was quite expected.
ReplyDeleteKumpulan FILM INDOXXI Terbaru 2020
ReplyDeleteLINK SITUS NONTONFILM TERBARU 2020
The World Of Married (2020) KLIK LINK INI
The King Eternal Monarch (2020) KLIK LINK INI
Hi, Bye Mama! (2020) KLIK LINK INI
Crash Landing On You (2020) KLIK LINK INI
Itaewon Class (2020) KLIK LINK INI
SITUS BIOSKOP LAYAR KACA
TERBARU DAN TERLENGKAP SILAHKAN KLIK LINK DI ATAS YA :)