Young Do dan ayahnya kembali
berhadapan di arena judo. Young Do mengeluarkan seluruh kemampuan dan kali ini
ia sanggup membanting ayahnya. Yang berarti ia berhasil mengalahkan Dong Wook.
Dong Wook tertegun sejenak,
lalu memuji ini pertama kalinya Young Do berhasil mengalahkannya. Sebagai
imbalan, Young Do bisa mengatakan apapun permintaannya.
"Sayang sekali, aku tak
bisa menjawab pertanyaanmu. Aku juga tak tahu Ibumu ada dimana", jawab
Dong Wook
Meski kecewa, Young Do merasa
lega. Lega karena ternyata ayahnya selama ini tidak menyembunyikan keberadaan
ibunya.
"Kau pelajar Choi Young
Do?", tanya pemilik kedai.
Young Do membenarkan,
sekaligus bertanya apa bibi pemilik kedai mengenalnya. Bibi berkata ia hanya
mengenal wajah Young Do (karena Young Do sering kesini), tapi tidak tahu nama
Young Do.
Bibi mengambil kartu nama dan
memberikannya pada Young Do. Ia berkata seorang ahjuma cantik memberikan kartu
nama itu beberapa waktu yang lalu. Bibi pemilik kedai tak sempat memberikannya
pada Young Do karena sibuk.
Young Do melihat nama di
kartu itu, "Brunch Cafe Secret Garden, Yoo Kyung Ran".
Yoo Kyung Ran, adalah nama ibu Young
Do, yang sekarang ini menjabat sebagai CEO cafe Secret Garden. Kartu nama itu juga di
lengkapi nomor telepon dan email yang bisa di hubungi.
(Untuk kedepannya, saya akan
memanggil ibu Young Do dengan panggilan Ny. Yoo).
"Apakah kabarmu baik-
baik saja, Young Do-ah?".
"Tidak".
Bo Na jalan sendirian di
koridor sekolah, mendadak Kim Tan muncul dan langsung menghadang jalannya. Bo Na
si ratu Pede menuduh Kim Tan ingin menggodanya karena tidak ada Chan Young.
Kim Tan berkata
ini lebih karena Eun Sang tidak ada diantara mereka. Ia bertanya apa Bo Na tahu
apa yang disukai Eun Sang.
“Memangnya aku ini temannya Cha Eun Sang. Bagaimana aku tahu?. Apa kau mau
memberinya hadiah?. Ada banyak yang tidak dia miliki. Dia meminjam sepatuku,
ponselnya tergores. Dia suka bantalku, bahkan dia kehilangan dompetnya. Dia
bilang ada pria gila yang mencuri dompetnya”. (Bukan teman,
tapi kok tahu banyak tentang Eun Sang!!!).
Kim Tan
nyengir, “Akulah si pria gila itu”.
Bo Na
membenarkan, karena ia memang sedang berbicara tentang Kim Tan. Kim Tan
menerangkan, ia mengambil dompet itu agar bisa membelikan Eun Sang dompet baru.
“Heol, Daebak”,
cibir Bo Na merasa lucu.
Hyo Shin
membicarakan permintaan kerjasama yang datang pada klub penyiaran mereka.
Pertama datang dari siswa sekolah Se Ryun yang ingin meminjam penyiar wanita untuk acara festival.
Dengan antusias, Bo Na minta Hyo Shin mengiyakan permintaan tersebut. Apalagi permintaan itu datang dari SMS Se Ryun. Eun Sang
tanya apa alasannya.
“Klub jurnalis
di SMA Se Ryun memiliki banyak anggota yang tampan”, jawab Bo Na memberi
alasan.
“Tapi kau sudah
punya pacar”, balas Eun Sang merasa geli.
Bo Na tanya apa
hubungannya jika ia sudah punya pacar. Kalau sudah punya punya pacar apa tidak
boleh melihat pria-pria tampan lainnya. Hyo Shin menjentikan jari tanda setuju,
kalau begitu lebih baik mereka putuskan siapa penyiarnya saat rapat. Ia tanya
apa Eun Sang bisa datang menemui perwakilan siswa SMA Se Ryun bersama Bo Na.
Eun Sang tidak
bisa karena ia harus kerja. Bo Na heran Eun Sang bisa secepat itu mendapatkan
pekerjaan. Bo Na mengusulkan lebih baik mereka menemui siswa Se
Ryun di tempat Eun Sang bekerja. Eun Sang setuju, lalu bangkit mengikuti Bo Na.
“Tapi, apakah
mereka benar-benar keren?”, bisik Eun Sang
“Tentu saja.
Kau tahu bagaimana tingginya standarku kan”, jawab Bo Na meyakinkan.
“Bersenang-senanglah”,
ujar Hyo Shin senyum-senyum mendengar ocehan mereka.
Ia lalu
mengambil ponselnya seraya tersenyum jahil, "Tan sekarang ada dimana ya?. Aku harap Chan Young ada di dekatnya".
(Ow..ow..ada agen pelapor rahasia rupanya).
Bo Na dan Eun
Sang menemui 2 siswa pria SMA Se Ryun di café Manggo Six. Bo Na memperkenalkan
Eun Sang kepada 2 pria itu.
“Halo”, ucap
Eun Sang melambaikan tangan dengan gaya manis. (Eun Sang bahkan pakai jepit
rambut segala. Idih,,,,Eun Sang genit ya… ^-^).
Kedua pria itu
terpesona melihat Bo Na dan Eun Sang yang sangat manis. Salah satu dari mereka
bahkan tidak berkedip saat bertanya, “Apa semua siswi di sekolah Jeguk secantik
kalian”.
“Bo Na dan aku
yang paling cantik”, jawab Eun Sang narsis. Bo Na tersenyum mengiyakan
perkataan Eun Sang.
“Kepribadianmu
sangat baik. Apakah kau punya pacar?”, tanya yang lain
“Yobo
(panggilan sayang untuk istri/suami)”, seru seseorang tiba-tiba .
Eun Sang
terkejut mengenali suara itu. Ia dan Bo Na lebih terkejut lagi saat menoleh ke
sumber suara dan melihat Kim Tan bersama Chan Young datang ke café.
“Dia sudah menikah.
Apakah kalian tidak tahu itu?. Pergilah”, ucap Kim Tan memandang 2 siswa SMA Se
Ryun dengan tatapan mengancam.
Siswa Se Ryun
sebenarnya tidak ingin pergi, mereka bahkan belum sempat mendiskusikan tentang
festivalnya, “Hari ini sampai disini saja. Aku akan menelpon kalian nanti”.
Giliran Chan
Young yang angkat bicara. Dengan ketus ia melarang mereka melakukan hal itu,
“Jangan coba-coba menelpon”.
Kim Tan dan
Chan Young duduk berhadapan di depan pacar mereka. Kim Tan mengomentari jepit
rambut yang terpasang di rambut Eun Sang. Dengan wajah kesal, Eun Sang langsung
melepas jepit rambutnya, (hahaha..)
“Lee Bo Na! Sebenarnya
apa yang kau lakukan dengan pacarku di siang bolong begini?” , Kim Tan tanpa
segan memarahi Bo Na.
“Aku tidak
percaya ini. Aku kehabisan kata-kata”, sahut Bo Na kesal disalahkan Kim Tan.
Jika Bo Na
kehabisan kata-kata, ada Chan Young yang siap membela Bo Na. Ia tak terima
kekasihnya disalahkan, “Kenapa kau malah
menyalahkan Bo Na. Eun Sang bukanlah Bunda Teresa. Dia juga mendambakan seorang
pria”.
“Hei. Yoon Chan
Young!. Berhentilah memperburuk keadaan!”, sergah Eun Sang kesal.
"Cha Eun Sang, kenapa kau berteriak pada Chan Young?", serang Bo Na membela pacarnya.
"Kau tidak punya hak bicara", ucap Kim Tan masih kesal pada Bo Na, sekaligus membela Eun Sang.
Bo Na ganti membentak Kim Tan", Jangan bicara padaku. Memangnya aku pacarmu?".
"Kalau begitu, berhentilah menemui laki-laki lain", sela Chan Young.
"Dia benar", ucap Kim Tan sependapat dengan Chan Young.
Eun Sang kesal pada Kim Tan, bukannya menghentikan Chan Young malah membelanya. Bo Na berbisik Kim Tan adalah tipe yang bisa membuat Eun Sang gila karena kesal. Chan Young yang awalnya sekubu dengan Kim Tan, berbalik menyerang Kim tan. Ia menasehati Eun Sang, "Apa gunanya berwajah tampan?. Ketampanan hanya bertahan 3 bulan".
Kim Tan mendelik kesal. Kali ini Eun Sang sependapat dengan Chan Young. Ia berkata, "Yang penting dari laki-laki itu adalah kepintaran". Bo Na, Eun Sang dan Chan Young tersenyum mengejek Kim Tan.
(Tapi kita tahu kan, diantara mereka berempat siapa yang memperoleh peringkat paling rendah. Yang jelas bukan Kim Tan...hahaha).
Kim Tan diam tak berkutik di keroyok seperti itu. Ia pun mengalihkan pembicaraan. Anggap saja ini adalah sikap dari 2 anak SMA yang sedang cemburu, apa tidak boleh?.
Dalam perjalanan mengantar Eun Sang pulang, Kim Tan memberitahu seperti inilah dirinya, "Memangnya kenapa. Aku suka terobsesi dan kehilangan kontrol. Rasanya aku ingin membunuh siapapun yang menatapmu. Aku bahkan kesal kalau mereka memikirkan dirimu".
Eun Sang tertawa, apa yang harus dibenci. Kim Tan berkata Eun Sang tidak tahu laki-laki itu seperti apa, "Semua laki-laki itu sama!. Kecuali aku".
Eun Sang menilai dengan cara Kim Tan mengatakan hal itu saja sudah menunjukan kelemahan Kim Tan.( (pencemburu dan posesif).
"Cintaku itu suci. Aku menyukaimu seumur hidup. Aku mempunyai hati yang bersih", ungkap Kim Tan membanggakan diri.
"Suci?. Bagaimana kau membuktikannya. Kau akan mengeluarkan hatimu?", cibir Eun Sang tidak percaya.
"Sudahlah. Aku kecewa padamu Cha Eun Sang", Kim Tan berbalik pergi meninggalkan Eun Sang.
Giliran Eun Sang yang panik melihat Kim Tan marah beneran, "Hei. Kim Tan!. Kau benar-benar pergi". Tapi Kim Tan terus jalan mengabaikan panggilan Eun Sang.
Tak berhasil menghentikan Kim Tan, maka Eun Sang teriak kapan Kim Tan akan mengembalikan dompetnya. Kim Tan berhenti, tersenyum lalu berbalik, "Sekarang", ucapnya mengeluarkan tas dari balik jaketnya. Lalu melemparkannya pada Eun Sang.
"Apa ini?", tanya Eun Sang
"Dompet", jawab Kim Tan, "Perkelahian sekarang ini tentang kita, bukan lagi karena situasi yan sedang kita hadapi. Tapi aku senang dengan suasananya. Aku benar-benar senang. Ayo kita berkelahi seperti ini setiap hari. Aku pergi".
Kim Tan melambaikan tangan, tersenyum manis dan pergi.
Eun Sang tersenyum melepas kepergian Kim Tan. Kemudian membuka tas yang ia terima. Isinya dompet branded warna pink. Plus bonus foto Kim Tan di dalam selipan dompet. "Ampun", guman Eun Sang melihat kenarsisan Kim Tan lalu tersenyum senang.
Tepat saat itu, Esther berdiri hendak pergi. Ia pun terkejut tak menyangka akan bertemu dengan Jae Hoo di tempat kenangan mereka.
Keduanya lalu duduk menikmati secangkir kopi. Eshter mendengar Jae Hoo yang kini menjadi wakil presdir. Jae Hoo juga mendengar kabar batalnya pertunangan Esther. Seakan memberitahu batalnya pertuangan, Esther mengatakan Hotel Zeus sekarang sedang di selidiki kantor kejaksaan. Jae Hoo menilai, Esther tetap pintar seperti 20 tahun yang lalu.
Jae Hoo lalu bertanya apa Rachel baik-baik saja. Dengan wajah sedih Esther berkata karena putusnya pertunangan Rachel, putrinya itu menangis. Padahal Rachel jarang sekali menangis, "Dia pasti sangat menyukai Tan. Tapi, dia tak tahu bagaimana cara menyukai seseorang. Aku tak bisa mengajarinya. Karena aku juga tidak tahu".
Jae Hoo terkejut mendengar penuturan Esther. Esther melanjutkan, "Saat melihat Rachel sekarang, aku seperti melihat kehidupanku sendiri".
"Kehidupan seperti apa itu?", tanya Jae Hoo hati-hati.
"Sebuah keidupan yang menghasilkan banyak uang. Hidup yang kaya", Esther menghela napas berat, "Hidup tanpa Yoon Jae Ho".
Kim Tan menuangkan wine ketika ibunya baru selesai mandi. Ny. Han berkomentar, selama ini Kim Tan selalu mengomelinya untuk menguragi minum wine. Jauh berbeda dengan apa yang dilakukan Kim Tan kali ini, ia bertanya apa apa dengan putraku.
"Ibu akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam hidup dibandingkan dengan wine", ucap Kim Tan memberikan gelas wine pada ibunya dan mengajaknya minum bersama.
Ny. Han menebak pasti Kim Tan sengaja melakukan ini agar bisa minum alkohol. Kim Tan berkata orang bilang seorang anak harus belajar minum dari ayahnya, "Sekarang ini Ibu juga ayahku".
Wajah Ny. Han mendadak suram, ia bahkan tidak meminum wine. Mendengar nama ayah di sebut, mengingatkannya pada presdir Kim. Kim Tan bertanya kapan ibunya akan pindah ke vila yang ditawarkan Kim Won.
Ny. Han tidak ingin pindah, ia tidak ingin lagi tinggal di rumah yang bagus, "Ibu hanya ingin berkeliling menghirup udara segar. Tidak ingin keluar- masuk mall dan hotel, dengan di dampingi pengawal. Ibu akan berjalan dengan dua kakiku sendiri dan melihat langit dunia ini".
Ny. Han menerawang membayangkan hari esok, "Pertama-tama, besok ibu ingin jalan-jalan ke Gangnam".
"Berjalanlah denganku. Aku akan menggandeng tangan ibu".
Ny. Han setuju meski wajahnya terlihat sedih, "Baiklah. Besok, gandenglah tangan ibu. Lalu, kembalilah ke ayahmu. Ayahmu sekarang sendirian".
Kim Tan tidak mau kembali kerumah. Bagi Kim Tan sekarang ini Ny. Han adalah Ayahnya. Ny. Han minta Kim Tan untuk tidak berkata seperti itu. Kim Tan diam, wajahnya terlihat sedih.
Seperti perkataan Ny. Han, presdir Kim sekarang ini sendirian di rumahnya yang besar dan sepi. Tanpa anak, tanpa istri, tanpa keluarga. Tiba-tiba ia memejamkan mata, merasakan kepalanya yang pusing. Hanya sesaat, serangan sakit kepala itu hilang dengan sendirinya.
"Hyung. Kau sudah pulang dari sekolah?. Apakah kau belajar banyak hal?"
Kim Won terus berlalu tidak menghiraukan pertanyaan adik kecilnya. Kim Tan lalu menoleh melihat presdir Kim, "Ayah", seru Kim Tan riang menghambur ke sisi ayahnya.
Presdir Kim tersenyum melihat Kim Tan kecil yang lucu, tangannya terulur siap memeluk. Tapi tangan itu hanya tergantung diudara. Ia tak jadi memeluk Kim Tan, karena Kim Won menoleh ke arah mereka dengan wajah dingin.
Bayangan masa lalu menghilang. Presdir Kim kembali menerima serangan kepala yang hebat. Hingga ia terjatuh tak sadarkan diri di lantai. Sendirian, di rumahnya yang besar itu.
Keesokan harinya, Kim Tan langsung pergi ke rumah sakit setelah mendengar kabar ayahnya. Kim Won yang saat itu dalam perjalanan, langsung memutar mobilnya berbalik arah menuju rumah sakit. Begitu pula dengan Ny. Han, tanpa pikir panjang ia berlari ke rumah sakit.
Presdir Kim terbaring koma di ranjang. Ny. Han duduk disampingnya di penuhi rasa cemas. Kim Tan dan Kim Won tengah bicara dengan dokter. Dokter yang menangani presdir Kim menjelaskan ayah Kim mengalami Subarachnoid Hemorrhage (pendarahan di otak).
Tim dokter tak bisa mengoperasi presdir Kim sekarang, harus menunggu presdir Kim sadar dulu.
"Lokasi pembuluh darahnya juga tidak baik. Cerebral edema (cairan otak) yang bertambah memperumit masalah".
Kim Tan bertanya bagaimana jika ayahya tidak sadar. Dokter berkata mereka harus berdoa agar presdir Kim cepat sadar. Kim bersaudara menghela napas berat.
Ny. Han semakin cemas mendengarnya, ia menggenggam erat tangan presdir Kim. Dalam diamnya, ia berdoa.
Ny. Ji Sook duduk termenung di ruangannya. Pastinya ia juga telah mendengar kabar tentang presdir Kim yang koma. Direktur Jung datang, ia bertanya apa yang sedang di lakukan Ny. Ji Sook sekarang, ini saatnya kita bergerak.
"Diamlah. Aku sedang berpikir", ucap Ny. Ji Sook dengan pikiran kalut. Direktur Jung tidak sabar, selama ini Ny. Ji Sook sudah berpikir selama 20 tahun, apa lagi yang harus dipikirkan, "Kita harus melakukannya tepat sebelum Presdir sadar. Panggil pengacara Park dan siapakan semua dokumennya".
Ny. Ji Sook memang berniat melakukannya tapi tidak dengan terburu-buru, " Langkah yang sembrono bisa menempatkanku dalam posisi yang tidak bagus dan mendapatkan tuntutan hukum. Aku akan bangkrut".
Direktur Jung mendesak, " Kau pikir akan ada kesempatan yang lebih baik lagi?. Won sedang panik. Sekarang kesempatan kita. Tak akan ada lagi lain kali. Jika terlambat, Won bisa menangkap basah kita. Kau sudah bersabar dengan semua penghinaan dalam keluarga itu. Untuk apa?. Untuk hari ini!. Kau harus mendapat ganti rugi atas hari-hari sulitmu di sana".
Mengingat semua masa sulit yang ia alami di keluraga Kim. Membangkitkan keingian Ny. Ji Sook untuk mendapatkan bayaran atas kesabarannya selama ini. Ia hanya ingin mendapatkannya secara hati-hati. Ny. Ji Sook menyuruh direktur Jung untuk melihat apa yang terjadi di rumah sakit. Ia harus menghubungi seseorang.
Jae Hoo datang kerumah sakit, dia bicara dengan Kim Tan dan Kim Won. Jae Hoo tampaknya sudah bisa menebak gerakan tersembunyi Ny. Ji Sook. Sebelumnya, ia meminta maaf membicarakan perusahaan dalam kondisi seperti ini.
"Kita memang harus membicarakannya. Ayah bahkan mencoba mengkontrol kehidupan anak-anaknya untuk melindungi perusahaan ini", ucap Kim Won mengerti situasi.
Jae Hoo berkata jika kondisi presdir Kim terus koma dalam waktu yang lama, semua hak suaranya akan diserahkan kepada istri sah presdir Kim. Ny. Jung Ji Sook. Won bisa menduga, Ny. Ji Sook akan mengadakan rapat khusus untuk melengserkan presdir Kim dari posisinya, "Itulah yang bisa dilakukan oleh seorang istri yang sah. Kita tidak akan bisa menghentikannya".
"Apakah itu sebabnya dia tidak datang ke rumah sakit?", tanya Kim Tan menangkap maksud percakapakan mereka.
Kim Won minta Kim Tan menjaga ayah mereka siang ini. Ia akan bergantian menjaga presdir Kim setelah pulang kerja. Jae Hoo berkata akan mengadakan rapat untuk mengumpulkan orang-orang kepercayaan presdir Kim. Kim Won mengangguk setuju.
Ny. Han masih menunggui presdir Kim di ruang perawatan. Kim Tan masuk, meminta ibunya untuk kembali ke hotel. Ia janji akan menelon jika ayahya sudah sadar.
"Jangan khawatirkan ibu. Bagaimana jika ayahmu mencari ibu ketika dia sadar", tolak Ny. Han
Tapi Kim Tan tidak mengkhawatirkan ibunya. Ia mengkhawtirkan perusahaan dan ayahnya, "Ibu ketua yayasan pasti telah merencanakan sesuatu. Aku tak ingin ibu bertemu dengannya di sini. Kakak, Ayah, dan aku akan berada dalam posisi yang sulit".
"Ibu lupa tentang itu", ucap Ny. Han tampak terluka menyadari siapa dirinya. Ia lalu berdiri dan mengambil tasnya.
Kim Tan merasa bersalah telah mengatakan perkataan yang menyinggung hati ibunya. Ia mencoba memberikan pengertian. Tapi, Ny. Han mengerti meski Kim Tan tidak mengatakannya. Ia minta Kim Tan menjaga ayahnya dan segera menelpon jika presdir Kim sudah sadar.
Ny. Han pergi. Kim Tan menghela napas panjang, memandangi ayahnya yang terbaring tidak sadarkan diri.
Ny. Ji Sook bergerak cepat mengumpulkan para pemegang saham yang akan menjadi sekutunya. Orang-orang itu adalah saudara dan keponakan presdir Kim, yang sejak dulu memang menunggu kesempatan untuk mengambil alih perusahaan.
Ny. Ji Sook mengaku tidak bisa mempercayai kemampuan Won dan Tan dalam melindungi perusahaan. Jeguk adalah kerjaan yang dibangun oleh suaminya seumur hidupnya.
Saudara presdir Kim setuju. Dalam dunia bisnis, tak mengenal istilah bersikap baik pada seseorang. Ini urusan berbahaya dengan nyawa sebagai taruhannya. Mereka minta Ny. Ji Sook langsung bicara ke intinya.
Baiklah kalau begitu, Ny. Ji Sook bertanya apakah presdir Kim pemilik tunggal Jeguk dari awal. Tidak, dia bertarung dengan saudaranya sendiri. Itu adalah kemenangan presdir Kim setelah pertarungan yang melelahkan. Tapi tidak ada kemenangan yang abadi. Pertarungan bisa kembali di mulai oleh mereka yang mencari kemenangan.
"Seperti yang kalian tahu aku tidak punya anak ataupun keluarga. Kalian pasti juga sudah kehilangan kesempatan selamanya. Kupikir, aku bisa memberikan kembali kesempatan itu pada kalian. Karena itu, berpihaklah padaku. Saat Won dan Tan mendapat warisan mereka, kalian takkan pernah bisa mendapat kesempatan lain".
Young Do melamun di kamarnya, pikirannya kusut melihat kartu nama ibunya. Tak ingin terus galau. Young Do turun ke dapur, melakukan pekerjaannya mencuci piring. Tapi justru disinilah, ia mendengar para koki yang sibuk bergosip. Mendengar bisikan mereka, Young Do langsung melepas sarung tangan dan celemek. Bergegas menuju ruangan ayahnya.
Diruangan Presdir Choi Dong Wook, para jaksa sibuk menggeledah dan menyita semua barang bukti termaksud semua dokume, laptop dan komputer. Young Do berhambur masuk ke dalam ruangan.
"Apa yang kalian lakukan", Young Do ngamuk berusaha menghalangi para jaksa.
Dong Wook yang khawatir Young Do bisa terluka menyuruh putranya untuk minggir. Young Do menuntut penjelasan, "Ayah, apa yang terjadi?. Apa semua ini?.
"Choi Young Do, keluar!", perintah Dong Wook
"Apa yang mereka lakukan, ayah", suara Young Do meninggi.
"Aku bilang keluar. Pergi, cepat!", bentak Dong Wook.
Petugas keamanan membawa Young Do keluar. Sedetik pun Young Do tak bisa mengalihkan pandangan dari ayahnya dengan wajah sedih. Begitu pula dengan Dong Wook, matanya tampak berkaca-kaca saat melihat Young Do di bawa keluar.
Kim Tan menunggui ayahnya. Melihat kondisi ayahnya yang tidak berdaya seperti sekarang membuat ia sedih. Sejenak ia melihat tangan ayahnya yang terkulai. Tangan Kim Tan terulur ingin menggenggam tangan ayahnya. Meski awalnya tampak ragu, Kim Tan memberanikan diri menggengam tangan presdir Kim, seakan genggaman itu bisa memberikan kekuatan. (Mungkin ini pertama kalinya Kim Tan bisa menyentuh tangan ayahnya).
Ny. Ji Sook datang dan langsung bertanya dimana ibu Kim Tan sekarang, "Apa ibumu pergi ke suatu tempat?. Atau dia tidak diperbolehkan di sini karena dia bukan bagian dari anggota keluarga", sindirnya.
"Ibu (menunjuk ke Ny. Ji Sook) juga keluarga ayah, tapi ibu datang terlambat", balas Kim Tan menyindir.
Ny. Ji Sook beralasan menghadiri rapat untuk mengurus sesuatu. Karena tidak ada harapan bagi presdir Kim untuk kembali sadar. Kim Tan yakin ayahya akan sadar. Ny. Ji Sook lalu bicara pada presdir Kim yang tidak sadarkan diri.
"Aku di sini. Kau pasti senang, anak-anakmu sekarang ada di sisimu. Dan aku senang karena hari ini akhirnya datang. Sekarang kau berbaring di sini, maka aku sekarang adalah wali resmi Tan. Itulah gunanya kartu keluarga".
Kim Tan langsung berdiri begitu mengetahui arah pembicaraan Ny. Ji Sook. Ia mengingatkan agar Ny. Ji Sook jangan menyentuh saham yang diberikan ayah untuknya, "Aku akan menunjuk Hyung sebagai waliku yang sah".
"Baiklah, silahkan saja lakukan. Kau dan Ibumu pergi tanpa sepersen pun sudah cukup bagus buatku. Give and take, ingatkan?. Terkadang pelajaran yang keras adalah obat yang tepat. Kita ambil, kita kalah, kita ambil alih, kita dilengserkan. Selamat datang di dunia keserakahan, Putraku", tukas Ny. Ji Sook tajam.
Kim Tan terpekur diam. Kim Won yang baru datang menyapa Ny. Ji Sook dengan sindirannya, "Anda datang juga. Kupikir kau sangat sibuk". Ny. Ji Sook berkata sudah melihat melihat kondisi presdir Kim. Maka ia akan pergi sekarang. Ia juga sudah memberitahu Tan, apa yang seharusnya ia katakan.
Ny. Ji Sook melihat wajah Kim Tan dan Kim Won bergantian, lalu berkata, "Sekarang setelah kuperhatikan, kalian berdua terlihat mirip", ucapnya lalu pergi meninggalkan mereka.
Melihat wajah Kim tan yang murung, Kim Won minta pada adiknya untuk tidak mengkhawatirkan apa yang dikatakan Ny. Ji Sook, "Kau masih terlalu muda untuk mengerti".
Kim Won menyuruh Kim Tan untuk pulang dan beristirahat. Ia akan berjaga malam ini. Kim Tan bisa datang kembali besok sepulang sekolah. Tanpa banyak kata, Kim Tan mengiyakan perintah Kim Won dengan patuh. Sejenak ia memandangi wajah ayahnya dengan sedih lalu pergi.
Kim Tan masuk ke dalam lift, memencet tombol lantai 34. Di dalam lift, ia teringat wajh ayahnya yang tak berdaya dan perkataan Ny. Ji Sook kembali terniang di telinganya.
"Terkadang pelajaran yang keras adalah obat yang tepat. Kita ambil, kita kalah, kita ambil alih, kita dilengserkan. Selamat datang di dunia yang serakah, Putraku".
Ia mengurungkan niat kembali ke kamar dan memencet tombol lantai 35. Lantai paling atas yang menuju atap hotel Zeus.
Di atap hotel yang sepi ini, Kim Tan merenung memandangi pemandangan malam kota Seoul. Ia membutuhkan waktu untuk menguraikan pikirannya yang kusut.
Setelah beberapa waktu, Kim Tan menyadari ia tak sendiri di atas atap ini. Ia menoleh dan melihat Young Do berdiri tak jauh membelakanginya. Young Do berbalik merasakan ada seseorang yang di belakangnya.
Mereka pun saling bertatapan. Kesedihan terpancar dari wajah mereka. Hanya lewat sorotan mata, tanpa kata-kata. Keduanya seakan mengerti masalah apa yang tengah dihadapi masing-masing. Kim Tan memalingkan wajah, kembali menatap ke depan. Begitu pula dengan Young Do.
Kedua pria muda yang sedang dirundung masalah. Bersama-sama menatap pemandangan malam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.
END
Komentar :
I love this scene. Kim Tan - Young Do, mantan sahabat yang sering berselisih dan berkelahi, tapi saling memahami satu sama lain. Memang tak mudah menyambung kembali sesuatu yang sudah retak, sama halnya dengan persahabatan merkea. Meski sekarang mereka tak lagi berselisih, tapi tidak bisa juga kembali berteman seperti dulu.
Ayah Kim Tan yang terkenal kejam dan berkuasa, kini terbaring lemah tak berdaya di serang penyakit. Tak jauh beda dengan ayah Young Do, yang harus patuh pada hukum. 2 sosok ayah kuat yang sulit untuk di kalahkan, tapi pada akhirnya dipaksa menyerah oleh keadaan.
Bagaimana Kim Tan dan Young menghadapi masalah ini, di usia mereka yang masih sangat muda?. Ini adalah salah satu dari beban mahkota yang harus mereka tanggung.
Kim Tan kecil ini lucu sekali.... ^_^
No comments:
Post a Comment
Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)