Pages - Menu

Monday, December 05, 2016

Sinopsis Legend Of The Blue Sea Episode 4 Part 2

Putri duyung mematung sedih di tinggal Joon Jae. Tanpa ia sadari, Dae Young berjalan pelan mendekat. Namun, Dae Young langsung berhenti begitu melihat mobil Joon Jae berhenti. Joon Jae yang tidak tega akhirnya membiarkan putri duyung ikut dengannya. Yeay…

Putri duyung yang senang, membuka jendela mobil dan menikmati angin malam.  Putri duyung berguman, “Karena aku berada di Seoul, aku senang”.

Joon Jae langsung teringat kejadian di Spanyol. Saat ia bertanya pada putri duyung, apa putri duyung benar-benar tidak tahu Seoul ada dimana?. Joon Jae yakin saat itu ia bersama seorang wanita, tapi ia tidak yakin siapa wanita itu.

Joon Jae mencoba mengalau ingatannya tersebut. Ia menutup jendela mobil beralasan udaranya dingin. Tapi terlalu tiba-tiba hingga membuat putri duyung kaget, hampir saja kepalanya terjepit kaca jendela. ^^~

Putri duyung lalu tersenyum menatap Joon Jae, “Karena aku bersamamu, aku sungguh senang”.

Mendadak Joon Jae teringat suara lirih yang ia dengar saat sadarkan di pantai “Aku mencintaimu”, nada suaranya terdengar sama. Merasa penasaran, Joon Jae bilang pada putri duyung ada yang ingin dia pastikan.

“Katakan itu padaku sekali lagi?”, pinta Joon Jae

“Hah?. Apa?”

“Itu. Itu…Aku men…. “, Joon Jae menatap putri duyung, ia jadi ragu dan akhirnya, “Ah.. lupakan. Lain kali saja”

Joon Jae melihat kaca spion ada mobil mencurigakan berjalan di belakang mobilnya. Ketika Joon Jae belok ke kiri, mobil itu juga melakukan hal yang sama. Joon Jae langsung tahu ada orang yang sedang mengikutinya. Ia berguman kesal, siapa lagi orang ini.

Joon Jae banting stir kekanan,mobil itu pun mengkuti. Ia berusaha menghindar dan menyelip di antara mobil-mobil lain. Putri duyung malah terlihat senang meski badannya terpontang-pangting ke kanan dan ke kiri. Keluar dari terowongan bawah tanah, Joon Jae langsung menancap gas, ngebut. 

Secara mendadak Joon Jae belok ke komplek perumahan yang bercabang dan menghilang. Dae Young si penguntit turun dari mobil. Ia mencoba mencari jejak mobil Joon Jae, tapi tidak ketemu. Dae Young kesal, sampai-sampai membuang topi yang menutupi wajahnya.

Di labotarium, Shi Ah mengamati keramik langka yang ia bersihkan sebelumnya. Gambar putri duyung mencium pria berpakaian modern. Temannya datang dan menyapa Shi Ah yang masih saja mengamati keramik itu. Shi Ah merasa heran, ia bertanya pada temannya yang lebih dulu bekerja di bidang Konservasi, pernahkah dia melihat gambar seperti ini sebelumnya.

Teman Shi Ah tidak pernah melihat gambar seperti itu sebelumnya. Ia juga merasa heran, keramik itu di temukan dari penggalian barang bersejarah era dinasti Joseon. Bagaimana bisa seseorang dari dinasti Joseon menggambar sesuatu seperti ini.

Teman perempuan Shi Ah berkata, menurut profesor mereka, mungkin pelukis keramik itu naik mesin waktu dan melihat masa depan. Shi Ah berguman, entah kenapa wajah pria di keramik itu terasa mirip dengan seseorang yang ia kenal.

“Siapa?”, tanya teman Shi Ah

“Seseorang. Hari ini hari ulang tahunnya” jawab Shi Ah.

Joon Jae membawa putri duyung masuk kerumah. Kebetulan Nam Doo dan Tae Oh sedang berada di ruang tamu dan melihat kedatangan putri duyung. Putri duyung tak sadar menjadi pusat perhatian ke dua pria itu, karena dia juga sibuk melihat perabotan dan isi rumah Joon Jae.
Putri duyung berlari kecil keluar menuju kolam. Nam Doo dan Tae Oh melihat apa yang hendak di lakukan wanita itu. Tae Oh saja sampai bengong melihat kelakuan aneh putri duyung. Joon Jae dengan santai mengambil minuman dari dalam kulkas. 

(Hm.... Georgia Gotica Cofee, merek kopi yang di iklan kan Lee Min Ho ^^)

Nam Doo yang mengenali putri duyung (dari foto yang di kirim Thomas) bertanya pada Joon Jae kenapa membawa wanita itu kemari. Apa Joon Jae sudah gila?. Putri duyung langsung menoleh. Nam Doo kaget, apa putri duyung dengan ucapannya barusan. Nam Doo tersenyum canggung.

Putri duyung menoleh bukan karena mendengar ucapan Nam Doo, melainkan ingin bertanya, “Apa di sini tak ada makanan?”, sambil menunjuk kolam renang (maksudnya ikan).

“Kenapa harus ada makanan di sana?. Kemari”, ajak Joon Jae.

Putri duyung mengamati dengan serius spaghetti yang di panaskan di microwave. Tae Oh yang menghangatkan spaghetti itu langsung mengambil dari microwave ketika dirasa sphagetti telah hangat. Putri duyung mengekor mengikuti sampai Tae Oh mengidangkan makanan itu ke meja. Setelah memberikan garfu, Tae Oh langsung pergi.

Sebelum memakannya, putri duyung meniup spaghetti terlebih dahulu (hal itu, ia pelajari saat di Spanyol, ketika Joon Jae meniup kopi yang panas). Ia meniupnya berkali-kali dengan cepat, persis ketika ia meniup kopi. Joon Jae memberi isyarat pada Nam Doo untuk mulai menggali informasi dari putri duyung.

“Nona, dimana rumahmu?”, tanya Nam Doo.

“Jauh”, jawab putri duyung singkat.

Nam Doo berkata rumahnya juga jauh, di Namyangju.

“Rumahku sa…….ngat jauh”, jawab putri duyung kemudian,

Nam Doo berkata putri duyung terlihat kurang waras dan selera berpakaiannya juga aneh. Ia berkata pada Joon Jae kalau ia dan putri duyung tidak cocok. Kami tidak cocok.

“Apa yang akan Hyung lakukan kalau dia cocok denganmu?. Apa seseorang mengadakan kencan buta untukmu?”, jawab Joon Jae

Nam Doo beralasan, mereka akan tinggal bersama. Joon Jae protes, tinggal bersama apanya. Ia mengingatkan kalau Nam Doo dan Tae Oh juga menumpang di rumahnya dan sudah waktunya mereka pergi dari sini.

Nam Doo mengeluh menyebut Joon Jae sungguh kejam. Mencari-cari alasan, Nam Doo tanya jika ia dan Tae Oh keluar, apa yang akan Joon Jae dan putri duyung lakukan berdua saja di rumah ini.

Joon Jae membela diri, tujuannya membawa putri duyung ke rumah ini bukan untuk mengijinkannya tinggal disini, melainkan ada sesuatu yang ia tanyakan pada wanita itu karena itu ia membawanya kesini.

Nam Doo tanya apa yang ingin di pastikan. Ia bahkan melarang Joon Jae untuk tidak memperlihatkan gelang giok pada putri duyung. Tapi Joon Jae tidak peduli, ia tetap mengeluarkan gelang giok dari dalam saku jasnya. Nam Doo membalikan badan tidak ingin melihat.

“Kau tahu apa ini kan?”, tanya Joon Jae.

Putri duyung yang sedang mengunyah makanan langsung terdiam. Ia menghindari tatapan Joon Jae. Joon Jae mendorong gelang itu ke dekat putri duyung dan bertanya, “Kau tahu itu kan?”.

Putri duyung menyeruput pasta yang menggantung di mulutnya. Lalu mengangguk pelan. Joon Jae tanya apa gelang itu milik putri duyung.

“Aku memberikannya kepadamu”.

Nam Doo yang mendengarnya lega, rupanya putri duyung sendiri yang memberikan benda itu.

“Kau memberikan ini kepadaku?”, tanya Joon Jae tidak yakin

“Ya. Karena kau menyukainya”, jawab putri duyung polos.

Nam Doo yakin Joon Jae pasti menyukai gelang itu. Tapi gelang itu bukan sembarang benda yang bisa diberikan hanya karena Joon Jae menyukainya. Nam Doo mulai basa-basi menyebut Putri duyung sebagai orang berhati baik dan merasa tidak enak untuk menerima pemberian putri duyung. Padahal tangannya bergerak hendak mengambil benda itu, tapi di tahan Joon Jae.

“Ada banyak benda seperti ini di rumahku”, ujar putri duyung.

Joon Jae dan Nam Doo kaget. Nam Doo langsung semangat, “Ada banyak?”, tanyanya.

Dan kita melihat putri duyung di dalam laut bersama dengan benda-benda langka yang ia koleksi. Ada banyak guci antik, perhiasan dan perkakas langka lainnya.

Putri duyung berkata ada banyak benda seperti itu jika Nam Doo mencari. Mendengar itu Nam Doo langsung berubah pikiran. Ia menyarankan Joon Jae untuk membiarkan putri duyung tinggal dirumah ini sementara bersama mereka.

Joon Jae keberatan . Nam Doo beralasan karena putri duyung tidak mempunyai kenalan siapapun di Seoul. Nam Doo bertanya lagi untuk menyakinkan, apa benar banyak benda berharga di rumah putri duyung. Yang di jawab ya oleh putri duyung.

“Kami... Bukan, Oppa ini akan membantumu menjalani kehidupan keras di Seoul. Dan sebaliknya, kau tidak boleh melupakan bantuanku. Jika kau ingin berterima kasih waktu kau pulang ke rumah nanti, kau juga bisa melakukannya”, ucap Nam Doo.

Joon Jae berpikir lalu berkata, “Aku tahu gelangnya, tapi kau, yang memberi gelang kepadaku; kenapa aku tidak tahu?. Apa kau pikir itu masuk akal?”.

Putri duyung langsung menunduk dan diam membisu di tanya seperti itu. Joon Jae kesal, “Lihat? Dia berbicara dengan baik tetapi saat topik penting muncul dia tidak akan berbicara”.

“Hei. Jangan kasar begitu. Pasti dia sedang mengalami masalah”, bela Nam Doo. Joon Jae memejamkan mata frustasi.

“Tapi siapa namamu?”, tanya Nam Doo

“Dia tidak punya nama”, sambar Joon Jae.

Nam Doo kaget, dia tidak punya nama. Dengan polosnya putri duyung tanya kenapa semua orang menanyakan namanya. Nam Doo menilai itu seperti pertanyaan yang bagus dan berkata orang-orang menanyakan nama putri duyung karena mereka perlu memanggil putri duyung dengan sebuah nama.

Putri duyung kemudian tanya apa orang-orang tidak bisa memanggilnya kalau ia tidak punya nama. Nam Doo berkata hal itu akan sulit, lebih mudah jika memanggil nama seseorang.

Putri duyung menatap Joon Jae, “Kalau aku memiliki nama, apa kau akan memanggilku?”

“Kurasa iya kalau memang harus”, jawab Joon Jae pendek.

“Kalau begitu buatkan nama untukk”, pinta putri duyung senang.

“Membuatkan apa? Apa kau pikir aku akan melakukan itu?”, protes Joon Jae kesal

“Berikan aku nama” pinta duyung sekali lagi

Nam Doo berkata sebuah nama berasal dari perasaan saat melihat orang itu. Saat melihat putri duyung, Nam Doo berpikir tentang Audrey Hepburn (nama artis Hollywood).  Dalam film Roman Holiday, sang putri berkeliaran kemana-mana tanpa mengetahui apapun. Nam Doo menilai putri duyung memiliki aura Hepburn

“Bagaimana kalau nama itu? Oh Deu Ree (kedengaran seperti Audrey)”, usul Nam Doo.

“Oh Deu Ree apanya?. Menurutku Shim Chung, saja”, ucap Joon Jae.

(Dalam cerita legenda karakter Shim Chung yang sangat berbakti pada ayahnya yang buat dan menjual dirinya pada Jade Raja Lautan demi menyelamatkan ayahnya)

Nam Doo tertawa memangnya putri duyung itu anaknya Shim. Joon Jae tertawa berkata putri duyung itu sangat bodoh, jadi nama Shim Chung terasa cocok untuknya. Nam Doo menegur Joon Jae yang tidak tulus memberi nama seseorang.

Diluar dugaan putri duyung malah senang, “Aku suka”,

“Kenapa kau suka?. Dia meledekmu kalau kau itu bodoh!”, bela Nam Doo

“Aku suka nama itu. Shim Chung. Aku suka itu”, ucap putri duyung tersenyum tulus.

Joon Jae terkejut diam, tak mengira ledekannya justru membuat putri duyung senang.

Nam Doo akhirnya mengakui nama Shim Chung memang cocok untuk putri duyung. Ia mengakui kehebatan Joon Jae dalam memberi nama seseorang. Joon Jae mengiyakan.

Shim Chung meloncat senang menghampiri Tae Oh yang duduk sendiri menonton TV.

“Siapa namamu?”, tanya putri duyung

“Aku Tae Oh”

“Namaku Shim Chung”, jawabnya tersenyum senang.

Tae Oh menunduk malu. Shim Chung tersenyum girang, saking senangnya sampai menenggelamkan wajahnya ke sofa.

Terdengar bunyi bel. Tae Oh langsung membuka laptop dan melihat siapa yang datang. Shi Ah.

Shi Ah datang dengan alasan membawa kue ulang tahun. Wajah Joon Jae tampak tidak suka menerima kehadiran Shi Ah. Shi Ah berkata ini hari ulang tahun Joon Jae, jadi ia pikir Joon Jae harus makan kue. Ia juga cerita membeli kue itu saat dalam perjalanan pulang. Shi Ah langsung diam begitu menyadari kehadiran wanita lain di rumah Joon Jae.

Shim Chung melirik Shi Ah dengan tatapan tidak suka. Begitu pula dengan Shi Ah yang tidak suka melihat Shim Chung, tapi ia pura-pura tersenyum dan bertanya, “Kau rupanya ada tamu! Siapa dia?”.

Shim Chung berjalan mendekati Shi Ah dan Joon Jae. Ia melirik tajam Shi Ah, “Halo. Aku Shim Chung”.

Nam Doo tertawa melihat sikap Shim Chung. Shi Ah tetap pura-pura tersenyum ramah meski Shim Chung menatapnya dengan pandangan tidak bersahabat.

Tiba-tiba portable vacum cleaner menabrak kaki Shim Chung. Shim Chung berteriak kaget dan melompat kearah Joon Jae. Joon Jae protes dan menyuruh Shim Chung turun. Tapi Shim Chung yang takut terus bergelantung di leher Joon Jae. Joon Jae berputar-putar berusaha melepaskan diri, tapi Shim Chung justru berpegang lebih erat dari sebelumnya.

Nam Doo tertawa terbahak-bahak,  Tae Oh hanya tersenyum tipis. Sementara Shi Ah jelas merasa terganggu.

Nam Doo menyelakan lilin ulang tahun. Shim Chung yang tidak sabar melihat makanan hendak menyantap kue ulang tahun. Tapi Joon Jae lebih dulu menahan kepala Shim Chung agar tidak menyentuh kue itu. Ia memperbolehkan Shim Chung makan kue setelah meniup lilin.

Mendengar itu Shim Chung langsung duduk rapi. Nam Doo tertawa. Shi Ah memasang wajah jutek meski ia berusaha tetap bersikap manis. Nam Doo mengajak mereka menyanyikan lagu ulang tahun.

Tapi baru satu bait mereka bernyanyi, fuh….Shim Chung langsung meniup lilin. Ia sudah tak sabar ingin makan kue. Semua bengong. Pandangan Shim Chung tidak lepas dari kue itu. Ia menyenggol meja karena sudah tidak sabar. Nam Doo mengerti, segera menyingkirkan lilin dari kue.

Segera saja Shim Chung langsung merauk kue dengan tangannya. Ya dengan tangannya, tanpa sendok ataupun pisau. Nam Doo berseru kaget, “Oh My. God”. Joon Jae menutup mata dan menghela napas frustasi. 

Shim Chung menyukai kue itu yang pasti rasanya enak, sampai-sampai ia mengoyangkan kakinya. Nam Doo masih tertawa. Tae Oh yang melihatnya terlihat takjub dan tersenyum.

Melihat cara makan Shim Chung yang kalap, Joon Jae menyuruh Shim Chung makan kue pelan-pelan, tidak ada orang yang akan mencuri kuenya. Shi Ah jelas kesal kue yang ia bawa di acak-acak Shim Chung. Ia lalu memotong sisi yang masih rapih dan hendak menyuapkannya pada Joon Jae. Joon Jae menolak dan berkata akan makan sendiri.

Joon Jae bergerak ingin mengambil kue sendiri. Tapi Nam Doo menghentikannya dan menyuruh Joon Jae menerimanya. Ia berkata pasti Shi Ah juga merasa malu mencoba menyuapi Joon Jae.

Joon Jae sedikit mengeluh dan mengambil kue dari tangan Shi Ah (makan sendiri tidak di suapin). Dengan genitnya, Shi Ah mendekat dan berbisik di telinga Joon Jae. Shim Chung memperhatikan dan tentu saja tampak kesal.

Ia mencoba mengikuti gaya tertawa Shi Ah yang malu-malu meong. Dan juga gaya makan Shi Ah yang terlihat anggun. Shim Chung mencoba mengikuti hal itu tapi justru terlihat lucu.

Setelah itu Shi Ah mengambil tisu untuk membersihkan bibirnya dari sisa makanan. Shim Chung mengikuti tapi krim di mulutnya terlalu banyak. Diam-diam, Joon Jae memperhatikan tingkah Shim Chung. J

Shi Ah tanya apa Joon Jae akan menghadiri pesta pensiun Prof. Jin minggu depan. Sambil tetap memperhatikan Shim Chung, Joon Jae berkata akan bertemu dengan Prof. Jin sendiri besok, karena ada hal yang harus ia bicarakan secara pribadi dengan Prof. Jin. 

Shi Ah berkata profesor Jin merasa sangat kecewa karena setiap saat dia memulai sebuah proyek baru, tidak ada Joon Jae yang membantu. Prof. Jin merasa senang jika Joon Jae ada disana untuk membantu.

Shim Chung memperhatikan gaya berpakaian, dandanan dan aksesoris yang Shi Ah pakai. Ia juga memperhatikan bagaimana Shi Ah bersikap manis pada Joon Jae. Shim Chung tampak cemburu.

Saat pulang, Shi Ah menarik Nam Doo keluar rumah. Dengan nada tidak terima ia tanya apakah Shim Chung akan tinggal sementara di rumah ini. Nam Doo berbohong bilang kalau ia sudah berusaha melarang, tapi Joon Jae mengijinkan Shim Chung tinggal disini.

“Tapi Joon Jae itu kasihan padanya. Kesehatan wanita itu juga sepertinya tidak baik. Jadi dia iba kepadanya karena kondisi dan situasi wanita itu. Tapi tak usahlah khawatir!. Kenapa kau si wanita yang tak ada duanya, Cha Shi Ah jadi gelisah karena wanita yang bahkan tak tahu namanya sendiri”

“Entahlah. Kau harus awasi mereka dan jangan keluar dari rumah ini”, ucap Shi Ah memerintah.

Nam Doo hanya patuh saja (mau banget). Shi Ah khawatir, setahunya tidak ada lagi kamar di rumah ini, lalu dimana Shim Chung akan tidur?. Nam Doo berkata sebenarnya ada kamar lain.

Kamar itu berada di dekat plafon, untuk pergi ke sana harus menaiki tangga yang berada di dalam kamar Joon Jae. Joon Jae membawa Shim Chung naik ke kamar itu. Tidak seperti tampak di luar, kamar itu ternyata cukup luas dan tersusun rapi. Joon Jae membuka kain yang menutupi sofa dan tempat tidur.

“Apa aku tinggal disini?”, tanya putri duyung.

“Sadarlah kau itu. Apa maksudmu "tinggal disini"?. Ada yang harus kuketahui, makanya aku membiarkanmu menginap disini sementara waktu. Untuk beberapa hari saja”.

Joon Jae turun dan menutup pintu plafon. Lalu menghempaskan badannya ke tempat tidur. Terdengar ucapan terima kasih dari Shim Chung. Joon Jae berguman, tentu saja kau harus berterima kasih. Joon Jae menyuruh Shim Chung jangan berisik dan cepat tidur.

Joon Jae mematikan lampu, tanda ingin tidur. Shim Chung justru naik ke atas ranjang dan melompat-lompat girang. Tentu saja kegaduhan itu di dengar Joon Jae yang berada di bawah.

“Hei. Aku bisa mendengar semuanya!’, seru Joon Jae

Shim Chung langsung diam. Tapi hanya beberapa detik saja, ia kembali melompat-lompat dengan lebih pelan. Joon Jae masih bisa mendengarnya. Ia mengancam akan mengusir Shim Chung tengah malam jika terus berisik.

Hening. Shim Chung langsung berbaring. Joon Jae tersenyum dan menutup mata.

Malam itu hujan turun. Ma Dae Young masih berkeliling mencari rumah Joon Jae. Ia tersenyum melihat Namsan Tower dari kejauhan. Sepertinya Dae Young menemukan petunjuk.

Keesokan paginya, Shim Chung bangun lebih dulu. Shim Chung langsung bangun teringat sesuatu. Bergegas, ia membuka pintu plafon dan membangunkan Joon Jae.

“Heo Joon Jae. Sudah pagi, ayo sarapan”

Joon Jae yang masih setengah ngantuk membuka mata. Lalu menarik selimut menutupi wajahnya.

Pada akhirnya Joon Jae bangun. Shim Chung memperhatikan rice cooker yang mengeluarkan suara, “Makanan yang lezat sedang dimasak”.

“Benar. Mulailah memasakah.  Lebih cepat lebih baik”, ucap Shim Chung semangat.

Joon Jae memotong sayuran sembari menggeleng pasrah, “Kau melakukan segala macam hal”.

Nam Doo datang, melihat Shim Chung dan Joon Jae yang bangun lebih dulu, Nam Doo berkata rumah ini sudah seperti rumah keluarga. Ia membuka kulkas dan tidak menemukan susu. Pada Joon Jae ia tanya kemana perginya semua susu itu?.

“Ada satu orang yang meminumnya dalam satu teguk. karena dia lapar saat menunggu makanan”, jawab Joon Jae

“Kita bisa bangkrut kalau begini”, keluh Nam Doo

“Katamu tadi kita sudah seperti keluarga”, ejek Joon Jae.

Shim Chung teriak terkejut dan melompat ke atas meja begitu vacum cleaner mendekat ke arahnya. Nam Doo dan Joo Jae bengong. Nam Doo mengoreksi ucapannya barusan, walaupun ia lebih tua dari Joon Jae bukan berarti semua ucapannya itu benar. Dengan kata lain setelah melihat tingkah Shim Chung yang tetap aneh, mereka bukan keluarga.

Dae Young yang masih mencari rumah Joon Jae, nekat mengetuk pintu dari rumah-rumah yang tinggal di komplek perumahan tersebut. Dengan alasan menawarkan jasa surat kabar, Dae Young ingin melihat dan memastikan siapa saja penghuni dari rumah-rumah itu.

Ia memberi tanda silang pada rumah yang ia yakini bukan rumah Joon Jae. Tanda segitiga ia berikan pada rumah yang belum ia ketahui siapa pemiliknya. Karena pemiliknya tidak keluar meski ia mengedor-ngedor pintu. Saking sibuknya mengecek rumah-rumah, Dae Young sampai tidak melihat sebuah mobil melintas di depannya. Mobil Joon Jae.

Dae Young mengetuk sebuah rumah dan keluar pria berbadan besar. Badan pria itu lebih besar dari Dae Young. Agak takut, Dae Young menawari pria itu untuk berlangganan surat kabar. Pria itu marah karena suara teriakan Dae Young membangunkannya. Dia langsung masuk ke dalam usai memarahi Dae Young. 

Ketika Dae Young hendak menandai rumah tersebut. Pria itu keluar dan memergokinya. Ia tanya tanda apa yang di tulis Dae Young. Ia menuduh Dae Young pencuri dan sampah. Pria itu menyuruh Dae Young tetap di tempat. Ia mengeluarkan ponselnya menggertak akan melaporkan Dae Young ke polisi. Sorot mata Dae Young berubah. Ia melepas kaca mata dan topinya. Dae Young memandang pria itu dan mendekatinya. Apa yang akan dia lakukan?.

Joon Jae pergi ke mall. Ia keluar dari salah satu butik dengan menentang tas belanjaan. Joon Jae berjalan melewati butik lain dan melihat seorang pria yang sedang menunggu kekasihnya di dalam butik. Joon Jae teringat pernah melakukan hal yang sama. Ia berguman heran untuk apa ia melakukan hal itu?.

Saat berdiri di depan toko sepatu, Joon Jae teringat pernah memilih sepatu wanita. Tapi Joon Jae tidak ingat lagi apa yang terjadi selanjutnya. Ia menyakinkan dirinya sendiri kalau ia terluka dan terpisah dengan wanita itu. Pasti begitu kejadiannya.

Joon Jae berdiri menunggu lift. Dan perasaan familiar itu kembali terniang di kepalanya. Joon Jae ingat pernah menunggu lift dan meninggalkan seseorang. Joon Jae memenjamkan mata dan menghela napas frustasi. “Apa yang sebenarnya terjadi?”.

Hari sudah malam ketika Joon Jae dalam perjalanan pulang. Ia mencoba mengingat-ngingat apa yang terjadi di spanyol. Joon Jae ingat ketika Check in hotel, ketika ia di kejar preman, ketika masuk ke taman labiri, ketika menelusuri jalanan spanyol dengan sepeda, dan ketika berada di mercusuar Hercules sampai pada akhinya melompat dari tebing. Joon Jae ingat semua hal itu tapi seingatnya semua ia lakukan sendirian

Lamunan Joon Jae terputus ketika menerima telpon dari Nam Doo. Nam Doo yang berada tak jauh dari rumah mereka, meminta Joon Jae untuk berhenti dan lihat ke depan. Joon Jae menepi dan melihat ada razia pemeriksaan kendaraan dadakan yang di lakukan polisi. Nam Doo menghampiri mobil Joon Jae dan mengetuk jendela mobil. Joon Jae tanya apa yang terjadi.

“Tetangga kita terbunuh. Ada kasus pembunuhan”, jelas Nam Doo.

Joon Jae kaget. Nam Doo berkata sudah menghubungi Tae Oh untuk tidak pulang kerumah. Ia menyuruh Joon Jae untuk putar balik, karena razia ini di pimpin detektif Hong. Detektif Hong mengenali wajah Joon Jae dan bertekad menangkap Joon Jae sejak 3 tahun lalu.

Joon Jae terdiam melihat mobil di depannya yang sedang di periksa. Nam Doo bertanya apa lagi yang Joon Jae tunggu, cepat putar balik. Joon Jae berkata Shim Chung sendirian di rumah. Nam Doo heran memangnya kenapa kalau Shim Chung sendirian dirumah. Jika mobil Joon Jae berhenti di sini terus, nanti polisi itu akan curiga. Cepat putar balik.

Seorang polisi mengeluh karena detektif Hong bersikeras memeriksa wilayah yang bukan menjadi wewenangnya. Detekfif Hong melakukan itu karena ia mendengar tersangka pelaku pembunuhan menggunakan paku dan palu sebagai senjata untuk membunuh Korban. Ia yakin pasti pelakunya Ma Dae Young.

Polisi itu tidak sependapat, bukan Ma Dae Young saja yang menggunakan palu sebagai senjata untuk membunuh. Terlebih, korban adalah seorang renternir pasti, jadi ia yakin 100% motif pembunuhan ini pasti karena balas dendam.

“Mana bisa kau yakin 100% pada suatu kasus? Pertama, kita cari tahu dulu kemungkinannya. Kalau memang bukan, maka aku menyerahkan kasus ini padamu’, jawab detektif Hong.

Detekfit Hong kembali ke pos pemeriksaan, berjaga-jaga jika ada mobil atau orang mencurigakan. Tanpa ia tahu, pembunuh yang ia cari berdiri di belakangnya. Menutupi wajahnya dengan payung dan memakai jas hujan polisi.

Ma Dae Young berbalik, menatap rumah yang belum ia datangi. Rumah Joon Jae. 

Sementara itu, Shim Chung yang sendirian di dalam rumah menatap ke luar jendela dan melihat air hujan. Shim Chung bertanya-tanya kenapa Joon Jae belum pulang. Shim Chung duduk di atas sofa dan tanpa sadar menduduki remote dan membuat TV menyala. Saat itu TV menayangkan drama keluarga. (Drama My Mother In Law’s Man).

Shim Chung melihat seorang wanita paruh baya menampar pria muda. Wanita itu berteriak, “Hei!. Kau seharusnya tidak muncul di depanku?. Kau harusnya hidup tanpa tahu apapun!”.

Shim Chung tegang terlebih saat wanita itu berkata, “Biar kuberitahu kau satu rahasia. Ayahmu…..”.. seketika gambar berhenti dan tertera tulisan bersambung minggu depan.

Shim Chung yang tidak mengetahui kalau drama telah habis jam tayang, berguman penasaran, “Kenapa begitu? Bergeraklah. Bicaralah. Apa dia mati?”.

Shim Chung mengira orang-orang di dalam TV itu mati..hahaha….

Ma Dae Young yang kini berada di depan rumah Joon Jae, menekan bel. Shim Chung yang mendengarnya  senang mengira yang datang Joon Jae.

Joon Jae teringat nasehatnya pada Shim Chung, saat Shim Chung melindungi dari kembang api. Joon Jae berkata agar Shim Chung melindungi diri sendiri terlebih dahulu sebelum melindungi orang lain. Begitu urutannya yang benar. Bodoh jika mengubah urutannya, melakukan sebaliknya.

Shim Chung membuka pintu dengan wajah senang. Bukan Joon Jae yang datang melainkan Ma Dae Young. Shim Chung hanya diam menatap Dae Young yang tidak ia kenal. Sementara Dae Young tersenyum (seram) pada Shim Chung.

Meski Joon Jae menasehati Shim Chung untuk melindungi diri sendiri, kemudian orang lain. Tapi nyatanya dalam situasi seperti ini, Joon Jae memutuskan untuk mengubah urutannya, ia lebih mengkhawatirkan Shim Chung dari pada dirinya sendiri.

“Hyung, minggir”, ucap Joon Jae menyuruh Nam Doo menepi.

Nam Doo kaget dan berusaha menghentikan Joon Jae. Joon Jae tak peduli, ia menyalakan mobil dan menginjak gas menerobos pos pemeriksaan polisi.

END

Epilog

Dinasti Joseon. Ibu Dam Ryung memanggil pelayan wanitanya dengan pelan, Sa Wol…Yang di panggil langsung menjawab baik nyonya. Ibu Dam Ryung menyuruh Sa Wol untuk membuka penutup guci. Cuaca hari ini sedang cerah, dengan begitu adonana di dalam guci bisa terkena cahaya matahari dan membuat rasanya lebih enak.

Sa Wol berbalik melihat ratusan guci besar di hadapannya. Sa Wol lalu tanya apa semua tutup guci di buka?.

“Ah. Apa terlalu sulit?. Apa harus aku yang membukanya?”, tanya ibu Dam Ryung.

Cepat-cepat berkata akan melaksanakan perintah ibu Dam Ryung. Pelayan pria yang sejak tadi memperhatikan menghembuskan napas khawatir.

Satu persatu Sa Wol membuka penutup guci yang besar dan tentunya berat. Beberapa saat kemudian, ibu Dam Ryung kembali memanggil Sa Wol. Sa Wol langsung berlari menghampiri majikannya dan berkata sudah hampir selesai membuka semua penutup guci.

Tapi apa yang ibu Dam Ryung katakan selanjutnya membuat Sa Wol lemas.

“Melihat awan, sepertinya akan turun hujan deras. Tutup semua gucinya”.

“Apa?”

“Tutup gucinya”, ulang ibu Dam Ryung dengan sedikit penekanan

“saya barusan……membukanya”, jawab Sa Wol keberatan.

“Apa harus aku yang melakukanya?”, pancing ibu Dam Ryung.

Pelayan pria yang tampaknya menyukai Sa Wol mengajukan diri untuk menutup semua guci. Ibu Dam Ryung menolak, karena dia punya tugas lain yang harus di kerjakan,. Ia menyuruh pelayan pria itu untuk pergi ke Heupgeok.

“Kepala Cendekiawan yang tertua, Menteri Kehakiman, telah menunjuk Dam Ryeong anakku. Tapi seberapa lama pun aku menunggu, tidak ada balasan suratku. Pergilah dan berikan suratku dan dapatkan surat balasannya”, perintah ibu Dam Ryung.

Di persimpangan jalan, Sa Wol menangis melihat kekasihnya akan pergi. Sa Wol berkata pastilah nyonya mengetahui hubungan mereka. Pastilah ibu Dam Ryung mengirim kekasihnya ke luar kota dengan tujuan memisahkan mereka

“Jika kita dilahirkan lagi, biarlah kita bertemu sebagai sepasang kekasih.Dan hidup 100 tahun lamanya. Kita seharusya tidak di lahirkan seperti ini”.

“Benar. Di kehidupan berikutnya, aku akan terlahir kaya”, janji kekasih Sa Wol, “Kau mau di lahirkan kembali menjadi apa?”, tanyanya kemudian.

“Aku…aku”, Sa Wol terisak

Sa Wol-ah”, terdengar suara ibu Dam Ryung memanggil

“Aku ingin menjadi majikan wanita itu”, jawab Sa Wol kesal


Komentar : 
Lucu lihat kehidupan masa lalu antara ibu Dam Ryung dan Sa Wol. Keinginan Sa Wol terwujud, karena di kehidupan masa depan dia menjadi majikan Yoo Ran yang merupakan reinkarnasi dari ibu Dam Ryung. Dia juga dengan Dong Shik yang merupakan kekasihnya di masa lalu.

Sebagian besar tokoh yang hidup di jaman modern merupakan reinkarnasi dari jaman Joseon.
·         Joon Jae reinkarnasi dari Kim Dam Ryung
  •  Shim Chung reinkarnasi Sea Hwa?????
  •  Ma Dae Young reinkarnasi Tuan Yang
  • Kang Soo Hee reinkarnasi Hong Ran
  • Kedua orang tua Joon Jae juga merupakan reinkarnasi orang tua Dam Ryung
Lalu apa Nam Doo, Tae Oh dan Shi Ah juga merupakan reinkarnasi dari tokoh jaman Joseon?. Hm…kita lihat saja..