Pages - Menu

Thursday, February 26, 2015

Sinopsis Blood Episode 2 Part 1


Episode 2
Ji Sang membantu mengobati tentara yang terluka akibat perang sipil ketika dia menerima telepon dari Hyun Woo, yang memberitahunya tentang asal data yang berasal dari data base utama Rumah Sakit Kanker Taemin, Korea. Mendengar itu Ji Sang menjadi antusias. Ia lalu meminta rekannya untuk membawa pergi tentara yang telah mendapatkan perawatan.

Tiba-tiba pihak pemberontak menembakan rudal ke camp pengungsian. Rudal itu melesat jatuh tepat di tempat Ji Sang berada. Tubuh Ji Sang terpental menabrak dinding, tapi karena Ji Sang adalah vampir. Dia bisa bisa kembali berdiri tegak dan berjalan dengan gagah meski badannya terluka. 

2015, Seoul, Korea Selatan
Ji Sang datang ke Korea dan sekarang berada di dalam taksi, ia membuka kaca mata hitamnya melihat pemandangan kota Seoul dan tempat yang pertama Ji Sang datangi adalah rumah Hyun Woo. 

Ji Sang bertanya dari mana Hyun Woo menemukan data base itu. Hyun Woo menjawab dari webside milik seseorang tapi sayang IP Addresnya sudah tidak ada lagi. Meski begitu, Hyun Woo bisa menemukan situs itu berasal setelah menelusuri kodenya, dan jika beruntung ia juga bisa menemukan pemilik web tersebut. Ji Sang bertanya dimana tempatnya. 

"Kochenia Drota Plains Gravesite (kuburan Kochenia Drota) ", jawab Hyun Woo, "Sebuah kuburan legenda rahasia".

"Melihat dari gigi dan tulang jari tangannya, mereka semua terlihat seperti orang yang terinfeksi", tebak Ji Sang

Hyun Woo membenarkan, jika di perhatikan dengan teliti di gambar itu, terdapat tanda-tanda bahwa seseorang telah mengambil lembar pakaian mereka. Menurut keterangan yang ada jasad yang terinfeksi tersebut telah tersembunyi selama 150 tahun.

"Jasad-jasad itu di temukan tahun 1976. Penemunya mengambil sampel pakaian jasad yang terinfeksi".

"Dan melalui sampel itu mereka mampu mempelajari virusnya", sambung Ji Sang.

"Bingo", sahut Hyun Woo, "Jika jasad itu ditemukan tahun 1976, itu tiga tahun sebelum kau lahir. Jika mengingat proses penelitian waktunya bertepatan saat keluargamu terinfeksi". 

Ji Sang berkesimpulan kalau begitu orang yang mengupload  informasi ini adalah orang yang menciptakan virus. Hyun Woo tidak tahu, tapi asal data ini bisa menjadi petunjuk untuk membuat obat anti virusnya.

Pusat Kanker Seintom, Kanada

Lee Jae Wook menerima telpon dari seseorang (anak buahnya) yang memberitahunya informasi penting. Jae Wook tersenyum dan bilang kalau rencana yang telah mereka rencanakan lebih cepat dari perkiraan. 

Seorang dokter berlari kencang menuju ruangan Yoo Ri Ta. Dokter itu memanggil Ri Ta dengan panggilan profesor. Ri Ta protes karena dokter itu masuk tanpa mengetuk pintu. Dokter muda itu berkata ada masalah mendesak. 

Ri Ta bertanya ada masalah apa dan menyuruh dokter itu untuk cepat memberitahu karena ia harus segera kembali ke ruang operasi.

"Begini... operasinya di tolak. Departement Hematoma menentangnya", jelas dokter itu

"Apa?", Ri Ta terlihat marah dan beranjak pergi. 

Dua dokter senior, Gerrard Kim dan Woo Il Nam jalan beriringan. Mereka membahas tentang pelantikan direktur baru yang akan dilaksanakan besok. Dr. Woo yakin pelantikan itu akan menimbulkan keributan di rumah sakit. Dr. Woo mengakui Lee Jang Wook sebagai dokter hebat, karena tidak sembarang orang bisa di lantik menjadi direktur rumah sakit. 

Dr. Woo juga mendengar kalau rumah sakit mereka akan kedatangan dokter baru. Dr. Gerrard Kim mengatakan dokter baru yang akan masuk ke rumah sakit mereka bernama Park Ji Sang. Dr. Gerrard menyebutkan sederet prestasi Ji Sang yang dia ketahui. Bahwa Ji Sang adalah dokter bedah terkenal di sekolah. Dia di latih di Mayo, M.D. Anderson, Royal London, Muenchen.

Dr. Gerrard juga bilang kalau Ji Sang seorang peneliti terkenal yang sudah keliling dunia. Tahun lalu dia bahkan menjadi dokter sukarelawan di Kochenia. Dr. Woo menganggap hal itu sangat berbahaya. Kenapa Ji Sang mau pergi ke tempat perang berdarah seperti itu.

Pria yang tengah mereka bicarakan itu kini berada di lobby rumah sakit. Ji Sang membuka kaca mata hitamnya dan mengedarkan pandangannya ke sekitar rumah sakit. 

Dari arah berlawanan Ri Ta yang saat itu berlari menabrak Ji Sang dan membuat kaca mata Ji Sang terjatuh. Meski sadar telah menabrak orang, Ri Ta tetap berlari dan tidak mau meminta maaf. Ji Sang memanggilnya, "Hei. Kau!". Panggilan itu membuat Ri Ta berhenti, tapi dia tidak mau minta maaf dan bilang kalau saat ini  sedang terburu-buru dan malah menyalahkan Ji Sang karena berjalan dengan benar.

Ri Ta pergi. Ji Sang menghela napas kesal dan melihat kaca matanya yang terjatuh. Ji Sang kaget saat melihat lensa kacamata terlepas dari bingkai. Ji Sang mencoba untuk memperbaikinya.

Ji Sang menemui Choi Kyung In terkait dengan statusnya sebagai dokter baru di rumah sakit ini. Kyung In berkata Ji Sang akan mendapatkan nomor karyawan dan nomor identifikasi besok pagi. Untuk hari ini, Ji Sang hanya bisa mengakses labotarium. Kyung In meminta maaf atas keterlambatan proses pengurusan administrasi Ji Sang.

"Tidak apa", sahut Ji Sang sembari serius membaca kontrak kerja.

Kyung In bilang akan mempersiapkan segala sesuatu yang Ji Sang minta. Ji Sang berkata ada yang kurang dalam kontrak kerjanya. Kyung In mengambil buku agenda, mempersilahkan Ji Sang menyebutkan apa yang di rasa kurang.

"Untuk air minum di labotarium ku. Tolong pastikan kadar PH nya di level angka 8 dan dan aku ingin menu makananku sesuai dengan permintaanmu. Aku tidak ingin makan di kantin karyawan".

Kyung In tersenyum mengiyakan. Ji Sang juga ingin di pasangkan saluran TV kabel yang menyiarkan pertandingan Liga Utama. Ji Sang juga ingin tiket pertandingan softball, pesan tempat duduknya dekat dengan tempat istirahat. Kyung In kembali tersenyum dan berkata akan segera menyiapkan semua keinginan Ji Sang.

Di ruang pertemuan, di depan para dokter senior lainnya, Ri Ta mencoba meyakinkan dokter kalau pasien ini bisa di operasi. Ri Ta yakin kalau ia bisa mengoperasi pasien itu. Dokter Jung Ji Tae yang tidak setuju mengemukakan pendapatnya. Pasein itu menderita tumor pankreas. Dari hasil CT Scan kemungkinan tumor telah masuk ke pembuluh darah celiac. Dalam kasus pasien seperti ini, hasil CT Scab sangat tepat

Dengan sombong Ri Ta mematahkan pendapat itu dengan bilang hasil CT Scan menunjukan kemungkinan di lakukan pengangkatan tumor dan menyuruh Ji Tae untuk memperhatikan CT Scan dengan lebih teliti.

Ji Tae tetap pada pendapatnya, hal itu tidak mungkin di lakukan, "Ketika kau membedah tubuh pasien, tumor akan bergerak langsung masuk ke Pembulluh darah celiac lebih dalam.  Dari hasil CT itu, pasien harus menjalani  proses radiasi dan kemotrapi".

"Kau pikir itu akan berguna bagi pasien ini?", sahut Ri Ta angkuh sembari melempar laser pointer yang dia pegang.

Ji Tae menghela napas panjang, memandang kesal pada Ri Ta yang mempunyai sikap buruk sebagai seorang dokter.

Kyung In mengajak Ji Sang ke ruang pertemuan sembari menjelaskan bahwa rumah sakit ini memiliki sistem yang unik. Sebelum pasien di operasi, jika di temukan kejanggalan departement konsultan bisa menolak operasi. Ji Sang yakin dokter bedah yang bertanggung jawab pasti akan merasa sangat marah jika operasi mereka tiba-tiba di gagalkan.

Kyung In menjelaskan ini adalah metode yang melibatkan semua dokter, jadi mereka harus bisa menerimanya. Mereka menyebutnya diskusi Agora terbuka. Di latar belakangi keinginan ketua rumah sakit yang selalu mendorong para pegawai untuk mengadakan diskusi terbuka. Ji Sang menebak pastilah ketua rumah sakit ini adalah orang yang sangat demokratis.

Sampailah Ji Sang dan Kyung In di ruang pertemuan. Ji Sang duduk dan mengenali Ri Ta sebagai gadis yang telah merusak kaca matanya. Ji Tae tetap pada pendiriannya. Operasi terlalu beresiko. Menurutnya pasien harus menjalani proses radiasi dan kemoterapi agar tak membahayakan pasien.

"Apakah kau mengalami kesulitan memahami apa yang Aku katakan sekarang?", tanya Ri Ta melipat kedua tangannya dengan begitu sombong.

Ji Tae mencoba menahan kesal, "Aku tahu ini adalah diskusi terbuka. Tapi, jangan lupa menjaga sikapmu, Dr. Yoo".

"Aku minta maaf", ucap Ri Ta tetap sombong, "Kita anggap saja tumor sudah menyebar luas, jika aku memisahkan pembuluh darah secara bertahap".

"Pemisahan apa", potong Ji Sang sambil melihat kaca matanya.

Ri Ta dan dokter lainnya sontak melihat ke arah Ji Sang, "Siapa kau?", tanya Ri Ta angkuh.

Ji Sang memakai kaca mata hitamnya dan menunjuk pada bingkai kaca mata.

Ri Ta mengingat Ji Sang sebagai pria yang bertabrakan dengannya di lobby. Tetap saja dia menyalahkan Ji Sang karena tidak berjalan hati-hati. Dengan nada marah Ri Ta bertanya memangnya siapa Ji Sang berani ikut campur.

Kyung In langsung berdiri, mulanya ia ingin memperkenalkan Ji Sang nanti tapi tidak ada salahnya jika hal itu di lakukan sekarang. Pada semuanya, Kyung In memperkenalkan Ji Sang sebagai Manager Tim 1 Hepatobiliary Dan Bedah Pankreas (HPB), Dr. Park Ji Sang. Semua terkejut mendengar penjelasan Kyung In termaksud si dokter sombong Ri Ta.

"Dokter yang riasannya seperti gadis LA", seru Ji Sang menunjuk Ri Ta

"Namaku Yoo Ri Ta. Dr. Yoo Ri Ta", jawab Ri Ta dengan nada tinggi karena kesal.

Ji Sang bertanya tahap apa yang Ri Ta ambil dalam kasus ini, tidak ada metode pembedahan seperti yang Ri Ta sebutkan barusan. Jika Ri Ta memandangnya dari segi medis mustahil di lakukan pemotongan. Proses radiasi dan kemoterapi yang di sebutkan Ji Tae juga bukan tindakan yang tepat. Hati pasein tidak akan mampu bertahan menerima sinar itu.

Ji Tae tanya apa Ji Sang mempunyai solusi lainnya. Ji Sang menyebut operasi Appleby adalah solusinya. Ketika tumor sulit di jangkau karena terhalang pembuluh darah, pembedahan tidak bisa di lakukan dan banyak dokter cenderung menyerah. Tapi dengan menggunakan metode Appleby, pembedahan bisa di lakukan.

Ri Ta menyanggah dengan gaya angkuhnya, jika metode itu di lakukan maka hati tidak akan bisa menerima aliran darah. Dan untuk menggunakan metode itu di perlukan seperangkat indikator yang berbeda. Ji Sang menyuruh Ri Ta untuk melihat layar presentasi baik-baik. 

"SMA", guman Ji Tae

"SMA (superior mesenceteric artery) akan menyediakan darah ke dalam arteri pembuluh darah sebelah kanan hati, jadi meski tanpa pembuluh darah celiac, darah bisa mengalir. Karena selalu ada pembuluh darah sebelah kanan", jelas Ji Sang. 

Sejenak Ri Ta diam seperti membenarkan perkataan Ji Sang, tapi karena dia mempunyai sifat yang buruk dan tidak mau di kalahkan, Ri Ta mengajukan pertanyaan untuk membantah penjelasan Ji Sang. Ri Ta bilang operasi dengan menggunakan metode Appleby terlalu beresiko.

Dari pertanyaan itu, Ji Sang bisa menebak pasti Ri Ta belum pernah melalukan metode Appleby sebelumnya, "Wajar saja kalau kau merasa takut. Kau belum pernah melakukannya. Kau tidak perlu melakukannya jika merasa takut". 

"Aku tidak merasa takut sama sekali. Aku akan melakukannya dengan caraku sendiri", ucap Ri Ta conggak.

Ji Sang tersenyum tipis, "Kurasa, Kau adalah seseorang yang tidak bisa memahami orang lain".

Ji Sang hendak berdiri, tepat saat itu lensa kacamatanya terjatuh dari bingkainya. Wwkwk.. gaya keren Ji Sang lenyap sudah. Sambil menahan malu, Ji Sang berdiri dan mencoba bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. 

Dari tempatnya berdiri, Ri Ta mencibir sinis. Karena semua pasang mata melongo heran menatap ke arahnya, mau tak mau Ji Sang melepaskan kaca mata hitamnya. 

Ji Sang masuk ke ruangannya. Membuka brankas yang ada di sana dan memasukan wadah bundar berisi kapsul hijau yang sering dia minum. Kemudian Ji Sang keluar dari ruangan dengan sambil memakai jas dokternya. 
Dr. Woo Il Nam protes dan marah pada Kyung In yang tiba-tiba menjadikan Ji Sang sebagai manager Tim Hepatobiliary Dan Bedah Pankreas (HPB). Ia hanya di beritahu akan ada dokter baru datang hari ini, tapi tidak ada yang memberitahunya kalau Ji Sang akan menjadi manager tim HPB.

Sebelum menjelaskan Kyung In meminta maaf, mulanya ia berencana memberitahu Dr. Woo sebelum diskusi. Dengan tenang Kyung In menjelaskan tim 1 terdiri dari Dr. Yoo Ri Ta dan Dr. Park Ji Sang. Tim itu akan di jalankan mereka berdua dengan Ji Sang sebagai managernya. 

Kyung In lalu mengatakan Dr. Woo akan mengurus tim 2 bersama dengan Dr. Gerarrd dan Dr. Lee Ho Yong sebagai rekan tim. Tetap saja Dr. Woo tidak bisa menerima keputusan itu.

"Tidak masuk akal anak semuda dia menjadi manager tim", ucap Dr. Woo dengan nada tinggi.

Sadar kalau dia baru saja berteriak, Dr. Woo meminta maaf dan bertanya apa perbedaan antara tim 1 dan tim 2. Kyung In menjawab tim 1 akan bertanggung jawab transplantasi hati. Walau Ji Sang masih muda tapi dia sangat berbakat. Dia berpengalaman dalam transplantasi hati.

"Apa kau yang mengatur perombakan ini, ibu wakil direkutur?", tanya Dr. Woo.

"Tidak mungkin. Keputusan ini  yang disepakati ketua dan direktur baru. Mohon kerjasamanya Manager Woo", ucap Kyung In.

Setelah mendengar penjelasan itu, Dr. Woo terdiam tidak bisa memprotes lagi meski hati kecilnya masih belum bisa menerima. 

Ri Ta yang kini sudah memakai baju operasi berjalan menuju ruang operasi. Dia menggerutu kesal mengingat ucapan Ji Sang yang mengejeknya berdandan seperti gadis LA. Ri Ta balas mengejak Ji Sang yang wajahnya sangat putih seperti di taburi tepung dan bibirnya yang merah seperti habis makan kue beras pedas. Kenapa pria bibirnya merah sekali.

Tanpa Ri Ta sadari ada Ji Sang berdiri tak jauh di belakangnya, "Siapa yang mengijinkanmu melakukan operasi?".

Ri Ta terkejut dan berbalik, "Mengagetkan saja".

"Kutanya siapa yang memberimu ijin melakukan operasi?"

"Manager Woo Il Nam", jawab Ri Ta masih dengan gaya sombongnya.

"Setahuku, kau anggota timku sekarang".

"Panggil aku Dr. Yoo. " pinta Ri Ta ingin di hargai sebagai dokter, "Pasien ini datang sebelum kau menjadi manager".

"Terlepas dari siapa yang bertanggung jawab, operasi ini tidak akan berhasil", ucap Ji Sang

"Hei. Kau, dengar", seru Ri Ta tidak mengormati Ji Sang sebagai manager timnya

"Panggil aku manager. Batalkan operasi ini", perintah Ji Sang tegas.

Dr. Woo muncul dan menyuruh Ri Ta untuk segera masuk keruang operasi. Ji Sang bertanya untuk apa diskusi terbuka diadakan jika Dr. Woo dan Ri Ta masih bersekeras pada kemauan mereka sendiri. Bukankah dengan jelas mereka bisa melihat ada kesalahan. Dr. Woo tersenyum dan berkata itu bukan kesalahan tapi perbedaan sudut pandang.

Dr. Woo kembali menyuruh Ri Ta masuk ke ruang operasi. Ri Ta tersenyum, "Ya", jawabnya lalu pergi sembari memandang Ji Sang dengan tatapan meremehkan. 

Ji Sang jelas kesal, "Disini perbedaan keahlian di sebut perbedaan sudut pandang", sindirnya lalu pergi.

Ri Ta masuk keruang operasi. Ia mengadahkan kepala ke atas melihat deretan para dokter yang menyaksikan dia memimpin operasi hari ini. Disana juga ada Ji Sang. Ri Ta melayangkan tatapan judes dan sombong pada manager barunya itu.

Dr. Woo datang bersama ketua Yoo. Semua dokter berdiri menyambut kedatangan ketua Yoo, pemilik rumah sakit. Ji Sang hendak berdiri. Dr. Woo ingin mengenalkan Ji Sang pada ketua Yoo, tapi ketua Yoo mengabaikan ucapan Dr. Woo dan lebih dulu menghampiri Ji Sang. Dr. Woo tentu saja merasa malu di abaikan seperti itu.

"Maafkan aku", ketua Yoo mengulurkan tangan mengajak Ji Sang bersalaman, "Seharusnya aku sendiri yang menyambut kedatanganmu, tapi aku ada rapat penting".

"Tidak apa-apa", jawab Ji Sang.

Ketua Yoo tersenyum mempersilahkan Ji Sang duduk. Mereka duduk berdampingan. Raut wajah Dr. Woo berubah melihat ketua Yoo yang sangat menghargai Ji Sang. Kemudian dia duduk di samping ketua Yoo.

Ri Ta dan tim medis yang menemaninya siap melakukan operasi. Sebelum memulai operasi, Ri Ta melihat ke atas sejenak dan melambaikan tangan ke arah ketua Yoo. Ketua Yoo tersenyum dam membalas lambaian Ri Ta. Ji Sang yang duduk di dekatnya melirik heran.

Pada dokter anatesi, Ri Ta menanyakan kondisi pasien. Dokter Anastesi menjelaskan tekanan darah, detak jantung dan tingkat kejenuhan berada di level aman. Setelah mendengar itu, Ri Ta memulai operasi pasien yang bernama Kim Jung Keun.

Ri Ta meminta pisau bedah pada asisten disebelahnya dan mulai membedah bagian dada pasien. Sambil membedah, Ri Ta mengajak tim-nya untuk makan malam merayakan keberhasilan operasi  ini. Kali ini mereka harus ke restoran lain jangan barbeque lagi. Ri Ta tidak terlalu fokus pada operasi yang dia lakukan. Dia juga sangat percaya diri dan yakin  kalau operasi ini akan berhasil.

Ketua Yoo yang menyaksikan dari atas, memberitahu Ji Sang tentang Ri Ta yang memang terlihat sombong, tapi dia seorang dokter bedah yang mempunyai potensi besar. Ketua Yoo bilang sebelum Ri Ta menyelesaikan pendidikannya di universitas CTU dan datang kesini. Orang bilang dia jenius.

Ketua Yoo tertawa bangga, ia sendiri tidak tahu apa Ri Ta benar-benar jenius seperti kata orang. Ketua Yoo tahu sifat Ri Ta yang egosi, selain itu dia juga masih banyak kekurangan.  Ketua Yoo berharap Ji Sang bisa mengajarkan banyak hal pada Ri Ta, "Aku minta pertolongan ini secara langsung kepadamu".

Ji Sang merasa Ri Ta tidak membutuhkan bantuan khusus darinya. Tetap saja, ketua Yoo meminta Ji Sang mau mengajari Ri Ta, "Dia keponakanku satu-satunya".

Ri Ta yang saat itu masih melakukan operasi masih saja mengoceh hal yang tidak perlu. Ri Ta terlihat santai, menganggap operasi ini mudah. Dokter lain hanya diam dan tetap fokus pada operasi. Kemudian Ri Ta mulai melakukan pemisahan arteri (pembuluh darah) dan mengingatkan yang lain untuk berhati-hati.

Dokter Choi Soo Eun, teman dekat Ri Ta yang juga duduk di atas kursi nonton berkomentar operasi yang di lakukan Ri Ta saat ini lebih aman dari operasi metode Appleby. Dr. Ji Tae bertanya apa Soo Eun yakin. Soo Eun yakin, metode Appleby lebih beresiko dan tingkat komplikasinya lebih tinggi.

"Itu mungkin benar, tapi itu mungkin harapan terakhir bagi pasien. Seorang ahli bedah yang terampil melakukan Appleby. Itu pilihan terbaik untuk saat ini", ucap Dr. Ji Tae sambil memandang ke arah Ji Sang.

Ketua Yoo bertanya pada Ji Sang, operasinya yang di lakukan Ri Ta akan berjalan baik-baik saja, kan?. Ji Sang berkata sekarang ini Ri Ta sedang bersiap melempar granat. Yang lain diam tidak mengerti maksud yang di katakan Ji Sang.

Ri Ta tetap bersikap santai meski sekarang dia sedang melakukan pemisahan arteri. Tapi Ri Ta terus saja membahas pesta yang akan mereka adakan setelah operasi. Ri Ta yakin pesta kali ini pasti keren, untuk itu mereka harus menentukan tema dan dress code di pesta nanti.

Ocehan Ri Ta terhenti ketika melihat sesuatu yang tidak beres dalam pemisahan airteri. Wajah santainya berubah tegang menghadapi masalah yang ada di depan matanya. Ri Ta menjadi serius, menajamkan matanya untuk melihat dengan lebih jelas.

Tepat saat itu lah tiba-tiba darah muncrat  membasahi wajah Ri Ta. Arteri celiac pecah akibat pemisahan yang di lakukan Ri Ta. Dokter yang berada di ruang operasi dan dokter yang menonton dari atas jadi panik, kecuali Ji Sang yang sudah mengira dari awal hal ini akan terjadi.

"Sssss......boom", sindir Ji Sang. Itulah arti granat yang Ji Sang maksudkan. Ri Ta benar-benar membuat airteri celiac pecah akibat pemisahan yang sembrono.

"Bagaimana sekarang profesor?", tanya Lee Sun Kyun pada Ri Ta

Ri Ta mulai panik melihat genangan darah yang semakin banyak menutupi jalan. Bergantian Ri Ta melihat ke arah Ketua Yoo, pasien dan juga Ji Sang. Ketua Yoo juga ikut panik. Dr. Woo berdiri di depan microphone dan memberikan pengarahan pada Ri Ta.

"Dr. Yoo, jangan panik dulu. Mulai kompresi dulu. Saat ini sulit mengontrol pendarahan dengan menjahit arteri".

"Aku tahu. Diamlah", sahut Ri Ta judes, "Mulai kompresi". perintah Ri Ta pada tim-nya.

Ri Ta berusaha mengontrol pendarahan. Soo Eun yang melihatnya jadi cemas dan bertanya pada Dr. Ji Tae, apa yang harus mereka lakukan sekarang ini jika dalam kondisi seperti itu.  Dr. Ji Tae juga tidak tahu, karena itu lah ia menentang operasi ini.

"Dr. Park, kita harus bagaimana sekarang?", tanya ketua Yoo pada Ji Sang. Namun saat dia berbalik, Ji Sang sudah tidak ada di tempatnya.




Setengah berlari, Ji Sang pergi ke ruangannya untuk mengambil kapsul hijau miliknya. Kapsul yang sering Ji Sang minum saat hendak melakukan operasi.

Ri Ta meminta pada yang lainya jangan panik dan memberi intruksi untuk mulai menjahit arteri. Padahal saat itu pendarahan belum berhenti. Dr. Woo kembali bicara melalui microphone, mengingatkan Ri Ta untuk tidak bertindak gegabah.

Ri Ta yang keras kepala tetap ingin melakukan jahitan. Ditengah genangan darah, tangan Ri Ta meraba-raba mencari arteri. Tentu saja Ri Ta mengalami kesulitan. Lee Sun Kyun mengingatkan pendarahan terlalu parah mustahil hal itu bisa di lakukan.

Dokter anastesi memberitahu tekanan darah dan denyut nadi pasien terus menurun. Ri Ta terkejut dan memberi perintah untuk melakukan kompresi lagi. Sedetik kemudian, Ri Ta mengubah perkataannya, lakukan transfusi darah. Jelas sekali Ri Ta bingung antara mengompres darah atau melakukan transfusi.

Pada akhirnya Ri Ta memerintahkan untuk melakukan transfusi darah. Ri Ta terus berusaha menjahit arteri tapi kondisi pasien terus menurun hingga alarm mesin berbunyi menandakan kondisi pasien semakin memburuk.

Dokter anestesi mengatakan operasi harus di hentikan sekarang juga. Di situasi seperti itu, Ri Ta tetap mempertahankan egonya dan menyuruh dokter anestesi untuk terus melanjutkan transfusi darah.

Tepat saat itu, Ji Sang masuk ke ruangan operasi. Mengangkat kedua tangannya yang telah steril. Ji Sang siap menggantikan Ri Ta, "Apa kau sadar pasein bisa kehabisan darah?".

"Kenapa kau masuk kesini", tanya Ri Ta mengajak debat

"Menyingkirlah. Aku akan melakukannya".

"Apa?. Prosedur macam apa ini?", tanya Ri Ta masih tidak mau beranjak dari tempatnya.

"Ini Paseinku", tebak Ji Sang mengetahui apa yang akan Ri Ta katakan, "Kau tidak perlu mengatakan hal klise seperti itu. Minggir!. Jika kau keberatan, kau bisa keluar".

"Beraninya kau memberiku perintah", ucap Ri Ta marah.

"Biarkan manager Park mengambil alih. Serahkan proses operasi padanya dan kemarilah", perintah ketua Yoo bicara melalui microphone.

"Samchon (Paman dari pihak ibu)!", protes Ri Ta.

"Ini ruang operasi. Panggil aku ketua".

Ri Ta tidak bisa lagi membantah. Ia menghela napas kesal, mendelik marah pada Ji Sang lalu pergi meninggalkan operasi dengan hati gondok.

Ri Ta berada di ruang ganti. Ia membanting pintu lokernya dengan kesal dan teriak nyaring melampiaskan kekesalannya. Ri Ta lalu batuk-batuk merasakan sakit di tenggorokannya karena terlalu bersemangat berteriak.. haha.. rasain!. (jadi dokter kok nyebelin banget).

Sebelum memulai operasi, Ji Sang fokus melihat darah yang menggenang menutupi jalan. Sesaat warna mata Ji Sang berubah keemasan yang membuat dia bisa melihat organ dalam pasien. Dengan tenang Ji Sang memulai proses operasi.

"Ini operasi pertama kalian bersama aku, kan?. Mohon kerjasamanya. Kita mulai operasi Appleby".

Dokter saling berpandangan khawatir. Ji Sang tahu mereka hanya membaca metode Appleby dari buku pelajaran, tapi dia minta pada yang lainnya untuk tidak merasa terintimidasi. Hal pertama yang Ji Sang lakukan adalah menghentikan pendarahannya dengan menyedot darah keluar.

Soo Eun ragu, dengan pendarahan sehebat itu apa bisa Ji Sang mengamankan arteri celiac. Dr. Ji Tae menyahut, kau bisa melihatnya sebanyak yang ingin kau ketahui. Dari eskpersi wajahnya, Dr. Ji Tae tampak yakin kalau Ji Sang bisa menyelesaikan operasi ini.

Setelah darah berkurang, Ji Sang melakukan tindakan selanjutnya dengan mengamankan arteri celiac.

Dr. Gerrard heran apa yang Ji Sang lalukan. Dr. Woo menjawab setelah Ji Sang berhasil mengamankan arteri celiac maka dia akan menggunakan penjepit untuk menghentikan pendarahan. Tapi hal itu tidak mudah dan kemungkinan besar tidak berhasil.

Ri Ta baru datang dan melayangkan protes pada Ketua Yoo, "Samchon. Teganya kau melakukan ini padaku!".

Ketua Yoo mengangkat tangannya meminta Ri Ta diam. Masalah itu bisa mereka bicarakan lagi nanti, sekarang ini lihatlah proses operasi dulu. Ri Ta menatap kesal lalu duduk.

Hal yang di kira Dr. Woo mustahil bisa saja menjadi mungkin jika di sertai dengan keahlian dan pengetahuan. Nyatanya, Ji Sang berhasil menghentikan pendarahan dengan cepat.  Dr. Gerrard menatap tidak percaya, bagaimana bisa Ji Sang bisa mengontrol pendarahan begitu cepat.

"Dia hanya beruntung. Mungkin leluhurnya yang membantunya", sahut Dr. Woo, tidak mau mengakui keahlian Ji Sang.

Ri Ta juga tampak heran. Dengan mata kepalanya sendiri dia melihat kemampuan Ji Sang yang dia pandang remeh.

Setelah berhasil menghentikan pendarahan, Ji Sang bertanya pada dokter anestesi bagaimana keadaan vital pasein. Dokter anastesi menjawab denyut jantung dan tekanan darah pasien kembali normal. Langkah selajutnya, Ji Sang memotong arteri celiac pada sisi dari klem Metzembaum.

Perawat hendak mengelap keringat Ji Sang, tapi Ji Sang menolak karena dia tidak berkeringat. Setelah memotong arteri, Ji Sang kemudian menjahitanya. Setelah itu, pengangkatan tumor pankreas dan semua itu berhasil Ji Sang lakukan dengan baik.

Ri Ta diam tak berkomentar, sebaliknya dia terlihat cemas karena Ji Sang melakukan operasi lebih baik darinya. Dr. Ji Tae, Soo Eun, Dr. Gerrard dan Dr. Lee Ho Young menatap takjub mengakui keahlian Ji Sang.

Usai mengangkat tumor, Ji Sang minta pada dokter lain untuk melanjutkan operasi. Kontrol pendarahan dan jahit sayatan pada luka operasi. Ji Sang yakin mereka bisa melakukannya sendiri. Dokter lain mengangguk mengiyakan.

Ji Sang pergi meninggalkan mereka, sebelum keluar dari ruang operasi, Ji Sang melihat keatas dimana semua para dokter berdiri, seakan menghargai kerja keras Ji Sang. Hanya si sombong Ri Ta yang tetap duduk di kursinya.

Ketua Yoo memberi hormat padanya, dengan sopan Ji Sang balas memberi hormat. JI Sang lalu menatap Ri Ta yang melihatnya dengan ekspresi tidak senang dan melipat kedua tangannya di dada.

Ji Sang menunjuk-nunjuk kepalanya sendiri, seakan itu kode yang menyuruh Ri Ta untuk berpikir saat hendak melakukan sesuatu. Dengan judesnya, Ri Ta membuang wajahnya. Tidak mau di kalahkan oleh siapapun.

Ri Ta kini duduk bersama Soo Eun. Ia menghabiskan minumannya dalam sekali teguk. Ri Ta merasa ingin mati bunuh diri saja. Soo Eun meminta Ri Ta tenang. Ri Ta kesal dari mana mahluk (Ji Sang) itu berasal. Soo Eun tidak setuju Ri Ta menyebut Ji Sang sebagai mahluk, apa Ri Ta tidak pernahx membaca buku dan makalah yang di tulis Ji Sang.

"Aku akan membakar semua majalah dan bukunya. Dan juga kenapa kau tidak membelaku selama diskusi", tuntut Ri Ta.

Soo Eun jujur, bagaimana bisa ia melawan kehendak Dr. Ji Tae yang merupakan atasannya, kepala Departemen Konsultan. Ri Ta kembali menumpahkan kekesalannya pada Ji Sang dan menilai cara bicara Ji Sang sangat kasar (lah dia sendiri...ck..ck..).

Soo Eun yang mulai terpesona dengan Ji Sang menyebut Ji Sang. Ri Ta mencibir, seksi apanya. Soo Eun bilang sebelumnya belum pernah melihat operasi seperti tadi. Soo Eun tersenyum malu-malu, "Dan penampilannya lumayan".

Ri Ta mendesah tak percaya, "Kau anggap dia tampan?".

"Ya. Dia terlihat tidak biasa dan bijaksana. Apa kau tahu usia dia?".

"Entah. Mungkin 37 atau 38 tahun".

Soo Eun semakin kagum. Dia terlihat sangat muda di usainya 38 tahun. Soo Eun mengira Ji Sang berusia 20 tahun'an, "Daebak. Dia pasti punya resep anti penuaan. Atau mungkin wajah awet mudanya itu karena bawaan lahir?".

Ri Ta kesal, Ji Sang sudah menghinanya habis-habis'an, tapi Soo Eun sama sekali tidak membelanya malah memuji Ji Sang seperti itu.

Dr. Gerrard menghampiri mereka dan menujukan rasa prihatinnya pada Ri Ta, 'Kau pasti merasa kesal", ucapnya berusaha bermanis-manis pada Ri Ta.

"Bukan urusanmu", sahut Ri Ta memalingkan wajahnya. sifat congkaknya itu membuat Ri Ta sama sekali tidak menghormati orang yang lebih tua darinya. 

Dr. Gerrard menganti topik pembicaraan dan bertanya apa Ri Ta pindah ke Gangnam. Soo Eun mengulum senyum sementara Ri Ta mendelik judes. Dr. Gerrard bilang ia sudah memesan tempat untuk Ri Ta di sebuah restoran prancis terkenal.

"Gerald Fronsac, seorang koki yang luar biasa, akan memasak rumput hati/foei grass yang paling enak......"

Ri Ta memotong, "Hati bebek. Makanlah untuk keperluanmy, profesor", kata Ri Ta lalu pergi begitu saja mengabaikan Dr. Gerrard yang memanggilnya.

Ri Ta datang ke ruang rawat pasein Kim Jung Keun untuk mengecek kondisi pasein setelah di operasi. Tapi Ji Sang sudah lebih dulu berada di sana. Saat Ri Ta hendak mengecek kondisi pasien, Ji Sang langsung berkata Ri Ta tidak perlu melakukan itu karena ia sudah melakukannya dan kondisi pasien telah stabil.

Ri Ta menyindir Ji Sang yang bicara dengan bahasa nonformal. Ji Sang bertanya bukankah seperti itu budaya di korea?. Seorang atasan akan bicara nonformal terhadap bawahannya. Ri Ta kembali menyindir Ji Sang belajar cepat soal itu. Ri Ta lalu meminta catatan medis yang di pegang Ji Sang, ia mengakui catatan itu adalah miliknya.

"Jika kau memerlukannya, bawalah", kata Ji Sang merobek lembaran kertas paling atas, meremas-remas kertas lalu melemparkannya pada Ri Ta.

Ri Ta menangkap kertas itu dengan  kesal. Ji Sang memberi perintah agar Ri Ta memeriksa alat vital pasien setelah itu datang keruangannya. Ji Sang pergi.

Bukannya melaksanakan perintah, Ri Ta malah mengeluh, "Beraninya dia mengaturku", ucapnya lalu mengejar Ji Sang.

Setelah mereka pergi, muncul Dr. Lee Ho Young keluar dari dari ruang pasien sebelah. Sepertinya Dr. Ho Young mendengar pembicaraan mereka.

Ri Ta berada di ruangan Ji Sang. Melihat Ri Ta yang masih bersikap sombong, Ji Sang bertanya apa Ri Ta masih merasa bangga meski sudah gagal dalam operasi. Ri Ta tidak mau mengaku dan tidak merasa melakukan kesalahan. Ri Ta bilang jika Ji Sang tidak ikut campur, ia pasti bisa menyelesaikan operasi dengan sukses.

"Seperti sejarah tidak ada hipotesis. Didalam operasi juga tidak ada hipotesis", kata Ji Sang.

"Aku mengerti. Menghukum aku atau mempermalukan aku, itu terserah padamu".

Ji Sang bilang kali ini akan mengampuni Ri Ta. Ri Ta  ingin tahu apa alasannya. Ri Ta melipat tangan di depan dada dan tertawa. Lagi-lagi sikap sombongnya itu muncul, Ri Ta mengira Ji Sang tidak menghukumnya karena takut akan kosenkuensi yang akan Ji Sang terima karena berani memberikan hukuman kepada dirinya, yang berstatus keponakan dari pemilik rumah sakit.  (Apa karena ini sikap Ri Ta begitu sombong).

"Kau pernah mendengar pengampunan khusus, kan?", tanya Ji Sang, "Pemberian grasi pada pelaku kejahatan yang di berikan pada hari kemerdekaan atau semacamnya. Aku mengampuni kesalahanmu hari ini adalah grasi yang kuberikan atas pelantikanku".

Ri Ta tertawa mengejek, "Hahaha.. Wow. Terima kasih banyak. Daebak!".

Ji Sang menunjukan kaca matanya yang rusak dan bilang kalau kaca mata itu adalah edisi terbatas yang di beli dengan mengantri selama 2 jam di Chile, "Tapi, karena kau merusak framenya....".

"Kau ingin aku menggantinya?", potong Ri Ta, "Berapa harganya?. Akan kubayar?".

"Aku tidak butuh uang. Dapatkan kaca mata yang sama persis. Aku tidak bisa kembali ke Chile".

"Ya. Akan kudapatkan kacamata yang sama persis", Ri Ta menyanggupi denang kesal kemudian mengambil kaca mata itu dengan kasar.

Satu hal lagi, Ji Sang tahu dokter lain mungkin segan pada Ri Ta karena statusnya yang merupakan keponakan ketua Yoo, tapi Ji Sang sama sekali tidak perduli hal itu. Ri Ta protes, ia merasa tidak pernah memamerkan fakta bahwa ia keponakan ketua Yoo.

(Jiah... tidak memamerkan fakta, tapi kenapa Ri Ta memanggil ketua Yoo dengan panggilan paman saat mereka berada di rumah sakit. Seharusnya menggunakan panggilan formal "Ketua Yoo".)

Ji Sang meraih tabletnya menujukan ulasan kerja tim 1. Ji Sang bilang entah saat diskusi atau saat operasi, jika Ri Ta terus bersikap sombong seperti barusan maka ia tidak segan-segan mengisi penuh ulasan ini dengan semua kesalahan yang Ri Ta perbuat.

"Tulislah sekukamu. Aku tidak perduli", ucap Ri Ta sombong lalu pergi.

Ri Ta keluar dari ruangan Ji Sang dengan kesal dan terus saja mengomel. Ri Ta yakin dirinya pasti bisa melampui kehebatan Ji Sang.  Saking kesalnya, tanpa sadar Ri Ta meremas bingkai kaca mata Ji Sang yang dia pegang, remasan kuat itu membuat jarinya terluka.

Ri Ta mengaduh kesakitan, meniup jarinya yang terluka seperti anak kecil. Tepat saat itu, dua orang perawat lewat sambil senyum-senyum. Entah apa yang membuat mereka tersenyum. Tapi Ri Ta yang tidak ingin imagenya jatuh di depan bawahan, langsung mengubah posenya menjadi pose yang lebih elegan dan berkelas.


Sinopsis Blood Episode 2 Part 2


Komentar :
Bener-benar gak suka sama sikap Ri Ta yang sombong, judes dan angkuh itu. Meski dia dokter hebat ataupun keponakan dari pemilik rumah sakit, tidak sepantasnya dia bersikap sesombong itu.

Ri Ta dikenal sebagai dokter sombong yang keras kepala, selalu menganggap pendapatnya yang paling benar dan tidak mau mendengarkan orang lain. Parahnya dia tidak bisa menghormati orang yang lebih tua darinya.