Pages - Menu

Wednesday, April 30, 2014

Ost 3 Days

Part 1


 Part 2 


Part 3 
  • Shin Yong Jae - Love You, Erase You, Cry Again  [Download]
  • Love You, Erase You, Cry Again (Inst.)  [Download]


Part 4


Part 5
  • Kim Bo Kyung - Words That My Heart Shouts  [Download]
  • Words That My Heart Shouts  (Inst.)  [Download]


Part 6

 Part 7

Monday, April 28, 2014

Ost Big Man

Part 1

Sinopis A Hundred Years Inheritance Episode 46 Part 2

Tak ingin di liputi rasa tegang, Se Yoon berlari keluar mencari keberadaan Chea Won, sembari meneriakan namanya berkali-kali, "Chae Won-shi kau dimana?. Pernikahannya sudah di mulai. Kau ada di mana?. Jawab aku".

Ponsel Seok Joon bergering yang ternyata panggilan itu dari Chae Won. Tanpa ba bi bu, Se Yoon lansung merebut ponsel itu, "Kau dimana. Aku bertanya kau dimana?".  
 
Se Yoon tak tahu, bahwa Chae Won berdiri di jauh di belakangnya. Bersembunyi dibalik bangunan gereja. Chae Won memberitahu Sol Joo di bawa ke UGD rumah sakit dengan ambulance, "Bibiku barusan menelpon dan keadaan ibumu dalam kondisi kritis. Mereka bilang dia minum beberapa obat. Cepat kembalilah ke Seoul", isak Chae Won. 

Se Yoon mencoba untuk bicara, tapi Chae Won tidak bisa melanjutkan pernikahan ini, disaat ibu Se Yoon berada dalam kondisi kritis. Pastilah dia mengalami masa-masa yang sulit, "Apa kau pikir kita akan bahagia jika kita menikah. Aku tidak bisa?". 

"Kau dimana?. Pertama-tama kita bertemu dan bicara", bujuk Se Yoon.

"Aku akan kembali ke Seoul sekarang. Jadi kau harus melihat ibumu, cepatlah", klik Chae Won mematikan telepon. 

Chae Won...Chae Won..Chae Won...", panggil Se Yoon lalu tertunduk lemas dilantai. Pernikahan yang ia rancang tidak terlaksana seperti yang ia harapkan. 

Chae Won menangis tersedu-sedu karena harus mengecewakan Se Yoon. Tapi inilah yang terbaik menurutnya. 

Setelah pernikahannya gagal, Se Yoon tidak langsung kembali ke Seoul. Ia memilih diam menyendiri di dalam gereja. Perasaan sedih, kecewa dan marah berkecambuk di dalam dadanya. Ketika bangkit dari tempat duduk, sorot mata yang hangat itu berubah menjadi dingin. 

Choon Hee adalah orang pertama yang datang kerumah sakit setelah mendengar kabar Sol Joo. Dokter berkata jika terlambat sedikit saja, keadaan Sol Joo mungkin tidak bisa tertolong. Saat dia di bawa kerumah sakit, napasnya hampir berhenti.

"Jadi apa dia baik-baik saja sekarang?", tanya Do Hee hampir menangis

Dokter menjawab sekarang keadaan Sol Joo sudah membaik, tapi dia membutuhkan banyak istirahat. Untuk sementara waktu, Sol Joo perlu di rawat untuk melepaskan ketergantunganya pada obat penenang yang sering dia konsumsi. 

Do Hee lega, "Terima kasih. Kau sudah bekerja keras dokter". 

Perlahan Choon Hee mendekati ranjang Sol Joo.  Do Hee mengatakan dari keterangan bibi yang ia dengar, presdir Lee juga meninggalkan rumah. Ia tak mengira hal ini bisa terjadi, pada wanita yang ia kira adalah istri paling beruntung se Korea. 

Choon Hee mengenggam pelan tangan Sol Joo. Perasaan marah yang ada didalam hatinya selama ini seakan hilang melihat Sol Joo yang terbaring tak berdaya seperti sekarang. Berganti menjadi rasa simpati dan rasa sayang seorang adik kepada kakaknya. 


Kang Sook mendapat kiriman bunga, bukan seikat ataupun satu bouquet melainkan satu pot bunga. Kurir tidak mengatakan siapa nama pengirimnya, tapi Kang Sook bisa langsung menebak pasti pengirimnya adalah Bong Soo. 

Kang Sook mendekat untuk mencium aroma bunga, dan menemukan kartu pengirim yang terselip diantara bunga-bunga yang sedang mekar, "Aku kebetulan pergi ke toko bunga.  Kupikir bunga yang cerah terlihat sepertimu, jadi aku mengirimkannya padamu. Ini adalah bunga azalea. Bunga Azalea melambangkan cinta pertama". 
Perasaan Kang Sook melambung kelangit ke tujuh, sampai-sampai matanya jadi juling (wkwkw...)

"Cinta pertama. Kenapa pria ini membuatku tersentuh seperti ini?", ujarnya berbunga-bunga.

Kang Sook kembali menciumi aroma bunga, persis seperti kucing menciumi makanan. Beginilah kelakuan ahjuma yang mengalami masa puber ke dua..kekeke...

Apakah Kang Sook masih akan terlena jika dia tahu bahwa bukan hanya dirinya yang menerima kiriman bunga Azalea. Kang Jin dan Ki Ok pun mendapat kiriman bunga yang sama, tapi bedanya Bong Soo sendiri yang mengantar bunga itu. Kang Jin heran memangnya ada acara apa, hingga Bong Soo repot-repot mengirim bunga. 

"Saat aku melihat bunga-bunga itu ketika melewati toko bunga, aku teringat istrimu. Selamat atas kehamilannya". 

"Terima kasih", ucap Ki Ok. 

Kang Jin bertanya bunga apa ini. Bong Soo menjawab bunga Azalea, bunga yang melambangkan cinta pertama, "Semua cinta adalah cinta pertama. Kenyataan kalau kau bertemu seseorang dan jatuh cinta. Jelas, cinta  terjadi pertama kali dalam hidup ini". 

Kang Jin tak mengira kalau Bong Soo ternyata memiliki sisi romantis sama seperti dirinya. Ki Ok bertanya apa Bong Soo datang kerumahnya hanya ingin mengantar bunga. Bong Soo hampir saja lupa. Ia mendapatkan jadwal siaran untuk Kang Jin. Ki Ok dan Kang Jin girang, pintu Kang Jin untuk sukses mulai terbuka. 

Ki Choon bertanya pada Bo Reum yang sedang belajar di rumah tengah, "Kemana ibumu, apa dia keluar?". 

"Tidak. Ibu sedang menyiram bunga", jawab Bo Reum membuat Ki Choon heran, 'Bunga?. Bunga apa?".

Bo Reum bilang ibu mendapat hadiah dari temannya. Ki Choon menyuruh Bo Reum memanggil Kang Sook. Bo Reum si anak penurut langsung naik ke lantai 2 untuk memanggil ibunya.

Dilantai atas, Kang Sook tersenyum-senyum sendiri menciumi bunga kiriman Bong Soo. Bo Reum datang menyampaikan pesan Ki Choon, "Ayah bilang untuk cepat keluar dan membantunya membersihkan punggung".

"Membersihkan punggung?. Tidak masuk akal!. Katakan padanya untuk memakai shower", jawab Kang Sook membentak. Bo Reum pergi dengan wajah cemberut (kasian Bo Reum kena getahnya). 

Ki Choon tengah menyiapkan air untuk mandi ketika menerima sms dari Kang Sook, "Aku tidak tahu sudah berapa lama sejak aku menerima hadiah bunga. Terima kasih, Oppa. Dulu aku tidak menyadari betapa bunga azalea bisa menakjubkan begini. Oppa ketulusanmu telah tersampaikan"

Ki Choon yang membacanya terguman heran, apa cuaca panas mempengaruhi Kang Sook hingga berbicara aneh, "Apa dia salah mengirimkan sms". Tapi kemudian Ki Choon mencium sesuatu yang mencurigakan. Kata-kata Oppa membuat dugaan Ki Choon makin kuat. Bukankah ini namanya perselingkuhan. 

Young Ja rapat bersama para kreditur (pihak yang memberikan pinjaman kredit). Ia membuka peluang bagi siapa saja yang tertarik berinvestasi. Atau bagi siapa saja yang memperpanjang periose pembayaran, maka Young Ja berjanji akan membalikan krisis ini menjadi sebuah peluang. 

Beda dengan yang diinginkan para kreditur. Mereka hanya menginginkan 2 hal. Pertama, Pengunduran diri seluruh tim dewan manajemen dan pemegang saham terbesar sekaligus anggota dewan tertinggi Nyonya Bang Young Ja berkontribusi menggunakan aset pribadi bertanggungjawab atas manajemen yang buruk. 

(Maksudnya adalah penyitaan semua harta beda Young Ja untuk menutupi kerugiaan perusahaan)

Chul Goo mengerti dan akan melakukan apa saja jika berhasil menyelamatkan perusahaan. Young Ja tidak setuju, menyuruh Chul Goo jangan ikut campur. Young Ja mengaku sudah mentransfer saham dan menyerahkan kendali, jadi harusnya itu cukup. Apa maksunya dengan kontribusi aset pribadi?, "Tidakkah kau pikir itu sedikit berlebihan?".

Para kreditur diam tak bisa beragumen lagi. Young Ja ini memang pintar berbisnis. Sayang tidak menurun pada anaknya... kalau Chul Goo lumanyanlah masih bisa diandalkan, tapi Joo Ri...Hm...gak yakin. 

Selesai meeting, Young Ja kembali keruangannya sembari mengomel. Ia sudah menduga para kreditur akan mengajukan tuntutan tak masuk akal, untungnya ia sudah membuat rencana alternatif. 

"Dengan satu kesalahan, kita bisa menjadi pengemis tanpa uang sepeser pun dan ditendang ke jalanan". 

"Apa maksudnya rencana alternatif?", tanya Chul Goo tak mengerti. 

Joo Ri berkata ibu mereka lebih dulu memerintahkan pengacara Hong untuk mengubah semua aset properti dan tabungan ke dalam uang tunai. Chul Goo terkejut, "Itu berarti kita tidak bisa menepati janji kita kepada kreditur, kan?". 

"Aigo...aigo...anak bodoh ini. Apa maksudmu kita harus menyerahkan semua aset pribadi kita dan pergi kejalanan?". 

Chul Goo tetap tidak sependapat meski apa yang dikatakan ibunya itu memang benar, tapi bagaimana dengan janji mereka. Young Ja menganggap enteng, "Setelah menghisap semuanya sampai ke sen terakhir dan aku akan menyuruh mereka untuk berjalan kaki. Mereka mau bilang apa kalau kubilang aku tidak punya uang?!". 




Choon Hee menyiapkan obat herbal untuk kakek, perkataan Hyo Dong tempo hari menganggu pikirannya. Jika Choon Hee benar-benar menganggap Chae Won seperti putrinya sendiri, pasti Choon Hee tidak akan bersikap seperti ini dengan membiarkan Chae Won menikah dengan Se Yoon. 

Dan juga pertanyaan Ki Choon, bagaimana jadinya status Se Yoon jika benar-benar menikah dengan Se Yoon. Apakah akan menjadi putra atau menantu Choon Hee. Lalu perkataan Sol Joo yang bertanya apa baiknya mengungkapkan bahwa Se Yoon adalah putra Choon Hee. Selain memberikan luka di hati anak-anak. 

Choon Hee menghela napas panjang dan merenung dan berpikir. (kenapa saya memiliki firasat yang tidak baik. Please Choon Hee, just stay at noodles house. Don't go anywhere).

Choon Hee membawa kakek berjalan-jalan ke toko kain. Kakek heran kenapa tiba-tiba Choon Hee membawanya kesini. Choon Hee berkata sebelum pergi, ia ingin membelikan kakek kain setidaknya sekali. (Duh...mau pergi kemana mami Choon Hee).

"Aku adalah pria tua yang sebentar lagi akan menghadapi malaikat maut. Pakaian untuk apa?". 

Choon Hee tetap mengandeng kakek untuk melihat-lihat. Penjual menunjukan beberapa lembar kain hasil buatan tangan berkualitas premium. Juga tersedia kualitas lain dengan harga berbeda. 

Kakek enggan untuk memilih. Choon Hee memegang lengan kakek dan bicara dengan lembut, "Orang bilang jika seseorang mempersiapkan kain kafan sebelumnya, dia akan hidup untuk waktu yang sangat lama. Itu sebabnya kita membelinya sekarang. Bukan untuk di pakai sekarang, tapi ayah akan akan memakai ini 20 tahun lagi, ya?"

(OMG...ternyata yang dipilih itu adalah kain kafan.. ngeri...)

Kakek mengangguk, "Bolehkan aku menerima benda berharga ini tanpa rasa malu?". Choon Hee berharap kakek mau menerima pemberiannya. Choon Hee memilihkan yang paling mahal dengan kualitas premium. Bahannya bagus dan jahitannya juga rapi. Kakek berkata tidak perlu yang mahal, cukup yang murah saja. Kain dengan kualitas terbaik sekalipun tidak akan berguna lagi ketika daging sudah membusuk, "Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk ini". 

"Karena ini adalah hadiah pertama yang bisa kuberikan padamu. Aku ingin memberikan yang terbaik yang kubisa. Ayah, berjanjilah padaku. Kain kafan ini, ayah harus memakainya 20 tahun lagi, ya?. Ayah, berjanjilah padaku", Choon Hee menangis.

Kakek mengangguk lemah. Choon Hee mengajukan jari kelingking meminta kakek untuk berjanji. Kakek melingkarkan jari kelingkingnya, "Aku berjanji", ucap kakek bergetar membuat Choon Hee semakin terisak sedih. Kakek menghapus air mata Choon Hee. Hiks..sedih.. Choon Hee lebih cocok menjadi putri kakek. Perpisahan yang tak tahu kapan akan terjadi. 


Hari sudah malam ketika Choon Hee kembali ke rumah mie dengan wajah murung dan langkah lemas. Tapi justru bentakan yang menyapanya pertama kali, "Siapa bilang kau boleh masuk ke sini?", kata Hyo Dong keras

"Ayah", kata Chae Won tanpa tenaga

"Dimatamu, kau tidak melihat kakekmu, nenekmu, ibumu dan ayah?. Prilaku terburuk apa ini?. Apa ini yang ayah ajarkan padamu?", hardik Hyo Dong meluapkan kemarahan. 

"Maafkan aku", kata Chae Won pelan

"Kau berbuat semaumu dan menyebabkan malapetaka ini dan kau berpikir ini akan berakhir dengan cuma mengatakan "Maafkan aku"?. Dimana Se Yoon?. Kenapa kau disini sendirian?". 

"Kami...kami tidak menikah".

"Apa?", Hyo Dong terkejut. Chae Won kembali menunduk, air mata mulai mengenang di pelupuk matanya.



Se Yoon pulang ke Seoul dengan tujuan langsung menuju ke rumah sakit. Sol Joo kini telah di pindahkan ke ruang inap.

"Aku disini,ibu. Ibu aku datang. Se Yoon disini". 

Se Yoon duduk di sisi Sol Joo, memandang wajah ibunya. Perkataan kasar yang pernah ia lontarkan kembali terlintas di pikirannya, "Maafkan aku ibu karena telah membuat ibu sakit hati. Maafkan aku ibu, aku benar-benar minta maaf". 

Chae Won melamun dikamarnya, pastinya melepas Se Yoon membuat hatinya merasa sakit. Choon Hee masuk dengan membawa segelas susu. Choon Hee berkata Sol Joo meminum obat penenang dengan alkohol, itu yang menyebabkan dia tak sadarkan diri. Perutnya di pompa dan di harus di rawat beberapa hari. Choon Hee mengatakan ini agar Chae Won tidak terlalu khawatir. 

Chae Won mengangguk. Meski tak bicara, tapi Choon Hee tahu apa yang dirasakan Chae Won. Disisi lain, Se Yoon pasti merasa sangat syok karena pengantin wanitanya lari. 

"Aku bodoh, iya kan?", tanya Chae Won menyadari kebodohannya, "Aku tadinya benar-benar hanya akan menutup mataku saja dan hanya berpikir tentang aku dan Se Yoon. Tapi aku tidak bisa. Aku pasti sangat bodoh".

Choon Hee menenangkan Chae Won yang menangis. "Ini bukan karena kau bodoh. Tapi karena hati putriku yang lembut dan baik. Itulah sebabnya". 

"Se Yoon pasti sangat terluka dan kecewa. Saat aku memikirkan itu, hatiku terasa sangat sakit. Aku merasa seperti aku akan mati", isak Chae Won semakin deras. 

"Ibu mengerti perasaanmu. Se Yoon pasti sangat terluka dan menderita". 

Choon Hee memeluk Chae Won dan meminta maaf sedalam-dalamanya, "Maafkan ibu putriku. Ibu benar-benar minta maaf". 

Meski tidak memiliki hubungan darah, tapi ibu dan anak ini memiliki ikatan batin yang kuat. Keduanya dapat memahami perasaan yang dirasakan satu sama lain. Dan tanpa mereka ketahui, Hyo Dong berdiri di depan pintu dan mendengar tangisan mereka. 



Se Yoon terpekur diam tak bergeming dari sisi Sol Joo siuman, "Apa ibu merasa lebih baik?", tanyanya ketika melihat Sol Joo membuka mata. 

"Mengapa kau ada disini?. Bagaimana dengan pernikahannya?. Apa berjalan lancar?. Bagaimana dengan Chae Won?. Dimana dia?", tanya Sol Joo

"Pernikahannya tidak terjadi", jawab Se Yoon tanpa tenaga. 

"Apa?", Sol Joo terkejut, ia mencoba bangkit tapi kepalanya masih pusing. 

"Ibu baik-baik saja?", tanya Se Yoon khawatir. 

Choon Hee berjalan di halaman. Ada hal yang menganggu pikirannya. Lama ia terdiam seperti menimbang. Lalu mengangguk seakan telah memutuskan sesuatu yang akan menjadi pilihannya. 

Kemudian, Choon Hee masuk kembali ke dalam rumah. Tetap melakukan kebiasaannya memberikan ramuan herbal untuk kakek. Tapi ada yang mengganjal, cara Choon Hee memandang kakek berbeda biasanya. 

Setelah itu, Choon Hee pergi ke kamar Chae Won. Ia membetulkan letak selimut Chae Won lalu menangis pelan seraya memandangi wajah putrinya yang tengah tertidur lelap.

Pagi hari, Hyo Dong berteriak diruang tengah memanggil nama Chae Won dengan membawa selembar kertas. Kakek, nenek, Kang Sook, Do Hee, Ki Moon dan Ki Choon serempak berkumpul di ruang tengah. Mereka kaget mendengar suara teriakan Hyo Dong. 

Chae Won turun dari kamar dengan terburu-buru, "Ada apa ayah?. Apa yang terjadi?

"Ibumu...ibumu", ucao Hyo Dong diantara isak tangis...

"Kenapa dengan ibunya Chea Won?", tanya nenek penasaran...

"Dia meninggalkan rumah", sambung Hyo Dong kemudian 

"APA???!!!!", seru keluarga Uhm.

Chae Won bertanya apa maksudnya ibu meninggalkan rumah. Hyo Dong menjawab Choon Hee meninggalkan surat cerai dan pergi tanpa pesan. Do Hee merebut kertas yang di pegang Hyo Dong. Surat perceraian yang telah dibubuhi stempel oleh Choon Hee. 

"Kau benar...ini surat cerai!", seru Do Hee ikut panik.

Ki Moon bingung kenapa tiba-tiba Choon Hee mengajukan gugatan cerai. Kakek jatuh terduduk tanpa mengucapkan sepatah kata. Kepergian Choon Hee benar-benar membuatnya syok. Ki Moon dan Ki Choon sigap membantu kakek. 

Nenek juga merasa terkejut setengah mati, tapi ia masih bisa membuka suara. Apa yang menyebabkan Choon Hee tiba-tiba menggugat cerai dalam waktu semalam. Usai mengatakan itu badan nenek limbung. Untungnya ada Kang Sook dan Do Hee yang memegangi. 

Giliran Hyo Dong yang terduduk lemas. Chae Won menenangkan ayahnya yang menangis tak berdaya ditinggal seorang istri. Pasti Hyo Dong tak pernah berpikir, Choon Hee akan mengambil keputusan se-ekstirm ini. 

Se Yoon kembali bekerja seperti biasa. Di depan perusahaan ia bertemu dengan Chae Won yang memberi kabar tentang perginya Choon Hee dari rumah. Reaksinya pertama Se Yoon adalah terkejut, "Apa yang kau katakan?".

"Ibu mematikan ponselnya sehingga tidak ada cara untuk menghubunginya. Aku ingin tahu apa dia menghubungimu". 

Raut wajah Se Yoon berubah, "JIka dia menelponku aku akan minta sekertaris untuk menelponmu". 

"Apa?".

"Selain masalah pekerjaan, kuharap kita tidak bertemu untuk alasan pribadi".

Chae Won terpekur diam melihat wajah Se Yoon yang serius. Apakah ini akhir dari kisah cinta mereka????..


END

Komentar :
Tampaknya Se Yoo benar-benar kecewa dan sakit hati hingga ingin mengakhiri hubungannya dengan Chae Won.  Hanya sampai di sini saja kekuatan cinta mereka?. Apa Se Yoon tidak mempunyai kepercayaan diri lagi untuk memperjuangkan cintanya?. 

Apa yang saya khawatirkan terjadi, Choon Hee mengorbankan kehabagiaanya sendiri demi melihat Chae Won dan Se Yoon bersatu. Tapi sepertinya pengorbanan Choon Hee sia-sia, jika melihat sikap Se Yoon yang berubah dingin pada Chae Won. Ah..jika sudah begini bagaimana akhirnya.