Pages - Menu

Monday, July 29, 2013

Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 24 Part 2

Sol Joo menelpon Se Yoon, ia tanya apa Se Yoon punya janji makan siang. Se Yoon menjawab tidak. Sol Joo berkata bagus sekali. Hari Ini ia ada janji makan dengan ibunya Joo Ri. Sol Joo meminta Se Yoon ikut bergabung bersama Joo Ri. Se Yoon menyetujui. 

Se Yoon ingat prilaku aneh Joo Ri yang seperti menyembunyikan sesuatu. Ia sempat tanya beberapa kali tapi selalu saja Joo Ri berjanji akan menceritakannya nanti. Se Yoon juga ingat permintaan Joo Ri yang memintanya berjanji akan tetap memperlakukannya seperti sebelumnya meski ia anak pembunuh atau penjahat kejam sekalipun. 

Se Yoon juga saat ia mengantar Joo Ri semalam. Se Yoon berpikir lebih baik mengungkapkan semuanya sekarang, sebelum masalahnya menjadi semakin rumit. Itu akan lebih baik untuk semua orang.

Sol Joo datang lebih awal, Young Ja datang beberapa menit kemudian. Young Ja tanya apa hari ini lalu lintasnya lebih macet daripada biasanya. Apa kau menunggu lama. Sol Joo berkata ia juga baru sampai. Ia harap tidak menganggu jadwal Young Ja yang padat, "Kita berjanji untuk makan siang bersama dan kau mengadakan acara keluarga, jadi aku ingin mentraktirmu".

Young Ja pura-pura tersentuh, "Oh. Anda sungguh bijaksana. Terima kasih". Sol Joo tanya bagaimana perasaan Young Ja terhadap menantu barunya. Apa dia menyenangkan. Young Ja semula kaget, "Ah. Itu....Tentu saja. Apa kau tahu kalau dia adalah putri bungsu Tuan Ma?". Sol Joo mengiyakan.

Young Ja memuji menantu barunya dengan mengatakan, menantunya pastilah keturunan yang baik. Dia jujur, terpelihara, dan rendah hati. Dia sempurna.
"Itu bagus", ujar Sol Joo.

Young Ja mulai melancarkan aksinya, "Aku seharusnya tidak mengatakan ini tapi orang-orang seharusnya memegang erat-erat  anak-anak mereka. Mantan menantuku adalah.."

"Nona Min Chae Won?", sahut Sol Joo memotong.

Young Ja kaget, "bagaimana kau mengetahuinya". Sol Joo menjawab ia secara tidak sengaja bertemu dengannya kemarin, jadi ia menanyakan namanya. Dia bekerja sebagai ahli gizi di cafeteria.

Young Ja tampak cemas lalu membatin, "Ini masalah waktu sebelum dia mengetahuinya".

Sol Joo akan memesan makanan saat anak-anak tiba. Ini hampir waktunya mereka tiba. Mata Young Ja melebar terkejut, "Anak-anak?", ucapnya terbata.  Sol Joo mengiyakan, "Aku bilang kepada Se Yoon untuk bergabung bersama kita dengan Joo Ri. Kau belum pernah bertemu  dengan Se Yoon sebelumnya, kan?".

Young Ja gelagapan, "Huh? Tidak", ujar Young Ja berbohong. Sol Joo berkata mereka berkencan sampai larut semalam. Kurasa mereka membuat kemajuan. Young Ja hanya menganguk pelan dengan wajah pias. Young Ja berdiri, lalu berbalik dan permisi pergi ke kamar kecil sebentar.

Se Yoon dan Joo Ri dalam perjalanan. Joo Ri tersenyum senang Se Yoon mengajaknya makan siang diluar, sungguh sebuah kejutan. Se Yoon berkata ibuku ada urusan di sekitar sini. Dia ingin makan siang denganmu. Joo Ri tampak sedikit kecewa, "Aku tahu itu. Aku tadinya hampir tersentuh".

Joo Ri menjawab panggilan telepon dari Young Ja. Sebelum menjawab Joo Ri melirik ke Se Yoon, mengecilkan suaranya. Young Ja tidak pergi ke kamar kecil, ia sengaja menghindar agar menelpon Joo Ri. Dengan panik Young Ja berkata masalah besar, ini darurat, "Bukankah kau dalam perjalanan untuk makan siang dengan Ibunya Se Yoon?. Ibu bersamanya".

Di depan Se Yoon, Joo Ri mengatur cara bicaranya agar terlihat wajar, memalingkan wajahnya menghadap jendela. Tapi ia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika Young Ja bilang sedang bersama ibunya Se Yoon. Joo Ri minta ibunya mengulangi perkataannya sekali lagi. Se Yoon melirik sekilas.

Yong Ja kesal, "Kenapa kau tidak bisa mengerti maksud Ibu?. Ibunya Se Yoon mengundang Ibu untuk makan siang, dan dia baru saja bilang kalau kalian akan bergabung. Itu sebabnya Ibu menelponmu". Itu berarti mereka akan bertemu secara langsung. Suatu hal yang sungguh tidak diharapkan mereka berdua.


Young Ja kembali menemui Sol Joo, dan berbohong dengan mengatakan baru saja mendapat telepon dari kantor. Terjadi sesuatu yang tidak terduga. Kami harus membuat keputusan yang penting  dan aku harus kembali. Padahal sebenarnya, dia takut ketemu sama Se Yoon. Takut keburukannya terbongkar di depan Sol Joo.

Sol Joo mengerti dan mempersilahkan Young Ja pergi. Kita bisa makan siang kapan-kapan. Young Ja bertingkah pura-pura menyesal. Sol Joo tidak mempermasalahkan, "Aku akan makan siang dengan anak-anak. Tolong jangan khawatir dan pergilah".
"Kalau begitu aku akan membayar makan siangnya", tawar Young Ja.
"Oh, Nyonya Bang. Jangan khawatir dan pergi saja", sahut Sol Joo.

"Aku akan mentraktirmu lain kali. Sampai jumpa", ucap Young Ja buru-buru pergi. Sol Joo menghela napas melihat Young Ja pergi, "Kuharap membuat keputusan yang menguntungkannya".

 Young Ja berlari tergasa-gesa menuju parkiran. Bersamaan dengan itu mobil Se Yoon bergerak masuk ke parkiran. Young Ja menarik driver Kim menunduk, bersembunyi di dibelakang mobil. Driver Kim heran, "Nyonya. Ada apa?". Young Ja mendelik memberi isyarat driver Kim untuk diam.

Se Yoon dan Joo Ri keluar dari mobil. Joo Ri cemas melihat mobil ibunya masih berada di parkiran. Young Ja berdiri mengintip. Ia baru bisa menarik napas lega melihat Se Yoon dan Joo Ri masuk ke restoran. "Sial. Ini sebabnya orang bilang kau tidak bisa hidup dengan rasa bersalahmu", guman Young Ja membuat driver Kim bingung.

Young Ja mengajak driver Kim pergi, "Ayo kita pergi makan siang. Aku ingin kepiting bumbu kecap".

Se Yoon melihat melihat tempat duduk yang kosong, hanya ada ibunya menunggu sendiri di sana. Joo Ri menunduk takut-takut. Joo Ri menarik napas lega menyadari ibunya tidak ada di restoran bersama Sol Joo, "Apa kau sudah menunggu lama?", tanya Joo Ri basa-basi.

"Tidak. Duduklah. Ibumu baru saja pergi karena terjadi masalah yang penting", jelas Sol Joo. Se Yoon memperhatikan ekspresi Joo Ri. Joo Ri memasang wajah terkejut, "Ibuku tadi disini?". Sol Joo tanya apa Se Yoon tidak mengatakannya pada Joo Ri. Se Yoon beralasan lupa.

Sol Joo bermaksud ingin memperkenalkan ibunya Joo Ri pada Se Yoon, tapi dia harus pergi lebih awal. Joo Ri berkata mungkin lain kali. Joo Ri meminum air putih, lalu terbatuk-batuk karena panik. Se Yoon tanya apa kau baik-baik saja. Joo Ri menjawab ya, aku baik-baik saja.

Jam makan siang, Chae Won berkeliling di sekitar kantin. Ia tanya pada tim marketing yang tengah menikmati makan siang, "Apa sayurnya cocok dengan selera anda?". Staf marketing wanita menjawab ya, terima kasih. Di meja itu juga ada manager pemasaran.

Ada staf pria mendatangi Chae Won. Ia memperkenalkan diri sebagai Kim Chol Su, staf dari kantor cabang Chong Nam. Kim Mi Ja, salah satu koki kantin mengatakan padanya untuk bertemu dengan Chae Won. Ia  mengajak Chae Won bicara di tempat tenang. Chae Won pergi mengikuti pria itu. Manager pemasaran heran, "Ada masalah apa dia dengan ahli gizi?". Ia Lalu mengikuti kemana Chae Won pergi.

Kim Chol Su memberi Chae Won hadiah madu produk lokal yang terkenal. Chae Won yang bingung tanya apa maksudnya. Kim Chul So berkata, "Saya mengajukan untuk posisi di kantor pusat. Tapi itu persaingannya sangat ketat. Bisakah anda meminta Direktur Lee untuk mengijinkan saya bekerja di kantor pusat?". 

Manager pemasaran mengintip dari pintu tanpa Chae Won sadari. Chae Won bingung kenapa Kim Chul So memintanya melakukan hal itu. Kim Chul So menjawab nona Kim Mi Ja mengatakan padanya bahwa Chae Won adalah tunangan Se Yoon.

Manager pemasaran terkejut, "Ini serius. Aku tidak bisa membiarkan ini". Ia pergi ke ruangan Se Yoon tanpa mendengar perkataan Chae Won selanjutnya. Untuk melaporkan hal ini, meski ia hanya mendengar separuh saja.

Chae Won menganggap Kim Chul So sudah salah paham, menegaskan kalau dirinya bukan tunangan direktur Lee. Jangan meminta bantuan seperti itu lagi padaku. Kim Chul So berkata amplop uangnya ada di dalam bingkisan. Chae Won marah, "Kau pikir aku ini orang seperti apa?". Chae Won pergi dengan kesal dan marah.

Manager pemasaran berada di ruangan Se Yoon, mengadukan apa yang ia lihat dan dengar barusan. Se Yoon ragu, "Benarkah itu?". Manager pemasaran membenarkan, "Ya. Saya melihat kejadiannya dengan mataku sendiri. Dua kali. Meskipun kalian berdua dekat, tapi ini tidak benar. Dan orang - orang banyak membicarakan anda setelah postingan yang ada di website".

Raut wajah Se Yoon berubah marah, ia kembali terprovokasi perkataan orang lain. Se Yoon percaya begitu saja, meski kebenarannya belum jelas.

4 koki ahjuma berkumpul di kantin, mereka saling berkasak kusuk. Mereka langsung diam begitu Chae Won datang. Chae Won marah, "Berapa kali harus kuulangi?. Aku tidak ada apa-apa dengan direktur Lee".

Ke-4 koki ini tidak percaya, "Kalau begitu jelaskan tentang  keranjang  bunga dan postingan web". Chae Won berkata aku tidak melakukannya. Bagaimanapun, tolong jangan biarkan hal ini terjadi lagi". 

Para koki ini kembali kasak-kusuk melihat Se Yoon berdiri di depan pintu, "Lihat. Direktur Lee datang lagi untuk menemuinya. Jangan malu-malu", ucapnya menyindir Chae Won. Chae Won bingung lalu menoleh ke pintu. Se Yoon menatap Chae Won tajam, " Bisa kita bicara?". 

Keduanya bicara di atas atap. Chae Won tanya ada masalah apa.
Se Yoon marah, "Bagaimana bisa kau mengecewakanku seperti ini?. Berapa banyak topeng
yang kau miliki?. Berapa banyak warna yang kau miliki?". 

"Apa yang kau bicarakan?", tanya Chae Won tidak mengerti. 

Se Yoon :  Kau benar-benar tidak tahu?

Chae Won : Tidak. Tolong bicara dalam bahasa yang dapat kumengerti.

Se Yoon : Keranjang permen dan postingan website. Dan sekarang kau memakai namaku untuk menerima suap dalam jual beli jabatan?. 

Mata Chae Won berkaca-kaca. Se Yoon terus saja bicara, "Siapa kau sebenarnya?. Bagaimana bisa kau mengambil keuntungan atas kebaikanku?", bentak Se Yoon.

Chae Won hampir menangis, "Siapa yang bilang?. Siapa yang bilang aku menerima suap?". "Apa itu penting?', tanya Se Yoon.

"Ya, itu penting bagiku", jawab Chae Won.

"Kau begitu tak tahu malu", ujar Se Yoon lalu pergi.

Chae Won terpukul, ia menangis setelah Se Yoon pergi.

Chae Won menemui Joo Ri, menariknya untuk bicara di luar. Manager pemasaran melihat dan berseru, "Ya ampun, dia jadi semakin gila".

Joo Ri berontak, "Sakit. Lepaskan aku". Chae Won mendelik marah, "Ikut saja denganku jika kau tidak ingin dipermalukan".
Se Yoon melihat Chae Won menarik Joo Ri keluar atap. Lalu mengikuti mereka. 

"Apa?. Ada apa denganmu?', tanya Joo Ri begitu mereka sampai di atas atap. Chae Won berkata bukankah aku sudah memperingatkanmu?. Aku bilang aku tidak akan diam saja jika kau memprovokasi aku. Joo Ri berlagak pilon dan tidak mengerti.

Chae Won marah : Pertama kau menjebakku sebagai seseorang yang sedang berakting, dan sekarang kau menjebakku sebagai sampah yang menerima suap?.
Joo Ri : Apa yang kau bicarakan?. 

Chae Won : Jangan katakan padaku kau tidak melakukannya. Aku mendengar semuanya dari Direktur Lee.
Joo Ri teriak : Apa yang dia katakan padamu?. 
Chae Won : Kita pernah menjadi keluarga, jadi aku akan membiarkannya demi kebaikan masa lalu, tapi ini cukup.

"Jadi?", tanya Joo Ri menantang.
 Chae Won berkata akan mengatakan pada Se Yoon tentang hubungannya dengan Joo Ri. Joo Ri kaget. Semula Chae Won ingin tetap merahasiakannya untuk Joo Ri, tapi sekarang  ia tidak bisa melakukannya, "Kau membuatku gila", teriak Chae Won marah.
"Apa kau mengancamku?", tanya Joo Ri.
"Ya. Kenapa kau tidak bisa meninggalkanku sendiri?", bentak Chae Won penuh emosi. 

Joo Ri takut. Ia melihat Se Yoon keluar dari pintu, dan langsung berakting lemah. Berlutut di hadapan Chae Won. Chae Won heran kenapa Joo Ri tiba-tiba berlutut. Joo Ri Memasang wajah memelas, dan bicara dengan suara ketakutan layaknya orang yang tengah di bully.

"Kau salah Onnie. Aku benar-benar tidak mengatakan pada Se Yoon sesuatu yang buruk tentangmu. Aku serius. Aku tidak tahu siapa yang mengatakan padamu hal itu, tapi aku benar-benar tidak mengatakan padanya sesuatu yang buruk tentangmu.".

Chae Won berdiri membelakangi pintu, sehingga tidak mengetahui ada Se Yoon dibelakangnya. Chae Won kesal, "Apa kau memintaku untuk mempercayaimu?. Kau berbohong sampai akhir. Ini sudah cukup. Aku akan mengatakan padanya semuanya sekarang". 

Chae Won berbalik dan terkejut menyadari kehadiran Se Yoon di belakangnya.
"Kau tidak perlu melakukannya. Aku sudah tahu itu", ucap Se Yoon. 
Joo Ri masih berlutut dan mengangkat wajahnya takut-takut, "Sunbae".

Se Yoon mengaku sudah mengetahui kalau Chae Won adalah mantan kakak ipar Joo Ri. Mata Joo Ri melebar terkejut, "Sunbae", air mata mengenang di matanya.

Se Yoon melewati Chae Won, membantu Joo Ri berdiri. Chae Won menunduk diam. Se Yoon menilai Chae Won seperti bawang. Kata itu saja sudah cukup membuat Chae Won terluka. Ia memandang Se Yoon, matanya memerah menahan tangis.

Se Yoon : Apa warna asli dari Min Chae Won?". Sekarang aku bahkan tidak penasaran lagi. Kau lebih dari mengecewakan. Kau tidak ada harapan".

Chae Won terpaku diam, terpukul dan juga terluka akibat perkataan tajam Se Yoon. Kata-kata itu seperti pisau tajam yang mengiris hatinya. Joo Ri tampak bingung tapi ia senang karena Se Yoon berpihak padanya. 

"Kita harus bicara", ucap Se Yoon pada Joo Ri. Ia pergi setelah menancapkan duri tajam ke hati Chae Won. Joo Ri menyusul mengikuti Se Yoon. 

Air mata Chae Won mengalir di wajah cantiknya. Chae Won menghapus air mata, berusaha menahan tangis dan menguatkan dirinya sendiri, "Jangan menangis, Chae Won. Aku pernah mengalami yang lebih buruk dari ini. Jangan menangisi hal begini seperti orang bodoh. Jangan menangis, Chae Won. Ini tidak apa-apanya untuk ditangisi. Jangan menangis.

Chae Won terisak. Meski ia berusaha bertahan, tapi air mata terus keluar dengan sendirinya tanpa di minta. Menandakan hatinya sangat terluka. 

Se Yoon mengajak Joo Ri bicara di ruangannya. Se Yoon memberikan segelas air putih. Se Yoon khawatir apa kau baik-baik saja. Joo Ri menunduk, "Aku merasa malu sekali melihatmu. Kapan kau mengetahuinya?".

Se Yoon menjawab, "Kemarin malam. Aku melihat Ibu dan Kakakmu di depan rumah". Joo Ri tanya kenapa Se Yoon tidak memberitahunya. Se Yoon berpikir Joo Ri ingin menyembunyikannya, "Apa ibumu tahu tentang ini?". 

Joo Ri berbohong, "Tidak. Aku belum mengatakan pada ibu. Jika kukatakan padanya kebenarannya, ibu pasti akan pingsan karena shock". Se Yoon berguman dunia sungguh kecil. Joo Ri tanya tidakkah Se Yoon merasa kecewa. Se Yoon berkata ia lebih memilih di permalukan. (Dipermalukan karena rumornya di kantor). 

Joo Ri mengaku mencoba beberapa kali ingin mengatakan sebenarnya pada Se Yoon, tapi ia tidak mempunyai keberanian. Jelas bahwa ibuku meninggalkan kesan yang buruk kepadamu, dan kau sangat baik terhadap Chae Won. 

Se Yoon : Apa Chae Won sudah mempersulitmu?. Seperti mengancamu?.

Joo Ri memasang topeng di hapadan Se Yoon. Ia tak ingin berbicara hal yang buruk tentang mantan kakak iparnya. Karena bagaimana pun juga Chae Won pernah sekali menjadi bagian keluarganya. Dia melakukan kesalahan tetapi ibuku terlalu kasar juga. Chae Won pasti ingin melampiaskannya padaku. Aku memahaminya. Aku merasa ringan sekarang karena  semuanya sudah terbuka. Aku terus-menerus dalam ketakutan kalau-kalau kau mengetahui semuanya.

Se Yoon diam tampak berpikir, atau mungkin melamun. "Sekarang karena kau telah mengetahuinya, apa aku sudah berakhir denganmu?", tanya Joo Ri.  Se Yoon diam. Joo Ri mengulangi pertanyaannya, "Apa kita sudah berakhir sekarang?". Se Yoon tetap diam, tidak menjawab pertanyaan Joo Ri.

Nenek yang masih sedih memilih jalan-jalan bersama Bo Reum. Bo Reum tanya kemana nenek akan membawanya. Nenek hanya ingin berjalan-jalan melihat sekitar, ada yang ingin kau makan, tanyanya pada Bo Reum. Bo Reum berpikir sebentar, "kue beras", jawabnya. Nenek tersenyum, "Kue beras pedas. Baik, Nenek akan membelikanmu kue beras pedas". Bo Reum jejingkrak kegirangan. 

Nenek lalu melihat Hyo Dong yang sedang minum di kedai sendirian. Nenek masuk ke kedai, "Minum-minum di siang hari?. Minum-minum di siang hari membuatmu jadi gila. Apa kau akan bertingkah gila lagi?". 

Hyo Dong berkata tidak. Nenek tanya, apa Hyo Dong minum karena ia menentang pernikahannya. Hyo Dong menyangkal. Nenek tahu, pasti itu sebabnya. Karena nenek sangat mengenal menantunya itu. Nenek minta tambahan gelas dan ikut minum bersama Hyo Dong. 

Nenek memandangi Hyo Dong, "Kau membenci ibu, kan?. Bukankah kau marah padaku karena aku menghalangi jalanmu?". Hyo Dong menyangkal, ia tidak pernah berpikiran seperti itu. Nenek mulai menangis, anggap saja ini sebagai proses bagi nenek untuk bisa melepas Hyo Dong, "Aku bergantung padamu selama 30 tahun. Kalau tidak aku memisahkan diriku darimu seperti ini, bagaimana bisa aku hidup?. Saling membenci seperti ini akan membuatmu pergi dengan langkah ringan dan membuatku tidak melihat ke belakang juga".

Hyo Dong ikut menangis, terisak sedih, "Ibu!".

Nenek berdiri, merangkul pundak Hyo Dong, "Bagaimana ibu dapat menghentikanmu ketika kau mencintainya?. Aku bukanlah orang yang ketinggalan jaman".

Nenek minta Hyo Dong menuangkan soju ke gelasnya, lalu meminumnya, "Rasanya enak. Bo Reum, pulanglah ke rumah dengan paman Hyo Dong.".
"Baik", jawab Bo Reum. 
Hyo Dong masih terisak. Nenek melangkah pergi, Hyo Dong tanya kemana ibu akan pergi. Nenek tersenyum, "Aku harus mampir ke suatu tempat". Lalu pergi. 

Choon Hee mengepel lantai cafe, sambil mengeluh kapan cafe ini akan terjual. Apa aku harus membuka kembali bisnisku. Lonceng pintu berbunyi menandakan ada orang datang. Nenek masuk dengan langkah sedikit sempoyongan. Nenek hanya minum 2 gelas soju, tapi tampaknya sedikit mabuk. 

Choon Hee kaget. Nenek melangkah masuk dengan wajah cemberut, "Jangan takut. Aku tidak akan memangsamu". Choon Hee tanya apa yang membawa nenek kemari. Nenek minta Choon Hee menyiapkan makanan, "Aku belum makan siang dan aku lapar. Siapkan makan siang untukku. Kamarmu ada di sana, kan?". Nenek jalan masuk ke kamar Choon Hee. Choon Hee bingung, heran dan juga takut...

Nenek menyentuh lantai kamar Choon Hee, bersih tidak ada debu yang menempel, "Kelihatannya dia tidak malas". Choon Hee datang membawa makanan, ia hanya membuat sup pasta kacang.

Nenek mencicipi soup kacang, "Apa kau yang membuatnya sendiri?", tanyanya. Choon Hee mengiyakan, kenapa. Nenek memakan lauk yang lain, tampak puas dengan rasanya, "Tidak buruk", komentar nenek.

Beberapa menit kemudian, nenek keluar dari opera cafe dengan senyum mengembang. Dulunya nenek berpikir Choon Hee tidak pandai dalam urusan rumah tangga, tapi dia tidak buruk. Paling tidak dia tidak akan membuat Hyo Dong kelaparan. Apakah ini pertanda nenek akan menyetujui pernikahan Hyo Dong?. 

Nenek pergi, Ki Ok datang mereka berselisahan jalan. Ki Ok mengujungi Kang Jin dengan membawa sekeranjang buah. Ki Ok khawatir karena Kang Jin pergi begitu saja seperti tadi. Kang Jin ingin mengatakan alasannya, tapi kata-kata itu serasa tercekat di tenggorokannya.

Ki Ok menyentuh dahi Kang Jin, "Apa kau tidak sehat?". Kang Jin menjauh, "Jangan menyentuhku. Bagaimana bisa kau menyentuhku di sembarang tempat?".
Ki Ok bingung, "Apa yang kau bicarakan?. Aku khawatir apa kau terkena demam. Kenapa kau marah?".

Kang Jin : Jangan menyentuhku. Jangan biarkan jarimu menyentuhku. 
Ki Ok heran, kau benar-benar aneh hari ini.

Kang Jin menunjuk keranjang buah yang dibawa Ki Ok. Ki Ok berpikir Kang Jin sakit. Kang Jin senang, Ki Ok mengkhawatirkannya dan membawa buah. Semua adalah buah kesukannya, pasti harganya sangat mahal. Ki Ok berkata ia tidak membelinya, Ingat wanita yang ada di cafe?. Dia membelikannya untukmu.

Kang Jin teriak marah, "Keluar. Keluar saja".
Ki Ok kaget dengan teriakan Kang Jin. Kang Jin mendorong Ki Ok keluar. Kang Jin kecewa, "Bagaimana bisa dia membunuhku empat kali hari ini?".

Chul Goo pulang lebih cepat, ia tanya dimana Hong Ju. Young Ja berkata seperti yang Hong Ju katakan tadi pagi, dia menghadiri pertemuan alumni. Chul Goo tanya Hong Ju benar-benar pergi kesana . Young Ja membenarkan, ketika ibu pulang, dia sudah pergi. Chul Goo terbelalak tidak percaya.

Young Ja menggerutu Ms. Koh (mak comblang) memuji Hong Ju seolah-olah dia adalah pengantin terbaik, tapi bagaimana bisa dia keluar bersenang-senang pada peringatan kematian ayah mertuanya. Dia tidak punya akal sehat, tidak punya sopan santun.

Chul Goo tampak marah dengan kelakuan Hong Ju. Ia pamit ke kamar berganti pakaian. Di kamar Chul Goo menghubungi ponsel Hong Ju, ia tanya dimana istrinya itu sekarang. Dengan santai Hong Ju menjawab tengah menghadiri pertemuan alumni.

Chul Goo menyuruh Hong Ju pulang secepatnya. Hong Ju tidak mau, Aku sedang tidak mood untuk mengikuti ritual leluhur. Chul Goo teriak, "Persetan dengan mood-mu". Chul Goo melempar ponselnya ke tempat tidur, "Sial!", umpatnya marah. 

Tadi siang Se Yoon berhasil membuat Chae Won sakit hati dan malamnya Se Yoon meng-galau sendirian. Ia pergi ke warung makan kulit babi, tempat kenangannya bersama Chae Won. Se Yoon sama sekali tadi menyentuh makanan, yang ia lakukan hanya minum dan terus mengisi gelasnya yang kosong. 

Joo Ri datang ke tempat itu. Ia melihat sendiri kondisi Se Yoon yang tampak labil saat ini. Joo Ri sedih, pantas ia merasa sedih karena kegalauan Se Yoon saat ini bukan tertuju untuk dirinya. 

Joo Ri keluar menjawab panggilan dari Young Ja. Young Ja tanya dimana Joo Ri, kita akan mengadakan upacara peringatan malam ini. Joo Ri merasa itu tidak penting sekarang. Young Ja tanya apa maksudnya. Joo Ri berkata Se Yoon sudah mengetahuinya. Young Ja kaget, "Benarkah?. Bagaimana bisa?. Bagaimana dia mengetahuinya?". 

Bagaimana Se Yoon mengetahuinya itu tidaklah penting bagi Joo Ri. Sekarang semuanya sudah berakhir. Semuanya berakhir. 

Se Yoon terus minum meski ia hampir mabuk. Ia ingat aduan manager pemasaran dan kejadian tadi siang di atas atap. Se Yoon tak mengerti bagaimana bisa Chae Won mengecewakannya seperti ini. Bagaimana bisa dia memanfaatkanku?

Se Yoon melihat meja di seberang tempatnya duduk. Terbayang jelas dalam ingatannya tingkah lucu Chae Won saat mabuk. Se Yoon berguman, "Min Chae Won.  Apa warna aslimu?".

Tak jauh dari warung kulit babi. Chae Won berada di taman baseball. Menyalurkan rasa sakit hatinya dengan memukul setiap bola. Terniang lagi dalam pikirannya perkataan kejam Se Yoon.

Sambil terus memukul bola, Chae Won teriak marah "Kau pikir aku tidak ada harapan?. Dengar, Tuan Lee Se Yoon. Kau sudah mengecewakanku. Sekarang kau keluar. Keluar sepenuhnya". 

Chae Won membuang tongkat pemukul, tidak ada lagi tenaga yang tersisa. Bersandar pada pagar dan menangis sepuasnya.

Joo Ri kembali ke warung makan dan mendapati Se Yoon yang mabuk. Ia membangungkan Se Yoon. Se Yoon membuka mata, menyipit menatap Joo Ri. Se Yoon memanggil Joo Ri dengan nama Eun Seol. 

Dengan susah payah, Joo Ri berhasil memapah Se Yoon hingga ke tempat mobilnya terparkir. Di waktu yang bersamaan Chae Won jalan pulang menunggu bis. Dari jarak dekat,  ia melihat Joo Ri dan Se Yoon. 

"Masuklah ke mobil. Aku akan mengantarmu pulang", ucap Joo Ri pada Se Yoon.
Se Yoon yang mabuk mengira Joo Ri adalah Eun Seol, "Darimana saja kau, Eun Seol?. Apa kau tahu seberapa besar aku merindukanmu?".
"Kau sedang mabuk. Masuklah ke mobil", ucap Joo Ri lagi. 

Se Yoon memandang wajah Joo Ri, lalu menciumnya di bibir (Andewwwww). Mata Chae Won melebar terkejut. Semula Joo Ri tampak syok dan ingin menolak. Tak sengaja matanya menangkap sosok Chae Won berdiri tak jauh darinya.

Joo Ri langsung membalas ciuman Se Yoon lebih dalam. Ia menggunakan kesempatan ini untuk membuat Chae Won panas. Seolah-olah ingin menegaskan kalau mereka sepasang kekasih.

Chae Won tidak tahan dan menundukkan wajah. Sungguh pemandangan buruk yang seharusnya tidak ia lihat. 


END

Komentar : 
Aduh kenapa ada scene Se Yoon nyium Joo Ri segala sich, walaupun alasannya mabuk tetap aja gak rela. Se Yoon masih salah paham pada Chae Won, makanya jadi galau. Manusia lebih cenderung mempercayai apa yang mereka lihat dan dengar, meski terkadang apa yang mereka percaya itu belum tentu benar sepenuhnya.

Ndak bisa berkomentar banyak, episode 23 dan 24 emang bener-bener bikin gondok. Rasanya citra Se Yoon sang pangeran bermobil hitam luntur begitu saja karena mulut tajamnya. Disappointed.