Pages - Menu

Monday, April 29, 2013

Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 15 Part 2

Rumah mie pagi hari. Keluarga Uhm berkumpul menikmati sarapan. Nenek tak menyentuh makanannya, memandang kakek dengan tatapan tajam. Lain halnya dengan kakek yang sangat menikmati sarapannya, bahkan minta tambah sup tauge pada Kang Sook.

Nenek mulai berkomentar, "cucu peremuan mu satu-satunya berkerja seharian dengan berbau amis. Bagaimana mungkin Kakeknya punya nafsu makan yang baik mengetahui hal itu?. Pasti menyenangkan jika memiliki hati nurani yang bersih".
Kakek : Kenapa kau mencoba untuk berdebat, pagi-pagi begini
Nenek : Aku tidak mencoba untuk berdebat, aku cuma iri. Aku tidak punya nafsu makan. Bahkan aku hampir tidak bisa minum air, tapi kau sudah makan 2 mangkuk sup. Kau pasti sangat kenyang.

Kakek meletakkan sendok, selera makanya mendadak hilang mendengar sindiran nenek. Hyo Dong yang berada disamping kakek, meminta kakek untuk tetap menyelesaikan makannya.
"Ibu berhentilah. Kenapa ibu bertingkah seperti ini pagi-pagi?, tanya Ki Choon.
Nenek menjawab itu karena dia merasa sangat marah saat memikirkan kehidupan yang harus di jalani Chae Won.

Chae Won berusaha menenangkan nenek, dia berkata baik-baik dan telah mengajukan lamaran di berbagai tempat. Pekerjaannya di supermarket hanyalah untuk sementara, sembari menunggu panggilan dari lamaran yang ia ajukan. Ki Moon menambahkan ia telah bertanya lowongan pekerjaan pada salah satu temannya. Pasti akan ada kabar baik sebentar lagi.

Kang Sook menyahut Ki Moon seorang laki-laki yang tak bisa memahami perasaan keponakannya. Chae Won dulu merupakan menantu dari keluarga kaya, apa masuk akal jika dia sekarang menjadi pekerja paruh waktu di supermarket. Kang Sook bilang pada  Chae Won, meskipun dia begitu membenci keluarga mantan suaminya, tapi setidaknya dia harus memastikan untuk mendapatkan tunjangan.

Ki Ok setuju dengan perkataan Kang Sook. Dia bertanya pada Chae Won apakah terlambat jika meminta uang tunjangan sekarang ini. Hyo Dong membuka suara, ia minta mereka untuk tidak membicarakan masalah perceraian Chae Won. 

Nenek memberi peringatan terakhir pada kakek. Jika kakek tak juga menjual sebagian tanah pada Chae Won maka ia akan mengajukan gugatan cerai secara resmi, dan menerima tanah itu sebagai tunjangan perceraian, "jadi lakukanlah semaumu".
Ki Mon dan Ki Choon menoleh terkejut.

Kakek berdehem, tanda ia marah pada perkataan nenek. Wajah Do Hee berubah begitu mendengar ucapan nenek. Hyo Dong bertanya kenapa nenek mengatakan perceraian. 

Nenek mengeluarkan semua unek-uneknya. Selama ini ia bekerja keras, dan tidak pernah bermain-main. Bertemu dengan suami yang salah dan menjalani kehidupan yang malang. Kakek bahkan tak pernah memberinya 10 sen dari tanah yang seharga 10 milyar itu. Karena masalah sudah menjadi seperti ini, nenek mengajak kakek bercerai. Dan uang kompensasi perceraian yang ia terima akan nenek berikan pada Chae Won. Memulai hidup bebas, tanpa memikirkan apapun. Hidup mewah dan membeli semua yang ia inginkan.

Kakek beranjak dari meja makan. Kang Sook bertanya kakek akan kemana, disaat ia belum menyelesaikan makannya. Kakek menjawab ia sudah selesai makan. Suasana yang semula tenang berubah menjadi tegang.

Ki Ok ke nenek : Ibu, kau tidak mungkn serius dengan apa yang kau katakan. Bagaimana jika Ayah marah dan benar-benar berkata dia akan menceraikan Ibu?
Nenek : Apa maksudmu aku tidak serius?. Aku mengatakan apa yang kurasakan dalam hati.

Kang Sook bertanya apa nenek benar-benar serius ingin bercerai. Ki Choon menambahkan seharusnya nenek tidak mengatakan hal-hal seperti itu dalam kondisi marah. Nenek menjawab ia serius dengan apa yang barus saja ia ucapkan, karena dia adalah orang yang memegang teguh perkataannya sendiri.
Do Hee tidak berkomentar, bola matanya membesar terkejut. Dalam hatinya ia mengira nenek sudah benar-benar jatuh hati pada pria itu (Kang Jin).

Hyo Dong mengantar Chae Won ke perhentian bis. Sebelum itu mereka mampir ke tempat Choon Hee terlebih dahulu. 
"Kalian berdua terlihat baik saat bersama-sama. Benar-benar pemandangan yang manis". ucap Choon Hee.
Chae Won mengucapkan rasa terima kasihnya atas pertolongan Choon Hee waktu itu. Hyo Dong berniat pergi menemui presdir Lee. Untuk menyampaikan rasa terima kasih. Choon Hee berkata itu tidak perlu. Ucapan terima kasih dan hal-hal semacam itu bisa menjadi beban baginya.

Hyo Dong lalu menyinggung soal Se Yoon. Ia bertanya apakah Chae Won kenal dengan pria muda yang datang ke kantor polisi bersama pengacara.
Chae Won mengangguk, "Oh... ya kami hanya sekedar saling kenal".

Chae Won melihat jam di pergelangan tangannya. Hyo Dong lalu mengajak Chae Won untuk segera berangkat.
Choon Hee menarik Hyo Dong bicara sebentar, "Tidak terjadi hal yang buruk kemarin?".
"Tidak, tidak terjadi apa-apa. Adik ipar berjanji untuk menjaga rahasia kita", jawab Hyo Dong.

Choon Hee lega mendengarnya. Ia lalu mendekati Chae Won, memberikan sekotak susu segar, "Minumlah ini dalam perjalanan ke kantor. Aku punya banyak persediaan di rumah".
"Terima kasih", ucap Chae Won. 
Hyo Dong tersenyum melihat perhatian Choon Hee pada Chae Won.
Chae Won dan Hyo Dong berpamitan pergi. Choon Hee melambaikan tangan pada keduanya.

Kang Jin keluar, melihat Choon Hee yang melambaikan tangan pada Hyo Dong dan Chae Won. Ia berkomentar Choon Hee seperti seorang istri yang mengantar suami dan putrinya bekerja. Choon Hee menyuruh Kang Jin untuk diam.
"Aku akan membantumu keluar kali ini. Ayo kita mengatur waktu kencan kita", ajak Kang Jin.
"Aku muak denganmu", ucap Choon Hee meninggalkan Kang Jin sendirian.
Kang Jin berguman sendiri, "Dia selalu mengatakan dia muak denganku saat tidak ada lagi yang bisa dikatakan".

Chae Won tiba di tempat kerja, pergi ke ruang loker karyawan. Ponselnya berdering, dari Chul Goo. Chae Won sama sekali tak berniat menjawab. Chae Won berganti pakaian dan meninggalkan ponselnya di dalam loker.

Chul Goo merasa frustasi. Ini sudah ke-101 kalinya ia menghubungi ponsel Chae Won. Tapi Chae Won terus mengabaikan panggilannya setiap waktu, "Chae Won, aku benar-benar jadi gila. Kupikir aku lebih baik mati daripada hidup tanpamu".

Young Ja masuk ke kamar Chul Goo dengan senyum lebar. Membawa setelan jas baru untuk Chul Goo, "cobalah setelan yang bagus ini. Untuk kau pakai hari ini di hari perjodohanmu. Ini. Ibu pesan secara spesial untukmu.".
"Aku tidak membutuhkannya. Aku tidak akan pergi", jawab Chul Goo dingin.
Seperti biasa Young Ja langsung naik darah, ia bertanya apa putranya ini akan mati sebagai kakek-kakek yang merindukan wanita itu (Chae Won).

Chul Goo berkata hal tidaklah buruk. Young Ja bertanya sebesar ini kah Chul Goo membenci dirinya, yang telah menyebabkannya bercerai. Apa ia perlu menggigit lidahnya dan mati disini untuk Chul Goo, "Lalu kau dan wanita itu bisa hidup bersama tanpa Ibu, begitu?".

Chul Goo berkata semua sudah terjadi dan tak ada gunanya lagi membahas hal ini. Itulah sebabnya Young Ja minta Chul Goo untuk melupakan Chae Won dan mencari wanita lain. Young Ja merayu Chul Goo untuk datang ke perjodohan yang telah dipersiapkan. Siang ini jam 2 di hotel Crystal.

Chul Goo minta ibunya untuk menghentikan semua ini. Young Ja memohon Chul Goo bersedia pergi ke perjodohan sekali ini saja. Ia yakin putranya itu akan berubah pikiran jika melihat wajah gadis itu. Jika Chul Goo tak menyukainya, ia berjanji tidak akan memaksa Chul Goo untuk pergi ke perjodohan lagi. 

Se Yoon memarkirkan mobilnya di depan Mall tempat Chae Won bekerja. Sepertinya dia memang sengaja ingin menemui Chae Won.

Chae Won meminta izin keluar sebentar untuk mengantarkan surat lamaran. Ia meminta maaf pada rekan kerjanya karena meninggalkan pekerjaan disaat jam sibuk. Teman kerja Chae Won sama sekali tidak merasa keberatan, sesama teman memang harus saling membantu. Chae Won berjanji akan kembali secepatnya.

Chae Won memilih keluar lewat pintu pengunjung.. Ia terkejut melihat Se Yoon berada di hadapannya. 
"Lama tidak bertemu", sapa Se Yoon tersenyum. 
"Ya. Lama tidak bertemu", jawab Chae Won. 
"Kau mau pergi kemana?", tanya Se Yoon lagi
"Aku datang untuk berbelanja. Sekarang aku mau pergi. Aku berkeliling-keliling dan tidak ada sesuatu yang layak dibeli.
Se Yoon melihat amplop coklat yang dipegang Chae Won. Chae Won berusaha menyembunyikan di balik badannya. 

Giliran Chae Won yang bertanya pada Se Yoon, "Apa yang kau lakukan disini?". Se Yoon menjawab ada sesuatu hal yang harus ia urus. Se Yoon mengajak Chae Won untuk minta teh dengannya. Chae Won melihat jam,  ia hanya punya waktu 10 menit.
"Kau tampaknya sibuk?", tanya Se Yoon
"Ya, ada hal yang harus kulakukan", jawab Chae Won. 
Se Yoon tersenyum, "Hanya sebentar saja, ayo". 

Saat di cafe Se Yoon melihat Chae Won terus melihat jam, "kau sibuk mengurus sesuatu?", tanyanya.
Chae Won berusaha menutupi apa yang telah terjadi. Dia bilang pada Se Yoon, saat ini ia tengah sibuk mengurus kepindahannya ke luar negeri. Banyak hal yang harus di persiapkan. Pihak imigrasi membutuhkan lebih banyak dokumen dari yang ia pikirkan. Se Yoon tahu Chae Won berbohong, tapi ia diam saja seolah percaya pada ucapan Chae Won.

Se Yoon bertanya apakah persiapannya berjalan lancar.
Chae Won mengangguk, "Ya, tentu saja karena suamiku sudah mengurus semuanya. Ibu mertuaku juga berubah. Kurasa dia merasa bersalah padaku setelah apa yang terjadi. Dia berusaha keras dan dia mengurusku. Sikapnya berubah menjadi baik". 
"Itu bagus", ucap Se Yoon. Wajahnya terlihat sedih karena Chae Won berbohong padanya.
"Aku hanya membicarakan diriku sendiri. Bagaimana kabarmu?", tanya Chae Won. 

Se Yoon menjawab ia baik-baik saja. Chae Won kembali bertanya, bagaimana hubungan Se Yoon dengan kekasihnya. Apa berjalan dengan baik. (Chae Won mengira Se Yoon pacaran dengan Joo Ri). 
"Kau terus berbicara seolah-olah kau pernah bertemu dengannya", jawab Se Yoon. 
Chae Won tersenyum, "Kau tidak pernah tahu. Aku bisa saja bertemu dengannya secara tidak sengaja".
Raut wajah Se Yoon berubah sedih, " Itu mustahil. Dia sangat jauh sekali". 
"Kalau begitu apa dia bepergian ke suatu tempat?", tanya Chae Won lagi. 
"Ya. Ke suatu tempat yang sangat jauh", jawab Se Yoon berusaha untuk tersenyum. 

Chae Won kembali melihat jam, sudah 10 menit berlalu. Ia meminta maaf karena harus segera pergi. Se Yoon merasa itu bukan masalah, ia yakin akan bertemu kembali dengan Chae Won di lain waktu, "Pergilah. Nanti kau terlambat". 
"Baiklah, aku pergi", ucap Chae Won berpamitan.

Se Yoon tak lepas memperhatikan Chae Won yang berjalan keluar cafe. Dari sorot matanya menandakan ia ikut merasa sedih dengan keadaan Chae Won saat ini. Tak lama kemudian, Se Yoon pun beranjak meninggalkan cafe.

Pelayan cafe menemukan amplop coklat yang tertinggal di tempat duduk Chae Won. Secara tak sengaja pelayan menjatuhkannya saat ingin memberikannya pada Se Yoon. Se Yoon melihat surat lamaran beserta sertifikat ahli gizi milik Chae Won. 

Se Yoon berlari keluar mengejar Chae Won. Tapi Chae Won sudah pergi jauh. Ia lalu menghubungi ponsel Chae Won. Panggilanya di alihkan ke mesin penjawab, "Apa yang harus kulakukan?. Dia pasti akan pergi untuk wawancara".
Se Yoon tidak tahu kalau saat ini Chae Won meninggalkan handphonenya di dalam loker.

Teman kerja Chae Won masuk ke ruang loker, dan mendengar dering ponsel Chae Won. Ia pun langsung menjawab dan bicara dengan si penelpon yang ternyata adalah Chul Goo. Dari dia, Chul Goo mengetahui saat ini Chae Won bekerja sebagai pegawai paruh waktu di sebuah supermarket.

Young Ja bertepuk tangan, memuji Chul Goo terlihat tampan menggunakan setelah jas yang ia berikan tadi pagi. Young Ja sungguh senang dan berterima kasih karena Chul Goo bersedia pergi ke acara perjodohan. Awalnya ia merasa sedih, karena ia pikir Chul Goo tidak mau memenuhi permintaannya. Chul Goo tak berkomentar, ia hanya bilang akan segera pulang.

Joo Ri keluar dari kamar, ia bertanya kemana kakaknya akan pergi. Young Ja menjawab dengan yakin Chul Goo akan pergi ke perjodohan. Joo Ri tak mengira kakaknya akan berubah pikiran, bukankah tadi dia mengatakan tidak akan pergi.

Young Ja bertanya kapan Joo Ri akan membawa pria yang dia sukai untuk berkunjung kerumah. Joo Ri menjawab tunggulah sebentar lagi. Young Ja merasa tidak yakin karena Joo Ri selalu berkata untuk menunggu, "Kau tidak bertepuk sebelah tangan, kan?". 
Joo Ri berkata tentu saja tidak, bahkan semalam ia makan malam bersama kedua orang tua pria itu. 
"Benarkah?. Apa pekerjaan mereka?. Mereka memiliki cukup uang, kan?", tanya Young Ja dengan wajah matrenya...
"10 kali lebih kaya dari kita", jawab Joo Ri. 

Young Ja kegirangan, ia memuji Joo Ri yang memegang kartu King. Dengan bangga Joo Ri berkata dirinya adalah kartu queen, jadi tentu saja ia harus memegang kartu king. Tunggulah sebentar lagi, maka ia akan membuat mulut ibunya terbuka lebar saat mengetahui latar belakang keluarga dari pria yang ia sukai. Tawa Young Ja semakin lebar mendengar ucapan putrinya itu. Harapannya sekarang hanyalah melihat Chul Goo menikah lagi dengan wanita sepadan, dan tentu ia juga ingin melihat Joo Ri menikah dengan pria kaya. Dengan begitu ia sudah mendapatkan semua yang dia inginkan......

Ki Ok pulang dari penikahan adik kelasnya. Wajahnya tampak murung meski ia mendapat lemparan bunga dari pengantin wanita. Ditengah jalan Ki Ok bertemu dengan Kang Jin. 

Kang Jin : Kelihatannya kau dari acara pernikahan. Tidak hanya bermain musik tapi kau mendapat karangan bunga juga?
Ki Ok : Mereka memberikannya padaku. Mereka bilang aku lah satu-satunya orang yang memenuhi syarat.
Kang Jin : Meski begitu kau tidak boleh menerimanya begitu saja. Jika begitu,  kau harus menikah dalam 6 bulan....itu semua takhayul tidak berguna.

Kang Jin mengajak Ki Ok minum bir. Ki Ok menolak, ia berniat pulang dan menemui murid lama. Ki Ok memberikan karangan bunga pada Kang Jin. Melihatnya membuat kepalanya terasa sakit. Kang Jin menerima pemberian Ki Ok, ia lalu bertanya bagaimana dengan keadaan nenek. Ki Ok menjawab keadaan nenek juga sedang tidak sehat. Penyakitnya kembali kambuh, dan hanya berbaring seharian. 

Do Hee membawa segelas teh untuk nenek. Nenek bertanya apa yang dilakukan kakek saat ini. Do Hee bilang sejak tadi kakek pergi dan belum kembali.
Nenek kembali kesal, "Sungguh orang yang buruk. Aku akan menutup mataku rapat-rapat
dan bercerai. Aku akan memastikan Chae Won mendapatkan uangnya". 

Do Hee minta nenek untuk mengatakan yang sebenarnya. Sepintas ia mengetahui penyebabnya. Nenek tak mengerti, bertanya apa yang Do Hee ketahui. Do Hee bilang pasti ada seseorang yang mempengaruhi nenek untuk menjual tanah itu. Maksudnya seseorang yang ingin memulai hidup baru bersama nenek setelah mendapatkan uang dari penjualan tanah itu, "Dia berkata dia akan membantu ibu menemukan masa-masa muda ibu yang hilang, kan?, tanya Do Hee yakin.

Nenek semakin tak mengerti maksud pembicaraan Do Hee, ia minta Do Hee mengatakan dengan jelas maksud dari ucapannya barusan. Terdengar suara Kang Jin yang memanggil-manggil nenek. Nenek bergegas bangkit dari tempat tidur, dan keluar kamar dari kamar begitu mendengar suara Kang Jin. 

Tentu saja hal itu membuat kecurigaan Do Hee semakin besar. "Oh ya ampun. Ibu langsung melompat segera setelah dia mendengar suaranya. Rupanya ibu  benar-benar telah jatuh cinta pada pria itu. Ini bukan sesuatu yang bisa aku selesaikan sendiri". 

Kang Jin datang menjenguk nenek. Ia memberikan karangan bunga yang ia terima dari Ki Ok. Nenek terkejut menerima pemberian Kang Jin. 
"Lihatlah bunga ini dan bersemangatlah. Berapa lama kau akan terus berbaring?", kata Kang Jin. 
Nenek mencium karangan bunga dengan penuh perasaan, "Oh..wangi sekali". 

Kang Sook menyaksikan pemandangan itu dengan tatapan aneh. Tak lama Do Hee keluar dari kamar nenek. Tatapannya sama seperti Kang Sook. Nenek kemudian bertanya apakah Kang Jin sudah makan siang.
Kang Jin mengangguk, "Ya, aku sudah makan siang dengan ramen". 
Nenek : Itu bukan makan siang. Kang Sook cepat siapkan makan siang untuk oppa rumah atap.

Kang Jin berkata itu tidak perlu. Ia harus segera pergi karena ada janji di studio musik. Ia hanya ingin bicara sebentar sambil minum teh bersama nenek. Nenek lalu mengajak Kang Jin bicara di dalam kamar.

Do Hee berjalan linglung. Kang Sook juga tak senang dengan keberadaan Kang Jin, "Kenapa dia terus memanggilnya Ibu?. Berapa umurnya sehingga memanggil Ibu mertua dengan sebutan Ibu?. Dia begitu licik. Menjijikkan". 
"Ini masalah besar", ucap Do Hee lemas.
Kang Sook bertanya ada masalah apa. Do Hee balik bertanya ada dimana Ki Moon dan Ki Choon saat ini. Kang Sook menjawab mereka ada di pabrik. Do Hee bergegas pergi ke pabrik.

Ki Choon, Kang Sook dan Ki Ok terkejut mendengar kata kemungkinan akan adanya ayah tiri.  Do Hee merasa yakin dengan ucapannya karena telah memperhatikan dengan sangat baik. Pertama-tama pria itu (Kang Jin) memberikan coklat pada nenek, bunga dan benda-benda yang disukai wanita, "itu pasti karena dia ingin mendapatkan hati ibu". 

Kang Sook ingat sekarang. Ia pernah melihat nenek mencium pipi Kang Jin.  Do Hee menambahkan, ia juga melihat nenek dan pria itu berpelukan.

 "Apa, MEMELUK?", tanya Ki Choon, Ki Moon dan Kang Sook serempak, dengan bola mata membesar. 
Do Hee : Dia melempar umpan pada wanita tua. Dia memikatnya dan Ibu mertua yang lugu
benar-benar jatuh cinta padanya. Itu sebabnya dia ingin bercerai dan menerima uang tunjangannya.

Ki Moon masih tak percaya. Do Hee juga sempat berpikir ini tidak masuk akal dan merasa gelisah. Tapi dia yakin 99,9% itulah yang terjadi. Ki Choon merasa itu hal mustahil. Kang Sook berkata ada orang yang sengaja menipu para lansia lugu untuk mendapatkan hartanya. Do Hee tak menyangka hal seperti itu bisa menimpa keluarga mereka. Kang Sook menambahkan jika dibiarkan begini terus maka pria itu akan mencuri seluruh uang 10 milyar.

Emosi Ki Choon mulai terpancing, "Aku akan mencari pria tua itu". Ki Choon keluar pabrik emosi memuncak. Kang Sook berlari mengejar Ki Choon. Kini tinggal Do Hee dan Ki Moon berdua dipabrik.
Ki Moon ke Do Hee : Apa kau yakin?
Do Hee : Apa yang kau katakan? Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri.
Ki Moon masih tak percaya. Mereka berdua menyusul Ki Choon.

Kang Jin keluar dari rumah mie. Ki Choon berteriak memanggil Kang Jin.
Ki Choon : Aku putra kedua dari wanita yang kau coba untuk kau rayu, Uhm Ki Choon
Kang Jin : Oh. Jadi kau putra keduanya Ibu.
Ki Choon : Ibu? Kenapa Ibu kami menjadi Ibumu?. Dasar kau kakek tua.

Ki Choon yang terlanjur emosi langsung meninju wajah Kang Jin.
Kang Sook meminta Ki Choon untuk bicara baik-baik. Ki Choon berkata orang mata duitan
seperti Kang Jin tidak pernah mendengarkan kata-kata.

Ki Choon kembali menepalkan tinjunya.
Ki Moon menghentikan Ki Choon, "Hentikan! Mari kita bicara".
Kang Jin yang tidak tahu apa-apa, bertanya kesalahan apa yang telah dia lakukan. 
Do Hee berteriak, "Kau pria tua tidak tahu malu".
"Darimana asalmu kau mata duitan?", tambah Kang Sook.
"Mata duitan?", tanya Kang Jin dengan wajah terkejut.

Do Hee : Apa kau mencoba menipu Ibu kami dan mengambil semua uangnya.
Kang Jin : Aku?. Mengambil uang siapa?
Kang Sook : Apa kau sangat tua sehingga tidak bisa mendengar?. Kau pikir siapa? Ibu kami.

Kang Jin langsung jatuh lemas mendengar tuduhan yang tidak benar atas dirinya. Ki Moon menahan tubuh Kang Jin.
"Jadi kalian berpikir kalau aku merencanakan sesuatu terhadap ibu kalian?", tanya Kang Jin.
Ki Choon, Kang Sook dan Do Hee mengangguk bersamaan.
Kang Jin menangis, tak terima ia dituduh serendah itu, "Aigo..Bagaimana bisa kalian menyalah artikan hubungan ku dengan ibu kalian. Meskipun aku tua dan hidup sendirian, bagaimana bisa kalian meremehkan orang begitu?".

Ki Choon menahan dirinya dan melepaskan Kang Jin kali ini, tapi jika Kang Jin berani mendekati nenek lagi. Maka Ki Choon tidak akan tinggal diam.
Kang Jin tidak terima, ia mendorong Ki Choon hingga jatuh ke tanah, "Ini pertama kalinya hal semacam ini terjadi padaku. Biar saja kita berdua mati hari ini".

Kang Jin memukuli Ki Choon yang masih terbaring di tanah. Ki Moon menarik Kang Jin.
Ki Choon berdiri, "Dasar kau kakek tua", teriak Ki Choon emosi.
"Apa kakek tua", ucap Ki Choon yang tak kalah emosi.
Kang Jin melayangkan tinju, dengan sigap Ki Choon menahan tangan Kang Jin, lalu memutar tangan Kang Jin ke belakang.
Kang Jin berteriak kesakitan. Do Hee panik saat mendengar suara seperti tulang yang retak.

Chae Won kembali ke ruang loker, mencari surat lamarannya yang mungkin tertinggal disana, "Dimana aku meninggalkan surat lamaran itu".
Chae Won lalu berganti pakaian, kembali bekerja.

Teman kerja Chae Won bertanya apa dia sudah menyelesaikan urusannya. Chae Won menjawab akhir-akhir pikirannya sedang kacau. Tanpa sengaja ia meninggalkan surat lamaran sehingga kepergiaanya hanya sia-sia.
"Mungkin memang pikiranmu sedang tidak baik. Ini kau meninggalkan ponselmu di loker", ucap teman kerja Chae Won.
Chae Won mengucapkan terima kasih.
Seorang ahjuma datang dan melihat-lihat ikan di stand seafood. Chae Won berusaha melayaninya dengan ramah. 

Chul Goo tidak pergi ke perjodohan, tapi ia pergi ke supermarket tempat Chae Won bekerja. Ahjuma yang tadi berada di stand seafood marah pada Chae Won, ia menuduh Chae Won menumpahkan air ke celananya yang mahal. Chae Won berusaha menjelaskan itu bukan kesalahannya. Ahjuma itu tidak terima, ia berteriak bahwa pembeli adalah seorang raja.

Chae Won mengajak ahjuma itu untuk bicara di tempat lain, suaranya yang nyaring akan mengganggu pelanggan lain. Ahjuma itu tidak mau, tak ada yang perlu ia bicarakan dengan Chae Won. Ia berteriak minta dipanggilkan manager.

Chae Won terkejut melihat Chul Goo berdiri dihadapannya. Ahjuma mengira Chul Goo merupakan manager di supermarket, "Apa kau managernya?. Apa kau pikir benar  melatih karyawanmu seperti ini?", ucapnya dengan suara nyaring.
Chul Goo balik membentak, "Siapa kau bicara seperti itu?. Kenapa tidak kau saja yang menjalani hidupmu dengan benar".

Chul Goo mendorong ahjuma pergi menjauh. Lalu menarik tangan Chae Won.
Chae Won berusaha melawan, "Kenapa kau melakukan ini?".
"Diam saja dan ikut aku", ucap Chul Goo menarik paksa Chae Won pergi dari supermarket.

Chae Won meminta pada Chul Goo untuk melepaskannya, dan bertanya kenapa Chul Goo melakukan hal ini. Chul Goo menyuruh Chae Won untukk diam saja, dengan paksa ia memasukkan Chae Won ke dalam mobil.

Chae Won meminta Chul Goo untuk menghentikan mobil. Tapi permintaanya itu hanya sia-sia.
"Kita akan pergi kemana?", tanya Chae Won. 
Chul Goo diam tak menjawab. Chae Won mengulangi pertanyaanya. Chul Goo menatap lurus ke jalanan, "Ayo kita pergi kemana saja. Keujung dunia jika perlu".
Chae Won shock mendengar ucapan Chul Goo. Wajah Chul Goo tampak serius. Jelas sekali ia tak main-main dengan ucapannya.



END

Komentar : 
Omo...Chul Goo menculik Chae Won, wah bener-bener sarap nich orang....
Semoga Se Yoon datang dan menyelamatkan Chae Won....